Kontinuitas Dan Perubahan Gendang patam-patam Dalam Musik Tradisional Karo

4.4 Kontinuitas Dan Perubahan Gendang patam-patam Dalam Musik Tradisional Karo

Kontinuitas dan perubahan kerap terjadi dalam suatu kebudayaan, karena pada umumnya kebudayaan bersifat dinamis. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Amber yang mengatakan bahwa kebudayaan tidaklah bersifat statis, melainkan selalu berubah. Tanpa adanya gangguan dari unsur budaya asing sekalipun, suatu kebudayaan pasti akan berubah. Perubahan ini terjadi dengan Kontinuitas dan perubahan kerap terjadi dalam suatu kebudayaan, karena pada umumnya kebudayaan bersifat dinamis. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Amber yang mengatakan bahwa kebudayaan tidaklah bersifat statis, melainkan selalu berubah. Tanpa adanya gangguan dari unsur budaya asing sekalipun, suatu kebudayaan pasti akan berubah. Perubahan ini terjadi dengan

Demikian pula dengan kebudayaan musik masyarakat Karo yang mengalami kontinuitas dan perubahan dalam musik tradisionalnya khususnya gendang patam-patam . Kontinuitas dan perubahan ini tidak terlepas dari adanya pengaruh atau unsur dari kebudayaan asing yang masuk ke dalam kebudayaan musik tradisional Karo. Unsur kebudayaan asing tersebut adalah instrumen keyboard. Instrumen keyboard yang dikenal berasal dari kebudayaan musik Barat ini masuk ke dalam kebudayaan musik tradisional Karo pada tahun 1991.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa awalnya komposisi gendang patam-patam dimainkan dengan menggunakan gendang lima sedalanen dan pada perkembangannya dapat digantikan dengan gendang kibod. Perubahan atau peralihan dalam ensambel musik tradisional ini merupakan suatu hasil dari kreatifitas seniman Karo. Dengan kreatifitas inilah mucul ide atau gagasan baru yang menjadikan suatu inovasi bagi musik tradisional Karo yang hingga kini digunakan dan menjadi milik bersama.

Karena instrumen musik yang digunakan berbeda/berubah tentu saja bunyi musikal yang dihasilkan oleh instrumen musik tersebut juga berbeda/berubah. Hal ini dikarenakan instrumen keyboard hanya bersifat mengadaptasi atau meniru bunyi dari gendang lima sedalanen karena tidak ada bunyi instrumen dari gendang lima sedalanen yang sama persis pada gendang kibod. Peniruan bunyi instrumen yang dilakukan dalam memprogram pola ritem ini memunculkan unsur bunyi musikal yang baru atau yang sama sekali tidak ada dalam ensambel musik tradisional Karo. Dapat dikatakan bahwa keseluruhan bunyi instrumen dari program musik yang dibuat berbeda dari bunyi musik tradisional Karo (lihat pada Bab III hal 81-82).

Unsur bunyi instrumen yang diprogram ini diambil dari bank (penyimpanan) suara pada instrumen keyboard. Bunyi dari instrumen musik yang diprogram sebagai pola ritem ini dicari semirip mungkin dengan bunyi instrumen perkusi pada gendang lima sedalanen seperti gendang indung, gendang anak dan penganak walau tidak sama persis.

Menurut Hutabarat (2010:73) bunyi instrumen yang digunakan untuk memprogram musik Karo pada gendang kibod tidak terdapat pada instrumen musik tadisional Karo. Adapun instrumen yang digunakan dalam memprogram musik Karo menurut Hutabarat adalah instrumen Drum yang biasanya diambil dari bagian keluarga (menu dalam keyboard) Drum Kit atau Standart Kit, instrumen Bright Piano diambil dari keluarga Piano, dan Electric Bass dari keluarga Bass Gitar.

Pada awalnya gendang kibod digunakan untuk memprogram pola ritem musik tradisional Karo namun pada perkembangannya perkibod mulai memainkan melodi dari lagu/komposisi yang dimainkannya (peran tersebut biasanya dilakukan oleh pemain sarune atau kulcapi). Ketika perkibod memainkan melodi dengan menggunakan instrumen keyboard dan sekaligus juga sebagai pola ritem yang telah diprogramkan, lagu-lagu populer Indonesia mulai dimainkan sebagai salah satu bagian dari iringan penari khusunya dalam gendang guro-guro aron. Lagu-lagu seperti Kopi Dangdut, Hujan Di malam Minggu, Rindu, dan berbagai lagu populer Indonesia lainnya sering sekali dimainkan dengan menggunakan pola ritem tesebut.

Lagu-lagu yang dimainkan dengan pola ritem gendang patam-patam ini biasanya dimainkan setelah aron (pemuda-pemudi) selesai menarikan pola lantai yang telah dipelajari bersama (lihat pada tabel 4.2 hal 96) sebelum tarian berakhir. Adapun tujuan dari dimainkan lagu-lagu diluar kebudayaan Karo tersebut adalah untuk memeriahkan dan menambah semangat para penari.

Selain hal yang telah dijabarkan diatas kontinuitas dan perubahan juga terlihat pada melodi dan juga pola ritem yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Melodi Berdasarkan hasil transkripsi gendang patam-patam pada gendang lima sedalanen dan gendang kibod terdapat melodi yang masih kontinu dan terdapat pula variasi melodi. Adapun melodi yang masih kontinu adalah:

Gendang lima

a. sedalanen

Gendang kibod

Melodi ini merupakan salah satu potongan melodi yang khas dari gendang patam-patam bunga ncole yang sering sekali muncul atau dimainkan. Baik pada gendang lima sedalanen maupun gendang kibod melodi ini tetap dimainkan.

b.

Melodi ini juga merupakan potongan melodi yang masih kontinu dan tetap dimainkan meskipun instrumen musik yang digunakan berbeda. Melodi ini biasanya dimainkan pada bagian awal sebagai pengantara untuk mengantarkan ke nada tinggi dari melodi gendang patam-patam .

c.

Melodi ini merupakan melodi penutup pada gendang patam-patam yang dalam istilah masyarakat Karo disebut sebagai mbertik rurusen. Melodi ini selalu menjadi melodi penutup baik disajikan dengan gendang lima sedalanen maupun gendang kibod.

Beberapa potongan melodi gendang patam-patam dari gendang lima sedalanen ini masih kontinu walaupun dimainkan dengan gendang kibod. Masing- masing musisi dapat memainkan melodi gendang patam-patam dengan variasi atau improvisasi yang berbeda namun potongan melodi diatas merupakan ciri khas dari gendang patam-patam bunga ncole.

2. Pola Ritem Berdasarkan hasil deskripsi struktur gendang patam-patam pada gendang lima sedalanen dan gendang kibod pada Bab III (hal 63-82), terdapat beberapa pola ritem yang masih kontinu dan berubah pada gendang patam-patam. Adapun pola ritem yang masih kontinu adalah:

1. Cak-cak gendang patam-patam bunga ncole

Pola ini terdapat pada instrumen Kobel dan Drums. Dari beberapa bentuk atau pola yang terdapat pada instrumen Kobel ditemukan satu pola yang mirip dengan pola ritem gendang anak, sedangkan pada instrumen drum pola yang menyerupai ritem dari gendang anak ini terdapat pada ketukan pertama upbeatnya pada setiap barnya. Hal tersebut digambarkan sebagai berikut:

Pola ritem pada instrumen kobel ini menyerupai pola ritem dari permainan tangan kanan gendang anak. Sedangkan pada instrumen Drums (yang tangkai notnya kebawah) terdapat penambahan diawalnya sehingga cak- cak gendang patam-patam dimulai dari ketukan upbeatnya (ketukan atas) sedangkan pada gendang anak pola ritem tersebut dimulai dari ketukan pertama.

2. Bunyi dan pola ritem penganak Selain cak-cak, terdapat pola ritem dan bunyi dari instrumen Gamelan yang berfungsi untuk mewakili bunyi penganak yang terdapat dalam pola ritem gendang lima sedalanen.

3. Unsur bunyi gung

Pada gendang kibod unsur bunyi gung dihasilkan dari permainan Bass Gitar . Bunyi Bass Gitar ini fungsinya untuk mempertegas bunyi gung yang dimainkan pada ketukan pertama dalam setiap barnya.

Dapat dilihat bahwa walaupun telah terjadi perubahan dalam instrumen musik tradisional Karo namun unsur pola ritem gendang patam-patam tetap kontinu. Selain pola ritem yang kontinu terdapat juga perubahan atau penambahan pola ritem gendang patam-patam pada gendang kibod yaitu sebagai berikut:

1. Pola ritem dalam bentuk akord:

2. Pola ritem Bass Gitar

3. Pola ritem Drums

Pola-pola ritem ini merupakan ritem tambahan yang sebelumnya tidak terdapat pada gendang lima sedalanen. Pola rite dalam bentuk akord Pola-pola ritem ini merupakan ritem tambahan yang sebelumnya tidak terdapat pada gendang lima sedalanen. Pola rite dalam bentuk akord

Berdasarkan hal diatas terlihat bahwa telah terjadi beberapa perubahan pada gendang patam-patam yaitu perubahan alat musik pengiring, warna bunyi instrumen, penambahan pola ritem serta penggunaannya dalam kebudayaan masyarakat Karo. Selain terjadi perubahan terdapat pula hal yang masih kontinu pada gendang patam-patam yaitu melodi (dengan variasi), unsur bunyi dan pola ritem penganak, peniruan dari pola gendang anak (walau tidak sama persis) serta unsur bunyi gung.

Gendang patam-patam yang telah diprogram dalam gendang kibod ini sampai sekarang masih tetap disajikan dalam gendang guro-guro aron bahkan disajikan dalam upacara-upacara adat masyarakat Karo meskipun menggunakan instrumen keyboard sebagai pengiringnya.

Masyarakat Karo memiliki toleransi musik yang cukup besar, terjadinya perubahan pada instrumen musik, pola ritem dan juga bunyi instrumen gendang patam-patam yang telah diprogram dengan gendang kibod ini dapat diterima oleh masyarakat Karo dan sudah menjadi bagian dalam kebudayaan musiknya. Walaupun gendang kibod telah masuk kedalam kebudayaan musik Karo masyarakat Karo tetap menyukai musik tradisionalnya dan juga mengikuti dan menerima perkembangan dan perubahan yang terjadi.

Dengan perubahan instrumen musiknya serta penambahan unsur-unsur musik yang baru seperti pola ritem dan warna bunyi instrumen, masyarakat Karo Dengan perubahan instrumen musiknya serta penambahan unsur-unsur musik yang baru seperti pola ritem dan warna bunyi instrumen, masyarakat Karo

Kontinuitas maupun perubahan dalam kebudayaan musik masyarakat Karo merupakan gejala yang normal yang terjadi untuk mempertahankan keseimbangan dalam kebudayaannya. Herskoviz dalam Merriam (1964:305) mengatakan bahwa kontinuitas dan perubahan merupakan suatu tema yang digunakan untuk memahami sifat stabil dan dinamis yang melekat pada setiap kebudayaan. Berkaitan dengan fenomena ini teori kebudayaan secara umum mengansumsikan bahwa setiap kebudayaan beroperasi dalam kerangka waktu yang terus mengalami kelanjutan dimana variasi-variasi dan perubahan yang terjadi adalah hal yang tidak dapat dielakkan . Demikian halnya dengan gendang patam-patam yang mengalami kelanjutan dengan variasi maupun perubahan. Hal tersebut merupakan hal yang wajar dialami oleh kebudayaan masyarakat Karo agar dapat beradaptasi dengan lingkungan untuk mempertahankan kebudayaan musiknya.