potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokaldaerah. Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatif-inisiatif yang
berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Adapun
tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah daerah dan
masyarakatnya harus secara aktif bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu pemerintah daerah beserta partisipasi
masyarakatnya dan dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumberdaya-sumberdaya yang diperlukan untuk
merancang dan membangun perekonomian daerah.
2.1.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Perbedaan pokok antara pertumbuhan perekonomian nasional dan analisis pertumbuhan daerah adalah perpindahan faktor factor movements. Asumsi
bahwa perekonomian suatu bangsa sebagai perekonomian tertutup yang acap kali digunakan dalam analisis pertumbuhan ekonomi nasional tidak dapat digunakan
dalam analisis pertumbuhan ekonomi daerah. Adanya kemungkinan masuk dan keluarnya arus perpindahan tenaga kerja dan modal sangat memperbesar peluang
bagi perbedaan tingkat pertumbuhan regional, bahkan kendati stok sumber- sumber nasional telah dalam kapasitas penggunaan penuh karena dalam analisis
dinamika sebenarnya, stok ini sendiri akan bertambah besar, maka tingkat
pertumbuhan suatu daerah dapat jauh lebih tinggi dari pada tingkat normal yang dicapai oleh perekonomian nasional.
Berkaitan dengan analisis pertumbuhan regional ada dua pendekatan metodologis yang sangat berbeda: mengadaptasi model-model ekonomi makro
yang digunakan dalam teori pertumbuhan agragatif dan varian-varian regional khusus seperti teori basis ekspor atau menafsirkan pertumbuhan suatu daerah
menurut dinamikanya struktur industri seperti teori Shift Share. Pendekatan pertama memungkinkan suatu daerah mengidentifikasi hubungan terpenting
antara perpindahan faktor-faktor dan pertumbuhan regional dengan cara yang lebih jelas. Sementara pendekatan kedua lebih berorientasi pada perubahan pola
pertumbuhan regional sebagai efek netto dari keputusan-keputusan lokasi dan output yang diambil oleh perusahaan-perusahaan bisnis sebagai reaksi terhadap
perubahan-perubahan kebutuhan input dan pasar dalam industri-industri mereka Richardson, 2001
Terkait dengan pertumbuhan regional menurut ada tiga kekuatan konvergensi potensial yang penting, pertama adanya kemungkinan arus faktor
yang bersifat menyeimbangkan seperti diprediksi oleh model neoklasik. Tenaga kerja berpindah dari daerah-daerah upah rendah ke daerah-daerah upah tinggi, dan
jika upah dan produk marginal dari modal mempunyai korelasi terbalik, modal akan mengalir menurut arah sebaliknya. Dengan demikian daerah-daerah upah
rendah pun cenderung untuk bertumbuh lebih cepat. Sumber utama kedua yang menimbulkan konvergensi adalah alokasi sumber-sumber di dalam lingkungan
daerah-daerah yang bersangkutan dari sektor-sektor upah rendah seperti sektor
pertanian ke dalam sektor-sektor produktivitas tinggi, upah tinggi, dengan demikian menaikkan pendapatan rata-rata perkapita. Di banyak negara,
kebanyakan perbedaan-perbedaan regional dalam hal pendapatan perkapita dapat dicari sebabnya pada berbeda-bedanya proporsi sumber-sumber yang
dipekerjakan dalam sektor pertanian. Luas lingkup bagi relokasi interm semacam ini adalah lebih besar di daerah-daerah upah rendah pertanian. Ketiga, ciri-ciri
kematangan dalam daerah-daerah yang sudah lama berpendapatan tinggi dapat melambatkan kenaikan pendapatan perkapita masa mendatang. Barangkali, yang
terpenting diantara ciri-ciri ini adalah habisnya kemungkinan perpindahan sumber-sumber antarsektoral dan inelastisnya fungsi-fungsi penawaran tenaga
kerja disebabkan oleh rendahnya tingkat reproduksi neto di daerah-daerah yang sudah perkotaan Richardson, 2001.
Pada dasarnya masih terdapat perdebatan terkait dengan model pertumbuhan regional yang diakibatkan karena ketiadaan data yang memadai
untuk menguji hipotesis sehingga apakah tingkat pertumbuhan regional itu konvergen atau tidak masih dapat dianalisis secara empiris. Guna menggambarkan
ciri-ciri daerah yang bertumbuh cepat menurut prediksi model-model pertumbuhan regional dijelaskan dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1. Prediksi dari Model-model Pertumbuhan Regional.
Ciri-ciri Daerah-daerah yang Bertumbuh Cepat Model
Tingkat Pendapatan
Arah Perpindahan
Tenaga Kerja Arah
Perpindahan Modal
Pertumbuhan Interegional
Harrod Domar Neo Klasik
Basis Ekspor kapasitas tidak
merupakan pembatasan
Tinggi Rendah
? Masuk
Keluar Masuk
Masuk Masuk
Keluar Divergen
Konvergensi ?
Sumber: Richardson, 2001
2.1.4. Teori Berbasis Ekspor atau Teori Basis Ekonomi Economic Base Theory