Deskripsi Data Penelitian Tabel 7. Perbandingan Nilai Mean Teoritik dan Empirik
C. Deskripsi Data Penelitian Tabel 7. Perbandingan Nilai Mean Teoritik dan Empirik
Variabel
Data Teoritik
Data Empiris
Max Mean SD
Risiko Kecelakaan Kerja Stres Kerja
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, skala persepsi risiko kecelakaan kerja memiliki nilai mean teoritik sebesar 67,5 dan nilai mean empiris sebesar 79,62. Hasil menunjukkan bahwa nilai empiris lebih besar dibandingkan nilai teoritik. Hal ini dapat diartikan bahwa rata-rata persepsi risiko kecelakaan kerja pada subjek penelitian cenderung tinggi.
Hasil perhitungan pada skala stres kerja menunjukkan bahwa skala stres kerja memiliki nilai mean teoritik sebesar 60 dan mean empiris sebesar 49,50. Hasil menunjukkan bahwa nilai empiris lebih kecil dibandingkan nilai teoritik. Nilai empiris yang lebih kecil dibandingkan nilai teoritik berarti bahwa rata-rata stres kerja subjek penelitian cenderung rendah.
Hasil ini juga diperkuat dengan hasil uji t yang telah dilakukan untuk membandingkan hasil dari nilai mean teoritik dan nilai mean empiris, yang ditunjukkan dengan tabel dibawah ini :
Tabel 8. Hasil Uji t Skala Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja
One Sample t-test
Test Value = 67,5
Persepsi
95 % Interval of Risiko
Difference Kecelakaan
Sig. 2-
Mean
df tailed
difference
Kerja Lower Upper 28,789
Berdasarkan hasil uji t pada skala persepsi risiko kecelakaan kerja, didapatkan hasil yang menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara nilai mean empiris dengan nilai mean teoritik karena hasil didapatkan nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) (Sugiyono, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa persepsi risiko kecelakaan kerja karyawan PT. Freeport Indonesia tinggi.
Tabel 9. Hasil Uji t Skala Stres Kerja
One Sample t-test
Test Value = 60
95 % Interval of
Difference Stres Kerja t
Sig. 2-
Mean
df tailed
difference
Lower Upper -24,546
Hasil uji t untuk skala stres kerja menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara nilai mean teoritik dengan nilai mean empiris karena nilai signifikansi lebih kecil daripada 0,05 (p<0,05)
(Sugiyono, 2008). Hal tersebut mengartikan bahwa secara signifikan stres kerja karyawan PT. Freeport Indonesia rendah.
D. Hasil Penelitian
a) Uji Normalitas
uji normalitas menggunakan p>0,05 maka data berdistribusi normal dan apabila p<0,05 maka data tidak berdistribusi normal (Supardi, 2013). Pengujian normalitas menggunakan teknik uji Kolmogorov- Smirnov Test dengan program SPSS versi 22 for Windows. Adapun hasil pengolahan uji normalitas dapat ditunjukkan melalui tabel berikut :
Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Variabel
Kolmogorov-Smirnov Test Sig. Persepsi
Kecelakaan Kerja Stres Kerja
Hasil perhitungan uji normalitas menunjukkan sebesar 0,000 untuk skala persepsi risiko kecelakaan kerja dan untuk skala stres kerja juga sebesar 0,000. Hasil tersebut menujukkan bahwa distribusi penyebaran skala persepsi risiko kecelakaan kerja dan stres kerja tidak normal karena p<0,05. Hasil tersebut ditunjukan dalam kurva :
Gambar 2. Scatterplot Stres Kerja
Gambar 3.Scatterplot Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja
Berdasarkan kurva diatas dapat dilihat bahwa banyak titik- titik yang tidak menempel pada garis, bahkan beberapa titik berada jauh dari garis. Titik-titik tersebut tidak membentuk sebuah garis yang lurus. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyebaran data tidak normal.
b) Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 22 for Windows. Hubungan antar variabel dikatakan linier apabila p<0,05 (Sugiyono, 2008). Hasil hubungan antar variabel ditunjukkan pada tabel dibawah ini :
Tabel 11. Hasil Uji Linearitas
F Sig. Persepsi Risiko
Between group
Kecelakaan Kerja *
(combined)
Stres Kerja
Linearity
Deviaton from
Linearity
Berdasarkan hasil uji linearitas menunjukkan bahwa linearitas variabel memiliki F sebesar 1,882 dengan signifikansi sebesar 0,172. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang linier antara persepsi risiko kecelakaan kerja dan stres kerja karyawan PT. Freeport Indonesia karena signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05). Sedangkan untuk menunjukkan adanya hubungan yang linier, nilai signifikansi lebih kecil dibandingkan
0,05 (p < 0,05 (Sugiyono, 2008). Berikut adalah gambar kurva hasil uji linearitas.
Gambar 4. Scatterplot Skala Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja
dan Skala Stres Kerja
Berdasarkan gambar kurva diatas dapat dilihat bahwa banyak titik yang menyebar jauh dari garis sehingga yang dapat menunjukkan bahwa hasil data dari penelitian ini tidak linear atau tidak memiliki hubungan yang signifikan.
c) Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis tidak dilakukan karena hasil perolehan data tidak memenuhi uji asumsi (Gunawan, 2015), yaitu hasil uji linearitas yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi risiko kecelakaan kerja dan stres kerja karyawan PT. Freeport Indonesia. Berdasarkan hasil Pengujian hipotesis tidak dilakukan karena hasil perolehan data tidak memenuhi uji asumsi (Gunawan, 2015), yaitu hasil uji linearitas yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi risiko kecelakaan kerja dan stres kerja karyawan PT. Freeport Indonesia. Berdasarkan hasil
E. Analisis Data Tambahan
Analisis data tambahan dilakukan untuk melihat tinggi atau rendahnya stres kerja dan persepsi resiko kecelakaan kerja pada masing-masing departemen dari karyawan PT. Freeport Indonesia yang menjadi subyek penelitian. Tinggi dan rendahnya stres kerja ppada masing-masing departemen dilihat menggunakan norma kategorisasi. Kategorisasi dilakukan untuk menempatkan skor pada suatu posisi yang berjenjang berdasarkan atribut rendah ke atribut yang tinggi (Azwar, 2010). Norma kategorisasi tersebut adalah :
Tabel 12. Norma Kategorisasi
Skor
Kategorisasi
Sangat Rendah (µ - 1,5σ) < X ≤ (µ - 0,5σ)
X ≤ (µ - 1,5σ)
Rendah (µ - 0,5σ) < X ≤ (µ + 0.5σ)
Sedang (µ + 0,5σ) < X ≤ (µ + 1.5σ)
Tinggi Keterangan:
µ : Mean teoritis σ : Standar deviasi teoritis
Tabel perbandingan nilai teoritik dan nilai empiris (tabel 7) menunjukkan hasil mean teoritik sebesar 60 dan 8 untuk standar deviasi teoritik pada skala stres kerja. Berdasarkan hasil yang didapat, Tabel perbandingan nilai teoritik dan nilai empiris (tabel 7) menunjukkan hasil mean teoritik sebesar 60 dan 8 untuk standar deviasi teoritik pada skala stres kerja. Berdasarkan hasil yang didapat,
Tabel 13. Norma Kategorisasi Stres Kerja Karyawan PT.
Freeport Indonesia
Sangat Rendah
Berdasarkan tabel norma kategorisasi stres kerja karyawan PT. Freeport Indonesia tersebut, maka diperoleh hasil kategorisasi stres kerja pada masing-masing departemen PT. Freeport Indonesia termasuk kategori rendah dan sangat rendah. Hasil tersebut ditunjukkan oleh tabel berikut :
Tabel 14. Deskripsi Stres Kerja Departemen Karyawan PT.
Freeport Indonesia
Nilai 1. Sangat Rendah
AB Tunnel
X ≤ (48)
Mine Maintanance
UG Geology
UG BG Production
GBT Tram
46,5 UG SHE Comp. Ass.&Adm
UG Geology Operations 44,5
Mill Operations
Engineering
44 Grasberg Geotech
HRD Mill 68
Mine Surface
( 48 < X ≤ 56)
UG Maintanance 52,5 Supply Chain Man.
52,5 Grasberg Maintanance
MTC Tram
52 UG SHE Operations
51,5 UG DOZ Production
50,5 Ore flow Operations
50 Env Technical Affairs
Geo Services
50 Mill Mechanical Mtc
OHSE Training
49,5 UG BG Dev & Con
49 Facilities Management
UG Geotech
HRD Mill 74
Central Services
Quality
Management 49
Services
Berdasarkan hasil analisis data tambahan, didapatkan bahwa terdapat 11 departemen yang termasuk didalam kategori stres kerja sangat rendah, yaitu : AB Tunnel, Mine Maintanance, UG Geology, danUG BG Production, GBT Tram, UG SHE Comp. Ass.&Adm, UG Geology, Opr.Mill Operations, Grasberg Geotech, Engineering dan HRD Mill 86.
Sedangkan departemen yang termasuk dalam kategori rendah adalah sebanyak 19 departemen, yang terdiri dari : Mine Surface, UG Maintanance, Supply Chain Man., Grasberg Maintanance, MTC Tram, UG SHE Operations, UG DOZ Production, Ore flow Operations, Quality Management Services, Geo Services, Env Technical Affairs, Mill Mechanical Mtc,Central Service, OHSE Training, UG BG Dev & Con, Facilities Management, HRD Mill 74, UG Geotech, dan UG Technical Service.
Pada skala persepsi risiko kecelakaan kerja karyawan PT. Freeport Indonesia diperoleh hasil mean teoritik (tabel 7) sebesar 67,5. Sedangkan hasil standar deviasi teoritik didapatkan sebesar 13,5. Hasil yang diperoleh tersebut menentukan norma kategorisasi sebagai berikut:
Tabel 15. Norma Kategorisasi Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja Karyawan PT. Freeport Indonesia
Skor
Kategorisasi
Sangat Rendah (47,25 ) < X ≤ (60,75)
X ≤ (47,25)
Rendah (60,75 ) < X ≤ (74,25)
Sedang (74,25 ) < X ≤ (86,75)
Tinggi
Berdasarkan norma yang didapatkan tersebut, diperoleh kategorisasi persepsi risiko kecelakaan kerja pada masing-masing departemen PT. Freeport Indonesia sebagai berikut :
Tabel 16. Deskripsi Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja Departemen Karyawan PT. Freeport Indonesia Kategori
Nilai 1. Sedang
(60,75 ) < X ≤ (74,25) 1. Tinggi
UG DOZ Production
Grasberg Maintanance
UG Geology Opr.
Mill Mechanical Mtc
UG SHE Operations
UG BG Production
AB Tunnel
Ore flow Operations
Geo Services
Central Service
UG Maintanance
82,5
Supply Chain Man
82,5
82
MTC Tram
82
Mine Maintanance
Facilities Management
81,5
UG SHE Comp.Ass.&
81,5
Adm Mine Surface
80,5
UG Geology
80,5
80
GBT Tram
OHSE Training
78,5
Grasberg Geotech
78,5
UG BG Dev.& Con.
78,5
UG Technical Service
76,5
Env Technical Affairs
76,5
76
UG Geotech
76
HRD Mill 74
Mill Operations
75,5
75
HRD Mill 68
75
Engineering
Hasil analisis tambahan menunjukkan bahwa terdapat 1 departemen dengan persepsi resiko kecelakaan kerja dalam kategori sedang, yaitu departemen Quality Management Services. Sedangkan untuk kategori tinggi terdapat 29 departemen. Departemen- departemen tersebut adalah : UG DOZ Production, Grasberg
Maintanance, UG Geology Opr., Mill Mechanical Mtc, UG SHE Operations, UG BG Production, AB Tunnel, Ore flow Operations, Geo Services, Central Service,UG Maintanance, Supply Chain Management, UG SHE Comp. Ass. & Adm, MTC Tram, Mine Maintanance, Facilities Management, Mine Surface, UG Geology, GBT Tram, OHSE Training, Grasberg Geotech,Mill Operations,UG BG Dev.& Con., UG Technical Service, Env Technical Affairs, UG Geotech, HRD Mill 74, Engineering dan HRD Mill 68.
F. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa hipotesis dari penelitian ditolak. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat hasil uji linearitas yang menunjukkan bahwa linearitias variabel persepsi risiko kecelakaan kerja dan stres kerja memiliki F sebesar 1,882 dengan signifikansi sebesar 0,172. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang linier karena signifikansi bernilai lebih besar dari 0,05 (p > 0,05). Persepsi risiko kecelakaan kerja karyawan PT. Freeport yang tinggi ditunjukkan dengan mean pada data empiris lebih besar dibandingkan mean data teoritik (79,62>67,5), tidak membuat stres kerja karyawan menjadi tinggi pula karena dapat dilihat dari mean data empiris stres kerja karyawan PT. Freeport Indonesia lebih kecil dibandingkan mean data Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa hipotesis dari penelitian ditolak. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat hasil uji linearitas yang menunjukkan bahwa linearitias variabel persepsi risiko kecelakaan kerja dan stres kerja memiliki F sebesar 1,882 dengan signifikansi sebesar 0,172. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang linier karena signifikansi bernilai lebih besar dari 0,05 (p > 0,05). Persepsi risiko kecelakaan kerja karyawan PT. Freeport yang tinggi ditunjukkan dengan mean pada data empiris lebih besar dibandingkan mean data teoritik (79,62>67,5), tidak membuat stres kerja karyawan menjadi tinggi pula karena dapat dilihat dari mean data empiris stres kerja karyawan PT. Freeport Indonesia lebih kecil dibandingkan mean data
Hasil uji linearitas menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara persepsi risiko kecelakaan kerja dan stres kerja, sehingga menyebabkan hipotesis dari penelitian ini ditolak. Hal tersebut didukung oleh beberapa faktor penyebab. Beberapa faktor penyebabnya adalah dengan adanya program-program pelatihan keselamatan kerja dan pengelolaan stres kerja yang rutin dilaksanakan baik tahunan, bulanan, mingguan, mau pun harian (komunikasi pribadi dengan MM, 16 Februari 2016). Pelatihan pengelolaan stres kerja merupakan salah satu cara untuk mencegah atau mengurangi stres kerja (Glendon, Clarke, McKenna, 2006).
Setiap tahunnya karyawan PT. Freeport Indonesia yang sudah resmi sebagai karyawan diwajibkan untuk mengikuti program pelatihan dua hari annual refresher (penyegaran tahunan). Program ini berfokus untuk mengingatkan dan meningkatkan kembalikesadaran karyawan akan pentingnya keselamatan kerja komunikasi pribadi dengan MM dan RH, 16 Februari 2016). Bagi karyawan yang tidak mengikuti pelatihan annual refresher dapat dikenakan peringatan atau sanksi sebagaimana yang diatur dalam Pedoman Hubungan Industrial PT Freeport Indonesia pasal 16 ayat 2 komunikasi pribadi dengan MM dan RH, 16 Februari 2016). Hal ini telah diatur dalam Kepmen 555 Setiap tahunnya karyawan PT. Freeport Indonesia yang sudah resmi sebagai karyawan diwajibkan untuk mengikuti program pelatihan dua hari annual refresher (penyegaran tahunan). Program ini berfokus untuk mengingatkan dan meningkatkan kembalikesadaran karyawan akan pentingnya keselamatan kerja komunikasi pribadi dengan MM dan RH, 16 Februari 2016). Bagi karyawan yang tidak mengikuti pelatihan annual refresher dapat dikenakan peringatan atau sanksi sebagaimana yang diatur dalam Pedoman Hubungan Industrial PT Freeport Indonesia pasal 16 ayat 2 komunikasi pribadi dengan MM dan RH, 16 Februari 2016). Hal ini telah diatur dalam Kepmen 555
Demikian juga dengan adanya safety meeting (pertemuan keselamatan) yang berlangsung selama lima belas menit sebelum karyawan melaksanakan pekerjaannya setiap hari baik pagi hari mau pun saat handover (serah terima) dari karyawan yang bekerja pagi hari ke karyawan yang bekerja malam hari. Safety meeting ini bertujuan untuk mengingatkan para karyawan agar memperhatikan keselamatan diri dan rekan kerja dengan cara memperhatikan kondisi lingkungan kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan (wawancara dengan MM dan RH, 2016). Dengan adanya pelatihan-pelatihan dan pertemuan tersebut, maka karyawan PT. Freeport Indonesia menjadi semakin sadar akan risiko kecelakaan kerja yang dapat kapan saja terjadi di lingkungan kerja mereka (wawancara dengan MM, JW, dan TA 2016). Hal ini berarti bahwa persepsi risiko kecelakaan kerja yang tinggi tidak membuat karyawan menjadi stres (wawancara dengan MM dan RH, 2016).
Rendahnya stres kerja karyawan PT. Freeport Indonesia juga dapat disebabkan oleh adanya pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh PT. Freeport Indonesia. Adanya pelatihan merupakan salah satu faktor mengurangi stres kerja (Schlutz dan Schlutz, 2010). Salah satu pelatihan yang dilakukan adalah pelatihan manajemen stres dimana pelatihan ini dilaksanakan setidaknya satu kali dalam dua minggu.
Pelatihan tersebut adalahfatigue management training (pelatihan mengelola kelelahan)dimana pelatihan ini wajib diikuti oleh semua karyawan (komunikasi pribadi dengan MM, 16 Februari 2016).
Pelatihan fatigue management merupakan pelatihan mengenai cara-cara mengatasi dan mengelola kelelahan yang merupakan faktor dari stres kerja (Divisi K3 PT. Freeport Indonesia, 2014). Pelatihan manajemen stres sangat berguna untuk menolong karyawan mengatasi penyebab-penyebab stres yang susah untuk diubah (Landy dan Conte, 2010).
Program pelatihan fatigue management tersebut membantu karyawan dalam pengolahan stres kerja sehingga dapat menjadi pendukung rendahnya stres kerja karyawan PT. Freeport Indonesia. Sedangkan program annual refresher dan adanya safety meeting membantu karyawan untuk selalu waspada akan bahaya kecelakaan kerja.Oleh karena itu, program-program tersebut mendukung hasil rendahnya stres kerja walaupun presepsi karyawan mengenai risiko kecelakaan kerja di tempat kerja tinggi. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara persepsi risiko kecelakaan kerja dan stres kerja karyawan hanya berlaku untuk karyawan PT. Freeport Indonesia, tidak dapat diaplikasikan di tempat lain.