Buruh / Kuli

7. Buruh / Kuli

45 Soepomo, 1961, Reorganisasi Agraria di Surakarta, Terjemahan : Husodo, (Surakarta : Reksopustaka), hlm 16 .

46 Wasino, op. cit., hlm 121.

commit to user

Mangkunegaran, yakni pekerjaan di kebun tebu dan pekerjaan di lingkungan pabrik gula. Pekerjaan di wilayah perkebunan tebu merupakan tahap pekerjaan mulai dari kegiatan penanaman tebu hingga pemanenan tebu atau rembang. Pekerjaan di lingkungan pabrik gula meliputi proses pengangkutan dari lahan hingga pemrosesannya menjadi gula yang siap dipasarkan.

Kuli dalam pengertian penggarap tanah adalah kepala keluarga laki-laki yang telah berkeluarga. Tanggung jawab terhadap proses pengolahan tanah berada di tangan mereka, perempuan dipandang hanya sebagai pengikut dari pria dalam tanggung jawab pengolahan tanah. Meskipun dalam praktiknya tidak demikian sebab dalam proses produksi pertanian perempuan juga banyak memberikan andil mulai dari kegiatan penanaman hingga pascapanen.

Semula pekerjaan di kebun tebu tidak dibayar dengan uang karena hal itu sebagai konsekuensi logis atas sawah glebagan yang dinikmatinya. Selain itu, mereka dibebaskan dari pembayaran pajak pada negara. Pajak dibayarkan dalam bentuk pacht atau sewa oleh pihak perkebunan tebu kepada Praja Mangkunegaran maupun kasunanan di tanah sewaan. Tidak semua tanah pabrik merupakan tanah milik Mangkunegara, ada sebagian kecil yang merupakan milik Sunan, seperti di Kutuan, Triagan seta kebun bibit di Ampel, Boyolali. Kuli yang bekerja di wilayah tanah sewa itu tidak dibebani membayar pajak, tetapi sebagai gantinya mereka bekerja di ladang tebu mulai dari penanaman hingga panen.

Pekerjaan tanpa dibayar itu meliputi pengerjaan lahan untuk persiapan penanaman tebu, yakni membuat parit (nglaci) dan membuat gulutan, memberi

commit to user

selanjutnya adalah melakukan pemeliharaan tanaman tebu mulai dari menyiangi sampai membersihkan kulit tebu ketika tebu sudah menjelang tua (ngletek). Pekerjaan menebang tebu, transportasi dan pekerjaan pabrikasi bukan menjadi beban nara karya. Waktu yang diperlukan seorang nara karya atau kuli untuk dapat mengerjakan kewajibannya di perkebunan tebu rata-rata 120 hari per

orang. 47 Selain kerja wajib tanam (cultuurdiensten), penduduk yang menikmati lahan glebagan juga dikenakan kerja wajib (heerendiensten). Kerja wajib meliputi : jaga malam, kerja ayeran, menyerahkan rumput dan rambanan, interandiensten, serta kerja krigan. Di wilayah Tasikmadu, jaga malam dilakukan di wilayah pabrik dan kepala pribumi yang memerlukan waktu 1 kali jaga malam dalam 20 hari. Sampai dengan tahun 1894, berbagai jenis kerja ini masih berlaku.

Kerja jaga dilakukan pada malam hari terutama untuk menjaga kompleks pabrik, rumah para kepala pribumi dan juga gudang. Di wilayah Colomadu, beban ini masih ditambah dengan tugas jaga di pos penjagaan dan pasanggrahan Komplang dan Bendungan tambak Bandung milik Mangkunegara. Untuk keperluan kerja jaga ini diperlukan sekitar 38 nara karya yang berjaga dari pukul

18.00 hingga 06.00. Kerja ayeran hanya terjadi di wilayah perkebunan Colomadu, sedangkan di perkebunan Tasikmadu tidak ada. Kerja ayeran merupakan kerja jaga pada siang hari mulai pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00 di tempat pemerintahan

47 Arsip P 1760 (Surakarta : Reksopustaka).

commit to user

lingkungan pabrik gula ini diperlukan rata-rata 8 nara karya setiap harinya untuk bekerja pada 2 orang rangga polisi dan 6 rangga tebu. 48

Beban kerja lain bagi penduduk yang mengolah lahan glebagan adalah kerja rambanan, kerja playangan dan krigan. Kerja rambanan merupakan kegiatan menyerahkan rumput untuk memberi makan rusa milik Sri Mangkunegara yang dititipkan di sekitar rumah administrator. Rambanan umumnya diberikan pada siang hari, ketika pekerja sedang beristirahat. Kerja playangan dilakukan oleh bekel. Dalam kerja playangan ini para bekel itu memberikan laporan harian dari 6 daerah kerja rangga dan diserahkan kepada pengawas terkait. Kerja krigan dilakukan oleh nara karya selama 5-7 hari untuk berbagai pekerjaan di pabrik. Ini berlaku baik di Tasikmadu maupun Colomadu.

Di luar pekerjaannya kepada pabrik, penduduk juga masih dikenakan kerja desa. 49 Secara teoritis, beban wajib penduduk cukup berat dan dalam praktiknya jauh lebih berat lagi. Selain karena faktor manajemen pabrik, ritme kerja penduduk yang tidak teratur juga menjadi penyebabnya. Pada akhir abad XIX ada usaha untuk mengurangi beban berat yang diderita penduduk lahan glebagan ini. Superintenden De Kock van Leeuwen dalam sebuah suratnya menyatakan bahwa sudah ada usaha-usaha untuk mengurangi beban penduduk. Selain pemberian andil penduduk pada tanah glebagan, pada tahun 1895 para pekerja juga memperoleh bayaran f 15 per bahu tanaman tebu. Menurutnya, kebijakan itu

48 Surat Residen Surakarta tanggal 17 Juni 1909 No. 8611/44T dalam Arsip YN 992. (Surakarta : Reksopustaka).

49 Ibid.

commit to user

berbatasan dengan Colomadu, yakni Kartasura dan Bangak, yang masing-masing memberikan bayaran f 45 dan f 40 per bahu tanaman tebu. Selain gaji tambahan sesungguhnya petani sudah menerima toeslag sebanyak 10 duit per orang. Toeslag itu diberikan sekali dalam lima hari, yakni saat permulaan tanam dan

pascatanam. 50 Uang tambahan yang diberikan kepada nara karya sepanjang tahun tidak sama. Pada tahun 1891 jumlah uang tambahan f 24 per bahu. Oleh karena di Colomadu dalam setiap bahu dikerjakan oleh dua orang nara karya maka tiap-tiap nara karya memperoleh uang tambahan f 12 per bahu dalam satu kali penggarapan lahan tebu. Sementara itu, di Tasikmadu tiap-tiap nara karya hanya memperoleh uang tambahan f 8 per bahu karena di wilayah ini dalam setiap

bahu nya dikerjakan oleh tiga orang. 51

Tuntutan penggunaan buruh bebas semakin mencuat sejak tahun 1911, tetapi sampai dengan tahun 1915 penggunaan buruh bebas di pabrik gula Mangkunegaran belum dijalankan sepenuhnya. Residen sebagai wakil pemerintah Kolonial di Surakarta dan sekaligus sebagai anggota Commissie van Beheer dari Dana Milik Mangkunegaran mendapat banyak peringatan dan kecaman. Dalam pelaksanaannya, hubungan kerja antara kuli dan pabrik adalah kerja wajib yang dibayar. Sejalan dengan pelaksanaan reorganisasi tanah, Pemerintahan Dalam Negeri (Binnenlandch Bestuur) juga memberikan anjuran agar hubungan kerja

50 Surat jawaban Superintenden De Kock van Leeuwen kepada Residen Surakarta

tanggal 18 Oktober 1895 dalam Arsip P 1760 dan YN 992. (Surakarta : Reksopustaka).

51 Surat Superintenden kepada Residen Surakarta tanggal 25 Januari 1895 No. MN 738 dalam Arsip YN 992. (Surakarta : Reksopustaka).

commit to user

harus dilakukan dengan buruh bebas. Menanggapi kecaman dan anjuran itu, residen menjamin bahwa model kerja wajib di kedua perkebunan Mangkunegaran

akan diganti dengan buruh yang sama sekali bebas. 52

Penduduk tidak lagi dikenakan kerja wajib tanam karena pekerjaan itu akan dilakukan oleh manajemen pabrik dengan menggunakan pekerja bebas yang bisa berasal dari penduduk setempat maupun penduduk lain yang mencari pekerjaan di perkebunan tebu. Penduduk pengguna tanah glebagan bisa lebih berkonsentrasi mengerjakan lahan glebagan-nya untuk ditanami tanaman pangan. Jika mereka ingin terlibat pada tanaman tebu maka merekapun akan dibayar

sesuai aturan pabrik. 53

52 Arsip BB (Binnenlandch Bestuur) No. 2476. (Surakarta : Reksopustaka).

53 Arsip YN 992. (Surakarta : Reksopustaka), hlm 10.

commit to user