G H
2. Transkrip Wawancara dengan Peserta Didik SMA N 1 Parakan Kelas XI IPA 4
Keterangan:
P : Peneliti
SISWA1 : Rindang Puspito Retno
SISWA2 : Muhammad Musa Abdurrohim
SISWA3 : Naufal Fais Maulidin
SISWA4 : Fauzi Danu Nugroho
Transkrip Wawancara P:  “Selamat  siang,  hari  ini  kita  diskusi  santai  saja  ya, saya  sebagai  penanya  lalu
sampaikan  jawaban  kalian  sebaik  mungkin.  Ini  diskusi mengenai  pendapat  kalian mengenai pembelajaran matematika yang selama ini kalian dapatkan selama di kelas
ini.”
SISWA1: “Kok direkam mbak? Mau dilaporkan ke Bu Elfi, ya?” P:  “Bukan,  ini  saya  pakai  sebagai  catatan  hasil  wawancara  biar  nanti  bisa  saya
pelajari kembali. Seluruh pembicaraan ini tidak saya laporkan ke Bu Elfi, santai saja.”
SISWA3: “Jangan bilang ke Bu Elfi, mbak biar kita curhatnya bebas di sini.” P: “Oke, gak kok. Tapi tiap pertanyaan dijawab serius ya.”
SISWA2: “Iya, mbak. Tapi santai ya biar gak tegang udah sore ini.” P: “Siap, nah kembali ke topik utama, matematika sulit gak buat kalian?”
SISWA1:  “Ya  tergantung  orangnya  kalau  dasare  seneng  pasti kan  awale  harus
seneng sama pelajarannya dulu to, mbak. “
SISWA2:  “Tergantung  orangnya,  mbak. Kalau  orangnya  mau  belajar  ya  gak  sulit, kalau gak mau belajar ya sulit.”
SISWA3:  “Kalau  saya,  ini  masuk  kurikulum  baru  jadinya  sulit,  mbak. Masalhanya jaman dahulu kala pas KTSP kan dijejel catatan saja, kalau sekarang harus mandiri,
ya jadinya sulit dimengerti, susah nyari referensi, “
SISWA4: “Kalau saya tergantung gurunya, mbak.”
I
P:  “Kalau  matematika  itu  sulit  sedangkan  kalian  kan  masuk  di  jurusan  IPA,  itu identik dengan ngitung-ngitung ilmu eksak, jadi sulitnya itu dimana? Nyari referensi
dan sabagainya itu?”
SISWA3: ”Gak, mbak, justru kebanyakan referensi makanya kita bingung.” P:  “Kalau  ada  kesulitan  berarti  di  lain  sisi  juga  ada  kemudahan,  ya  kan? Menurut
kalian mudahnya matematika itu ketika bagaimana?”
SISWA1:  “Mbak,  kalau  di  kurikulum  2013  itu  katanya  biar  siswa  aktif  nyari referensi  sendiri,  nah  tapi sekarang  kalau  pulang  sekolah  udah  banyak  sekali
tugasnya, gimana mau aktif belajar matematika sedangkan tiap harinya mengerjakan tugas terus gitu.”
SISWA2: “Pas tambah-tambahan satu ditambah satu, mbak.” SISWA3: “Pas kalau kita mudeng”
SISWA4: “Pas jam kosong, mbak.” P:  “Oh  ya,  memangnya  belajar  menurut  kalian  apa?  Memangnya  kalian  merasa
belajar kalau sedang ngapain gitu?”
SISWA1: ‘Belajar ya kalau sekolah, kalau sekolah kan berarti lagi belajar.” P: “Berarti ngerjain soal-soal, tugas-tugas itu juga termasuk belajar kan?”
SISWA1:  “Ya  iya,  tapi  itu  misalnya  tugasnya  sekarang  PKn,  besok  apa,  besoknya lagi apa, belum lagi ada kegiatan lainnya. Gitu mbak.”
P: “Jadi ini hanya soal waktu?” SISWA1: “Ya iya mbak.”
P: “Oke, jadi sebenarnya kalau matematika kalian tidak bermasalah ya?” SISWA3:  “Sebenarnya  gak,  mbak. Soalnya  kalau  kurikulum  baru  itu  dikasih  soal
dulu. Dikerjakan sendiri dulu, kalau ada kesulitan baru dijelaskan sama guru.”
P: “Berarti enakan yang sekarang?” SISWA3: “Ya ada enaknya ada egaknya. “
SISWA2: “Soalnya sudah biasa dikasih teori dulu baru dikasih soal, beda sama yang sekarang.”
SISWA1: “Butuh waktu untuk menyesuaikan, mbak.”