6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pemasaran
Menurut Kotler dan Amstrong 2008:6 mendefinisakan pemasaran : “sebagai  proses  sosial  dan  manajerial  dimana  pribadi  atau  organisasi
memperoleh  apa  yang  mereka  butuhkan  dan  diinginkan  melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan orang lain”.
Menurut Kotler dalam Fajar Laksana, 2008:4 pemasaran is a social process by which individual and groups obtain what they need and want
through  creating,  offering,  and  freely  exchanging  products  and  services of value with others atau pemasaran suatu proses sosial yang didalamnya
individu  dan  kelompok mendapatkan apa  yang  mereka  inginkan  dengan menciptakan,  menawarkan  dan  secara  bebas  mempertukarkan  produk
yang bernilai dengan pihak lain. 2.
Persepsi Menurut  Walgito  2010:99  menjelaskan  bahwa  sejak  individu
dilahirkan, sejak saat itu individu berhubungan dengan dunia sekitarnya. Mulai saat itu pula individu secara langsung menerima stimulus dari luar
dirinya,  dan  ini  berkaitan  dengan  persepsi.  Menurut  Davidoff  dalam Wagito  2003:46  persepsi  sekalipun  stimulusnya  sama,  tetapi  karena
pengalaman tidak sama kemampuan berpikir tidak sama, kerangka acuan tidak  sama,  adanya  kemungkinan  hasil  persepsi  antara  individu  satu
dengan  yang  lain  tidak  sama.  Keadaan  tersebut  memberikan  gambaran bahwa  persepsi  itu  bersifat  individual.  Poin  utamanya  adalah  bahwa
persepsi  tidak  hanya  tergantung  pada  rangsangan  fisik,  tetapi  juga  pada rangsangan terhadap bidang  yang mengelilinginya dan kondisi dalam diri
kita. 3.
Jasa a.
Pengertian Jasa Menurut  Tjiptono  2004:6  mendefinisikan  jasa  adalah  setiap
tindakan  atau  kegiatan  yang  dapat  ditawarkan  oleh  suatu  pihak kepada  pihak  lain,  yang  pada  dasarnya  tidak  berwujud  dan  tidak
mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi jasa bisa berhubungan dengan  produk  fisik  maupun  tidak.  Jasa  merupakan  tindakan  atau
kinerja  yang  ditawarkan  suatu  pihak  kepada  pihak  lainnya. Walaupun  prosesnya  mungkin  terkait  dengan  produk  fisik,
kinerjanya  pada  dasarnya  tidak  nyata  dan  biasanya  tidak menghasilkan kepemilikan atas faktor-faktor produksi.
Definisi  lainnya  dari  jasa  merupakan  semua  aktivitas  ekonomi yang  hasilnya  tidak  merupakan  produk  dalam  bentuk  fisik  atau
konstruksi,  yang  biasanya  dikonsumsi  pada  saat  yang  sama  dengan waktu  yang  dihasilkan  dan  memberi  nilai  tambah  seperti  misalnya
kenyamanan,  hiburan,  kesenangan,  atau  kesehatan  atau  pemecahan atas masalah yang dihadapi konsumen
b. Karakteristik Jasa
Menurut  Tjiptono  2004:15  menerangkan  empat  karakteristik jasa sebagai berikut :
1 Intangiblity Tidak Berwujud Jasa berbeda dengan barang. Jika
barang merupakan suatuobjek,alat, ataubenda, maka jasa adalah suatu perbuatan, kinerja performance, atau usaha. Bila barang
dapat  dimiliki,  maka  jasahanya  dapat  dikonsumsi  tetapi  tidak dapat  dimiliki.  Meskipun  sebagian  besar  jasa  dapat  berkaitan
dan  didukung  oleh  produk  fisik.  Misalnya,  mobil  dalam  jasa transportasi,  esensi  dari  pelanggan  adalah  performance  yang
diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lainnya. 2
Inseparability  Tidak  Dapat  Dipisahkan  Barang  biasanya diproduksi,  kemudian  dijual,  lalu  dikonsumsi.  Sedangkan  jasa
biasanya  dijual  terlebih  dahulu,  baru  kemudian  diproduksi  dan dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi antara penyedia jasa dan
pelanggan  merupakan  ciri  khusus  dalam  pemasaran  jasa. Misalnya,  ruang  kuliah  yang  nyaman,  fasilitas  komputer,
bookstore, dan sebagainya. 3
Variability  Bervariasi  Jasa  bersifat  sangat  variabel,  artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa,
kapan,  dan  di  mana  jasa  tersebut  dihasilkan.  Para  pembeli  jasa sangat peduli terhadap variabilitas yang tinggi ini dan seringkali
4 mereka  meminta  pendapat  orang  lain  sebelum  memutuskan
untuk memilih penyedia jasa. 5
Perishability  Daya  Tahan  Jasa  merupakan  komoditas  tidak tahan  lama  dan  tidak  dapat  disimpan.  Kursi  pesawat  yang
kosong,  kamar  hotel  yang  tidak  dihuni,  atau  jam  tertentutanpa pasien  ditempat  praktik  dokter  gigi  akan  berlalu  begitu  saja
karena  tidak  dapat  disimpan.  Dengan  demikian  bila  suatu  jasa tidak digunakan, maka jasa tersebut akan berlalu begitu saja.
4. Kualitas Pelayanan
a. Pengertian Kualitas pelayanan
Menurut  Tjiptono    Chandra  2005:77,  kualitas  pelayanan sebagai ukuran seberapa baik tingkat layanan yang diberikan mampu
sesuai  dengan  harapan  pelanggan.  Sedangkan  menurut  Tjiptono 2007:  98,  Kualitas  pelayanan  adalah  tingkat  keunggulan  yang
diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan  bahwa  ada  faktor  utama  yang  mempengaruhi  kualitas pelayanan
yaitu: Jasa
yang diharapkan
dan jasa
yang dirasakandipersepsikan.  Apabila  jasa  yang  dirasakan  sesuai  dengan
jasa  yang  diharapkan,  maka  kualitas  pelayanan  tersebut  akan dipersepsikan baik atau positif. Jika jasa yang dipersepsikan melebihi
jasa  yang  diharapkan,  maka  kualitas  jasa  dipersepsikan  sebagai kualitas  ideal.  Demikian  juga  sebaliknya  apabila  jasa  yang
dipersepsikan lebih jelek dibandingkan dengan jasa yang diharapkan maka  kualitas  jasa  dipersepsikan  negatif  atau  buruk.  Maka  baik
tidaknya  kualitas  pelayanan  tergantung  pada  kemampuan  penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten.
b. Dimensi Kualitas Pelayanan
Menurut  Parasuraman  dalam  Lupiyoadi,  2009:42  menemukan bahwa  sepuluh  dimensi  kualitas  peayanan  yang  ada,  dapat
dirangkum  menjadi  lima  dimensi  SERVQUAL.  Kelima  dimensi SERVQUAL tersebut meliputi :
1 Bukti  Fisik  Tangibles.  Kemampuan  suatu  perusahaan  dalam
menunujukan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan  kemampuan  sarana  dan  prasarana  fisik  perusahaan  dan
keadaan  lingkungan  sekitarnya  adalah  bukti  nyata  dari pelayanan  yang  diberikan  oleh  pemberi  jasa.  Fasilitas  fisik
meliputi  gedung,  gudang  perlengkapan  dan  peralatan  yang mempengaruhi  teknologi, serta penampilan pegawainya.
2 Keandalan  Reliability.  Kemampuan  perusahaan  untuk
memberikan  pelayanan  yang  dijanjikan  dengan  segera,  akurat, dan memuaskan. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan
yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan  tanpa  kesalahan,  sikap  yang  simpatik  dan  akurasi
yang tinggi.
3 Daya Tanggap Responsiveness.  Kemampuan untuk membantu
dan  memberikan  pelayanan  secara  cepat  responsif  dan  tepat kepada  pelanggan,  dengan  penyampaian  informasi  yang  jelas.
Membiarkan  konsumen  menunggu  tanpa  adanya  suatu  lasan yang  jelas  menyebabkan  persepsi  yang  negatif  dalam  kualitas
pelayanan. 4
Jaminan  Assurance.  Mencakup  pengetahuan,  kemampuan, kesopanan,  dan  kemampuan  para  pegawai  perusahaan  untuk
menumbuhkan  rasa  percaya  para  pelanggan  kepada  peruahaan. Terdiri  dari  beberapa  komponen  antara  lain  :  komunikasi
communication,  kredibilitas  credibilty,  keamanan  security, kompetensi competence, dan sopan santun cuortesy.
5 Perhatian  Emphaty.  Memberikan  perhatian  yang  tulus  dan
bersifat  individual  atau  pribadi  yang  diberikan  pada  pelanggan dengan  berupaya  memahami  keinginan  konsumen.  Dimana
suatu  perusahaan  diharapkan  memiliki  pengertian  dan pengetahuan  tentang  pelanggan,  memahami  kebututhan  para
pelanggan  secara  spesifik,  serta  memiliki  waktu  pengoperasian yang nyaman bagi para pelanggan.
5. Keputusan Pembelian
Keputusan  pembelian  adalah  keputusan  konsumen  mengenai preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan Kotler
dan  Keller,  2012.    Proses  keputusan  pembelian  konsumen  seperti, pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternative, keputusan
pembelian, dan perilaku pasca pembelian.
Gambar II.1 Model Lima Tahap Proses Pembelian
Sumber: Kotler dan Keller 2012 a.
Pengenalan Masalah Proses  pembelian  dimulai  ketika  pembeli  menyadari  suatu
masalah  atas  kebutuhan  yang  dipicu  oleh  rangsangan  internal  dan eksternal. Rangsangan internal misalnya kebutuhan umum seseorang
haus,  yang  kemudian  mencapai  ambang  batas  tertentu  dan  mulai menjadi  pendorong.  Rangsangan  eksternal  misalnya  seseorang
mengagumi tas
baru temannya
yang memicu
pemikiran kemungkinan melakukan suatu pembelian.
b. Pencarian Masalah
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari  informasi  yang  lebih  banyak.  Ada  dau  level  rangsangan
yaitu  level  penguatan  perhatian,  orang  hanya  sekedar  lebih  peka terhadap  informasi  produk.  Pada  level  berikutnya  orang  tersebut
mungkin  akan  lebih  aktif  dalam  mencari  informasi  melalui  bahan
Perilaku Pasca Pembelian
Keputusan Pembelian
Evalausi Alternatif
Pencarian Informasi
Pengenalan Masalah
bacaan,  melakukan  kegiatan  online,  bertanya  keteman  dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tersebut.
c. Evaluasi Alternatif
Banyaknya pilihan produk mengharuskan konsumen melakukan evaluasi  alternative  untuk  menentukan  pilihan  produk  yang  akan
menjadi  pilihannya.  Proses  evaluasi  dasar  dapat  membantu konsumen;  pertama,  konsumen  berusaha  memuaskan  sebuah
kebutuhan.  Kedua,  konsumen  mencari  manfaat  tertentu  dari  solusi produk.  Ketiga,  konsumen  melihat  masing-  masing  produk  sebagai
sekelompok atribut
dengan berbagai
kemampuan untuk
menghantarkan  manfaat  yang  diperlukan  untuk  memuaskan kebutuhan.
d. Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat peringkat merek dan membentuk niat untuk membeli. Pada umumnya, keputusan membeli
konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi ada dua faktor yang muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk
membeli. Faktor pertama adalah sikap orang lain yaitu, pendapat dari orang  lain  mengenai  harga,  merek  yang  akan  dipilih  konsumen.
Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang diharapkan.
e. Perilaku Pasca Pembelian
Tahap  dari  proses  keputusan  pembeli,  yaitu  konsumen mengambil  tindakan  lebih  lanjut  setelah  membeli  berdasarkan  rasa
puas  atau  tidak  puas.  Pemasar  harus  mengamati  kepuasan  pasca pembeli,  tindakan  pasca  pembeli  dan  penggunaan  produk  pasca
pembeli. f.
Kepuasan Pasca Pembelian Pembeli  merasa  puas  atau  tidak  puas  dengan  suatu  pembelian
terletak  pada  hubungan  antara  harapan  konsumen  kinerja  anggapan produk.  Jika  kinerja  tidak  memenuhi  harapan  konsumen,  konsumen
akan  kecewa  jika  memenuhi  harapan,  konsumen  akan  puas  jika melebihi  harapan  konsumen  akan  merasa  sangat  puas.  Perasaan  ini
akan  menentukan  apakah  pelanggan  membeli  produk  kembali  dan membicarakan
hal-hal yang
menyenangkan atau
tidak menyenangkan tentang produk kepada orang lain.
g. Tindakan Pasca Pembelian
Jika  konsumen  puas,  konsumen  akan  membeli  produk  itu kembali.  pelanggan  yang  puas  juga  cenderung  mengatakan  hal  baik
tentang  merek  kepada  orang  lain.  Di  pihak  lain,  konsumen  yang kecewa mungkin akan mengabaikan dan mengembalikan produk.
h. Penggunaan dan Penyingkiran Pasca Pembelian
Kunci  kesuksesan  penjualan  adalah  tingkat  konsumsi  produk semakin cepat pembeli mengkonsumsi sebuah produk, semakin cepat
mereka kembali kepasar untuk membelinya lagi. 6.
Minat Beli Ulang a.
Definisi Minat Beli Kotler,  2007  dalam  Sudrajad,  2014:16  menyatakan  minat  beli
adalah  sebuah  perilaku  konsumen  dimana  konsumen  mempunyai keinginan  untuk  membeli  atau  memilih  suatu  produk  berdasarkan
pengalaman dalam memilih, menggunakan, dan mengkonsumsi atau bahkan  mengiginkan  suatu  produk.  Shah,  et  al.,2011  dalam  Purba
2015:18  minat  beli  merupakan  keinginan  konsumen  untuk melakukan  pembelian  dimasa  mendatang.  Minat  beli  konsumen
dapat  berubah  sesuai  dengan  stimulus  yang  diberikan.  Minat  beli konsumen  dipengaruhi  oleh  faktor  internal  dan  eksternal.  Faktor
yang  berhubungan  dengan  perasaan  dan  emosi  yang  dimiliki konsumen  merupakan  faktor  internal.  Minat  beli  juga  dipengaruhi
oleh faktor eksternal seperti pemasaran maupun lingkungan. stimulus yang
diperoleh konsumen
kemudian akan
diproses dan
dipertimbangkan  konsumen  sesuai  dengan  kebutuhan  pribadinya. Konsumen  berkemungkinan  besar  akan  memiliki  minat  membeli
ketika stimuli dari luar sesuai keinginan konsumen tersebut.
b. Definisi Minat Beli Ulang
Cronin  dkk,  1992  dalam  Sudrajad,  2014:16  minat  beli  ulang pada  dasarnya  adalah  perilaku  pelanggan  dimana  pelanggan
merespon  positif  terhadap  kualitas  pelayanan  suatu  perusahaan  dan berniat  melakukan  kunjungan  kembali  atau  mengkonsumsi  kembali
produk  perusahaan  tersebut.  Chen    Hsieh  dalam  Purba,  2015:18 mendefinisikan minat  beli  ulang  sebagai  bentuk  respon  positif  yang
ditunjukan  konsumen  terhadap  suatu  produk  setelah  melakukan evaluasi  keseluruhan  terhadap  produk  tersebut  dan  tujuan  yang
dimilikinya dimasa mendatang. c.
Indikator minat beli ulang Ferdinand,  2006  dalam  Purba,  2015:19  minat  beli  ulang  bisa
diidentifikasi oleh beberapa indikator, yaitu: 1
Minat  Referensial,  merupakan  minat  seorang  konsumen  untuk mereferensikan  sebuah  produk  berdasarkan  pengalaman  yang
dimilikinya  kepada  konsumen  lain  agar  konsumen  tersebut  ikut membeli.
2 Minat  Exploratif  yaitu,  minat  seorang  konsumen  mencari  segala
informasi yang berhubungan dengan produk yang diinginkannya. 3
Minat  Transaksional  yaitu,  kecendrungan  seorang  konsumen untuK  membeli  kembali  produk  yang  pernah  dibeli  konsumen
tersebut sebelumnya.
4 Minat Preferensial yaitu, minat menggambarkan perilaku seorang
konsumen  yang  menjadikan  produk  tersebut  sebagai  preferensi utama dibandingkan dengan produk-produk lain   dipasaran.
B.
Penilitian Sebelumnya
1. Bima  Be
nekditus  Kencana  Wiraubhaya  2016  “Pengaruh  Persepsi konsumen pada kualitas jasa pelayanan terhadap loyalitas konsumen jasa
warnet” skripsi jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  pengaruh  persepsi
konsumen  pada  kualitas  pelayanan  terhadap  loyalitas  konsumen  secara parsial kepada konsumen Warnet Merapi Online. Sampel yang digunakan
sebanyak  100  responden  dengan  menggunakan  metode  Accidental Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier sederhana. Hasil analisis penelitian menunjukan bahwa ada
pengaruh  kualitas  pelayanan  terhadap  loyalitas  konsumen  jasa  Warnet Merapi Online dan pengaruhnya positif.
2. Grirendra  Agustin  2010  “Pengaruh  Persepsi  Kualitas  Pelayanan  dan
kepuasan  Konsumen  pada  Minat  Pembelian  Ulang”  Study  Pada Konsumen  Toserba  Luwes  Palur.  Skripsi  jurusan  Manajemen  Fakultas
Ekonomi  Universitas  Sebelas  Maret  Surakarta.  Penelitian  ini  bertujuan untuk  menguji  dimensi  kualitas  pelayanan  Reliability,  Tangibles,
Emphaty, Responsiveness, Assurance terhadap kepuasan pelanggan serta pengaruh  kepuasan  pelanggan  terhadap  minat  pembelian  ulang  pada
konsumen  Toserba  Luwes,  Palur.  Populasi  dalam  penelitian  ini  adalah seluruh  konsumen  Toserba  Luwes,  Palur.  Populasi  dalam  penelitian  ini
adalah  seluruh  responden  dari  200  eksemplar  kuesioner  yang  disebar. Adapun teknik pengambilan kuantitatif dengan bantuan AMOS 16 untuk
menganalisis  model  sktruktural.  Hasil  penelitian  yang  telah  dicapai dalam  penelitian  ini  adalah  :  hipotesis  pertama,  kedua,  ketiga,  keempat,
dan  kelima  dalam  penelitian  ini  terbukti  bahwa  kualitas  jasa  tidak berpengaruh  signifikan  pada  kepuasan  konsumen  p0,05.  Sedangkan
hipotesis  keenam  dalam  penelitian  ini  trebukti  bahwa  kepuasan konsumen  berpengaruh  signifikan  secara  langsung  terhadap  repurchase
intention p0,05 pengunjungkonsumen Toserba Luwes Palur.
C. Kerangka Konseptual