Kesesuaian Revitalisasi Pasar Gading dengan Peraturan Yang Berlaku

C. Kesesuaian Revitalisasi Pasar Gading dengan Peraturan Yang Berlaku

Revitalisasi Pasar gading berlandaskan hukum Peraturan Daerah Kota Surakarta No 1 Tahun 2010 pasar 19 yang berbunyi

1. Pemerintah Daerah berkewajiban penyelenggaraan , pengelolaan, dan perlindungan pasar di daerah.

2. Dinas berkewajiban :

a. Menyusun perencanaan, program, pengembangan, dan evaluasi kebijakan pengelolaan pasar;

b. Menyelenggarakan penataan, pembinaan, penertiban, pengawasan, dan evaluasi pasar

c. Menyusun kebutuhan sarana prasarana pasar

d. Mengumpulkan,

mengolah,

menganalisis, menyimpan, menyajikan, dan menyebarkan data informasi pengelolaan pasar;

e. Menerbitkan KTPP, SHP, Tanda Bukti Pembayaran Retribusi; dan

f. Memungut retribusi pasar pada pedagang

Semua revitalisasi pasar termasuk revitalisasi Pasar Gading Kota Surakarta mempunyai landasan hukum yaitu peraturan daerah (Perda) no 1 tahun 2010 ini. Hal ini bisa dilihat jelas pada kewajiban dinas poin c yaitu menyusun Semua revitalisasi pasar termasuk revitalisasi Pasar Gading Kota Surakarta mempunyai landasan hukum yaitu peraturan daerah (Perda) no 1 tahun 2010 ini. Hal ini bisa dilihat jelas pada kewajiban dinas poin c yaitu menyusun

Dan untuk Standar Operational Pelaksana (SOP) mengacu pada Peraturan Walikota Surakarta Nomor : 19-0 tahun 2009 tentang pedoman uraian tugas jabatan struktural pada dinas pengelolaan pasar. Revitalisasi pasar gading merupakan tanggung jawab kasi pemeliharaan fasilitas pasar yang terangkum pada pasal 17; sebagai berikut :

1) Kepala Seksi Pemeliharaan Fasilitas Pasar mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pemeliharaan fasilitas pasar, meliputi : pengelolaan fasilitas, menyusun jadwal pengawasan dan perbaikan serta pemeliharaan pasar.

2) Sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebagai berikut :

a. Melakukan rencana kerja Seksi Pemeliharaan Fasilitas Pasar berdasarkan rencana kerja bidang.

b. Memberi petunjuk, arahan dan mendistribusikan tugas kepada bawahan.

c. Mempelajari, menelaah peraturan perundang-undangan, keputusan, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program kegiatan Dinas sesuai dengan bidang tugas.

d. Melakukan penyiapan bahan perumusan, kebijakan teknis di bidang pemeliharaan fasilitas pasar.

e. Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis penetapan pengelolaan fasilitas pasar.

fasilitas pasar.

g. Melakukan penyusunan jadwal pengawasan fasilitas pasar.

h. Melakukan inventarisasi kebutuhan fasilitas pasar.

i. Melakukan penyiapan bahan penyusunan indikator dan pengukuran kinerja bidang pemeliharaan fasilitas pasar. j. Melakukan penyiapan bahan sosialisasi di bidang pemeliharaan fasilitas pasar k. Memeriksa dan menilai hasil kerja bawahan secara periodik. l. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka kelancaran

pelaksanaan tugas. m. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. n. Melakukan tugas lain yang diberikan atasan. Kalau ditinjau dari SOP maka revitalisasi sudah berhasil di laksanakan, hal tersebut bisa dilihat dari poin d dan e dimana dinas pengelolaan pasar melakukan rumusan kebijakan pembangunan revitalisasi Pasar Gading Kota Surakarta dan setelah terdapat sebuah rancangan revitalisasi Pasar Gading Kota Surakarta, desain tersebut diberikan kepada disperindag sebagai pemegang kuasa anggaran.

Gading Kota Surakarta

Sesuai dengan apa yang dikemukanan dalam kerangka berpikir dan pada fokus kajian dalam implementasi revitalisasi pasar gading Kota Surakarta, maka upaya mengidentifikasi beberapa indikator yang mendukung dalam implementasi dalam penelitian meliputi aspek-aspek yang berkaitan dengan : (a) komunikasi, (b) sumber daya, (c) sikap pelaksana, dan (d) struktur birokrasi.

a. Komunikasi

Setiap implementasi kebijakan tidak akan berjalan dengan baik tanpa komunikasi intensif dari masing-masing aktor kebijakan. Dalam implementasi revitalisasi pasar gading ini banyak aktor-aktor yang terlibat yaitu sebagai pemberi dana (Kementerian Perdagangan dan Perindustrian Republik Indonesia) lalu sebagai kuasa pengguna anggaran yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pasar Gading Kota Surakarta, Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta, Dinas Pekerjaan Umum dan PT. Rudi Persada Nusantara sebagai Kontraktor. Komunikasi antar aktor implementasi dalam proses reivitalisasi Pasar Gading berjalan cukup baik dan tidak ada masalah dalam koordinasinya. Menurut Ibu Dra. Corina Endang Pujiastuti (Kasi Perdagangan Dalam Negeri) Disperindag Surakarta :

“ Komunikasi dengan dinas pengelolaan pasar berjalan dengan baik dan tidak ada masalah, hal ini bisa dilihat dengan telah selesainya revitalisasi

pasar gading.” (Sumber wawancara. Tgl. 16 September 2011)

Hal ini didukung dengan pernyataan Bapak Ir. Abdul Muthollib (mantan kepala revitalisasi pasar gading) Hal ini didukung dengan pernyataan Bapak Ir. Abdul Muthollib (mantan kepala revitalisasi pasar gading)

Pernyataan ini diperkuat oleh pernyataan Bapak Drs. Joko Pangarso, MM (mantan kepala Disperindag Kota Surakarta)

“ Masalah koordinasi anatar dinas hampir tidak ada, yang ada hanyalah masalah koordinasi antar kontraktor dimana dalam pengerjaan pasar gading terdapat beberapa kontraktor yang mempunyai bidang pekerjaan yang berbeda. Masalah koordinasi muncul secara tekhnis seperti masalah kotraktor listrik dengan kontraktor bangunan dalam pemasangan instalasi listrik .” (Sumber wawancara. Tgl 29 September 2011)

Dalam revitalisasi pasar gading, komunikasi bukan menjadi sebuah masalah yang mengganggu proses implementasi kebijakan ini. Hal ini disebabkan kebijakan ini merupakan sebuah kebijakan yang mendapat dukungan dana dari pemerintah pusat sehingga proses pengerjaannya dilaksanakan semaksimal mungkin. Hal ini seperti yang diutarakan bapak Ir. Suhardi, MM (Kasi pemeliharaan bangunan pasar DPP Kota Surakarta)

“ Pembangunan pasar gading harus didukung karena saat kita mendapat instruksi dari kementerian perdagangan untuk merevitalisasi pasar gading maka kita akan menerima dengan kedua tangan kita.”

(Sumber wawancara tanggal 29 September 2011)

Alur koordinasi dalam revitalisasi pasar gading ini secara garis besarnya dipegang oleh dua dinas yaitu dinas perindustrian dan perdagangan dan Dinas Pengelolaan Pasar (DPP). Fungsi dinas pengelolaan pasar hanya sebagai penasihat program karena aktor utama dalam revitalisasi pasar gading ini adalah disperindag. Sebelum pembuatan proposal, disperindag melakukan rapat Alur koordinasi dalam revitalisasi pasar gading ini secara garis besarnya dipegang oleh dua dinas yaitu dinas perindustrian dan perdagangan dan Dinas Pengelolaan Pasar (DPP). Fungsi dinas pengelolaan pasar hanya sebagai penasihat program karena aktor utama dalam revitalisasi pasar gading ini adalah disperindag. Sebelum pembuatan proposal, disperindag melakukan rapat

1. Dekat dengan alun-alun keraton

2. Kondisinya yang kurang layak untuk berbelanja

3. Posisi yang strategis karena berada di tempat keramaian Hal ini didukung oleh pernyataan dari Bapak Ir. Suhardi, MM (kasi pemeliharaan bangunan pasar DPP Kota Surakarta) “ Karena pasar gading berlokasi di tengah kota, dekat keraton,

kemungkinan ada variasi dan ada sesuatu. Keadaan pasar gading yang sebelumnya dilihat dari penjuru mana pun juga sangat tidak nyaman untuk berbelanja” (Sumber Wawancara tanggan 29 September 2011)

Setelah ditentukan pasar yang akan direvitalisasi maka disperindag membuat proposal yang akan diajukan ke Kementerian dan setelah disetujui maka semua proses revitalisasi diserahkan kepada pemenang lelang yaitu PT. Roedi Persada Nusantara sebagai kontraktor.

b. Sumberdaya

Sumber daya yang paling penting dalam pembangunan pasar gading ada dua :

1. Dana Dana adalah sumber daya yang menjadi prioritas pertama dalam revitalisasi pasar gading. Layaknya proyek-proyek bantuan pemerintah pusat pada umumnya, jalan atau tidak proses revitalisasi ini tergantung dari lancar atau tidaknya dana yang turun dari pemerintah pusat. Dalam awal pencarian data saya, informasi pertama mengenai total dana revitalisasi pasar gading adalah 6 milyar 1. Dana Dana adalah sumber daya yang menjadi prioritas pertama dalam revitalisasi pasar gading. Layaknya proyek-proyek bantuan pemerintah pusat pada umumnya, jalan atau tidak proses revitalisasi ini tergantung dari lancar atau tidaknya dana yang turun dari pemerintah pusat. Dalam awal pencarian data saya, informasi pertama mengenai total dana revitalisasi pasar gading adalah 6 milyar

“ Dulu direncanakan kan tiga milyar, tetapi setelah digambar ternyata dikasih 6 milyar. Akhirnya dari enam milyar itu dibuat lantai dua.” (Sumber wawancara tanggal 19 September 2011)

Ternyata perencanaan dana revitalisasi ini sebesar tiga milyar rupiah tetapi setelah lihat gambar perencanaan dari disperindag dan survey dari kementerian perdagangan maka dana itu naik menjadi enam milyar yang kemudian digunakan untuk membuat lantai dua pasar gading ini. Setelah revitalisasi berjalan ternyata dana enam milyar masih belum cukup untuk merevitalisasi pasar gading, seperti yang dikatakan oleh bapak Ir. Suhardi, MM (Kasi pemeliharaan bangunan pasar DPP Kota Surakarta)

“ Dari pemerintah pusat mengeluarkan dana 6 milyar, kemudian terdapat bantuan dana dari pemerintah provinsi Jateng 500 juta dan pemerintah kota hampit 1,2 milyar rupiah” (Sumber wawancara tanggal 29 September 2011)

Pernyataan ini didukung oleh bapak Drs. Joko Pangarso, MM (Mantan kepala Disperindag Kota Surakarta) “ Ada bantuan dari provinsi 500 juta dan ada dana dari APBD untuk

pembuatan meja-meja pedagang, sebenarnya dulu sudah cukup longgar tetapi waktu presentasi di kementerian ternyata disuruh untuk memperluas pintu masuk. Konsekuensinya kan di anggaran padahal dananya tidak tambah. Dan dengan bantuan dari provinsi, perluasan pintu masuk sudah bisa diatasi.” (Sumber : wawancara tanggal 29 September 2011) pembuatan meja-meja pedagang, sebenarnya dulu sudah cukup longgar tetapi waktu presentasi di kementerian ternyata disuruh untuk memperluas pintu masuk. Konsekuensinya kan di anggaran padahal dananya tidak tambah. Dan dengan bantuan dari provinsi, perluasan pintu masuk sudah bisa diatasi.” (Sumber : wawancara tanggal 29 September 2011)

Sehingga total dana yang dibutuhkan untuk merevitalisasi pasar Gading sebesar :

1. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia = 5,65 Milyar

2. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah = 500 Juta

3. Dinas Pengelolaan Pasar = 1,2 Milyar

4. Dinas perindustrian dan perdagangan = 70 juta

Total

= 7,42 Milyar

Jadi total biaya revitalisasi pasar gading sebesar 7,42 Milyar rupiah.

2. Kontraktor Pemenang lelang untuk kontraktor revitalisasi pasar gading adalah PT. Rudi Persada Nusantara. PT. Rudi Persada Nusantara berlokasi di Jl. Adisumarmo No. 64 Nusukan, Surakarta dan mereka berhasil memenagkan tender dengan pengajuan dana revitalisasi sebesar 5,3 milyar dari anggaran 6 milyar. Tetapi sayangnya ketika peneliti ingin mencari data yang menyangkut revitalisasi pasar gading, pemiliknya Bapak Roedison menolak dengan halus dengan alasan datanya sudah tidak mereka punya lagi, inilah argumen dari Pak Roedison (Direktur PT. Roedi Persada Nusantara; Kontraktor Pasar Gading)

“ Maaf mas, bukan saya mempersulit tetapi proyek itu sudah lama. Orang- orang yang berhubungan dengan proyek tersebut sudah keluar dan kebanyakan sudah membuka usaha kontraktor sendiri. Disini hanya ada “ Maaf mas, bukan saya mempersulit tetapi proyek itu sudah lama. Orang- orang yang berhubungan dengan proyek tersebut sudah keluar dan kebanyakan sudah membuka usaha kontraktor sendiri. Disini hanya ada

Dan sesuai berita acara serah terima II (kedua) pekerjaan No. 023/429/.b Tanggal 22 Juni 2009, maka tugas PT. Roedi Persada Nusantara telah selesai sebagai kontraktor karena telah melakukan serah terima pasar gading kepada disperindag.

c. Sikap Pelaksana

Bagaimana tingkat kepahaman aparatur pemerintah dalam menjalankan sebuah kebijakan menjadi indikator penting dalam sebuah praktek implementasi. Pertimbangannya “bagaimana seorang aparatur negara bisa menjalankan dengan

baik sebuah kebijakan jika mereka sendiri tidak mengerti maksud dan tujuannya ?” Semakin paham aparatur publik terhadap sebuah kebijakan akan membuat

kebijakan tersebut dapat terimplementasi dengan baik begitu juga sebaliknya jika para aparatur tidak mengerti tentang sebuah kebijakan maka dia pun tidak mungkian akan mengimplementasikan pekerjaan itu dengan baik.

Dalam revitalisasi pasar baik hampir semua narasumber bisa menjawab dengan lancar tujuan dari kebijakan ini. Tetapi sayangnya jika ditanya proses revitalisasi tersebut, sebagian narasumber sudah lupa mengenai proses awal perencanaan pasar gading. Hal ini tidak lepas dari banyak pegawai disperindag yang sudah dipindahtugaskan ke instansi-instansi yang lain seperti pak Joko Pangarso contohnya beliau adalah kepala disperindag pada saat revitalisasi pasar gading tetapi saat ini beliau menjadi asisten administrasi Kota Surakarta. Dan saat

kurang mengerti tentang revitalisasi pasar gading. Yang menarik adalah adanya kasus pidana dalam revitalisasi pasar gading ini yang mengakibatkan dipenjarannya kepala sesi penanaman modal disperindag bapak Abdul Mutholib karena tersangkut kasus korupsi dalam pasar gading. Dan ternyata kasus pidana ini membuat saya kesulitan dalam mencari data perencanaan dan pedanaan pasar gading. Karena kebanyakan para narasumber takut atau sungkan dalam memberikan data. Contohnya sewaktu saya meminta proposal pembangunan pasar gading kepada bendahara disperindag yaitu ibu Endang Ontosiam yang tidak bisa mengeluarkan data-data revitalisasi pasar

gading dengan alasana “ada hal-hal yang tidak boleh diketahui oleh sembarang orang”

Sebuah program yang menggunakan dana pusat sebesar > 6 milyar seharusnya mempunyai sebuah arsip berupa proposal, dokumen lelalng, sampai laporan pertanggungjawaban tetapi hal ini tidak berlaku untuk program pasar gading dimana sangat disayangkan arsip-arsip penting itu dianggap tidak ada.

Mengenai maksud dan tujuan didirikannya pasar gading, hampir semua narasumber mempunyai pendapat yang berbeda tetapi tetap dalam koridor yang sama yaitu berkembangnya ekonomi rakyat. Bapak Drs. Joko Pangarso, MM (Mantan Kepala Disperindag Kota Surakarta) memberikan argumen mengenai revitalisasi pasar gading :

“ Karena ini sebuah perencanaan makro dengan maksud untuk mensejajarkan pasar tradisional dengan pasar modern, minimal sekarang gedungnya sudah bersaing dan menata manajemennya dengan baik. Dan “ Karena ini sebuah perencanaan makro dengan maksud untuk mensejajarkan pasar tradisional dengan pasar modern, minimal sekarang gedungnya sudah bersaing dan menata manajemennya dengan baik. Dan

Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Tri Lestari, S. Teks, M.Si (kasubag perencenaan, evaluasi dan pelaporan Disperindag Kota Surakarta) “ Revitalisasi pasar gading untuk membranding kota Solo. Pak walikota

sudah mempunyai gagasasan untuk membranding Kota Solo dan salah satunya adalah revitalisasi pasar tradisional. Lalu pastinya untuk mempertahankan pasar tradisional dari perkembangan pasar modern. Dan pasar tradisional memberikan pemasukan cukup besar untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta” (Sumber : wawancara tanggal 1 Agustus 2011)

Ibu Dra. Corina Endang Pujiastuti (Kasi perdagangan dalam negeri Kota Surakarta) juga berpendapat sama “ Untuk membangun pasar tradisional lebih modern. Pasar tradisional itu

terlihat kumuh dan tidak nyaman untuk berbelanja. Sehingga revitalisasi bertujuan untuk menciptakan pasar tradisional yang nyaman untuk berbelanja” (Sumber : wawancara tanggal 16 September 2011)

Dari semua narasumber berpendapat sama tentang tujuan revitalisasi pasar gading. Dan jika kita jabarkan;

1. Memajukan ekonomi mikro Pasar tradisional merupakan tempat sebagian masyarakat mencari nafkah dan kebanyakan masyarakarat menengah ke bawah menggantungkan hidupnya dengan kegiatan ekonomi dalam pasar. Jika pasar dikelola dengan baik maka pertumbuhan ekomoni pedagang-pedagang didalamnya juga ikut baik. Dan pastinya laju pertumbuhan ekonomi mikro Kota Surakarta juga akan naik.

2. Sebagai branding Kota Surakarta

Kota Surakarta mempunyai program “Solo in the past is Solo in the future” sehingga pemerintah kota ingin tetap memelihara warisan-warisan budaya kota dan menggabungkannya dengan budaya baru. Di sini pasar tradisional menjadi sebuah warisan nilai ekonomi yang harus tetap dipelihara. Walikota Kota Surakarta dalam acara Mata Najwa berbicara :

“ saya bukan anti mall atau hypermarket, tetapi saya tidak suka melihat mall atau hypermarket yang terlalu banyak dalam sebuah kota. Tetapi coba kita lihat real yang ada di lapangan, pasar adalah ekonomi rakyat kita. Coba kita lihat pasar tradisional; tempe berasal dari pengrajin tempe,ikan dari nelayan, beras-sayur dari petani kita. Itulah real dari ekonomi kerakyatan rakyat kita. Jika itu tidak diperhatikan, salah kita”

Bisa dilihat bagaimana Walikota Surakarta Ir. Joko Widodo (atau sering dipanggil Jokowi) sangat memperhatikan kondisi pasar tradisional. Oleh sebab itu dalam RPJMD Kota Surakarta Pak Jokowi mempunyai program untuk merevitalisasi pasar tradisional. Hal ini seperti yang diucapkan Pak Drs. Joko Pangarso, MM (Mantan Kepala Disperindag Kota Surakarta) :

“ Ya tentu saja saya setuju tentang revitalisai pasar gading soalnya sudah menjadi RPJMD Kota Surakarta”

Kota Surakarta bukan kota yang anti invesatasi pasar tradisional tetapi Kota Surakarta ingin agar pertumbuhan pasar modern tidak merugikan pasar tradisional yang menjadi sumber penghasilan sebagian masyarakat Solo.

3. Menciptakan pasar tradisional yang nyaman untuk berbelanja Sudah bukan rahasia umum lagi kalau pasar tradisional identik dengan pasar yang kotor dan tidak nyaman untuk berbelanja. Dengan kebijakan ini 3. Menciptakan pasar tradisional yang nyaman untuk berbelanja Sudah bukan rahasia umum lagi kalau pasar tradisional identik dengan pasar yang kotor dan tidak nyaman untuk berbelanja. Dengan kebijakan ini

pendampingan Pendampingan dilakukan oleh disperindag, DPP dan DPU. Seperti yang diutarakan oleh bapak Drs. Joko Pangarso, MM (mantan kepala Disperindag Kota Surakarta)

“ Disperindag, DPP, dan DPU terlibat dalam kepanitian sehingga untuk pendampingan sudah menjadi kewajiban kita” (Sumber : wawancara tanggal 29 September 2011)

Argumen ini diperkuat oleh bapak Ir. Suhardi, MM (kasi pemeliharaan bangunan pasar Kota Surakarta) “ Pendampingan dari DPP, yaitu ketika melihat pintu belum selesai maka

DPP meminta bantuan dari pemprov 500 juta untuk menyelesaikan pintu. Itulah fungsi pendampingan yan g telah dilakukan oleh kita.” (Sumber : wawancara tanggal 22 September 2011)

d. Struktur Birokrasi

Salah satu faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan adalah struktur birokrasi. Dalam dunia birokrasi Indonesia terkenal dengan istilah “redtape” yaitu birokrasi yang berbelit-belit; seperti dalam mengurusi surat

perizinan, kita dikenakan waktu yang lama hanya untuk mengurus sebuah Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau izin berinvestasi yang melalui banyak meja (dan kadang kala dikenakan pungli) dan memerlukan waktu yang lama juga. Dan kadang kala banyak perusahaan tidak jadi berinvestasi di Indonesia karena dikendala oleh masalah birokrasi. Contohnya adalah perusahaan multimedia multinasional Google, yang masih memperimbangkan untuk membangun server

kaskus.us ). Tetapi tidak semua struktur birokrasi di Indonesia terkendala oleh masalah redtape . Sudah banyak pemerintah kota atau pemerintah kabupaten yang sudah berusaha menghilangkan redtape dalam tingkatan birokrasi. Contohnya Sragen, Kota Yogyakarta, dan Kota Surakarta. Ketiga daerah tersebut sudah berupaya untuk menetapkan sistem administrasi yang one toop service atau dalam bahasa Indonesianya adalah sistem administrasi satu atap dimana semua permasalahan administrasi diselesaikan dalam satu tempat. Permasalahan biaya dan waktu juga sudah bisa ditentukan di awal sehingga masyarakat bisa mengetahui berapa dana dan waktu yang dibutuhkan dalam mengurusi masalah administrasi.

Dalam revitalisasi pasar gading, tidak terdapat permasalahan mengenai struktur birokrasi. Hal ini seperti diutarakan oleh bapak Ir. Abdul Mutholib (mantan kepala revitalisasi Pasar Gading) :

“ Tidak ada masalah yang berarti dalam revitalisasi pasar gading, setiap minggu kita koordinasi untuk membicarakan revitalisasi pasar gading” (Sumber : wawancara tanggal 19 September 2011)

Hal ini diperkuat oleh bapak Drs. Joko Pangarso, MM (mantan Kepala Disperindag Kota Surakarta) “ Sebenarnya tidak ada masalah birokrasi dalam revitalisasi pasar gading,

permasalahan hanya di awal yaitu siapa yang lebih berhak untuk merevitalisasi pasar gading apa DPP, disperindag atau DPU. Masalah lebih banyak terjadi dengan kontraktor” (Sumber : wawancara tanggal 29 September 2011)

Revitalisasi pasar gading dalam implementasinya tidak menemui masalah Revitalisasi pasar gading dalam implementasinya tidak menemui masalah

Tabel 1.1 Matrik Implementasi Program Revitalisasi Pasar Gading

No Program

Kegiatan

1 Formulasi Kebijakan  Dimulai dari isu strategis kementerian perdagangan untuk memperbaiki usaha rakyat kecil dan sekaligus memperbaiki kondisi pasar tradisional yang ada di

indonesia  Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta dan

disperindag melakukan upaya “Jemput bola” dengan melakukan kunjungan ke kementerian untuk membicarakan kesamaan isu strategis yang berada di Surakarta yang pada akhirnya pemkot mengajukan permohonan pendanaan untuk merevitaliasai pasar tradisional

2 Forecasting / Peramalan

o Setelah mendapatkan “lampu hijau” dari kementerian perdagangan maka pemkot dan

disperindag melakukan lelang rapat perencanaan dengan dinas-dinas yang berhubungan dengan pasar yaitu DPP. Dan menentukan akan merevitalisasi disperindag melakukan lelang rapat perencanaan dengan dinas-dinas yang berhubungan dengan pasar yaitu DPP. Dan menentukan akan merevitalisasi

Nusantara sebagai kontraktor Pasar Gading Surakarta

o Pengajuan proposal ke Kementerian Perdagangan

Republik Indonesia

3 Implementasi Kebijakan

 Proposal revitalisasi kemudian disetujui oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.  Kemudian sesuai kontrak PT. Roedi Persada Nusantara mulai mengerjakan sejak tanggal 15 Januari 2008

 Revitalisasi sesuai kontrak memerlukan waktu 135 hari dan masa pemeliharaan 180 hari dengan biaya 7,42 Milyar

 Pada tangga 12 Juni 2009 Pasar tersebut sudah

selesai di revitalisasi  Lalu kemudian pasar tersebut diserah terimakan dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesian ke Pemerintah Kota Surakarta pada tanggal 22 Februari 2010

Indikator Komunikasi Komunikasi antar aktor implementasi yaitu dari

disperindag, DPP, DPU dan kontraktor berjalan dengan disperindag, DPP, DPU dan kontraktor berjalan dengan

dana. Untuk kontraktor dipercayakan kepada PT. Roedi Persada Nusantara. Sedangkan untuk masalah dana terjadi pembengkakan yang tadinya 5,353 Milyar rupiah menjadi 7,42 Milyar rupiah karena banyak bagian pasar yang perlu ditambah/diperluas sehingga memerlukan dana tambahan.

Indikator Sikap pelakasana

Untuk sikap pelaksana dalam revitalisasi pasar gading sudah cukup mengerti mengenai maksud dan tujuan revitalisasi pasar gading. Tetapi karena ini adalah kebijakan lama yaitu kebijakan tahun 2008. Maka pegawai-pegawai disperindag yang ada pada saat ini banyak yang kurang mengerti tentang alur revitalisasi Pasar Gading sehingga memerlukan narasumber di luar disperindag untuk mencari data pasar gading.

Indikator Struktrur Birokrasi

Tidak ada alur birokrasi yang rumit dalam revitalisasi pasar gading. Setiap dinas dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, hal ini dilihat dari kemudahan dalam pencarian dana revitalisasi Pasar Gading Kota Surakarta.

4 Monitoring Kebijakan Untuk monitoring kebijakan, Disperindag bekerjasama

dengan DPU dalam memonitor pembangunan pasar

5 Evaluasi Kebijakan Untuk evaluasi kebijakan, kebijakan ini tidak dilengkapi arsip yang lengkap hal ini bisa dilihat dengan tidak adanya arsip mengenai proposal revitalisai, laporan- laporan ke kementerian perdagangan dan laporan pertanggung jawaban revitalisasi pasar gading. Sebuah kebijakan yang mempunyai nilai milyaran rupiah seharusnya mempunyai arsip yang lengkap karena itu akan berguna jika ada pemeriksaan-pemeriksaan.