HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada seluruh karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008 dengan jumlah sampel sebanyak

87 karyawan sebagai responden yang tersebar pada seluruh unit kerja pengolahan. Proses pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada seluruh responden yang bekerja di area pengolahan.

Di dalam proses pengumpulan data, karena kesibukan pekerjaan responden maka pengisian kuesioner menunggu waktu senggang sehingga tidak dapat diawasi secara langsung oleh peneliti. Hal itu menyebabkan peneliti tidak dapat memantau kesulitan responden dalam menjawab pernyataan dan pertanyaan yang diajukan. Selain itu juga, peneliti tidak bisa memastikan jawaban kuesioner yang ada murni merupakan hasil kerja dari responden bersangkutan secara individu.

Pada dasarnya, jumlah sampel pada penelitian ini sama dengan jumlah populasi karyawan area pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor tahun 2008 yaitu sebanyak 87 orang. Namun kerena berbagai keterbatasan peneliti serta sulitnya menemui seluruh karyawan tersebut yang berbeda jenis shift kerja, maka pada penelitian ini peneliti hanya mampu pengumpulkan sebanyak 73 orang karyawan atau sebesar 88% dari jumlah seluruh karyawan area pengolahan.

5.2. Profil Perusahaan

PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor merupakan salah satu perusahaan pertambangan terbesar di Indonesia dan merupakan BUMN yang berada di bawah naungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Perusahaan ini mengoperasikan enam unit penambangan yang salah satunya adalah PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor yang bergerak di bidang pertambangan dan pengolahan emas serta perak, berlokasi di Bogor, Jawa Barat, tepatnya di desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung yang dapat ditempuh sekitar 2 jam perjalanan dengan jarak 54 km dari pusat kota Bogor.

PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor mempunyai luas Kuasa Penambangan (KP) 6.047 hektar yang berdekatan dan bahkan berada di bawah Taman Nasional Gunung Halimun, dengan rincian Kawasan Taman Nasional 105 Ha, Hutan Lindung 275 Ha, Hutan Produksi 2.025 Ha dan selebihnya merupakan tanah milik di luar kawasan. Dengan latar belakang tersebut serta dilandasi pemikiran proses penambangan yang berwawasan lingkungan, maka sejak awal PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor telah menerapkan sistem penambangan bawah tanah (underground mining).

5.2.1. Visi dan Misi

a. Visi

PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor memiliki visi 2010 yang berbunyi “Menjadi Perusahaan Pertambangan Berstandar Internasional Yang Memiliki Keunggulan Kompetitif Di Pasar Global”.

b. Misi

Sedangkan misi yang ingin dicapai oleh PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor sama dengan PT. ANTAM Tbk pusat sekaligus unit-unit lain yaitu menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi yaitu nikel, emas, perak, dan mineral lain dengan selalu memperhatikan kelestarian lingkungan. Mencapai keunggulan kompetitif di pasar global bersandarkan pada kompetensi diri dengan tujuan untuk:

1). Memaksimalkan nilai pemegang saham 2). Meningkatkan kesejahteraan pegawai 3).Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi pertambangan.

5.2.2. Kebijakan di PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor

Dalam menjalankan usahanya, PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor memliki 3 kebijakan yaitu Kebijakan Mutu, Kebijakan Lingkungan, dan Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

5.2.3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang diterapkan di PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor adalah sistem organisasi yang terbagi atas beberapa tingkatan direksi. Penerapan sistem ini mengacu pada Keputusan Direksi PT. Antam Tbk. No. 223K/ 0251/ DAT/ 1995. Sistem ini menjadikan hubungan yang terjadi antara atasan dengan bawahan bersifat langsung Struktur organisasi yang diterapkan di PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor adalah sistem organisasi yang terbagi atas beberapa tingkatan direksi. Penerapan sistem ini mengacu pada Keputusan Direksi PT. Antam Tbk. No. 223K/ 0251/ DAT/ 1995. Sistem ini menjadikan hubungan yang terjadi antara atasan dengan bawahan bersifat langsung

Gambar 5.1. Struktur Organisasi PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008

Senior Vice President

Manager

Quality Management

Finance & Human

Operation

Resources

Manager Manager

Manager Manager

Health Safety & Mining

Center & Environment Plant

OH Sumber: Dept. RenBang PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor

5.2.4. Area Pengolahan

Sistem penambangan yang dilakukan di PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor adalah sistem cut and fill. Metode ini adalah suatu metode penambangan dengan cara mengambil bijih emas dari perut bumi kemudian rongga yang telah kosong dan diambil isinya diisi lagi dengan material limbah (waste material), pasir dan kerikil yang merupakan sisa hasil pengolahan yang telah bersih dari zat-zat berbahaya. Untuk memasukkan material tersebut ke dalam bekas tambang digunakan pompa dan pipa. Siklus penambangannya adalah sebagai berikut:

1). Pengeboran (Drilling) 2). Peledakan (Blasting) 3). Pembersihan asap (Smoke Clearing) 4). Pembersihan/ penjatuhan batu gantung (Barring Down) 5). Penyanggaan (Supporting) 6). Pemuatan (Loading) 7). Pengangkutan (Transportation) 8). Pengisian ulang (Back filling).

Proses penambangan bijih emas ini dimulai dengan membuat lubang bor dengan cara drilling (pemboran) untuk menempatkan bahan peledak powergell magnum. Alat bor yang digunakan adalah jenis jack leg dan jumbo drill dengan tenaga dari udara bertekanan tinggi (90-120 psi). Setelah dilakukan peledakan (blasting) lalu dilanjutkan dengan clearing smoke dengan menggunakan blower, batuan hasil peledakan yang belum jatuh atau

yang berpotensi jatuh dibersihkan atau dijatuhkan dahulu dengan menggunakan rock bolt. Untuk memperkuat roof batuan digunakan sistem penyanggaan dengan menggunakan wire mesh, weld mesh, dan rock bolt. Kemudian bebatuan yang sudah melalui proses pemilihan dimasukkan ke dalam train wagon sebagai proses pemuatan. Setelah semua train wagon penuh, barulah proses transportation dilakukan menggunakan locomotif. Bongkahan batu yang kosong akibat pengambilan tadi kemudian dilakukan pengisian ulang (back filling) menggunakan sisa bebatuan yang tidak habis diproses dengan tambahan semen dan air. Hal ini dilakukan demi melestarikan dan tidak merusak alam dengan mengacu kepada ISO 14001.

5.3. Anaisis Univariat

Tabel 5.1.

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Perilaku K3 Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor

Tahun 2008

No. Perilaku

Tabel 5.1. menggambarkan komposisi responden yang berperilaku K3 negatif berjumlah 10 orang (14%) sedangkan responden yang berperilaku K3 positif berjumlah 63 orang (86%).

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang K3 Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor

Tahun 2008

No. Tingkat Pengetahuan

Tabel 5.2. menggambarkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan K3 rendah berjumlah 6 orang (8%) sedang yang memiliki tingkat pengetahuan K3 tinggi yaitu sisanya, berjumlah 67 orang (92%).

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang K3 Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor

Tahun 2008

No. Persepsi

73 100% Dari tabel 5.3. menunjukkan persepsi K3 responden yang dikategorikan

negatif berjumlah 7 orang (10%) sedangkan responden yang dikategorikan memiliki persepsi K3 positif berjumlah 66 orang (90%).

Tabel 5.4.

Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang K3 Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor

Tahun 2008

No.

Sikap

Frekuensi

Prosentase

1. Negarif

72 99% Jumlah

2. Positif

Dari tabel 5.4. diketahui bahwa 73 responden dikategorikan yang memiliki sikap K3 negatif berjumlah 1 orang (1%) sedangkan responden yang dikategorikan memiliki sikap K3 positif berjumlah 72 orang (99%).

Tabel 5.5.

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor

Tahun 2008

No. Tingkat Pendidikan

Frekuensi

Prosentase

1. Lulus SLTP

2. Lulus SLTA

14 19% Jumlah

3. Lulus PT

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari sebanyak 73 responden, terdapat

13 orang (18%) memiliki tingkat pendidikan terendah yaitu hanya sampai lulus sekolah lanjutan tingkat pertama. Responden yang lulus sekolah lanjut tingkat atas mempunyai frekuensi terbanyak yaitu berjumlah 46 orang (63%). Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan lulus perguruan tinggi berjumlah 14 orang (19%).

Tabel 5.6.

Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Responden Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor

Tahun 2008

No. Jenis Pekerjaan

Frekuensi

Prosentase

1. Process Plant

2. Perencana Pengolahan

5. Pengolahan Limbah

18 25% Jumlah 73 100%

Melihat tabel 5.6. di atas, didapat informasi komposisi pekerjaan responden meliputi process plant 0 orang (0%) perencana pengolahan 14 orang (19%) yang merupakan jumlah terkecil. Jenis pekerjaan sianidator pada area pengolahan berjumlah 20 orang (27%), dan jenis pekerjaan terbanyak yaitu recovery memiliki jumlah pekerja 21 orang (29%). Kemudian jenis pekerjaan yang terakhir adalah pengolahan limbah berjumlah 18 orang (25%).

Tabel 5.7.

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tempat Kerja Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor

Tahun 2008

No. Tempat Kerja

Frekuensi

Prosentase

1. In door

38 52% Jumlah

2. Out door

73 100% Berdasarkan tabel 5.7. diketahui bahwa responden berjumlah 35 orang (48%)

bertempat kerja di dalam ruangan (in door) dan selebihnya serjumlah 38 orang (52%) responden bertempat kerja di luar ruangan (out door).

5.4. Analisis Bivariat

Tabel 5.8.

Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan dan Perilaku K3 Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor

Tahun 2008

Perilaku K3 Negatif Positif Total

P. Value

Pengetahuan Tinggi

Jumlah

Hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku K3 diperoleh bahwa sebanyak 2 (20%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai pengetahuan rendah dan berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak 4 (6%) orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai pengetahuan rendah namun berperilaku K3 yang positif. Selebihnya, diperoleh bahwa sebanyak 8 (80%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai pengetahuan tinggi namun berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak 59 (94%) orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai pengetahuan tinggi dan berperilaku K3 yang positif.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,158. Maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi perilaku K3 antara responden berpengetahuan rendah maupun responden berpengetahuan tinggi. (Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku K3).

Tabel 5.9. Distribusi Responden Menurut Persepsi dan Perilaku K3 Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008

Perilaku K3 Negatif Positif Total

P. Value

N%N % Negatif

Persepsi Positif

10 100 63 100 73 Hasil analisis hubungan antara tingkat persepsi dengan perilaku K3 diperoleh

Jumlah

bahwa sebanyak 4 (40%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai persepsi negatif dan berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak 3 (5%) orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai persepsi negatif namun berperilaku K3 yang positif.

Selebihnya, diperoleh bahwa sebanyak 6 (60%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai persepsi positif namun berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak

60 (95%) orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai persepsi positif dan berperilaku K3 yang positif.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi perilaku K3 antara responden berpersepsi negatif dan berpersepsi positif. (ada hubungan antara persepsi dengan perilaku K3).

Tabel 5.10. Distribusi Responden Menurut Sikap dan Perilaku K3 Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008

Perilaku K3 Negatif Positif Total

P. Value

N%N % Negatif

Sikap Positif

10 100 63 100 73 Hasil analisis hubungan antara sikap dengan perilaku K3 diperoleh bahwa

Jumlah

sebanyak 1 (10%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai sikap negatif dan berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak 0 (0%) orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai sikap negatif namun berperilaku K3 yang positif. Selebihnya, diperoleh bahwa sebanyak 9 (90%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai sikap positif namun berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak 63 (100%) orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai sikap positif dan berperilaku K3 yang positif.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi perilaku K3 antara responden bersikap negatif dan bersikap positif. (Ada hubungan antara sikap dengan perilaku K3).

Tabel 5.11. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Perilaku K3

Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008

Perilaku K3 Negatif Positif Total

P. Value

N%N% Lulus SLTP

Pendidikan

Lulus SLTA 6 60 40 63 46

Lulus PT

10 100 63 100 73 Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku K3

Jumlah

diperoleh bahwa sebanyak 3 (30%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai tingkat pendidikan hanya lulus sampai sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak 10 (16%) orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai tingkat pendidikan hanya lulus sampai SLTP namun berperilaku K3 yang positif. Kemudian diperoleh bahwa sebanyak 6 (60%) orang dari

10 (100%) orang responden mempunyai tingkat pendidikan hanya lulus sampai sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) dan berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak 40 (63%) orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai tingkat pendidikan hanya lulus sampai SLTA namun berperilaku K3 yang positif. Selebihnya diperoleh sebanyak 1 (10%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai tingkat pendidikan yang lulus perguruan tinggi (PT) namun berperilaku K3 yang negatif.

Serta diperoleh sebanyak 13 (21%) orang dari 63 (100%) orang mempunyai tingkat pendidikan yang lulus PT dan berperilaku K3 yang positif.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,215. Maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi perilaku K3 antara tingkat pendidikan hanya lulus SLTP, hanya lulus SLTA, maupun telah lulus PT. (Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku K3).

Tabel 5.12. Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan dan Perilaku K3

Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008

Perilaku K3

Negatif Positif Total P. Value

N%N%

0 0% 0 0% 0 Perencana Pengolahan 1 10 13 21 14

Process Plant

Pekerjaan Sianidator

Pengolah Limbah

10 100 63 100 73 Hasil analisis hubungan antara jenis pekerjaan dengan perilaku K3 diperoleh

Jumlah

bahwa tidak ada responden yang diteliti mempunyai pekerjaan sebagai process plant. Sebanyak 1 (10%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai pekerjaan sebagai perencana pengolahan yang berperilaku K3 negatif. Sebanyak 13 (21%) orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai pekerjaan sebagai perencana pengolahan dan berperilaku K3 yang positif. Kemudian diperoleh bahwa sebanyak 3 (30%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai pekerjaan sebagai sianidator yang berperilaku K3 negatif. Sebanyak 17 (27%) orang dari 63 (100%) bahwa tidak ada responden yang diteliti mempunyai pekerjaan sebagai process plant. Sebanyak 1 (10%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai pekerjaan sebagai perencana pengolahan yang berperilaku K3 negatif. Sebanyak 13 (21%) orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai pekerjaan sebagai perencana pengolahan dan berperilaku K3 yang positif. Kemudian diperoleh bahwa sebanyak 3 (30%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai pekerjaan sebagai sianidator yang berperilaku K3 negatif. Sebanyak 17 (27%) orang dari 63 (100%)

10 (100%) orang responden mempunyai jenis pekerjaan sebagai pengolah limbah yang berperilaku K3 negatif. Serta diperoleh sebanyak 13 (21%) orang dari 63 (100%) orang mempunyai pekerjaan sebagai pengolah limbah yang berperilaku K3 positif.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,429. Maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi perilaku K3 antara jenis pekerjaan sebagai perencana pengolahan, sianidator, recovery, maupun pengolah limbah. (Tidak ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan perilaku K3).

Tabel 5.13. Distribusi Responden Menurut Tempat Kerja dan Perilaku K3

Area Pengolahan PT. ANTAM Tbk, UBPE Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008

Perilaku K3 Negatif Positif Total

P. Value

N%N% Tempat

In door

Kerja Out door

10 100 63 100 73 Hasil analisis hubungan antara tempat kerja dengan perilaku K3 diperoleh

Jumlah

bahwa sebanyak 2 (20%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai tempat kerja di dalam ruangan (in door) dan berperilaku K3 yang negatif. Sebanyak 33

(52%) orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai tempat kerja di in door dan berperilaku K3 yang positif. Selebihnya, diperoleh bahwa sebanyak 8 (80%) orang dari 10 (100%) orang responden mempunyai tempat kerja di luar ruangan (out door) yang berperilaku K3 negatif. Sebanyak 30 (48%) orang dari 63 (100%) orang responden mempunyai tempat kerja di out door dan berperilaku K3 yang positif.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,228. Maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi perilaku K3 antara responden bertempat kerja di in door maupun di out door. (Tidak ada hubungan antara tempat kerja dengan perilaku K3).