Desember 2011).

(Wawancara, 4 Desember 2011).

Hal yang sama mengenai risiko yang dapat mengancam mereka sebagai pengendara motor juga dikemukan oleh anggota WKC lainnya yaitu Agus Purwanto.

Ya jatuh atau kecelakaan itu pasti, apa lagi kalo pas banter (kencang). (Wawancara, 29 Oktober 2011)

Hasil wawancara dengan seluruh informan menunjukkan bahwa para anggota WKC mengakui risiko kecelakaan lalu lintas sebagai risiko yang begitu mengancam khususnya bagi para pengendara motor. Hal itu sesuai dengan data dari Polres Wonogiri tahun 2010 mengenai kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Kabupaten Wonogiri. Dari data tersebut diketahui bahwa kecelakaan yang terjadi selama tahun 2010 mencapai 270 kejadian, dan dari jumlah tersebut sebanyak 236 kejadian melibatkan sepeda motor (data Satuan Lalu Lintas Unit Lalu Lintas Kecelakaan Polres Wonogiri tahun 2010).

Sebagaimana diketahui bahwa terdapat beberapa ekologi risiko yang dikemukan Ulrich Beck, yang meliputi risiko fisik -ekologis, risiko sosial dan risiko mental (dalam Piliang, 2009, http://rumahwacana.wordpress.com ). Kecelakaan lalu lintas tergolong sebagai bentuk risiko fisik-ekologis, namun dalam hal ini memang cenderung dikatakan sebagai suatu risiko fisik. Sebab risiko tersebut cenderung lebih mengakibatkan berbagai kerusakan fisik bagi manusia.

menunjukkan kenyataan lain. Hal yang dimaksud adalah pemikiran seluruh informan yang merupakan anggota WKC mengenai kesamaan atau tidak ada perbedaan risiko antara pengendara motor RX King dengan pengendara motor lainnya. Jadi, pengendara motor tanpa kecuali memiliki kesempatan yang sama dalam menghadapi risiko fisik seperti kecelakaan lalu lintas. Namun begitu, terdapat temuan lain yang dapat menjadi potensi yang lebih besar bagi pengendara motor RX King menjadi lebih berisiko pada risiko fisik daripada pengendara motor yang lain. Hal tersebut terjadi karena motor RX King yang memiliki karakter atau ciri khas khusus, seperti gas yang ringan sehingga sangat mudah mencapai kecepatan tinggi, yang menuntut para pengendaranya untuk dapat lebih beradaptasi dengan kemampuan berkendara yang baik. Beberapa anggota WKC juga membenarkan pernyataan tersebut, salah satunya Agus Purwanto.

RX King itu lebih bisa memacu adrenalin karena mesine agresif kayak galak gitu, jadi keliahatane luwih (lebih) bahaya apa gimana gitu, tapi sebenere sama aja tergantung orangnya. (Wawancara, 29 Oktober 2011).

Pendapat yang sama juga diungkapkan salah seorang anggota WKC

lainnya Bapak Deva Wardana.

RX King itu dianggap seperti “mesin pencabut nyawa” jadi memang cara mengendalikanya harus benar, tapi sebenarnya di luar itu, ya sama saja tergantung yang pake juga . (Wawancara,

29 Oktober 2011).

Pemikiran yang refleksif dari para anggota WKC tidak saja mengidentifikasi risiko fisik sebagai risiko yang mereka hadapi, namun juga menyadari bahwa risiko lain yaitu risiko sosial. Seluruh anggota WKC mengakui bahwa risiko sosial, khususnya individualitas menjadi risiko yang mengancam dalam kehidupan mereka. Individualitas yang berwujud seperti egoisme dan ketidakpedulian sering ditemukan dalam kehidupan manusia saat ini, termasuk bagi kalangan pengendara motor.

Berbagai kasus kecelakaan lalu lintas sering terjadi akibat keegoisan dan ketidakpedulian pengendara motor dapat memancing pengguna jalan yang lain terutama mereka yang memiliki tingkat emosional yang tinggi. Bagi para anggota WKC, risiko sosial yang berwujud individualitas tersebut memang nyata dialami, namun hal tersebut tidak dialami oleh semua orang. Dengan kata lain, hanya orang- orang tertentu saja yang berisiko pada individualitas pengendara motor, misalnya orang-orang dengan tingkat emosional tinggi, orang yang masih labil atau “moody” (suasana hati mudah berubah) saja. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh salah seorang anggota WKC, Bapak Susilo saat wawancara mengenai individualitas sebagai risiko sosial pengendara motor, termasuk anggota WKC.

Yo risiko, soale emang kadang yo sak geleme dhewe. Ngerti wong koyo ngono yo pernah, aku dhewe yo pernah mbak. Piye yo soale ngepit kuwi kari “mood”e piye mbak, nek lagi ra apik Yo risiko, soale emang kadang yo sak geleme dhewe. Ngerti wong koyo ngono yo pernah, aku dhewe yo pernah mbak. Piye yo soale ngepit kuwi kari “mood”e piye mbak, nek lagi ra apik

Hal yang sama turut diungkapkan anggota WKC lainnya, Anthony Ilham

Tergantung orangnya masing-masing gak semuanya begitu mbak, ada yang ngepitnya (mengendarai motor) santai ada juga yang seperti itu. Contohnya pas di”gleyer” ngerasa ga seneng kan bisa langsung ga terima terus nguyak (mengejar). (Wawancara, 12 November 2011)

Tidak mengherankan hal tersebut dapat terjadi, karena risiko fisik seperti kecelakaan (lalu lintas jalan, pesawat terbang, kecelakaan laut), bencana (banjir,longsor, kebakaran hutan, kekeringan) menciptakan pula secara bersamaan aneka penyakit sosial layaknya ketakpedulian, ketakacuhan, indisipliner, fatalitas, egoisme dan immoralitas (dalam Piliang, 2009, http://rumahwacana.wordpress.com). Jadi risiko sosial, yaitu individualitas menjadi salah satu risiko yang juga diidentifikasi para anggota WKC.

Risiko sosial lain juga menjadi risiko yang berhasil diidentifikasi anggota WKC. Risiko sosial yang dimaksud berupa kesan negatif sebagian masyarakat pada pengendara motor RX King yang identik dengan orang yang berandalan dan ugal-ugalan. Hal itulah yang dirasakan oleh para anggota WKC.

Berdasarkan wawancara dengan seluruh informan warga masyarakat Wonogiri (bukan anggota WKC), ditemukan bahwa ternyata Berdasarkan wawancara dengan seluruh informan warga masyarakat Wonogiri (bukan anggota WKC), ditemukan bahwa ternyata

Alif Asdianto Kalo buatku biasa-biasa aja, tapi memang cuma kesane ugal-

ugalan. Karena kesan dari motor King sendiri. (Wawancara,17 November 2011)

Arif Setyawan

Ya kenyataane tidak seperti yang diomongkan orang. Wong sing marake dianggap negatif ki gur goro-goro knalpote, coba nek suarane gur dut-dut mesti lak ra dianggep negatif po kaya preman, lha piye wong yo jenenge 2 tak (Yang menyebabkan dianggap negatif karena knalpotnya, coba kalau suaranya hanya dut-dut pasti tidak dianggap negatif atau seperti preman, ya gimana namanya juga 2 tak) (Wawancara, 20 Februari 2012)

Tarjo Tarjo

(jadi RX King ya dikira gimana.., padahal ya tidak begitu ). Kalo soal itu (pendapat terhadap pengendara RX King ) yo sama saja mbak, tinggal orangnya. Contohnya pas touring misal, nek tanggung jawab kan tetep nurut sweeper ,nek mboten yo “urakan” sakkarepe dewe (kalo tanggung jawab kan tetap nurut sweeper , tapi kalo tidak ya “urakan” semaunya sendiri ) (Wawancara, 21 Februari 2012)

Wawancara dengan para informan yang merupakan warga masyarakat Wonogiri, terkait pendapat terhadap Klub Motor WKC, menunjukkan bahwa hal yang sama, yakni mereka tidak menganggap ugal-ugalan. Hal tersebut dipaparkan dalam petikan wawancara berikut ini.

Alif Asdianto Ya nek WKC itu cuma kesannya aja ugal-ugalan, tapi sebenere enggak kayak gitu ko. (Wawancara,17 November 2011)

Arif Setyawan

Yo cuma buat penyaluran hobi otomotif, wonge yo apik-apik (Orangnya baik-baik) , soale pernah ikut kumpul bareng di alun- alun, pernah ikut touring ke Jogja dulu tahun 2010. Asyik juga soale bisa menyalurkan inspirasi buat modifikasi juga, kan RX King kuwi piye yo pit seko ndisik nganti sakiki sih eksis,lha gampang dimodif (RX King itu gimana ya, motor dari dulu sampai sekarang masih eksis, karena gampang dimodifikasi ) (Wawancara, 20 Februari 2012)

Tarjo Tarjo

Risiko tersebut tergolong sebagai suatu risiko sosial dan bukannya risiko psikis, karena adanya kesan tidak baik yang diakibatkan dari motor RX King, karena suaranya yang keras maupun imbas pemberitaan media massa mengenai geng motor yang melakukan hal-hal buruk/negatif tersebut dapat mengancam hadirnya potensi kerusakan bangunan sosial seperti indisipliner dan immoralitas. Selain itu risiko tersebut juga diakui dan dibenarkan oleh para anggota WKC, namun hal tersebut tidak membebani mereka secara psikis. Oleh karena itu, risiko sosial tersebut tidak mengarah pada timbulnya risiko psikis, karena risiko psikis akan cenderung menghasilkan penyimpangan atau abnormalitas (Piliang, 2009, http://rumahwacana.wordpress.com).

Dari penjelasan mengenai refleksivitas anggota WKC di tingkat pemikiran dapat terlihat melalui adanya identifikasi risiko-risiko yang mengancam mereka. Risiko – risiko yang dimaksud tergolong sebagai risiko fisik dan risiko sosial. Risiko fisik berupa kecelakaan lalu lintas, sedangkan risiko sosial berupa individualitas dan kesan tidak baik bagi Dari penjelasan mengenai refleksivitas anggota WKC di tingkat pemikiran dapat terlihat melalui adanya identifikasi risiko-risiko yang mengancam mereka. Risiko – risiko yang dimaksud tergolong sebagai risiko fisik dan risiko sosial. Risiko fisik berupa kecelakaan lalu lintas, sedangkan risiko sosial berupa individualitas dan kesan tidak baik bagi

2. Sikap Sikap menunjukkan pada pikiran atau perasaan pada suatu hal, atau pada suatu kecenderungan (Lawang, 2005 : 72). Dalam hal ini, sikap juga menunjukkan tingkat refleksivitas seseorang setelah pemikiran. Karena sikap seseorang terhadap suatu hal merupakan perwujudan dari apa-apa yang menjadi pemikirannya pada hal tersebut. Dengan demikian, sikap-sikap para anggota WKC yang akan dipaparkan merupakan perwujudan dari pemikiran mereka pada risiko-risiko yang telah mereka identifikasi sebelumnya.

Sikap refleksif merupakan suatu sikap yang berupaya mengatasi aneka risiko, pada tingkat risiko itu sendiri melalui solusi teknis, namun bukan mencari akar-akar penyebab yang lebih fundamental, esensial atau subtansial (Piliang, 2009, http://rumahwacana.wordpress.com). Sikap para anggota WKC terhadap risiko fisik yakni kecelakaan lalu lintas menjadi contoh sikap refleksif. Sikap refleksif itu mereka tunjukkan dengan adanya kepedulian terhadap keselamatan mereka saat berkendara.

Adanya kepedulian akan keselamatan saat berkendara mengartikan adanya suatu sikap untuk mengatasi risiko fisik seperti kecelakaan lalu lintas. Sikap refleksif pada risiko fisik dapat ditemukan dalam diri para anggota WKC yang memang sebelumnya telah mampu Adanya kepedulian akan keselamatan saat berkendara mengartikan adanya suatu sikap untuk mengatasi risiko fisik seperti kecelakaan lalu lintas. Sikap refleksif pada risiko fisik dapat ditemukan dalam diri para anggota WKC yang memang sebelumnya telah mampu

Sikap refleksif anggota-anggota WKC juga ditunjukkan dalam merespon risiko-risiko sosial. Pertama, risiko sosial yang berbentuk individualitas ini disikapi dengan sikap-sikap tertentu yang mengarah pada penanganan individualitas, yang umumnya berupa egoisme, dan ketidakacuhan. Berbagai sikap yang dimaksud ditunjukkan dalam norma- norma termasuk nilai-nilai yang diterapkan oleh Klub Motor WKC, baik yang berbentuk tertulis maupun yang tidak tertulis.

Sikap refleksif anggota WKC terlihat dari beberapa peraturan atau norma yang tertulis dalam KTA. Peraturan yang dimaksud adalah kewajiban anggota WKC untuk menjaga persatuan dan kesatuan serta persaudaraan klub. Peraturan tertulis lainnya yang juga terdapat dalam KTA adalah kewajiban untuk memenuhi kewajiban organisasi. Dalam hal ini, kewajiban organisasi yang dimaksud berupa iuran anggota tiap bulan yang digunakan untuk menjalankan kegiatan-kegiatan WKC, serta untuk kebutuhan-kebutuhan mendesak dan tak terduga, seperti jika salah seorang anggota mengalami musibah maka melalui uang kas akan diberikan bantuan.

norma dan nilai yang tidak tertulis. Norma tidak tertulis yang dimaksud adalah norma resiprositas antar anggota WKC. Dalam pelaksanaan norma tersebut, juga terkandung nilai-nilai budaya Jawa seperti rasa “pekewuh” dan prinsip saling menghormati atau . Selain itu, nilai-nilai lainnya seperti nilai mengenai prinsip harmoni dan kerukunan , serta nilai solidaritas atau kebersamaan juga menjadi tanda yang menunjukkan sikap refleksif para anggota WKC terhadap risiko sosial, yakni individualitas.

Risiko sosial dengan adanya kesan kurang baik pada pengendara RX King (karena suara motor yang keras, dan imbas media massa atas pemberitaan negatif tentang geng motor) juga mendapatkan respon sikap refleksif dari para anggota WKC. Sikap refleksif tersebut berupa adanya peraturan atau yang sifatnya tertulis dan tidak tertulis. Peraturan yang tertulis dalam KTA menjadi contohnya. Peraturan yang dimaksud adalah kewajiban para anggota untuk menjaga nama baik WKC, kewajiban mematuhi tata tertib lalu lintas, dan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas), dan beberapa larangan untuk melakukan tindakan kriminalitas dan menyalahgunakan narkoba.

3. Tindakan Tindakan menjadi tingkat paling nyata adanya refleksivitas seseorang. Hal ini disebabkan karena tindakan yang diambil seseorang

(Lawang, 2004 :71). Dengan demikian, tindakan – tindakan yang dilakukan para anggota WKC merupakan bentuk refleksivitas nyata terhadap risiko fisik dan sosial yang telah berhasil mereka identifikasi dan mereka sikapi.

Tindakan pertama yang akan dijelaskan merupakan wujud refleksivitas para anggota WKC terhadap risiko fisik yaitu kecelakaan lalu lintas. Tindakan refleksivitas anggota WKC terhadap risiko kecelakaan terbagi menjadi dua bentuk, yaitu kelengkapan piranti safety riding (keamanan berkendara) bagi pengendara dan motor, serta dari kebiasaan dan pelaksanaan berbagai peraturan klub yang memuat perilaku atau tindakan safety riding.

Piranti safety riding yang idealnya dikenakan oleh pengendara antaralain : helm full face (berukuran besar hingga menutupi wajah), jaket dengan body protector (pelindung tubuh), sepatu, dan sarung tangan. Sementara itu, piranti safety riding yang idealnya ada dalam kendaraan atau motor antara lain kaca spion, lampu sign , dan speedo meter . Ketiga piranti tersebut memiliki kegunaan masing-masing yang memudahkan pengendara dalam berkendara secara aman dan nyaman. Kaca spion sangat berguna untuk melihat kendaraan yang ada di belakang baik dari sisi kanan atau kiri, dan lampu sign berguna sebagai tanda bagi kendaraan di belakang jika pengendara ingin berbelok ke kanan atau kiri. Sementara

saat melaju. Tindakan refleksif anggota WKC dalam mengatasi risiko kecelakaan tercermin dalam kelengkapan piranti safety riding yang dikenakan pengendara maupun yang ada dalam kendaraan atau motor. Piranti safety riding yang dikenakan oleh para pengendara motor juga dilakukan oleh para anggota WKC. Menurut pengamatan yang telah dilakukan, helm full face menjadi piranti safety riding yang selalu digunakan para anggota WKC saat berkendara sehari-hari, baik jarak dekat maupun jauh. Pengamatan dari 10 informan anggota WKC juga menunjukkan bahwa semuanya memakai helm full face saat berkendara, baik saat jarak dekat maupun saat jarak jauh (saat melakukan touring).

Sementara itu, piranti safety riding berupa sepatu penggunaannya berbeda oleh tiap anggota. Tidak semua anggota WKC memakai sepatu saat berkendara jarak dekat (dalam kota), namun terdapat beberapa orang yang tetap memakai sepatu dalam berkendara jarak dekat. Dari hasil pengamatan terhadap 10 informan , ditemukan bahwa sebanyak

5 orang yang memakai sepatu saat berkendara jarak dekat.

Hasil pengamatan lain menunjukan, bahwa seluruh anggota WKC yang 10 informan memakai sepatu saat mengikuti touring atau berkendara dengan jarak yang jauh. Sementara itu, piranti lain yaitu jaket dengan body protector juga hanya dikenakan oleh para seluruh informan Hasil pengamatan lain menunjukan, bahwa seluruh anggota WKC yang 10 informan memakai sepatu saat mengikuti touring atau berkendara dengan jarak yang jauh. Sementara itu, piranti lain yaitu jaket dengan body protector juga hanya dikenakan oleh para seluruh informan

dekat, dan mengenakannya hanya saat berkendara dengan jarak jauh/ touring.

Gambar 10

Perlengkapan Safety Riding Anggota WKC saat Touring ke Pacitan

Piranti safety riding yang ideal dikenakan pengendara selanjutnya adalah sarung tangan. Piranti tersebut jarang dikenakan oleh para anggota WKC, dan hanya dikenakan saat berkendara jarak jauh / melakukan touring, dan tidak semua anggota mengenakannya. Hasil pengamatan terhadap 10 informan inti menunjukkan bahwa hanya sejumlah 4 anggota saja yang mengenakan sarung tangan dan hanya saat berkendara jarak jauh.

riding yang dikenakan oleh para anggota Klub Motor WKC yang menjadi informan , dapat digambarkan pada tabel berikut ini :

Tabel 11

Piranti Safety Riding yang dikenakan Anggota Klub Motor