Pengkajian fisik Inspeksi Pemeriksaan diagnostik

6. Faktor risiko yang memperberat masalah oksigenasi a. Riwayat hipertensi, penyakit jantung,. b. Merokok c. Usia paruh baya atau lanjut d. Obesitas e. Diet tinggi-lemak f. Peningkatan kolesterol 7. Riwayat penggunaan medikasi 8. Stresor yang dialami 9. Status atau kondisi kesehatan Mubarak, 2007

b. Pengkajian fisik Inspeksi

Mengamati dari kepala sampai ujung kaki klien untuk mengkaji kulit dan warna membran mukosa, penampilan umum, tingkat kesadaran, keadekuatan sirkulasi sistemik, pola pernafasan, dan gerak dinding dada. Palpasi Dilakukan dengan meletakkan tumit tangan pemeriksa mendatar di atas dada klien. Saat palpasi, perawat menilai adanya fremitus taktil pada dada dan punggung klien dengan memintanya menyebutkan “ tujuh-tujuh” secara berulang. Jika klien mengikuti instruksi tersebut secara tepat, perawat akan merasakan adanya getaran pada telapak tanggannya Selain itu palpasi dilakukan untuk meraba adanya benjolan di aksila dan jaringan payudara. Palpasi pada ekstermitas menghasilkan data tentang sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna dan pengisian kapiler. Universitas Sumatera Utara Perkusi Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam serta untuk mengkaji adanya abnormalitas, cairan, atau udara dalam paru. Perkusi sendiri dilakukan dengan menekan jari tengah pemeriksa mendatar di atas dada klien.Kemudian jari tersebut diketuk-ketuk dengan menggunakan ujung jari tengah atau jari telunjuk tengah sebelahnya. Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan.Pada penyakit tertentu mis; pneumotoraks, emfisema , adanya udara pada dada atau paru- paru menimbulkan bunyi hipersonan atau bunyi drum. Auskultasi Auskultasi adalah proses mendengarkan suara yang dihasilkan dalam tubuh. Auskultasi dapat dilakukan langsung atau dengan menggunakan stetoskop. Bunyi yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi, dan kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid dan akurat, auskultasi sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali. Pada pemeriksaan fisik paru, auskultasi dilakukan untuk mendengarkan bunyi nafas vesikuler, bronkial, bronkuvesikuler, ronkhi; juga untuk mengetahui adanya perubahan bunyi nafas serta lokasi dan waktu terjadinya PotterPerry, 2005.

c. Pemeriksaan diagnostik

Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik antara lain: a. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap. b. Tes struktur sistem pernafasan: sinar-x dada, bronkoskopi, scan paru. c. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernafasan: kultur kerongkongan, sputum, uji kulit, torakentesis Mubarak, 2007 Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Analisa Data

Data Subyektif a. Perasaan lemah b. Sesak nafas c. Nyeri dada d. Batuk tidak efektif e. Demam f. Riwayat merokok g. Ansietas h. Berat badan menurun Data Obyektif a. Gelisah b. Trauma c. Dispnea d. Suara nafas tidak normal e. Perubahan frekuensi dan kedalaman nafas f. Infeksi paru g. Edema h. Atelektasi

2.1.3 Rumusan Masalah

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b. Ketidakefektifan pola nafas c. Gangguan pertukaran gas d. Gangguan perfusi jaringan Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Perencanaan

Perencanaan menurut Marilyn Doenges : 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Yang berhubungan dengan: − Sekret yang berlebihan dan kental, sekunder akibat infeksi, inflamasi, alergi, merokok, penyakit jantung atau paru − Imobilitas, sekret, dan batuk tak efektif − Terpajan udara dingin, tertawa, menangis, alergan Hari Tanggal No. Dx Perencanaan keperawatan 1. Tujuan: − Mempertahankan memperbaiki fungsi pernapasan. − Oksigenasi ventilasi adekuat memenuhi kebutuhan aktivitas pasien. Kriteria hasil: − Menunjukkan patensi jalan napas − Cairansecret mudah dikeluarkan − Bunyi napas jelas − Pernapasan tidak bising Rencana tindakan Rasional 1. Kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas, kecepatan, irama dan kedalaman dan penggunaan otot aksesoris. 2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosabatuk efektif ; catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis 3. Beri klien posisi semi fowler atau fowler tinggi. Bantu klien untuk batuk dan latihan nafas dalam 1. Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektesis. Ronki, mengi menunjukkan akumulasi sekretketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunan otot aksesoris pernafasan dan peningkatan kerja nafas 2. Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal. Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka bronkial dan dapat memerlukan evaluasi 3. Posisi memebantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan. Ventilasi maksimal Universitas Sumatera Utara 4. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea ; penghisapan sesuai keperluan 5. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 mlhari kecuali kontraindikasi Kolaborasi 6. Lembabkan udara atau oksigen inspirasi 7. Pemberian obat-obatan sesuai indikasi membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan nafas besar untuk di keluarkan 4. Mencegah obstruksispirasi. Penghisapan dapat dilakukan bila klien tidak mampu mengeluarkan sekret 5. Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret, membuatnya mudah dikeluarkan 6. Mencegah pengeringan membran mukosa ;membantu pengenceran sekret 7. Menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk memudahkan pembersihan Universitas Sumatera Utara 2. Ketidakefektifan pola nafas Yang Berhubungan dengan − Ketidakadekuatan ventilasi nyerikelemahan otot − Penurunan kapasitas pembawa oksigen kehilangan darah − Penurunan ekspansi paru Hari Tanggal No. Dx Perencanaan keperawatan 2. Tujuan: − Pola nafas kembali normal. Kriteria hasil: − Mempertahankan pola nafas normalefektif − Irama, frekuensi, kedalaman pernafasan berada dalam batas normal Rencana tindakan Rasional 1 Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman.catat upaya pernafasan,contoh adanya dispnea, penggunaan otot bantu nafas. 2 Auskultasi bunyi nafas. Catat area yang menuruntak ada bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan, contoh, krekels atau ronki 3 Observasi penyimpangan dada selidiki penurunan ekspansi atau ketidaksimetrisan gerakan dada. 4 Observasi karakter batuk dan produksi sputum. 5 Tinggikan kepala tempat tidur letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi fowler. 6 Kolaborasi Kaji ulang laporan foto dada dan pemeriksaan laboratorium ssuai indikasi 1 Distres pernafasan dan perubahan tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stres fisiologis atau dapat menunjukkan syok akibat hipoksia. 2 Bunyi nafas sering menurun pada dasar paru selama periode pembedahan sehubungan dengan terjadinya atelektasis. 3 Udara atua cairan pada area pleura mencegah ekspansi lengkap dan memerlukan pengkajian lanjut status ventilasi. 4 Batuk sering dapat mempengaruhi iritasi dari selang. Sputum purulen menunjukkan timbulnya infeksi paru. 5 Merangsang fungsi pernafasanekpansi paru. Efektif pada pencegahan dan perbaikan kongesti paru 6 Pantau keefektifan terapi pernafasan danatau catat terjadinya komplikasi Universitas Sumatera Utara 7 Berikan tambahan oksigen dengan kanula atau masker 7 Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk kebutuhan sirkulasi 3. Gangguan pertukaran gas Yang berhubungan dengan − Kerusakan membran kapiler-alveolar − Penurunan permukaan afektif paru − Edema bronkial Hari Tanggal No. Dx Perencanaan keperawatan 1. Tujuan: − Setelah dilakukan intervensi tidak terjadi gngguan pada pertukaran gas Kriteria hasil: − Menunjukkan ventilasi yang adekuat − Oksigenasi dalam rentang normal − Menunjukkan perbaikantak ada gejala distres pernafasan Rencana tindakan Rasional 1. Catat frekuensi dan kedalaman pernafasan, penggunaan otot bantu nafas, nafas bibir. 2. Auskultasi paru untuk penurunantak adanya bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan mis krekels 3. Observasi sianosis pada jaringan hangat seperti daun 1. Takipnea dan dispnea menyertai obstruksi paru.Kegagalan pernafasan lebih berat menyertai kehilangan paru unit fungsional dari sedang sampai berat 2. Area yang tak terventilasi dapat diidentifikasi dengan danya bunyi nafas.krekels terjadi pada jaringan terisi cairan 3. Menunjukkan hipoksia sistemik Universitas Sumatera Utara telinga, bibir,lidah 4. Lakukan tindakan untuk memperbaikimempertahankan jalan nafas mis batuk, penghisapan 5. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai kebutuhan 6. Awasi tanda vital Kolaborasi 7. Awasi nadi oksimetri 8.Berikan oksigen dengan metode yang tepat 4. Jalan nafas lengkapkolaps menurunkan jumlah alveoli yang berfungsi, secara negatif mempengaruhi pertukaran gas 5. Meningkatkan ekspansi dada maksimal, membuat mudah bernafas, yang meningkatkan kenyamanan fisiologis 6. Tatikardia, takipnea, dan perubahan pada TD terjadi dengan beratnya hipoksemia 7. Hipoksia ada pada berbagai derajat, tergantung pada jumlah obstruksi jalan nafas, fungsi kardiopulmonal, dan ada tidaknya syok 8. Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran gas.Oksigen biasanya diberikan dengan nasal kanul pada obstruksi paru sebagian. Universitas Sumatera Utara 4. Gangguan perfusi jaringan Berhubungan dengan : − Vasokonstriksi − Hipovolemia − Menurunnya aliran darah − Edema − Pendarahan Hari Tanggal No. Dx Perencanaan keperawatan 1. Tujuan: − Tidak terjadi gangguan perfusi jarinngan. Kriteria hasil: − Menunjukkan peningkatan perfusi sesuai secara individual − Irama jantungfrekuensi dan nadi perifer dalam batas normal − Tidak adanya sianosis sentralperifer Rencana tindakan Rasional 1. Auskultasi frekuensi dan irama jantung. 2. Observasi perubahan status mental. 3. Observasi warna dan suhu kulitmmbran mukosa. 4. Tinggikan kakitelapak kaki bila di tempat tidurkursi.Dorong klien untuk latihan kaki dengan fleksiekstensi kaki pada pergelangan kaki. 1. Tatikardi sebagai akibat hiposemia dan kompensasi upaya peningkatan aliran darah dan perfusi jaringan. 2. Gelisah, bingung, disorientasi, danatau perubahan sensori dapat menunjukkan gangguan aliran darah. 3. Kulit pucat atau sianosis menunjukkan vasokontriksi perifer syok danatau gangguan aliran darah sistemik. 4. Tindakan ini dilakukan untuk menurunkan stasis vena di kaki dan pengumpilan dara pada vena pelpis untuk menurunkan risiko pembentukan trombus. Universitas Sumatera Utara Kolaborasi 5. Beikan cairan IVoral sesuai indikasi. 6. Pantau pemeriksaan diagnostiklaboratoium 5. Peningkatan cairan di perlukan untuk menurunkan hiperviskositas darah atau mendukung volume sirkulasiperfusi jaringan. 6. Mengevaluasi perubahan fungsi organ dan mengawasi efek heparin dan koumadin, mungkin pelu perubahan dosis. Universitas Sumatera Utara 2.2 Asuhan Keperawatan Kasus 2.2.1 Pengkajian