Analisis struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan sektor utama yang terdaftar di indeks LQ45 Bursa Efek Indonesia

(1)

ANALISIS STRUKTUR MODAL TERHADAP KINERJA

KEUANGAN PERUSAHAAN SEKTOR UTAMA YANG

TERDAFTAR DI INDEKS LQ45 BURSA EFEK INDONESIA

ARIZCA KUSUMA WARDANI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Utama yang Terdaftar di Indeks LQ45 Bursa Efek Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

Arizca Kusuma Wardani


(4)

ABSTRAK

ARIZCA KUSUMA WARDANI. Analisis Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Utama yang Terdaftar di Indeks LQ45 Bursa Efek Indonesia. Dibimbing oleh FARIDA RATNA DEWI.

Sektor utama (industri penghasil bahan baku) pada Bursa Efek Indonesia terdiri dari sektor pertanian dan sektor pertambangan. Jumlah perusahaan sektor utama yang tercatat dalam indeks LQ45 cenderung mengalami penurunan di setiap periodenya. Perusahaan yang termasuk ke dalam indeks LQ45 ini secara relatif merupakan perusahaan yang memiliki kinerja yang baik.Kebijakan struktur modal yang tepat dapat mengoptimalkan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini menggunakan data perusahaan sektor utama pada tahun 2009-2013 dengan teknik pemilihan sampel purposive sampling yang dianalisis dengan menggunakan Structural Equation Modelling. DAR, DER, dan LDER merupakan faktor loading dari laten struktur modal. CR, QR, dan CTR merupakan faktor loading dari laten likuiditas. PM, ROA, dan ROE merupakan faktor loading dari laten profitabilitas. ATO, ITO, dan WCTO merupakan faktor loading dari laten aktivitas. P/E merupakan faktor loading dari laten nilai pasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap aktivitas, pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap likuiditas dan pengaruh negatif yang signifikan terhadap profitabilitas sedangkan terhadap nilai pasar tidak memiliki pengaruh.

Kata kunci : aktivitas, likuiditas, nilai pasar, profitabilitas, struktur modal

ABSTRACT

ARIZCA KUSUMA WARDANI. Capital Structure Analysis of Financial Performance of Main Sector Companies Listed in LQ45 Indonesia Stock Exchange. Supervised by FARIDA RATNA DEWI.

The main sectors (industries producing raw materials) in Indonesia Stock Exchange consist of agriculture and mining sectors. The number of primary sector companies listed in LQ45 tend to decrease in each period. Companies included into LQ45 are relatively companies with good performance. The proper capital structure policy can optimize the performance of finance companies. This research uses data primary from sector companies 2009-2013 with sample selection purposive sampling technique that is analyzed using Structural Equation Modeling. DAR, DER, and, LDER are the loading factors of latent capital structure. CR, QR, and CTR are the loading factors of latent liquidity. PM, ROA, and ROE are the loading factors of latent profitability. ATO, ITO, and WCTO are the loading factors of latent activity. P/E is a loading factor of latent market value. The results show that capital structure has a positive and significant effect on activity, negative but not significant effect on liquidity, and significant negative effect on profitability, but no effect on market value.


(5)

ANALISIS STRUKTUR MODAL TERHADAP KINERJA

KEUANGAN PERUSAHAAN SEKTOR UTAMA YANG

TERDAFTAR DI INDEKS LQ45 BURSA EFEK INDONESIA

ARIZCA KUSUMA WARDANI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015


(6)

(7)

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 ini ialah struktur modal, dengan judul Analisis Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Utama yang Terdaftar di Indeks LQ45 Bursa Efek Indonesia.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Farida Ratna Dewi selaku pembimbing. Di samping itu, ungkapan terima kasih disampaikan kepada Bapak, Ibu, dan Adik penulis atas segala doa dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh keluarga, teman-teman, dosen, dan

staff Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor atas segala doa dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015


(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 5

Penelitian Terdahulu 5

METODE PENELITIAN 6

Kerangka Pemikiran Penelitian 6

Lokasi dan Waktu Penelitian 8

Pengumpulan Data 8

Pengolahan dan Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Gambaran Umum 9

Struktur Modal Perusahaan Sektor Utama 11

Kondisi Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Utama 13 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor

Utama 18

Implikasi Manajerial 23

SIMPULAN DAN SARAN 24

Simpulan 24

Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 25


(10)

DAFTAR TABEL

1 Profil perusahaan sektor utama 10

DAFTAR GAMBAR

1 Produk Domestik Bruto (Persen) 2010-2014 (BPS 2015) 1 2 Sektor utama dalam indeks LQ45 (Laporan IDX LQ45 2010-2014) 2

3 Kerangka pemikiran penelitian 7

4 Model SEM 8

5 Average rasio solvabilitas perusahaan sektor utama 2009-2013 11 6 Average rasio likuiditas perusahaan sektor utama 2009-2013 13 7 Average rasio profitabilitas perusahaan sektor utama 2009-2013 15 8 Average rasio aktivitas perusahaan sektor utama 2009-2013 16 9 Rasio nilai pasar (Price Earning Ratio) perusahaan sektor utama 17 10 Model SEM awal dan setelah dropping CTR, ATO, WCTO 19

11 Merefleksikan langsung ITO dan P/E 19

12 Model SEM akhir 20

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perusahaan sektor utama tercatat pada Bursa Efek Indonesia dan indeks LQ45 27

2 Variabel penelitian 29

3 Proporsi struktur modal 35

4 Perbandingan profitabilitas perusahaan 36

5 Cross Loadings 37

6 AVE 37

7 Composite Reliability 38

8 Cronbachs Alpha 38

9 R-Square 38


(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya dengan potensi sumber daya alam, baik yang terbarukan (hasil bumi) maupun yang tidak terbarukan (hasil tambang dan mineral). Di mata dunia, Indonesia terkenal dengan sumber daya alamnya yang melimpah. Sumber daya alam yang tersebar di seluruh daerah Indonesia seperti kekayaan hayati, merupakan urutan terbesar kedua di dunia setelah Brazil atau 15,3% dari 5.131.100 keanekaragaman hayati di dunia. Untuk kekayaan hayati dari beberapa komoditi perkebunan seperti minyak kelapa sawit (CPO) menduduki peringkat satu dunia sejak tahun 2006, produksi karet alam peringkat dua dunia, produksi kakao peringkat tiga dunia, dan komoditi kopi menduduki peringkat empat di dunia.

Saat ini, Indonesia menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menduduki peringkat keenam sebagai negara yang kaya akan sumber daya tambang. Selain itu, dari potensi bahan galiannya untuk batubara, Indonesia menduduki peringkat ketiga untuk ekspor batubara, peringkat kedua untuk produksi timah, peringkat kedua untuk produksi tembaga, dan peringkat keenam untuk produksi emas di dunia. Dengan melimpahnya sumber daya alam yang dimiliki, sektor utama mempunyai potensi yang besar dan menjadi sektor yang penting dan strategis bagi perkembangan ekonomi Indonesia, namun produk domestik bruto sektor utama (industri penghasil bahan baku) cenderung mengalami penurunan pada tahun 2010-2014.

Gambar 1 Produk Domestik Bruto (Persen) 2010-2014 (BPS 2015)

Sektor utama (industri penghasil bahan baku) pada Bursa Efek Indonesia terdiri dari sektor pertanian dan sektor pertambangan. Indeks LQ45 adalah indeks yang terdiri dari 45 saham perusahaan tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang termasuk ke dalam indeks LQ45 ini secara relatif merupakan perusahaan yang memiliki kinerja yang baik. Daftar perusahaan sektor utama yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dan indeks LQ45 pada

0 2 4 6 8 10 12 14 16

2010 2011 2012 2013 2014

Pertanian Pertambangan


(12)

periode 2009-2014 dapat dilihat pada Lampiran 1. Jumlah perusahaan sektor utama yang tercatat dalam indeks LQ45 cenderung mengalami penurunan dari setiap periodenya. Terlihat seperti pada Gambar 2 berikut :

Gambar 2 Sektor utama dalam indeks LQ45 (Laporan IDX LQ45 2010-2014) Penurunan ini perlu diteliti apakah ada pengaruh dari struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan data statistik Bank Indonesia, aliran investasi langsung di Indonesia menurut sektor ekonomi pada tahun 2010-2014 mengalami peningkatan pada sektor pertanian dan pertambangan. Berdasarkan data statistik Bank Indonesia, posisi investasi internasional Indonesia pun mengalami peningkatan pada tahun 2010-2013, hal ini menunjukkan besarnya dana yang tersedia untuk modal. Seharusnya sektor utama mempunyai pendanaan yang memadai dengan potensi melimpahnya sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, namun kenyataannya kinerja keuangan perusahaan sektor utama mengalami penurunan dilihat dari berkurangnya jumlah perusahaan sektor utama yang tercatat dalam indeks LQ45. Penelitian terdahulu yang berkaitan tentang struktur modal menghasilkan kesimpulan yang bertentangan. Disertasi yang ditulis oleh Aang Munawar (2012) menyatakan bahwa struktur kapital berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan perkebunan di Indonesia sedangkan skripsi yang ditulis oleh Irvan Chris (2014) menyatakan bahwa struktur modal memiliki pengaruh yang signifikan dengan nilai korelasi negatif pada kinerja keuangan perbankan di Indonesia.

Sumber pendanaan perusahaan dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Namun kedua sumber tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri bagi tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan laba, meningkatkan kesejahteraan stakeholders, dan meningkatkan nilai perusahaan. Sumber dana yang berbeda ini mengakibatkan timbulnya perdebatan antara bauran penggunaan sumber dana internal dan eksternal yang disebut dengan struktur modal. Struktur modal adalah campuran sumber-sumber dana jangka panjang yang digunakan perusahaan (Keown 2010:148). Struktur modal merupakan hal yang penting bagi keberlangsungan usaha suatu perusahaan karena aktivitas dan perkembangan perusahaan diawali dengan adanya modal. Inti persoalan teori struktur modal adalah menemukan keseimbangan antara manfaat dan biaya dari penggunaan

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Jumlah Perusahaan Sektor Utama dalam Indeks LQ45

Perusahaan Sektor Utama Jumlah perusahaan


(13)

utang. Manfaat dari utang berasal dari penghematan pajak (tax shield) yang memungkinkan perusahaan untuk mengurangi pembayaran pajaknya. Ada pun biaya atas penggunaan utang bersumber dari biaya kebangkrutan (bancruptcy cost), biaya keagenan (agency cost), dan biaya yang terkait dengan informasi tak simetris (asymmetric information) (Mardiyanto 2009:260).

Permasalahan tentang kelemahan dan kelebihan dari penggunaan sumber dana menyebabkan kontroversi. Hal ini menyebabkan manajemen struktur modal menjadi bahasan penting pada tingkat manajemen puncak perusahaan. Masalah manajemen struktur modal adalah sumber-sumber dana yang meningkatkan biaya pendanaan tetap (utang jangka panjang dan saham preferen) harus dikombinasikan dengan saham biasa dalam proporsi yang paling sesuai dengan pasar investasi (Keown 2010:149). Telah banyak teori struktur modal yang telah dikembangkan untuk membantu dalam menentukan struktur modal yang tepat bagi perusahaan. Namun perdebatan dalam struktur modal ini masih berlangsung hingga saat ini. Menurut Keown (2010:149), sebagian orang berpendapat bahwa keputusan menggunakan sedikit leverage keuangan akan mengakibatkan kurang berharganya saham di pasar. Pernyataan tentang penggunaan utang juga dinyatakan oleh Ambarwati (2010:29), secara relatif jika tingkat utang perusahaan rendah, risiko

financial distress dan kebangkrutan perusahaan juga relatif rendah dan biasanya manfaat dari penggunaan utang melebihi biayanya. Pada perusahaan dengan tingkat utang tinggi kemungkinan terjadinya financial distress adalah besar yang saat ini menjadi permasalahan dalam sebagian besar perusahaan sehingga manfaat dari pembelanjaan utang mungkin lebih rendah daripada biaya yang timbul dengan adanya financial distress.

Sebagian pakar ada yang mendukung penggunaan utang yang tinggi namun ada pula yang mendukung penggunaan utang rendah. Ada pendapat bahwa struktur modal optimal dapat dikatakan 100% utang dan 0% modal sendiri (Ambarwati 2010:59). Teori struktur modal telah banyak mengalami perkembangan untuk membantu menemukan jawaban dari permasalahan ini. Teori struktur modal berusaha menjawab pertanyaan bagaimana pengaruh perubahan proporsi utang pada struktur modal terhadap nilai perusahaan (harga saham). Modigliani dan Miller berteori bahwa nilai perusahaan akan terus meningkat dengan bertambahnya proporsi utang. Kraus dan Lizenberger lalu mengoreksinya bahwa dengan adanya biaya kebangkrutan, nilai perusahaan tidak dapat terus menerus meningkat bahkan bisa menurun. Teori struktur modal yang relatif baru menambahkan biaya yang berpengaruh terhadap menurunnya nilai perusahaan juga berasal dari biaya keagenan dan biaya akibat informasi taksimetris (Mardiyanto 2009:270).

Bauran struktur modal yang tepat bagi suatu perusahaan berbeda karena berbagai faktor yang mempengaruhinya. Tidak hanya manajer perusahaan yang membahas tentang kebijakan struktur modal ini namun para pemegang saham pun mempunyai penilaian tersendiri terhadap kebijakan struktur modal. Pemberian sinyal keuangan terjadi ketika perubahan struktur modal memberikan informasi bagi para pemegang sekuritas. Perilaku pihak manajemen yang menerbitkan utang baru akan dianggap sebagai „kabar baik‟ oleh para investor, sementara emisi

saham baru akan dianggap sebagai „kabar buruk‟ (Ambarwati, 2010:60).

Perdebatan tentang struktur modal ini menarik untuk diteliti dan diharapkan akan memberikan manfaat bagi perusahaan dan pemegang saham atau


(14)

investor. Seperti yang dinyatakan oleh Mardiyanto (2009:260), manajer keuangan dapat menentukan berapa proporsi utang terhadap ekuitas yang sebaiknya digunakan perusahaan sehingga harga saham mencapai tingkat paling optimal. Manajer keuangan dapat memastikan apakah utang sudah terlalu banyak atau terlalu sedikit dalam struktur modal perusahaan. Manfaat berikutnya adalah semakin banyak perusahaan yang akan tertolong dari kebangkrutan usaha.

Menilai kinerja keuangan perusahaan dapat dianalisis dari laporan keuangan perusahaan. Menurut Kasmir (2010:66), analisis laporan keuangan merupakan salah satu cara untuk mengetahui kinerja perusahaan dalam suatu periode. Analisis rasio keuangan dapat dimanfaatkan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan (Mardiyanto 2009:51). Pada penelitian ini akan digunakan rasio keuangan solvabilitas untuk mengetahui kondisi struktur modal perusahaan dan rasio keuangan likuiditas, profitabilitas, aktivitas, serta nilai pasar untuk mengetahui kondisi kinerja keuangan perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, kebijakan struktur modal merupakan hal penting bagi perusahaan namun masih terdapat banyak perdebatan dan hasil penelitian yang bertentangan tentang struktur modal tersebut. Oleh karena itu, penyusun tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Utama yang Terdaftar di Indeks LQ45 Bursa Efek Indonesia”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1) Bagaimana kondisi struktur modal perusahaan sektor utama? 2) Bagaimana kondisi kinerja keuangan perusahaan sektor utama?

3) Bagaimana pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan sektor utama?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Menganalisis struktur modal perusahaan sektor utama. 2) Menganalisis kinerja keuangan perusahaan sektor utama.

3) Menganalisis pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan sektor utama.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini bagi perusahaan sektor utama yang termasuk dalam sampel penelitian diharapkan mendapatkan informasi tambahan mengenai kondisi struktur modal dan pengaruhnya pada kinerja keuangan perusahaan sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan perusahaan yang dapat meningkatkan kualitas kinerja


(15)

keuangannya. Dan bagi perusahaan sektor utama lainnya, dapat dipelajari sebagai bahan pertimbangan untuk kebijakan struktur modal perusahaannya sehingga dapat meningkatkan kualitas kinerja keuangannya dan pada akhirnya dapat menarik investor. Bagi investor diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan di dalam pengambilan keputusan investasi pada perusahaan yang termasuk dalam sektor utama di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup perusahaan yang digunakan pada penelitian adalah perusahaan yang bergerak pada sektor utama yaitu industri penghasil bahan baku yang tercatat dalam indeks saham LQ45 Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2013 yang tidak pernah delisting dan relisting selama lima tahun tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Setiana dan Rahayu (2012) dengan judul

“Analisis Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Pada Perusahaan Otomotif

yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2010” menunjukkan hasil penelitian bahwa secara simultan Debt to Assets Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), dan

Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) berpengaruh signifikan terhadap kinerja (Return on Investment) pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010. Secara parsial Debt to Assets Ratio (DAR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja (Return on Investment). Debt to Equity Ratio (DER) dan Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) tidak berpengaruh terhadap kinerja (Return on Investment). Sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur modal yang optimal pada perusahaan otomotif adalah stuktur modal yang tidak terlalu besar dalam menggunakan utangnya karena utang yang besar akan menurunkan laba.

Selanjutnya, penelitian yang berjudul “Impact of Capital Structure on Firm Performance: Analysis of Food Sector Listed on Karachi Stock Exchange

ditulis oleh Amara dan Aziz (2014). Pada penelitian ini rasio utang yang terdiri dari debt to equity, short term debt to total assets, dan long term debt to total assets digunakan untuk mengukur struktur modal. Return on assets dan earnings per share diproksikan untuk mengukur kinerja. Hasil dari penelitian ini menunjukkan hubungan negatif antara rasio struktur modal dengan kinerja dan hanya debt to equity ratio yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Dapat disimpulkan dari hubungan negatif ini bahwa sebaiknya sektor makanan tidak terlalu banyak menggunakan utang dalam struktur modalnya dan dibutuhkan analisis keuangan untuk menentukan bauran yang optimal antara penggunaan utang dan ekuitas agar dapat memaksimalkan laba bagi perusahaan.

Selain itu, terdapat penelitian yang dilakukan oleh Sandy (2014) dengan


(16)

Perbankan di Indonesia”. Hasil dari penelitian ini adalah struktur modal memiliki pengaruh yang signifikan dengan nilai korelasi negatif yang berarti setiap kenaikan struktur modal akan terjadi penurunan pada kinerja keuangan karena perbankan yang komposisi struktur modalnya lebih banyak didanai dengan utang, masih harus menanggung beban operasional yang lebih tinggi daripada manfaat yang diberikan atas penggunaan utang tersebut. Variabel teramati struktur modal yang paling berkontribusi adalah CAR (Capital Adequacy Ratio) dan variabel teramati untuk kinerja keungan yang paling banyak dipengaruhi adalah ROA (Return on Assets).

Keunggulan penelitian ini dibanding dengan penelitian sebelumnya adalah lebih luas dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan. Pada penelitian ini kinerja keuangan perusahaan dianalisis berdasarkan rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, dan rasio nilai pasar. Selain itu, pemilihan sektor yang cenderung mengalami penurunan jumlah perusahaan yang masuk dalam indeks LQ45 ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan sektor lain. Dengan pemilihan sektor utama ini akan diketahui apakah benar kebijakan struktur modal mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, karena perusahaan tercatat dalam indeks LQ45 ini adalah perusahaan-perusahaan terpilih yang mempunyai kinerja keuangan yang baik.

METODE

Kerangka Pemikiran Penelitian

Sektor utama (industri penghasil bahan baku) mempunyai potensi dan peran yang strategis bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Potensi dan peran strategis ini sudah seharusnya didukung oleh pendanaan yang memadai. Namun jumlah perusahaan sektor utama yang tercatat dalam indeks LQ45 Bursa Efek Indonesia yang merupakan indeks dengan perusahaan terpilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar cenderung mengalami penurunan. Struktur modal merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan karena menyangkut kebijakan penggunaan sumber dana yang paling menguntungkan, sumber dana yang nantinya akan digunakan perusahaan untuk operasionalnya agar mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan laba, meningkatkan nilai perusahaan serta memuaskan seluruh stakeholders.

Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif yaitu analisis rasio keuangan yang terdiri dari rasio solvabilitas untuk mengukur struktur modal Kemudian rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, dan rasio nilai pasar untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Selanjutnya rasio keuangan ini akan dianalisis menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) untuk mengetahui pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan sektor utama yang tercatat dalam indeks LQ45 Bursa Efek Indonesia. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi bagi kebijakan struktur modal perusahaan-perusahaan sektor utama (industri penghasil bahan baku). Gambar kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.


(17)

Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian Peran Penting dan Strategis Sektor Utama Bagi

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Penurunan Jumlah Perusahaan Sektor Utama yang Tercatat dalan Indeks LQ45

Pentingnya Kebijakan Struktur Modal Perusahaan Sektor Utama

Laporan Keuangan Perusahaan Sektor Utama

Struktur Modal (Solvabilitas):

Debt to Assets Ratio (DAR)

Debt to Equity Ratio (DER)

Long Term Debt to Equity Ratio (LDER)

Kinerja Keuangan Perusahaan: Likuiditas: Current Ratio (CR),

Quick Ratio (QR), Cash Turnover Ratio (CTR)

Profitabilitas: Profit Margin (PM),

Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE)

Aktivitas: Assets Turnover Ratio

(ATO), Inventory Turnover Ratio

(ITO), Working Capital Turnover Ratio (WCTO)

Nilai Pasar: Price Earning Ratio

(PER)

Rekomendasi

Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan


(18)

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada perusahaan sektor utama (industri penghasil bahan baku) yang tercatat (listing) dalam indeks LQ45 Bursa Efek Indonesia. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015.

Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian adalah data sekunder. Data sekunder yang berasal dari studi literatur yaitu buku, jurnal nasional dan internasional, skripsi, tesis, dan disertasi nasional maupun internasional, serta internet untuk pengumpulan teori dan data yang berkaitan dengan penelitian. Data sekunder berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan yang didapatkan dari Bursa Efek Indonesia. Perusahaan sektor utama (industri penghasil bahan baku) yang dipilih menjadi sampel pada penelitian ini berdasarkan teknik pengambilan sampel purposive sampling atau disebut juga

judgmental sampling dengan kriteria sebagai berikut:

a) Tercatat dalam indeks saham LQ45 Bursa Efek Indonesia.

b) Tidak pernah delisting dan relisting pada indeks LQ45 di setiap periode dari tahun 2009 hingga 2013.

Berdasarkan kriteria tersebut, terpilih sampel penelitian sebanyak 5 perusahaan yang terdiri dari sektor pertanian dan sektor pertambangan. Dari sektor pertanian terdapat 2 perusahaan yaitu Astra Agro Lestari Tbk. dan PP London Sumatera Tbk., dari sektor pertambangan terdapat 3 perusahaan yaitu Adaro Energy Tbk., Indo Tambangraya Megah Tbk., dan Tambang Batubara Bukit Asam Tbk.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan SEM dengan variabel penelitian yang dapat dilihat pada Lampiran 2 dan model SEM pada Gambar 4.


(19)

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

H01 : Struktur modal (DAR, DER, dan LDER) berpengaruh signifikan terhadap likuiditas perusahaan (CR, QR, CTR)

H11 : Struktur modal (DAR, DER, dan LDER) tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas perusahaan (CR, QR, CTR)

H02 : Struktur modal (DAR, DER, dan LDER) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan (PM, ROA, ROE)

H12 : Struktur modal (DAR, DER, dan LDER) tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan (PM, ROA, ROE)

H03 : Struktur modal (DAR, DER, dan LDER) berpengaruh signifikan terhadap aktivitas perusahaan (ATO, ITO, WCTO)

H13 : Struktur modal (DAR, DER, dan LDER) tidak berpengaruh signifikan terhadap aktivitas perusahaan (ATO, ITO, WCTO)

H04 : Struktur modal (DAR, DER, dan LDER) berpengaruh signifikan terhadap nilai pasar perusahaan (PER)

H14 : Struktur modal (DAR, DER, dan LDER) tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai pasar perusahaan (PER)

SEM dianalisis dengan menggunakan software Partial Least Square (PLS) 3.0 M3. Tujuan PLS adalah membantu peneliti untuk mendapatkan nilai variabel laten untuk tujuan prediksi. Estimasi parameter yang didapat melalui PLS dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori. Kategori pertama adalah weight estimate digunakan untuk menciptakan skor variabel laten. Kategori kedua, merefleksikan

path estimate yang menghubungkan variabel laten dan antara variabel laten dengan blok indikatornya (loading). Kategori ketiga adalah berkaitan dengan rata-rata (means) dan location parameters (regression constants) untuk indikator dan variabel laten. Untuk memperoleh ketiga estimasi parameter ini, algorithm PLS menggunakan proses tiga tahap dengan setiap tahap menghasilkan estimasi. Tahap pertama menghasilkan weight estimate, tahap kedua menghasilkan estimasi untuk

inner model (model struktural yang menghubungkan antar variabel laten) dan

outer model (model pengukuran refleksif atau formatif). Dan tahap ketiga menghasilkan rata-rata dan location estimate (Ghozali 2015:11).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum

Sektor utama (industri penghasil bahan baku) pada Bursa Efek Indonesia terdiri dari sektor pertanian dan sektor pertambangan. Pada sektor pertanian terdapat 17 perusahaan dan pada sektor pertambangan terdapat 39 perusahaan. Perusahaan sektor utama yang tidak pernah delisting dan relisting dalam indeks saham LQ45 mulai tahun 2009 hingga 2013 terdapat lima perusahaan yaitu Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) dan PP London Sumatera Tbk. (LSIP) dari sektor pertanian, Adaro Energy Tbk. (ADRO), Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG), dan Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA) dari sektor pertambangan.


(20)

Tabel 1 Profil perusahaan sektor utama No Nama

Perusahaan

Visi dan Misi Kegiatan Usaha Asset (Rp) 1 Astra Agro

Lestari Tbk. (AALI)

Visi :

Menjadi perusahaan agrobisnis yang paling produktif dan paling inovatif di dunia.

Misi :

Menjadi panutan dan berkontribusi untuk pembangunan serta

kesejahteraan bangsa. Produsen minyak kelapa sawit mengelola perkebunan kelapa sawit seluas 281.378 ha 14.96 triliun

2 PP London Sumatera Tbk. (LSIP)

Visi :

Menjadi perusahaan agribisnis terkemuka yang berkelanjutan dalam hal tanaman, biaya, lingkungan (3C /Crops, Cost, Conditions) yang berbasis penelitian dan pengembangan. Misi :

Menambah nilai bagi

stakeholders” di bidang agribisnis.

Pemuliaan tanaman, penanaman, pemanenan, pengolahan dan penjualan produk-produk kelapa sawit, karet, kakao, dan teh dengan lebih dari 110.000 ha

7.97 triliun

3 Adaro Energy Tbk. (ADRO)

Visi :

Menjadi kelompok perusahaan tambang dan energi Indonesia yang terkemuka.

Misi :

Bergerak di bidang pertambangan dan energi untuk memuaskan kebutuhan pelanggan, mengembangkan karyawan, menjalin kemitraan dengan pemasok, mendukung

pembangunan masyarakat dan negara, mengutamakan keselamatan dan kelestarian lingkungan, dan memaksimalkan nilai bagi pemegang saham. Bisnis pertambangan batubara, serangkaian bisnis yang terintegrasi secara vertikal, dengan beberapa anak perusahaan yang beroperasi dari pertambangan sampai energi yang meliputi pertambangan, tongkang, pemuatan kapal, pengerukan, jasa pelabuhan, pemasaran dan ketenagalistrikan. 82.62 triliun

4 Indo Tambangra ya Megah Tbk.

(ITMG)

Visi :

Menjadi perusahaan energi batubara terkemuka di Indonesia dengan pertumbuhan

berkesinambungan yang dicapai melalui profesionalisme dan kepedulian terhadap karyawan, masyarakat dan lingkungan. Misi :

(1) Mengembangkan keunggulan

Produsen batubara berusaha dalam bidang pertambangan, pembangunan, pengangkutan, perbengkelan, perdagangan, perindustrian, dan jasa 17.08 triliun


(21)

pada semua lini operasi untuk melayani pelanggan dengan kualitas dan kuantitas produk dan jasa yang konsisten, (2)

Mengembangkan karyawan yang piawai, sistem dan infrastruktur yang efisien berdasarkan budaya yang berinovasi, berintegritas, berkepedulian, dan bersinergi, (3) Berinvestasi dalam bisnis energi berbasis batubara yang secara berkesinambungan memperkuat posisi ITM, (4) Untuk mendorong dan berkontribusi bagi

perkembangan masyarakat dengan bertindak sebagai warga yang baik dan berkontribusi terhadap ekonomi dan masyarakat.

5 Tambang Batubara Bukit Asam Tbk.

(PTBA)

Visi :

Menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan. Misi :

Mengelola sumber energi dengan mengembangkan kompetensi korporasi dan keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah maksimal bagi stakeholder dan lingkungan. Produksi dan penjualan batubara, bidang pembangkitan listrik, dan benefiasi batubara 11.67 triliun

Sumber: Laporan tahunan, 2013

Struktur Modal Perusahaan Sektor Utama

Gambar 5 Average rasio solvabilitas perusahaan sektor utama 2009-2013 (Laporan IDX LQ45 2009-2013)

Rasio solvabilitas (DAR, DER, LDER) mengukur dua hal, yaitu proporsi utang perusahaan yang digunakan untuk membiayai investasi dan kemampuan perusahaan dalam membayar utangnya (khususnya dalam jangka panjang). Pada

Debt to Assets Ratio (DAR), perusahaan Adaro Energy Tbk. (ADRO) mempunyai nilai rasio yang tinggi dibandingkan perusahaan lainnya yaitu 0.56 yang berarti

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4

AALI ADRO ITMG LSIP PTBA

DAR DER LDER


(22)

bahwa 56% dari total asset yang dimiliki perusahaan dibiayai menggunakan utang (Gambar 5). Debt to Assets Ratio (DAR) yang tinggi menunjukkan penggunaan utang yang tinggi untuk membiayai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan kata lain, investasi pada aktiva perusahaan tinggi, yang dapat meningkatkan operasional perusahaan.

Perusahaan pada sektor pertambangan yaitu, Adaro Energy Tbk. (ADRO), Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG), dan Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA) mempunyai nilai DAR yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan pada sektor pertanian (Gambar 5). Hal ini dikarenakan total aktiva dan total utang yang dimiliki oleh perusahaan sektor pertambangan lebih tinggi dibandingkan sektor pertanian. Selain itu, dikarenakan prospek perusahaan di mata publik yang lebih baik dibandingkan sektor pertanian. Walaupun kedua sektor ini mempunyai tingkat risiko yang tinggi, namun sektor pertambangan di mata publik dirasa lebih aman sehingga sektor pertambangan mempunyai jumlah utang yang lebih besar.

Nilai DER tertinggi dimiliki oleh perusahaan Adaro Energy Tbk. (ADRO) yaitu 1.25 yang menunjukkan bahwa total utang perusahaan sebesar 1.25 kali dari total ekuitasnya (Gambar 5). Nilai DER yang tinggi menunjukkan utang yang lebih besar dibandingkan dengan ekuitas. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), PP London Sumatera Tbk. (LSIP), Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG), dan Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA) memiliki nilai DER yang rendah karena jumlah ekuitas yang dimilikinya lebih besar dari jumlah utang yang dimilikinya. Perusahaan lebih memilih menggunakan ekuitas dalam jumlah yang tinggi karena ingin memaksimalkan kepuasan pemegang saham. Selain itu, dikarenakan risiko dari penggunaan utang yaitu tidak mampunya perusahaan melunasi utang tersebut pada waktu jatuh tempo.

Nilai DER sektor pertanian lebih rendah dari sektor pertambangan karena total ekuitas yang dimilikinya lebih rendah. Nilai DER yang tinggi pada sektor pertambangan menunjukkan modal sendiri yang dijadikan jaminan utang lebih besar dibandingkan nilai DER yang rendah pada sektor pertanian. Dengan kata lain, DER yang tinggi menunjukkan tingkat pendanaan yang tinggi bagi perusahaan sehingga dengan dana yang besar dapat meningkatkan operasional perusahaan. Selain itu, utang yang tinggi dapat meningkatkan beban bunga yang dapat dikurangi dalam perhitungan pajak terhadap laba. Tarif pajak penghasilan yang lebih tinggi bagi perusahaan pertambangan mendorong perusahaan untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar atas penggunaan utang dalam struktur modalnya. Namun hanya Adaro Energy Tbk. (ADRO) yang mempunyai jumlah utang melebihi ekuitasnya, sedangkan perusahaan lain pendanaan lebih besar menggunakan ekuitas karena beberapa faktor di antaranya adalah sifat dan karakteristik industri yang sarat risiko. Tahapan awal pada bisnis perusahaan memiliki ketidakpastian yang tinggi dan memerlukan modal yang sangat besar.

Nilai Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) tertinggi adalah perusahaan Adaro Energy Tbk. (ADRO). LDER yang tinggi menunjukkan komposisi utang jangka panjang yang lebih besar dibandingkan komposisi ekuitas pada perusahaannya yaitu 0.93 atau 93% (Gambar 5). Jumlah utang jangka panjang yang tinggi disebabkan perusahaan mempunyai rentang waktu eksplorasi hingga penjualan yang cukup lama, sehingga keuntungan yang didapat dari utang tersebut membutuhkan waktu yang cukup panjang. Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG), Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), PP London Sumatera Tbk. (LSIP), dan


(23)

Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA) memiliki nilai LDER yang rendah karena jumlah utang jangka panjang yang dimilikinya lebih rendah dibandingkan jumlah ekuitas yang dimilikinya. Proporsi utang jangka panjang pada Adaro Energy Tbk. (ADRO) hampir sebesar proporsi ekuitas, kondisi ini berbeda dengan perusahaan lain yang proporsi ekuitasnya jauh lebih besar dibandingkan proporsi utang jangka panjangnya (Lampiran 3).

Kondisi Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Utama

Gambar 6 Average rasio likuiditas perusahaan sektor utama 2009-2013 (Laporan IDX LQ45 2009-2013)

Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban (utang) jangka pendek tepat pada waktunya, termasuk melunasi bagian utang jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun bersangkutan. Rata-rata nilai CR tertinggi adalah perusahaan Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan rata-rata nilai CR terendah adalah perusahaan Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) (Gambar 6). Nilai CR yang tinggi ini menunjukkan baiknya kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendeknya atau utang yang segera jatuh tempo. Semakin tinggi nilai CR maka perusahaan dikatakan semakin likuid. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA) mempunyai nilai CR yang tinggi karena rencana strategis perusahaan yaitu selain meningkatkan produksi dan penjualan batubara, perusahaan mengasah kompetensi di bidang pembangkitan listrik dan benefiasi batubara. PTBA terus melakukan transformasi bisnis untuk menjadi perusahaan energi kelas dunia. Untuk mencapai tujuan tersebut, PTBA melakukan strategi pengembangan dengan tiga fokus utama, yaitu pengembangan aset-aset tambang dan infrastruktur, pengembangan PLTU, dan benefisiasi batubara untuk meningkatkan nilai tambah batubara. Hal ini mendorong perusahaan untuk melakukan investasi pada asset perusahaan. Seiring dengan meningkatnya asset perusahaan, maka asset lancar perusahaan pun akan meningkat dan menyebabkan utang lancar pun ikut meningkat untuk membiayai asset lancar. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA) mempunyai beberapa PLTU baru yaitu PLTU Pelabuhan Tarahan yang akan beroperasi penuh pada tahun 2014 dan ditambah 2 PLTU lagi yang sedang dalam proses pembangunan. Selain itu PTBA juga melakukan upaya peningkatan produksi yang efisien serta memperbesar kapasitas pelabuhan dan angkutan kereta yang meningkatkan asset perusahaan. Kelima perusahaan ini tergolong perusahaan yang likuid, karena aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dapat menutupi kewajiban jangka pendek

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00

AALI ADRO ITMG LSIP PTBA

CR QR CTR


(24)

yang segera jatuh tempo (utang lancar). Nilai CR yang tinggi pula menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) perusahaan yang baik.

Nilai rasio cepat (Quick Ratio / QR) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan (inventory). Rata-rata nilai QR perusahaan sektor utama cukup beragam. Adaro Energy Tbk. (ADRO), Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG), dan PP London Sumatera Tbk. (LSIP) mempunyai rata-rata nilai QR yang hampir sama (1.68, 1.82, 1.82), Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) mempunyai rata-rata nilai QR terendah, dan Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA) mempunyai rata-rata nilai QR tertinggi (Gambar 6). Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) mempunyai rata-rata nilai QR yang rendah karena pada tahun 2011, 2012, dan 2013 rasio nilai QR 0.78, 0.20, dan 0.24. Nilai rasio ini sangat berbeda dengan perusahaan lainnya yang mempunyai nilai QR di atas 1,0. Hal ini dikarenakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih rendah dari jumlah utang lancar yang dimilikinya. Faktor dari jumlah persediaan juga menjadi penyebabnya, persediaan yang dimiliki Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) lebih tinggi dibandingkan perusahaan sektor pertanian lainnya pada sampel penelitian ini yaitu PP London Sumatera Tbk. (LSIP). Lain halnya dengan Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA) yang mempunyai rata-rata nilai QR yang tinggi dibanding perusahaan lainnya, karena jumlah persediaan dan utang lancar yang dimiliki perusahaan tergolong lebih rendah dibandingkan perusahaan sektor tambang lainnya pada sampel penelitian ini. Secara garis besar, perusahaan sektor utama ini tergolong likuid karena rata-rata nilai QR yang dimiliki tinggi, kecuali pada Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) yang memiliki rata-rata nilai QR dibawah 1.0.

Rata-rata nilai rasio perputaran kas (Cash TurnoverRatio / CTR) tertinggi adalah Adaro Energy Tbk. (ADRO) dan terendah adalah Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA). Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), PP London Sumatera Tbk. (LSIP), dan Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) mempunyai rata-rata nilai CTR yang hampir sama yaitu 4.49, 4.75, 4.98 (Gambar 6). Nilai CTR yang tinggi menunjukkan tercukupinya modal kerja yang tersedia dalam perusahaan untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Nilai CTR Adaro Energy Tbk. (ADRO) tinggi karena tingkat penjualannya yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan lain pada sampel penelitian ini, skala perusahaan yang besar menyebabkan tingkat penjualan tinggi. Nilai CTR perusahaan sektor pertambangan lebih stabil dibandingkan sektor pertanian. Hal ini dapat dikarenakan oleh faktor komoditas. Komoditas pertanian cenderung memiliki hasil produksi yang lebih sulit diprediksikan dibandingkan pertambangan sehingga berimbas pada tingkat penjualan. Secara garis besar, perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik dari sisi likuiditas adalah perusahaan Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA).


(25)

Gambar 7 Average rasio profitabilitas perusahaan sektor utama 2009-2013 (Laporan IDX LQ45 2009-2013)

Rasio profitabilitas mengukur kesanggupan perusahaan untuk menghasilkan laba dan mencerminkan tingkat efektivitas dan efisiensi manajemen perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Rata-rata nilai PM tertinggi adalah PP London Sumatera Tbk. (LSIP) dan terendah adalah Adaro Energy Tbk. (ADRO) (Gambar 7). PP London Sumatera Tbk. (LSIP) memiliki rata-rata nilai PM yang tinggi disebabkan tingkat penjualan perusahaan lebih rendah dibandingkan perusahaan lain pada sampel penelitian ini sehingga rasio yang dihasilkan tinggi. Tingkat penjualan yang rendah disebabkan oleh kondisi perekonomian global pada tahun-tahun akhir ini memburuk sehingga harga komoditas baik pertanian maupun pertambangan mengalami penurunan. Rasio margin laba yang tinggi mengindikasikan perusahaan mampu menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi dari aktivitas penjualannya. Rata-rata nilai PM yang rendah pada Adaro Energy Tbk. (ADRO) dikarenakan jumlah penjualan perusahaan setiap tahunnya sangat fluktuatif dibandingkan perusahaan lainnya. Hal ini disebabkan oleh faktor perekonomian global yang tidak stabil berimbas pada permintaan dan penawaran komoditas.

Tingkat pengembalian atas total aktiva (Return on Asset / ROA) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA juga mencerminkan tingkat efektifitas manajemen dalam mengelola investasinya. Rata-rata nilai ROA tertinggi dimiliki oleh Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) dan rata-rata nilai ROA terendah adalah Adaro Energy Tbk. (ADRO) (Gambar 7). Dengan begitu, Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) mempunyai kemampuan yang baik dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi yaitu di tengah banyaknya tantangan dari perekonomian global yang tidak stabil, ITMG tetap mampu mempertahankan upayanya untuk meningkatkan penjualan batubara sehingga nilai ROA tinggi. Sektor pertambangan memiliki pola peningkatan dan penurunan laba bersih yang sama, yaitu menurun pada tahun 2010, meningkat pada tahun 2011, dan menurun kembali berturut-turut pada tahun 2012 dan 2013. Sedangkan pada sektor pertanian laba bersih meningkat setiap tahunnya dan menurun di tahun 2013, namun PP London Sumatera Tbk. (LSIP) mengalami penurunan laba bersih juga pada tahun 2012. Pola yang sama ini disebabkan oleh faktor perekonomian global.

Tingkat pengembalian atas total ekuitas (Return on Equity / ROE) merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri yang menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Rata-rata nilai ROE

0 0,1 0,2 0,3 0,4

AALI ADRO ITMG LSIP PTBA

PM ROA ROE


(26)

tertinggi dimiliki oleh Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) dan terendah oleh Adaro Energy Tbk. (ADRO). Nilai ROE yang tinggi menunjukkan Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) mempunyai posisi pemilik perusahaan yang kuat karena jumlah ekuitasnya yang tinggi sedangkan Adaro Energy Tbk. (ADRO) relatif mempunyai posisi pemilik perusahaan yang lemah karena ekuitas yang dimiliki perusahaan rendah dan lebih banyak menggunakan utang untuk pendanaan perusahaan. Perusahaan lainnya lebih banyak menggunakan ekuitas untuk pendanaan perusahaan dibandingkan utang sehingga nilai ROE menjadi lebih tinggi dan posisi pemilik perusahaan menjadi lebih kuat.

Secara garis besar rata-rata nilai PM, ROA, dan ROE yang mencerminkan profitabilitas perusahaan, perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang baik adalah Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG). Dengan kata lain, Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) mempunyai tingkat efektivitas dan efisiensi perusahaan yang baik (Lampiran 4).

Gambar 8 Average rasio aktivitas perusahaan sektor utama 2009-2013 (Laporan IDX LQ45 2009-2013)

Rasio aktivitas mengukur kemampuan aktiva perusahaan dalam menghasilkan pendapatan (penjualan). Rata-rata nilai ATO tertinggi adalah Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) dan terendah adalah Adaro Energy Tbk. (ADRO). Nilai ATO yang tinggi menunjukkan tingginya jumlah penjualan yang diperoleh Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) dari tiap rupiah aktiva yang dimiliki perusahaan. Nilai ATO yang tinggi ini berkaitan dengan nilai ROA dan ROE ITMG yang juga tertinggi karena upaya perusahaan dalam meningkatkan tingkat penjualan perusahaan. Pada dasarnya, kelima perusahaan mempunyai rata-rata nilai ATO yang tidak jauh berbeda atau dapat dikatakan hampir sama yaitu di atas 0.5 dan hanya Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) yang mempunyai rata-rata nilai ATO di atas 1.5. Hal ini menunjukkan aktiva yang dimiliki Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) relatif lebih produktif dalam menghasilkan pendapatan (penjualan) dibandingkan perusahaan lainnya.

Rasio perputaran persediaan (Inventory Turnover Ratio / ITO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode. Rata-rata nilai ITO tertinggi adalah Adaro Energy Tbk. (ADRO) dan terendah adalah PP London Sumatera Tbk. (LSIP) (Gambar 8). Rata-rata nilai ITO Adaro Energy Tbk. (ADRO) tinggi karena harga pokok penjualan perusahaan yang lebih besar dibandingkan perusahaan lainnya dan persediaan yang dimiliki Adaro Energy Tbk. (ADRO) lebih rendah dibandingkan perusahaan sektor pertambangan lainnya pada sampel penelitian ini.

0 10 20 30 40 50

AALI ADRO ITMG LSIP PTBA

ATO ITO WCTO


(27)

Harga pokok penjualan yang tinggi disebabkan oleh skala perusahaan yang besar. Selain itu, nilai ITO yang tinggi menunjukkan seringnya barang persediaan Adaro Energy Tbk. (ADRO) diganti dalam satu tahun dibandingkan perusahaan lainnnya yang berarti pula menunjukkan semakin cepatnya barang dagangan laku terjual. PP London Sumatera Tbk. (LSIP) memiliki rata-rata nilai ITO yang rendah karena harga pokok penjualan perusahaan yang rendah dibandingkan perusahaan lainnya dan persediaan yang dimiliki perusahaan relatif lebih rendah dibandingkan perusahaan sektor pertanian lainnya dalam sampel penelitian ini. Sektor pertanian mempunyai nilai ITO yang rendah dibandingkan perusahaan sektor pertambangan karena karakteristik produk yang ditawarkan perusahaan adalah produk perkebunan yang tidak tahan lama sehingga jumlah persediaan yang dimiliki perusahaan rendah untuk mengurangi risiko kerusakan produk.

Rasio perputaran modal kerja (Working Capital Turnover Ratio / WCTO) merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu dengan membandingkan antara penjualan dan modal kerja (aktiva lancar). Rata-rata nilai WCTO tertinggi adalah Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) dan terendah adalah Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA) (Gambar 8). Nilai WCTO yang tinggi pada Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) menunjukkan tingginya modal kerja berputar pada suatu periode. Secara garis besar, belum terdapat kecenderungan perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang paling baik berdasarkan rasio aktivitas yang berarti perusahaan relatif belum efektif dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya dan relatif belum efisien dalam pemanfaatan sumber daya perusahaan karena sifat dan karakteristik indusri yang tinggi risiko dan faktor perekonomian global yang tidak stabil sangat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.

Gambar 9 Rasio nilai pasar (Price Earning Ratio) perusahaan sektor utama (Laporan IDX LQ45 2009-2013)

Rasio nilai pasar mengukur kinerja saham perusahaan di pasar modal.

Price earning ratio perusahaan fluktuatif, tidak terdapat perusahaan yang mempunyai pola price earning ratio yang terus meningkat atau menurun tetapi dapat dilihat pada tahun 2011 dan 2012 price earning ratio seluruh perusahaan cenderung rendah pada dua tahun tersebut (Gambar 9). Makin rendah rasio P/E, makin murah harga saham suatu perusahaan (relatif terhadap laba per lembarnya). Rendahnya harga saham menunjukkan rendahnya nilai saham di mata investor dan hal ini dapat menarik minat calon pembeli. Harga saham yang fluktuatif ini disebabkan oleh harga komoditas yang tidak stabil akibat perekonomian global yang tidak stabil sehingga penawaran dan permintaan pasar terhadap komoditas terganggu.

2009 2010 2011 2012 2013

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00

ADRO ITMG LSIP PTBA AALI


(28)

Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Utama

Analisis Partial Least Square (PLS)

Penelitian ini menggunakan SmartPLS 3 untuk pengujian model. Terdapat lima variabel laten, yaitu struktur modal, likuiditas, profitabilitas, aktivitas, dan nilai pasar. Masing-masing variabel laten memiliki variabel manifest (indikator). Metode analisis digunakan untuk mengetahui bentuk dan pengaruh struktur modal sebagai variabel eksogen murni terhadap variabel laten dependen (endogen) yaitu likuiditas, profitabilitas, aktivitas, dan nilai pasar. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) yang diolah dengan menggunakan SmartPLS 3. PLS merupakan metode analisis yang powerfull karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala tertentu dan sampel penelitian yang digunakan tidak harus besar. PLS dapat digunakan untuk mengkonfirmasi teori dan menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel laten sehingga PLS merupakan analisis yang tepat untuk menguji hipotesis penelitian ini.

Pengujian Model SEM

Pengujian model SEM dengan mengevaluasi model pengukuran (outer model) yang mendefinisikan bagaimana setiap blog indikator berhubungan dengan variabel latennya dan model struktural (inner model) yang menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan pada substantive theory. Berikut adalah evaluasi dan interpretasi model:

Evaluasi Measurement (Outer) Model

Convergent validity dari measurement model dengan indikator refleksif dapat dilihat dari korelasi antara score item/indikator dengan score konstruknya. Indikator individu dianggap reliable jika memiliki nilai korelasi di atas 0.70, namun loading 0.50 sampai 0.60 masih dapat diterima (Ghozali 2015:37). Pada penelitian ini, terdapat indikator yang dikeluarkan dari model karena memiliki

loading kurang dari 0.70 yaitu Cash Turnover Ratio (CTR), Assets Turnover Ratio (ATO), dan Working Capital Turnover Ratio (WCTO). Berikut adalah hasil output grafik SmartPLS sebelum dan sesudah penghapusan indikator yang tidak


(29)

Gambar 10 Model SEM awal dan setelah dropping CTR, ATO, WCTO Setelah melakukan dropping atau penghapusan indikator, nilai R-square

dari market value adalah 0.000 yang berarti variabilitas konstruk market value

yang dapat dijelaskan oleh variabilitas konstruk struktur modal sebesar 0%, karena struktur modal tidak dapat menjelaskan market value, maka variabel laten

market value dihapus dari model (Gambar 10). Selain melihat pada nilai

R-square, dilakukan uji lain dengan merefleksikan langsung indikator ITO dan P/E dari variabel laten struktur modal, setelah diakukan re-calculate indikator P/E memiliki nilai kurang dari 0.70 sehingga indikator P/E harus dihapuskan dari model. Setelah itu dilakukan re-calculate kembali dan menghasilkan nilai seperti terlihat pada gambar berikut :


(30)

Gambar 12 Model SEM akhir

Setelah melakukan penghapusan indikator dan menilai loading factor

maka model SEM akhir yang terbentuk seperti gambar diatas. Model SEM telah memenuhi convergent validity karena semua factor loading berada di atas 0.70 yang menunjukkan indikator-indikator merefleksikan konstruk.

Discriminant Validity

Discriminant validity digunakan untuk menentukan valid atau tidaknya masing-masing variabel laten atau konstruk. Discriminant validity indikator refleksif dapat dilihat pada cross-loading antara indikator dengan konstruknya. konstruk aktivitas, likuiditas, profitabilitas, dan struktur modal memprediksi indikator pada masing-masing bloknya lebih baik dibandingkan dengan indikator di blok lainnya. Nilai cross loadings dapat dilihat pada Lampiran 5. Uji lainnya adalah menilai validitas dari konstruk dengan melihat nilai AVE, dipersyaratkan model yang baik jika AVE masing-masing konstruk nilainya lebih besar dari 0.50 (Ghozali 2015:40). Hasil output AVE menunjukkan nilai AVE yang baik pada semua konstruk yaitu di atas 0.50 sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing konstruk mempunyai nilai yang valid. Nilai AVE dapat dilihat pada Lampiran 6.

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas konstruk diukur dengan dua kriteria yaitu composite reliability dan cronbach alpha dari blok indikator yang mengukur konstruk. Konstruk dinyatakan reliabel jika nilai composite reliability maupun cronbach alpha di atas 0.70 (Ghozali 2015:41). Hasil output composite reliability maupun

cronbach alpha baik pada semua konstruk yaitu di atas 0.70. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing konstruk memiliki reliabilitas yang baik atau bersifat reliabel. Nilai composite reliability dan cronbach alpha dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8.

Evaluasi Model Struktural (Inner Model)

Pengujian terhadap model struktural dilakukan dengan melihat nilai

R-square yang merupakan uji goodness-fit model. Model pengaruh struktur modal terhadap aktivitas memberikan nilai R-square sebesar 0.486 yang dapat diinterpretasikan bahwa variabilitas konstruk aktivitas yang dapat dijelaskan oleh variabilitas konstruk struktur modal sebesar 48.6% sedangkan 51.4% dijelaskan


(31)

oleh variabel lain. Selain itu, struktur modal juga dapat menjelaskan tingkat likuiditas sebesar 3.8% dan sisanya 96.2% dijelaskan oleh variabel lain. Kemudian struktur modal dapat menjelaskan tingkat profitabilitas sebesar 41.5% sedangkan sisanya 58.5% dijelaskan oleh variabel lain. Nilai R-square dapat dilihat pada Lampiran 9.

Uji yang kedua adalah melihat signifikansi pengaruh struktur modal terhadap aktivitas, likuiditas, dan profitabilitas dengan melihat nilai koefisien parameter dan nilai signifikansi t-statistik serta p-value. Hasil output metode

bootstrapping SmartPLS 3 pada koefisien jalur dapat dilihat pada Lampiran 10. Besarnya koefisien parameter 0.697 yang berarti terdapat pengaruh positif struktur modal terhadap aktivitas. Semakin tinggi tingkat struktur modal dalam hal ini adalah semakin tinggi penggunaan utang maka semakin tinggi pula tingkat akivitas perusahaan dengan nilai t-statistik sebesar 3.653 yang berarti pengaruhnya signifikan karena lebih besar dari t tabel signifikansi 5% yaitu 1.96. Selain itu nilai p-value adalah 0.000 yang berarti pengaruhnya signifikan karena berada di bawah 0.05 (selang kepercayaan). Pengaruh struktur modal terhadap likuiditas sebesar -0.194 yang berarti pengaruhnya negatif, semakin tinggi struktur modal dalam hal ini semakin tinggi penggunaan utang maka tingkat likuiditas semakin rendah. Namun pengaruh ini tidak signifikan dilihat dari t-statistik yang kurang dari 1,96 dan p-value yang lebih dari 0.05. Selain itu, struktur modal juga mempunyai pengaruh negatif terhadap profitabilitas yaitu -0.644 yang berarti semakin tinggi struktur modal dalam hal ini semakin tinggi penggunaan utang maka tingkat profitabilitas semakin rendah dengan pengaruh yang signifikan dilihat dari t-statistik 6.359 yang lebih dari 1.96 dan p-value sebesar 0.000 yang kurang dari 0.05.

Pada model SEM, dapat dianalisis bahwa pada variabel laten likuiditas terdapat aktivitas penghilangan (dropping) CTR (Cash Turnover Ratio) yang dikarenakan pada model tersebut nilai faktor loading CTR kurang dari 0.70 sehingga harus dihapus dari model. Pengaruh CTR diduga tidak kuat terhadap variabel laten likuiditas. CTR dipengaruhi oleh faktor penjualan bersih dan modal kerja. Modal kerja sendiri berasal dari selisih aktiva lancar dan utang lancar perusahaan. Pada penelitian ini, tidak seluruh perusahaan mempunyai modal kerja yang selalu positif walaupun penjualan bersih perusahaan mengalami peningkatan. Terdapat perusahaan yang mempunyai aktiva lancar yang lebih rendah dari utang lancar yang dimilikinya. Selain itu, total penjualan bersih beberapa perusahaan yang fluktuatif dan tidak sejalannya peningkatan penjualan dengan peningkatan akiva lancar serta utang lancar menyebabkan pengaruh yang tidak kuat indikator CTR terhadap likuiditas. Hal ini juga dapat disebabkan pengaruh ekuitas, beberapa perusahaan mempunyai proporsi ekuitas yang lebih tinggi dari total utangnya sehingga untuk pembayaran tagihan dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan menggunakan pendanaan yang berasal dari ekuitas. Hal ini disebabkan oleh sifat dan karakteristik perusahaan yang memiliki risiko yang tinggi sehingga lebih banyak menggunakan ekuitas pada pendanaan perusahaannya.

Pada model SEM, dapat dianalisis juga bahwa pada variabel laten aktivitas terdapat aktivitas penghilangan (dropping) ATO (Assets Turnover Ratio) dan WCTO (Working Capital Turnover Ratio) yang dikarenakan pada model tersebut nilai faktor loading CTR kurang dari 0.70 sehingga harus dihapus dari model.


(32)

Pengaruh ATO dan WCTO diduga tidak kuat terhadap variabel laten aktivitas. ATO dipengaruhi oleh faktor penjualan dan total aktiva. Pada beberapa perusahaan tingkat penjualan sangat fluktuatif dan tidak sesuai dengan kecenderungan peningkatan total aktiva setiap tahunnya. Begitu pula dengan WCTO yang dipengaruhi oleh faktor penjualan bersih dan aktiva lancar, tingkat penjualan perusahaan yang fluktuatif dan aktiva lancar pada perusahaan sampel penelitian yang beragam menyebabkan ATO dan WCTO memiliki pengaruh yang tidak kuat terhadap variabel laten aktivitas.

Selain itu pada model SEM terdapat penghapusan variabel laten market value, hal ini disebabkan karena variabel struktur modal tidak dapat menjelaskan variabel laten market value yang terdiri atas indikator P/E (Price Earning Ratio), hal ini dilihat dari nilai R-square variabel laten market value sebesar 0.000. Oleh sebab itu, variabel laten market value ini dihapuskan dari model SEM agar didapat model SEM yang baik untuk menganalisis pengaruh struktur modal pada variabel kinerja keuangan yang memang dapat dijelaskan oleh struktur modal. Struktur modal tidak dapat menjelaskan market value karena nilai P/E perusahaan yang sangat beragam dan berfluktuatif setiap tahunnya dan tidak memiliki kecenderungan tertentu meningkat atau menurun akibat perubahan peningkatan atau penurunan struktur modal dalam hal ini peningkatan atau penurunan utang.

Pada model SEM dapat dianalisis bahwa pengaruh positif struktur modal terhadap aktivitas dikarenakan peningkatan utang pada perusahaan akan meningkatkan aktivitas operasional perusahaan sehingga harga pokok penjualan pun akan meningkat. Meningkatnya pendanaan utang pada perusahaan akan meningkatkan investasi pada aktiva perusahaan sehingga aktivitas operasional perusahaan pun meningkat yang pada akhirnya meningkatkan penjualan, pada umumnya peningkatan penjualan seiring dengan peningkatan harga pokok penjualannya sehingga nilai ITO meningkat. Pengaruh positif struktur modal terhadap aktivitas adalah signifikan yang berarti berpengaruh nyata, perubahan peningkatan pada struktur modal dalam hal ini peningkatan total utang baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang akan meningkatkan aktivitas perusahaan dalam jumlah yang relatif besar.

Pengaruh negatif struktur modal terhadap likuiditas dikarenakan perbandingan proporsi peningkatan aktiva lancar dan utang lancar yang tidak sama. Peningkatan total utang akan meningkatkan proporsi utang lancarnya lebih besar dari peningkatan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan sehingga CR dan QR menurun. Penggunaan utang lebih banyak digunakan untuk investasi pada aktiva tetap perusahaan karena sifat dan karakteristik perusahaan yang memerlukan biaya investasi yang tinggi (padat modal). Peningkatan total utang pada perusahaan tidak berpengaruh nyata pada penurunan likuiditas perusahaan karena dengan peningkatan total utang, perusahaan dapat meningkatkan kemampuan perusahaan untuk menjalankan aktivitas perusahaan menjadi lebih tinggi sehingga dapat melunasi utang jangka pendeknya tepat waktu.

Pengaruh negatif struktur modal terhadap profitabilitas disebabkan oleh peningkatan utang baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang perusahaan akan meningkatkan pula total aktiva dan total ekuitas serta tingkat penjualan perusahaan sehingga nilai PM, ROA, dan ROE menurun. Pengaruh struktur modal adalah signifikan yang berarti berpengaruh nyata terhadap profitabilitas. Hal ini dianalisis bahwa peningkatan total utang akan meningkatkan


(33)

total aktiva, ekuitas, dan penjualan relatif besar. Rasio yang mempunyai pengaruh terbesar terhadap profitabilitas adalah Return on Asset yang berarti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi harus tinggi. Hal ini juga menunjukkan ukuran efektifitas manajemen dalam mengelola investasinya. Oleh karena itu, perusahaan perlu memperhatikan rencana investasi aktiva perusahaan yang ditujukan untuk peningkatan pendapatan perusahaan.

Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat diajukan suatu rekomendasi bagi manajemen perusahaan agar dapat melakukan kebijakan struktur modal yang lebih baik bagi kinerja keuangan perusahaan yaitu dengan memperhitungkan benefit pendanaan dari proporsi utang yang tinggi. Sebaiknya perusahaan lebih agresif dengan memilih sumber dana dari utang yang mampu memberikan efek leverage keuangan lebih besar dibandingkan perusahaan yang lebih konservatif cenderung memilih menerbitkan saham baru daripada utang. Menerapkan lebih banyak proporsi utang akan meningkatkan aktivitas perusahaan. Investasi aktiva perusahaan lebih efektif melalui utang karena membutuhkan rentang waktu yang cukup panjang untuk menghasilkan laba pada investasi asset. Investasi pada aktiva tetap secara tidak langsung juga dapat meningkatkan aktiva lancar perusahaan sehingga nilai perusahaan pun menjadi lebih tinggi. Investasi pada aktiva ini harus dioptimalkan dengan rencana strategis perusahaan yang meningkatkan penjualan dengan melihat prospek bisnis yang cerah di masa yang akan datang. Selain itu, dengan kebijakan perusahaan menambahkan utang akan memberikan sinyal positif bagi para investor karena diduga perusahaan mempunyai prospek yang cerah.

Peningkatan investasi aktiva perusahaan pada sektor pertambangan dapat dilakukan dengan menambah lahan baru untuk penambangan atau memperluas kegiatan operasional. Tidak hanya fokus dengan penambangan saja namun dapat menginvestasikan aktiva perusahaan untuk kegiatan pengolahan hasil penambangan. Selain itu, dengan investasi aktiva pada pendirian pabrik-pabrik baru dan penambahan mesin atau teknologi pun dapat dilakukan untuk meningkatkan aktivitas operasional perusahaan. Perusahaan sektor pertanian juga dapat melakukan investasi pada aktiva perusahaan dengan menambah lahan baru untuk perkebunan atau memperluas kegiatan operasional dengan mengolah hasil perkebunan menjadi suatu produk. Selain itu, investasi pada penggunaan benih-benih unggul dan mesin atau teknologi terbaru pun dapat dilakukan untuk meningkatkan output perusahaan.

Dapat disimpulkan bahwa peningkatan total utang pada perusahaan sektor utama sebaiknya berdampak pada peningkatan total aktiva karena dana yang besar pada perusahaan dapat digunakan untuk meningkatkan aktiva perusahaan. Peningkatan total utang juga sebaiknya diiringi dengan peningkatan total ekuitas karena prospek perusahaan yang baik akan meningkatkan harga saham perusahaan. Selain itu peningkatan total utang pada akhirnya meningkatkan total penjualan perusahaan yang disebabkan oleh besarnya dana yang didapatkan perusahaan dioptimalkan pada aktivitas perusahaan sehingga meningkatkan penjualan. Namun perusahaan harus tetap memperhitungkan biaya modal yang


(34)

akan ditimbulkan oleh proporsi utang tersebut, perusahaan harus menetapkan struktur modal optimal ketika biaya modal rata-rata tertimbang minimum.

Manajemen perusahaan harus memperhatikan kondisi perekonomian global dalam mengambil keputusan kebijakan struktur modal karena faktor perekonomian global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan. Faktor perekonomian global mempunyai dampak pada harga komoditas, permintaan dan penawaran pasar, dan harga saham. Selain faktor perekonomian global, sifat dan karakteristik industri juga harus menjadi landasan dalam mengambil keputusan kebijakan struktur modal. Kemudian faktor kebijakan leverage juga mempengaruhi, pada tingkat leverage rendah manfaat penghematan pajak akibat penggunaan utang dapat melebihi biaya kebangkrutan perusahaan, pada tingkat

leverage tinggi biaya kebangkrutan justru bisa melebihi manfaat penghematan pajak akibat penggunaan utang tersebut, semakin besar penggunaan utang maka semakin besar pula keuntungan akibat utang tersebut namun biaya financial distress dan agency juga besar sehingga sangat perlu diperhitungkan struktur modal optimal yaitu keseimbangan antara biaya financial distress dan agency problem dan manfaat atas penggunaan leverage atau utang (tax-shield).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Perusahaan sektor utama yang terdaftar pada indeks LQ45 Bursa Efek Indonesia cenderung mempunyai kondisi struktur modal dengan proporsi ekuitas yang lebih tinggi dibandingkan proporsi utangnya, hanya satu perusahaan yang mempunyai struktur modal dengan proporsi utang lebih tinggi dari ekuitasnya yaitu Adaro Energy Tbk. (ADRO).

2. Kondisi kinerja keuangan perusahaan sektor utama yang diukur dengan rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas, dan nilai pasar menunjukkan kinerja keuangan yang baik dengan nilai yang beragam, namun kinerja keuangan perusahaan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu perekonomian global dan domestik, harga komoditas, sifat dan karakteristik industri, dan kebijakan leverage perusahaan.

3. Struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap aktivitas, berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap likuiditas, berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas.

Saran

1. Perusahaan sektor utama dapat mempertimbangkan pendanaan melalui utang bagi struktur modal perusahaanya karena utang dapat meningkatkan aktivitas perusahaan namun tetap dengan memperhitungkan struktur modal yang optimum.

2. Investor dapat mempertimbangkan penanaman modal pada perusahaan sektor utama dengan proporsi utang yang tinggi karena prospek bisnis perusahaan


(35)

yang baik namun tetap dengan pemilihan yang selektif karena utang yang tinggi juga memiliki risiko yang tinggi.

3. Penelitian ini masih memiliki kekurangan sehingga disarankan bagi penelitian selanjutnya agar mengelompokkan perusahaan sesuai dengan skala perusahaan dan menggunakan sampel penelitian yang lebih luas agar dapat diketahui dengan lebih tepat struktur modal yang optimal bagi perusahaan industri ini.

DAFTAR PUSTAKA

Amara, Aziz B. 2014. Impact of Capital Structure on Firm Performance: Analysis of Food Sector Listed on Karachi Stock Exchange [internet]. [diunduh 2014 Oktober 3]; International Journal of Multidisciplinary Consurtium. 1(1):1-11. Tersedia pada: http://ijmc.rtmonline.in/vol1iss1/04301.pdf.

Ambarwati SDA. 2010. Manajemen Keuangan Lanjut. Yogyakarta [ID] : Graha Ilmu.

[BEI] Bursa Efek Indonesia. 2014. Laporan IDX LQ45 [internet]. Jakarta (ID): BEI. [diunduh 2014 Juni 1]. Tersedia pada: http://www.idx.co.id/id-id/beranda/publikasi/lq45.aspx

[BEI] Bursa Efek Indonesia. 2014. Laporan Keuangan dan Tahunan [internet]. Jakarta (ID): BEI. [diunduh 2014 Juni 1]. Tersedia pada: http://www.idx.co.id/idid/beranda/perusahaantercatat/laporankeuangandanta hunan.aspx

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Distribusi Produk Domestik Bruto Seri 2010 Triwulanan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Persen), 2010-2014 [internet]. Jakarta (ID): BPS. [diunduh 2015 Januari 10].

Tersedia pada:

http://www.bps.go.id/webbeta/frontend/linkTabelStatis/view/id/1253

Brealey RA, Myers SC, Marcus AJ. 2007. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan Jilid 2. Sabran B, penerjemah; Hardani W, Maulana A, editor. Jakarta [ID] : Erlangga. Terjemahan dari: Fundamentals of Corporate Finance.

Erdyansyah M. 2014. Analisis Pengelolaan Modal Kerja terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di Indonesia Stock Exchange [skripsi]. Bogor [ID] : Institut Pertanian Bogor.

Fadhilah A. 2011. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia 2005-2009 [tesis]. Bogor [ID] : Manajemen Bisnis Institut Pertanian Bogor.

Ghozali I. 2008. Structural Equation Modeling Metode Alternatif Dengan Partial Least Square (PLS). Semarang [ID] : Universitas Diponegoro.

Ghozali I, Latan H. 2015. Partial Least Squre Konsep, Teknik dan Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS 3.0. Semarang [ID] : Universitas Diponegoro.


(36)

Keown AJ, Martin JD, Petty JW, Scott DF. 2010. Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan. Edisi Kesepuluh Jilid 2. Widodo MP, penerjemah; Indriani, editor. Jakarta [ID] : Indeks. Terjemahan dari: Financial Management: Principles and Applications.

Latan H. 2013. Structural Equation Modeling. Bandung [ID] : Alfabeta.

Mardiyanto H. 2009. Inti Sari Manajemen Keuangan. Jakarta [ID] : PT Grasindo. Munawar A. 2012. Struktur Kapital Perusahaan Perkebunan di Indonesia,

Kebijakan, Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Dampaknya terhadap Kinerja Perusahaan [disertasi]. Bogor [ID] : Manajemen Bisnis Institut Pertanian Bogor.

Rahayu D, Setiana E. 2012. Analisis Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2010 [internet]. [diunduh 2014 Maret 19]; J Telaah Akuntansi. 13(6):33-50. Tersedia pada: http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-28437-Artikel%20Juni%202012%20Esa%20Setiana.pdf.

Sandy IC. 2014. Analisis Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perbankan di Indonesia [skripsi]. Bogor [ID] : Institut Pertanian Bogor.


(37)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Perusahaan sektor utama tercatat pada Bursa Efek Indonesia dan indeks LQ45 Periode Feb-Jul

2009

Ags 2009 -Jan 2010

Feb-Jul 2010

Ags 2010 -Jan 2011

Feb-Jul 2011

Ags 2011 -Jan 2012

Feb-Jul 2012

Ags 2012 -Jan 2013

Feb-Jul 2013

Ags 2013 -Jan 2014

Feb-Jul 2014

Ags 2014 -Jan 2015 AALI AALI AALI AALI AALI AALI AALI AALI AALI AALI AALI AALI ADRO ADRO ADRO ADRO ADRO ADRO ADRO ADRO ADRO ADRO ADRO ADRO ANTM ANTM ANTM ANTM ANTM ANTM ANTM ANTM ANTM BUMI HRUM ANTM BYAN BUMI BUMI BIPI BRAU BORN BORN BORN BUMI BWPT ITMG HRUM ELSA DEWA DEWA BUMI BUMI BRAU BUMI BUMI BWPT HRUM LSIP INCO ITMG ELSA ELSA DEWA DOID BUMI DOID BWPT HRUM INCO PTBA ITMG INCO ENRG ENRG DOID ELSA DOID ENRG ENRG INCO ITMG LSIP MEDC INCO INCO ELSA ENRG ENRG HRUM HRUM ITMG LSIP PTBA

LSIP ITMG ITMG ENRG INCO HRUM INCO INCO LSIP PTBA SGRO LSIP LSIP INCO ITMG INCO ITMG ITMG PTBA

PTBA MEDC MEDC ITMG LSIP ITMG LSIP LSIP TINS PTBA PTBA LSIP MEDC LSIP PTBA PTBA TBLA SGRO SGRO MEDC PTBA MEDC SIMP TINS UNSP TINS TINS PTBA TINS PTBA TINS

UNSP UNSP TINS UNSP TINS UNSP UNSP UNSP


(1)

ROA mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi (Mardiyanto 2009:62). Menurut Kasmir (2010:115) ROA merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola investasinya. Dengan begitu, ROA yang tinggi mengindikasikan investasi yang baik telah dilakukan oleh perusahaan.

3. Tingkat Pengembalian Atas Total Ekuitas (Return on Equity / ROE)

ROE merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Makin tinggi rasio ini, makin baik yang artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya (Kasmir 2010:115).

Rasio Aktivitas

Menurut Mardiyanto (2009:54) rasio aktivitas atau aktiva mengukur kemampuan aktiva perusahaan dalam menghasilkan pendapatan (penjualan). Menurut Kasmir (2010:113) rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan. Dengan begitu, rasio aktivitas juga dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan karena dari aktivalah operasional perusahaan dapat berjalan. Rasio aktivitas antara lain terdiri dari:

1. Rasio Perputaran Aktiva (Assets Turnover Ratio / ATO)

Rasio perputaran aktiva merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan, kemudian juga mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva (Kasmir 2010:114). Menurut Mardiyanto (2009:58) perputaran aktiva yang semakin meningkat menunjukkan bahwa aktiva perusahaan makin produktif dalam menghasilkan pendapatan (penjualan).

2. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio / ITO)

Menurut Kasmir (2010:114) rasio perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode. Dapat diartikan pula bahwa perputaran persediaan merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang persediaan diganti dalam satu tahun. Menurut Mardiyanto (2009:57) semakin tinggi nilai perputaran persediaan, semakin cepat barang dagangan laku terjual. Dengan perputaran persediaan yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang baik.

3. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover Ratio / WCTO) Rasio perputaran modal kerja merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu yang berarti seberapa banyak modal kerja berputar selama suatu periode. Untuk mengukur rasio ini kita membandingkan antara penjualan dengan modal kerja (Kasmir 2010:114).

Rasio Nilai Pasar (Market Value)

Rasio nilai pasar mengukur kinerja saham perusahaan di pasar modal (Mardiyanto 2009:54). Menurut Kasmir (2010:116) rasio nilai pasar yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar


(2)

Lanjutan Lampiran 2

usahanya di atas biaya investasi. Rasio pasar diantaranya adalah: Rasio Harga / Laba (Price Earning Ratio / P/E)

Harga saham biasa adalah harga yang berlaku di pasar (bursa saham) untuk suatu waktu tertentu. Sedangkan laba per lembar saham adalah laba bersih untuk para pemegang saham. Makin tinggi rasio P/E, makin mahal harga saham suatu perusahaan (relatif terhadap laba per lembarnya) kendati di satu sisi tingginya harga saham menunjukkan tingginya nilai saham di mata investor, tetapi saham dengan rasio P/E yang tinggi umumnya dihindari oleh para calon pembeli saham (Mardiyanto 2009:63).

Lampiran 3 Proporsi struktur modal

DAR = TU DER = TU LDER = LTD

TA E E

(DAR)(TA) = TU (DER)(E) = TU (LDER)(E) = LTD

E = TU E = LTD

DER LDER

DAR = TU LDER = LTD

TA E

DAR = (E)(DER) LDER = LTD

TA TU/DER

(DAR)(TA) = (DER)(E) LDER = (LTD)(DER)

DAR = E TU

DER TA (TU)(LDER) = (LTD)(DER)

LDER = LTD DER TU

Perusahaan TU =

(DAR)(TA) TU = (DER)(E)

E = TU DER

E = LTD LDER

LTD = (LDER)(E) AALI TU = 0.21(TA) TU = 0.27 (E) E = TU

0.27

E = LTD 0.03

LTD = 0.03(E) ADRO TU = 0.56(TA) TU = 1,25 (E) E = TU

1.25

E = LTD 0.93

LTD = 0.93(E)

ITMG TU = 0.33(TA) TU = 0.48 (E) E = TU 0.48

E = LTD 0.06

LTD = 0.06(E) LSIP TU = 0.17(TA) TU = 0.21 (E) E = TU

0.21

E = LTD 0.08

LTD = 0.08(E) PTBA TU = 0.30(TA) TU = 0.44 (E) E = TU

0.44

E = LTD 0.21

LTD = 0.21(E)


(3)

Perusahaan DAR DER DAR = E

DER TA LDER

LDER = LTD DER TU AALI 0.21 0.27 0.78 0.03 0.11

ADRO 0.56 1.25 0.45 0.93 0.74

ITMG 0.33 0.48 0.69 0.06 0.13 LSIP 0.17 0.21 0.81 0.08 0.38 PTBA 0.30 0.44 0.68 0.21 0.48

Dengan mengasumsikan total aktiva dan ekuitas dengan jumlah yang sama maka total utang dan long term debt ADRO akan lebih tinggi dibandingkan perusahaan lainnya, terlihat dari konstanta persamaan yang lebih tinggi dibandingkan yang lain. Dari persamaan ekuitas terlihat bahwa ADRO mempunyai total ekuitas yang lebih rendah dibandingkan perusahaan lainnya jika diasumsikan total utang dan long term debt perusahaan sama, karena nilai penyebutnya yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan lainnya. Pada tabel kedua dapat dilihat bahwa perbandingan ekuitas dan total aktiva tertinggi adalah LSIP dan terendah adalah ADRO, hal ini menunjukkan bahwa proporsi ekuitas yang dimiliki oleh ADRO lebih rendah dibanding perusahaan lainnya dan sebaliknya bagi LSIP. Perbandingan long term debt dan total utang menunjukkan AALI mempunyai nilai perbandingan terendah dan ADRO tertinggi, hal ini menunjukkan bahwa AALI mempunyai long term debt yang lebih rendah dibandingkan perusahaan lainnya dan begitu sebaliknya bagi ADRO.

Lampiran 4 Perbandingan profitabilitas perusahaan

PM = LB ROA = LB ROE = LB

P TA TE

(PM)(P) = LB (ROA)(TA) = LB (ROE)(TE) = LB

PM = (ROA)(TA) ROA = (ROE) (TE)

P TA

(PM)(P) = (ROA)(TA) (ROA)(TA) = (ROE)(TE)

PM = TA ROA = TE

ROA P ROE TA

Perusahaan LB=

(PM)(P) LB=(ROA)(TA) LB= (ROE)(TE)

PM = TA ROA P

ROA = TE ROE TA AALI LB =

0.21(P) LB = 0.21(TA) LB= 0.26(TE) 1 0.81 ADRO LB =

0.11(P) LB = 0.07(TA) LB= 0.16(TE) 1.57 0.44

ITMG LB =

0.17(P) LB = 0.26(TA) LB= 0.38(TE) 0.65 0.68 LSIP LB =

0.27(P) LB = 0.17(TA) LB= 0.20(TE) 1.59 0.85 PTBA LB =


(4)

Lanjutan Lampiran 4

Dengan mengasumsikan total penjualan, aktiva, dan ekuitas dengan jumlah yang sama maka ADRO memiliki nilai laba bersih yang lebih rendah dibandingkan perusahaan lainnya karena konstanta dalam persamaan laba bersih yang rendah dan ITMG memiliki laba bersih yang tinggi dibandingkan perusahaan lainnya. Dilihat dari nilai perbandingan total aktiva dan penjualan, ITMG memiliki nilai yang rendah dan berbeda dibandingkan perusahaan lainnya yaitu dibawah 1, hal ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki oleh ITMG sangat produktif dalam menghasilkan penjualan. ADRO memiliki nilai perbandingan total ekuitas dan total aktiva yang terendah, hal ini menunjukkan bahwa proporsi ekuitas terhadap total aktiva lebih rendah dibandingkan perusahaan lainnya.

Lampiran 5 Cross Loadings

Aktivitas Likuiditas Profitabilitas Struktur Modal

CR -0.001 0.999 0.552 -0.212

DAR 0.672 -0.203 -0.602 0.977 DER 0.697 -0.229 -0.636 0.997

ITO 1.000 0.018 -0.302 0.697

LDER 0.684 -0.139 -0.658 0.970

PM -0.303 0.601 0.870 -0.668

QR 0.179 0.929 0.444 -0.025

ROA -0.324 0.428 0.956 -0.620 ROE -0.123 0.400 0.872 -0.349

Lampiran 6 AVE AVE Aktivitas 1.000 Likuiditas 0.930 Profitabilitas 0.811 Struktur Modal 0.964


(5)

Lampiran 7 Composite Reliability Composite Reliability

Aktivitas 1.000

Likuiditas 0.964

Profitabilitas 0.928 Struktur Modal 0.988

Lampiran 8 Cronbachs Alpha Cronbachs Alpha

Aktivitas 1.000

Likuiditas 0.954 Profitabilitas 0.887 Struktur Modal 0.981

Lampiran 9 R-Square R Square Aktivitas 0.486 Likuiditas 0.038 Profitabilitas 0.415

Lampiran 10 Path Coefficients (Mean. STDEV. T-Values. P-Values) Original

Sample (O)

Sample Mean (M)

Standard Error (STERR)

T Statistics (|O/STERR|)

P Values Struktur Modal

-> Aktivitas 0.697 0.709 0.191 3.653 0.000

Struktur Modal

-> Likuiditas -0.194 -0.178 0.210 0.923 0.357 Struktur Modal


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Arizca Kusuma Wardani, lahir pada tanggal 7 Januari 1993 di Bogor, Jawa Barat dari pasangan Bapak Sakri Hadi dan Ibu Dwi Hastuti. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Islam Al-Munawar Bogor pada tahun 1997 hingga tahun 1999. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Cibuluh 1 Bogor dan lulus pada tahun 2005. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada sekolah menengah pertama di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bogor pada tahun 2005 hingga 2008. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah ke atas di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melaui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menuntut ilmu di IPB, penulis menjadi asisten dosen mata kuliah Manajemen Keuangan pada tahun ajaran 2013/2014 dan asisten dosen mata kuliah Pengantar Akuntansi pada tahun ajaran 2014/2015. Penulis juga mengajar mata kuliah Fisika Umum TPB di bimbingan belajar dan privat mahasiswa Smart Creative. Penulis juga sangat aktif dalam organisasi kemahasiswaan di lingkungan universitas. Pada tahun 2011 penulis menjadi anggota divisi seni tari UKM Gentra Kaheman Institut Pertanian Bogor hingga tahun 2013. Pada tahun 2012 penulis menjadi staff magang di departemen Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa (PSDM) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Kabinet Progresif, dan pada tahun 2013 mendapat amanah sebagai bendahara biro Human Resources Development (HRD) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Kabinet Prioritas, kemudian diamanahkan sebagai kepala biro Human Resources Development (HRD) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Kabinet Simfoni pada tahun 2014. Selain itu penulis mendapat amanah sebagai bendahara Community art and sport (Coast) tari Fakultas Ekonomi dan Manajemen periode 2012 – 2013 dan ketua Community art and sport (Coast) tari Fakultas Ekonomi dan Manajemen periode 2013 – 2014. Penulis juga mendapat beasiswa GEFSLP (General Electric Foundation Scholar Leaders Program) International 2013 hingga lulus.