3 menit; rasio minyak metanol
1 : 6; 1 : 10; 1 : 15; 1 : 20; jumlah katalis NaOH 0,5; 1,3
berat
No. Judul
Variabel Hasil Penelitian
5. Transesterification of
Rapeseed Oil with Methanol in Presence of
Various Co-Solvents [10]
Variabel berubah : suhu 293 –
313 K; jenis co-solvent THF; dietil eter; tert-butyl methyl
ether; diisopropyl ether; dibutyl ether; acetone; rasio metanol
minyak 12 : 1; 9 : 1; 6 : 1; rasio metanolcosolvent 1 : 0,5;
1 : 1; 1 : 1,5; 1 : 2; agitation rate 500; 700; 900; 1100 rpm;
jenis katalis KOH; BaOH
2
; LiOH; p-TSA; ZnCL
2
; AlCL
3
; BF
3
; jumlah katalis 0,5; 0,7; 1,0
Yield : bervariasi anta-ra 76,8
– 98,3
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Encinar, dkk. pada tahun 2010, pemakaian dietil eter sebagai co-solvent pada pembuatan biodiesel dari rapseed oil
memberikan yield 97,6 . Selain itu, Setyopratomo, dkk. pada tahun 2008, menyatakan bahwa pembuatan biodiesel dengan memakai co-solvent dietil eter pada
pembuatan biodiesel dari minyak nabati menghasilkan biodiesel yang unggul dalam hal densitas, viskositas, harga titik nyala, harga titik tuang, dan kandungan sulfur
namun memiliki indek setan yang agak rendah.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Campuran reaksi antara lemak ayam dengan metanol tidak saling melarut. Penambahan dietil eter sebagai co-solvent dapat membantu pencampuran lemak
ayam dan metanol. Maka, masalah dalam penelitian pembuatan biodiesel dari lemak ayam dengan penambahan co-solvent dietil eter ini adalah masalah keefektifan dietil
eter sebagai co-solvent dalam pembuatan biodiesel.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi yield biodiesel yang dihasilkan co-solvent, suhu, dan waktu reaksi.
2. Menguji mutu biodiesel yang dihasilkan.
Universitas Sumatera Utara
4 3.
Mendapatkan hasil terbaik dari kombinasi penggunaan co-solvent dan transesterifikasi untuk produksi biodiesel.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Mengurangi limbah lemak ayam sehingga berdampak langsung pada kelestarian lingkungan.
2. Menambah nilai ekonomi dari lemak ayam.
3. Memberikan informasi mengenai pengaruh penggunaan co-solvent pada
pembuatan biodiesel.
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian pembuatan biodiesel dari lemak ayam dengan co-solvent dietil eter ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Departemen Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun bahan baku utama yang digunakan pada penelitian ini yaitu lemak ayam sebagai bahan baku, katalis basa
NaOH, dan co-solvent dietil eter. Variabel tetap :
Rasio metanol : lemak ayam = 6 : 1 nn [11] Variabel berubah :
Waktu reaksi = 10, 15, dan 20 menit [12] Rasio co-solvent: metanol = 0,5 : 1, 1 : 1, 2 : 1, 2,5 : 1, 3 : 1 vv [13]
Suhu reaksi = 25, 30, 35
o
C [10] Jumlah katalis = 0,5 , 0,8 , 1 , dan 1,2
Variabel yang diuji : -
Uji densitas -
Uji viskositas -
Uji kemurnian -
Uji titik nyala
Universitas Sumatera Utara
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 BIODIESEL
Biodiesel adalah bahan bakar yang diproduksi dari minyak nabati seperti minyak sawit, minyak bunga matahari, minyak kedelai, minyak jarak, dan lain-lain
atau minyak hewani melalui proses transesterifikasi dengan pereaksi metanol atau etanol dan katalisator basa atau asam [14]. Kualitas dari biodiesel beragam-ragam
tergantung pada kualitas dari bahan baku, komposisi asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewan, dan proses produksi [15]. Biodiesel memiliki sifat sesuai dengan
mesin diesel yaitu biodegradable yang ramah lingkungan, dapat diperbaharui [16]. Proses produksi biodiesel komersial yang ada pada dasarnya merupakan
proses metanolisis dengan katalis basa homogen dari minyak yang dapat dikonsumsi [17]. Produksi biodiesel yang dikembangkan saat ini umumnya dibuat dari minyak
tumbuhan minyak kedelai, canolla oil, rapseed oil, crude palm oil, lemak hewani beef talow, lard, lemak ayam, lemak babi dan bahkan dari minyak goreng bekas
[9]. Sifat fisika dan kimia biodiesel mendekati sifat-sifat bahan bakar diesel.
Angka setan biodiesel, nilai energi, dan viskositas serupa dengan yang dimiliki bahan bakar diesel berbasis petroleum. Biodiesel pada umumnya bebas sulfur [18].
Walaupun biodiesel tidak dapat menggantikan minyak petroleum sepenuhnya, terdapat beberapa alasan di mana diperlukan pengembangan biodiesel.
1. Menyediakan pasar bagi produksi minyak nabati dan lemak hewan yang berlebih
[3]. 2.
Menurunkan namun tidak menghilangkan ketergantungan terhadap minyak petroleum impor [3].
3. Biodiesel merupakan energi yang terbarukan dan tidak menyebabkan pemanasan
global [3].
Universitas Sumatera Utara
6 4.
Mengurangi emisi gas buang berupa CO
2
, SO
x
, dan hidrokarbon yang tidak terbakar sempurna [19].
5. Ketika ditambahkan ke dalam minyak diesel sebanyak 1 – 2 dapat mengubah
minyak dengan sifat pelumas rendah seperti bahan bakar diesel bersulfur rendah, menjadi bahan bakar yang dapat diterima [3].
6. Biodiesel dapat digunakan tanpa adanya modifikasi mesin dan memberikan
performa mesin yang baik [20]. 7.
Biodiesel dapat dibiodegradasi [20]. Tabel 2.1 menunjukkan standar dan mutu biodiesel sesuai dengan SNI
biodiesel. Tabel 2.1 Standar dan Mutu Spesifikasi Bahan Bakar Biofuel Jenis Biodiesel [21]
No. Parameter Uji
Persyaratan Satuan, Min
Max
1 Densitas 40
o
C 850 - 890
Kgm
3
2 Viskositas 40
o
C 2,3
– 6,0 Mm
2
s cSt 3
Angka Setan 51
Min 4
Titik nyala 100
o
C, min 5
Titik kabut 18
o
C, maks 6
Air dan sedimen 0,05
vol, maks 7
Kandungan sulfur 100
mgkg, maks 8
Bilangan asam 0,6
Mg KOHg, maks
9 Korosi lempeng tembaga
3 jam pada 50
o
C Nomor 1
10 Residu karbon dalam
percontoh asli atau dalam 10 ampas distilasi
0,05 0,3
massa, maks 11 Temperatur destilasi 90 360
o
C, maks 12 Abu tersulfatkan
0,02 massa, maks
13 Fosfor 10
mgkg, maks 14 Gliserol bebas
0,02 massa, maks
15 Gliserol total 0,24
massa, maks 16 Kandungan ester
96,5 massa, min
17 Angka iodium 115
massa g I
2
100g, maks
18 Kestabilan oksidasi
Periode induksi metode rancimat
360 Menit
Periode induksi metode petro oksi
27
Universitas Sumatera Utara
7
2.2 BAHAN 2.2.1 Lemak Ayam