SUMBER DAYA MANUSIA
3.5 SUMBER DAYA MANUSIA
Jumlah sumber daya manusia yang bekerja di bidang pariwisata merupakan salah satu tolak ukur adanya perkembangan pariwisata di suatu wilayah, baik yang terlibat di pengelolaan daya tarik wisata maupun fasilitas penunjang wisata. Sesuai dengan visi Kota Bandung yaitu “MEWUJUDKAN KOTA BANDUNG SEBAGAI KOTA SENI BUDAYA DAN TUJUAN WISATA INTERNASIONAL”, maka kegiatan pariwisata juga harus sejalan dengan misi tersebut. Oleh sebab itu salah satu fokus yang mutlak diperlukan adalah pembangunan sumber daya manusia. Pentingnya pengembangan sumber daya manusia ini pada hakekatnya didasarkan pada kualitas. Kualitas sumber daya manusia memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pariwisata. Ketersediaan sumber daya manusia yang mencukupi dan berkualitas akan menjadi kunci pengembangan pembangunan pariwisata serta memberikan kenyamanan bagi wisatawan karena pelayanan yang baik merupakan hal yang wajib diberikan kepada wisatawan. Permasalahan umum dalam aspek sumber daya manusia adalah sebagai berikut:
• Ketersediaan jumlah tenaga kerja di objek wisata di Pasir Kunci belum maksimal. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya sumber daya manusia pelaku wisata, khususnya kualitas yang belum memenuhi. • Kurangnya keterlibatan penduduk sekitar untuk memajukan kegiatan kepariwisataan di Pasir Kunci. • Kurangnya kesadaraan penduduk dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar kawasan wisata, sehingga berpengaruh terhadap minat wisatawan yang berkunjung. • Terbatasnya jumlah dan keterlibatan organisasi masyarakat yang diharapkan dapat menjadi generator pengembangan kepariwisataan berbasis masyarakat (tourism community development). Walaupun pada beberapa daerah sudah terdapat KOMPEPAR (Kelompok
Penggerak Pariwisata), akan tetapi hal ini belum menunjukkan hasil yang signifikan bagi pengembangan kepariwisataan di Pasir Kunci • Kurangnya keterlibatan dari Pemerintah setempat, untuk bersama-sama memajukan kepariwisataan Kawasan Pasir Kunci. • Belum adanya standarisasi sukarela (voluntary standard) kompetensi Sumber Daya Manusia Pariwisata
3.6 KELEMBAGAAN PENDUKUNG Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan perkembangan pariwisata yang baik, dibutuhkan dukungan dari berbagai stakeholder kepariwisataan yang terlibat langsung dalam pengelolaan pariwisata. Keterlibatan tersebut dapat dilakukan secara langsung di berbagai elemen baik Instansi pemerintah, lembaga swasta maupun masyarakat. Hal tersebut merupakan prinsip pembangunan partisipatif, dimana di dalamnya terdapat proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penyusunan berbagai program yang berkaitan dengan pariwisata. Keterlibatan seluruh elemen kelembagaan pariwisata dapat dijadikan modal dalam proses pengembangan kepariwisataan yang berkelanjutan, mengingat pengembangan ekowisata tidak dapat dilakukan tanpa dukungan berbagai pihak. Hal ini harus dipahami oleh semua pihak bahwa ekowisata tidak hanya dibangun untuk keberlangsungan keseimbangan lingkungan saja, tetapi juga melalui kegiatan ekowisata dapat meningkatkan perekonomian masyarakat lokal serta turut menjaga dan melestarikan aspek seni dan kebudayaan masyarakat setempat. Kendala-kendala yang ditemui dalam pengembangan ekowisata dalam hal kelembagaan, antara lain yang berkaitan dengan :
1) Efektifitas fungsi dan peran masing-masing lembaga, ditinjau dari aspek koordinasi instansi terkait;
2) Keberadaan institusi dan kemampuan sumber daya manusia pendukungnya dalam pengelolaan kawasan ekowisata;
3) Mekanisme peran serta masyarakat dalam pengembangan ekowisata, diperlukan koordinasi antara lembaga-lembaga yang terkait untuk membangun atmosfer ekowisata, termasuk di dalammya upaya melakukan perlindungan ekosistem yang rapuh, mempertahankan integritas budaya, pengukuran dan penelitian pengaruh lingkungan terhadap daya dukung; mewajibkan pelatihan sumberdaya manusia untuk semua sumber daya manusia pelaku wisata; dan keterlibatan masyarakat lokal, bukan hanya di dalam aktivitas yang menghasilkan pendapatan saja tetapi juga didalam kegiatan konservasi.
Kebijakan, peraturan dan regulasi yang jelas merupakan instrumen bagi sistem kepariwisataan agar dapat bekerja secara efektif. Norma dan nilai perlu dihargai, perlu diperjelas, perlu diketahui tidak hanya oleh penduduk lokal melainkan juga oleh pengunjung, termasuk mereka yang mau menanamkan modalnya, yang mungkin datang dari tempat berbeda dan dengan budaya berbeda. Situasi sosio-ekonomi suatu tempat wisata yang ada atau yang potensial ada memengaruhi “kesuburan” pertumbuhan destinasi. Kondisi perkembangan sektor lain yang baik juga akan mendukung tumbuhnya pariwisata. Bila pariwisata diharapkan sebagai pembangkit, sektor lain juga harus dikembangkan secara simultan. Pariwisata tidak harus menggantikan sektor lain kecuali bila diartikan sebagai alternatif terhadap terjadinya praktek berbahaya atau ilegal seperti halnya pengrusakan lingkungan. Isunya adalah bagaimana fasilitasi dilakukan sedemikian rupa agar pariwisata dapat menghasilkan nilai tambah terhadap mata pencaharian yang ada. Perbaikan kualitas produk lokal atau penyesuaian lain mungkin diperlukan, akses terhadap informasi dan peluang merupakan hal yang paling penting. Berbagai lembaga pendukung yang terdapat di Kawasan Pasir Kunci memiliki tugas dan kewenangan yang saling terkait dan memberikan pengaruh pada kondisi perkembangan pariwisata. Lembaga-lembaga tersebut dapat berasal dari kalangan instansi pemerintah maupun masyarakat.