KINERJA DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA (PKMS)

KINERJA DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA (PKMS)

Oleh: HENDRA WIJAYANTO D0107060

SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Ilmu Administrasi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

commit to user

commit to user

commit to user

MOTTO Beruntunglah orang yang jika dicoba akan bersabar dan jika

memperoleh keberhasilan serta kegembiraan akan bersyukur. (DR, Aidh Al Qarni)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Dan apabila kamu telah selesai dari satu urusan, Kerjakan dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. (QS. Al-Insirah : 6-7)

( Penulis )

commit to user

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini ku persembahkan untuk :

1) Ayah dan ibuku tercinta yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, bimbingan serta motivasinya

2) Adikku yang selalu mendukungku dan tak pernah bosan untuk menanyakan kapan kelulusanku.

3) Dosenku yang telah mendidik dan membimbingku dengan penuh kesabaran.

4) Sahabat-sahabat ku Tito, Achel, Chandra, Sofy, Agief, Sugiyanto, Aditya, Yoga, Ganang, Fx Wahyu, Andriyanto yang selalu menemaniku.

5) Teman-temanku AN 2007

6) Almamaterku

commit to user

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia, nikmat, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

KINERJA DINAS KESEHATAN

KOTA

SURAKARTA

DALAM

PELAKSANAAN PROGRAM

PEMELIHARAAN

KESEHATAN

MASYARAKAT

dengan baik. Skripsi ini penulis susun dan ajukan guna

memenuhi salah satu syarat akademis untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa sejak awal selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas segala budi baik, bantuan, dan amalan beliau-beliau :

1. Ibu Asal Wahyuni Erlin Mulyadi, S.Sos, MPA. selaku pembimbing, atas bimbingannya, arahan, dan motivasi serta kesabarannya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Wahyu Nurharjadmo, M.Si selaku pembimbing akademis, atas bimbingan akademis yang telah diberikan selama ini.

3. Drs. Is Hadri Utomo, M.Si. dan Dra. Sudaryanti, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Ida Angklaita, selaku Kepala UPTD PKMS yang telah memberikan kemudahan di dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Supriyanto, selaku Kasubag TU PKMS yang telah memberikan kemudahan di dalam penyusunan skripsi ini.

7. Ibu Arthaty selaku Kasi Manajemen Informasi Kesehatan yang telah memberikan kemudahan di dalam penyusunan skripsi ini.

commit to user

8. Bapak dan Ibu semua pegawai di Dinas Kesehatan Kota Surakarta yang telah memberikan kemudahan di dalam penyusunan skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan skripsi ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan terbuka untuk perbaikan skripsi ini kedepannya. Semoga skripsi ini berguna untuk pengembangan dan penelitian selanjutnya serta bermanfaat bagi para pembaca.

Surakarta, Oktober 2011

Penulis

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I.1 Data Angka Kematian Ibu, Bayi dan Anak Balita

di Kota Surakarta tahun 2004-

.......... 3 Tabel I.2

Tabel I.3 Data Jumlah Pendanaan PKMS..................................................... 6 Tabel II.1 Tabel Matriks Indikator Kinerja Organisasi.................................. 24 Tabel III.1 Tabel Matriks Penelitian-Penelitian Terdahulu............................. 42 Tabel IV.1

92 Tabel IV.2 Tabel Matriks Hasil Penelitian Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam Pelaksanaan Program PKMS..................... 102

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II.1 Model Kerangka Pemikiran...................................................... 47 Gambar III.1 Model Analisis Interaktif.......................................................... 54 Gambar IV.1 Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota

Surakarta................................................................................... 63

commit to user

Hendra Wijayanto. D0107060. Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam Pelaksanaan Program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS). Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011. 113 Halaman.

Beragam persoalan dalam pemenuhan kebutuhan layanan kesehatan masih menjadi agenda pemerintah yang terus menerus diupayakan. Pemerintah Kota Surakarta menyikapi kondisi ini melalui program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta (DKKS) yang merupakan institusi pelayanan publik yang bertanggungjawab dalam bidang kesehatan di kota Surakarta. Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan empat indikator yaitu responsivitas, responsibilitas, akuntabilitas dan efektivitas. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik penentuan informan dilakukan secara purposive yaitu dengan memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, studi dokumentasi dan observasi. Uji validitas data dilakukan dengan menggunakan teknik trianggulasi sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif yang meliputi reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengukuran pada masing-masing indikator kinerja DKKS dalam pelaksanaan program PKMS adalah sebagai berikut: 1) Pada indikator responsivitas, DKKS telah responsif dalam pelaksanaan program PKMS. Hal ini dibuktikan dengan kegiatan identifikasi masalah yang dilakukan sebagai perwujudan untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda atau rumusan kebijakan, mengembangkan program atau kegiatan serta keterbukaan dalam menanggapi keluhan masyarakat, 2) Pada indikator responsibilitas, DKKS sudah melaksanakan pelayanan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku, 3) Pada indikator akuntabilitas, DKKS telah mempertanggungjawabkan secara transparan kepada pemberi mandat (walikota). Namun demikian DKKS belum melakukan pertanggungjawaban kepada publik (masyarakat), dan 4) Indikator efektivitas, ditunjukkan dengan terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau serta dalam hal pencapaian sasaran sampai dengan September 2011 baru tercapai + 69 %. Dengan demikian, berdasar pada pengukuran masing-masing indikator tersebut dapat diketahui bahwa kinerja DKKS dalam pelaksanaan program PKMS sudah cukup baik. Faktor pendorong kinerja yaitu kerjasama antara DKK yaitu Puskesmas dan Rumah Sakit. Faktor penghambat kinerja meliputi masalah dana, kurangnya partisipasi masyarakat, minimnya fasilitas dan sarana di RSUD serta masyarakat belum paham mengenai pelayanan PKMS yang sifatnya berjenjang.

Kata Kunci : Kinerja Organisasi, PKMS

commit to user

Hendra Wijayanto. D0107060. The Performance of Health Department of Surakarta Surakarta in the Implementation of Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS) Program. Department of Administration Sciences. Faculty of Social and Political Sciences. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2011. 113 pages.

Various problems regarding the community needs on health care still become the priority agenda of the government. The government of Surakarta City act to this public issue by implementing a health progran namely Pemeliharaan kesehatan masyarakat Surakarta (PKMS). This study was conducted to know more on the performance of Health Department of Surakarta (DKKS) as a goverment institution responsible for health sector in the city of Surakarta. Such performance was measured using the four indicators: responsiveness, responsibility, accountability and effectiveness. This research is a qualitative descriptive study. To determine the targetted informants a purpossive technique - selecting those who is considered capable as data resources- was used. The data was collected through interviews, observation and study of the related documentation. To validity the data the triangulation of sources was performed. Data analysis technique used is the interactive analysis, include the data reduction, data display, and conclusions.

The results of this study shows that the measurements of each indicators measured are as follow: 1) For the indicator of responsiveness, DKKS has been responsive in implementing PKMS. This can be proved by the identification of activities undertaken as

a manifestation of the problem to identify the community needs, setting the agenda or the formulation of policies, develop programs or activities, and the DKKS openness in responding to public complaints, 2) For the indicator of responsibility, DKKS has implemented the PKMS in accordance with the determined laws and regulations, 3) For the indicator of accountability, DKKS has transparently and routinely submitted a report to the responsible person (the mayor). However, in the case of reporting to public (community) DKKS has not done it yet, and 4) The indicators of effectiveness is indicated by the fulfillment of community needs for cheap and affordable medical care. In terms of achieving new targets, DKKS reached + 69% until September 2011. Therefore, based on the results of the four indicators of the performance measured, it can

be understood that the performance of DKKS in implementing PKMS is more likely good enough. Some of push factors of the performance include the good collaboration achieved by DKKS with other health institution suc as hospitals and health centers. In other side, the factors need to be considered for an improvement include the lack of funds, community participation, infrastructure and facilities and the community knowledge on.

Key words : Organizational Performance, PKMS

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan adalah bagian dari kebutuhan dasar yang wajib dipenuhi. Oleh karena itu, bagi penggiat hak asasi manusia, kesehatan adalah bagian dari hak asasi yang pemenuhannya mutlak dipenuhi oleh pemerintah sebagai pihak penyelenggara pelayanan publik. Kesehatan sebagai salah satu aspek dari hak asasi manusia tercantum dalam pasal 28 H ayat 1 bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, menetapkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan. Dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan. Setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya dan negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi seluruh penduduknya, termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan. Hal ini berdasar pada UU Nomor. 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Pada Bab II pasal 2 dan 3

commit to user

dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan, terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik yang bersifat promotif (promosi kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (penyembuhan penyakit), rehabilitatif (pemulihan kesehatan) dan tradisional (pengobatan dan perawatan) yang dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan (UU RI No. 36 Tahun 2009 Bab VI Pasal 47).

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan penyelenggaraan pembangunan kesehatan terdapat beberapa tantangan yang dihadapi antara lain rendahnya kualitas kesehatan penduduk yang terlihat dari masih tingginya angka kematian bayi (AKB), angka kematian anak balita (AKABA) dan angka kematian ibu melahirkan (AKI). Rendahnya kualitas kesehatan penduduk berdasar tingginya angka AKB, AKABA dan AKI terjadi pula di Kota Surakarta. Kondisi tersebut seperti hasil pendataan BPS tahun 2008 yang disajikan daam tabel I.1 dibawah ini. :

commit to user

Tabel I. 1 Angka Kematian Ibu, Bayi dan Anak Balita di Kota Surakarta

Tahun 2004-2009

(Sumber : Hasil Pendataan BPS tahun 2008) Berdasar data BPS tersebut jumlah angka kematian bayi dan balita di Surakarta pada tahun terakhir mengalami penurunan dibandingkan dengan angka kematian ibu Menurut data diatas jumlah angka kematian bayi dan balita di Surakarta pada tahun terakhir mengalami penurunan dibandingkan dengan angka kematian bayi dan balita pada tingkat Nasional maupun Jawa Tengah. Namun demikian jumlah angka kematiaan ibu di kota Surakarta masih berada diatas angka kematian ibu pada tingkat Nasional maupun Jawa Tengah.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menjamin akses penduduk terhadap pelayanan kesehatan. Pemerintah mengeluarkan berbagai program di bidang pelayanan kesehatan bagi masyarakat, diantaranya Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK), Program Dampak Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) dan Program ASKESKIN (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin). Pegawai negeri sipil akses pelayanan kesehatan sudah dijamin dengan Asuransi Kesehatan PNS.

Indikator 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Angka Jateng

Angka Nas

Angka Kematian Bayi (per 1000 kelahiran hidup)

28 Angka Kematian Balita

(per 1000 kelahiran hidup)

0,69 0,81 1,35 0,97 0,69 0,77 12,79

46 Angka Kematian Ibu

(per 100.000 kelahiran hidup)

63 41,22 49,61 48,52 49,1 153,8 116 119

commit to user

Dalam menyikapi masih rendahnya kualitas kesehatan penduduk di kota Surakarta, Pemerintah Daerah pada awal Januari 2008 meluncurkan program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS). Program PKMS yang diluncurkan oleh pemerintah kota Surakarta dalam rangka untuk menampung kelompok masyarakat yang belum termasuk dalam jaminan kesehatan. Program PKMS ini diharapkan mampu membantu masyarakat miskin dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau. Program PKMS ini diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2007 yang isinya tentang retribusi pelayanan kesehatan. Perda tersebut menegaskan bahwa Pemerintah Kota memiliki tanggung jawab dalam pemenuhan hak warga untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Masyarakat tidak perlu memikirkan berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Program PKMS yang diluncurkan oleh Pemerintah Kota Surakarta disambut baik oleh seluruh masyarakat. Masyarakat sangat antusias dalam merespon program PKMS ini. Hal ini dibuktikan dengan semakin bertambahnya jumlah masyarakat yang mengajukan permohonan PKMS sejak tahun 2008 sampai dengan 2011 (pertengahan bulan). Peningkatan jumlah peserta PKMS selama empat tahun tersebut disajikan dalam tabel I.2 berikut ini :

Tabel I. 2 Jumlah Peserta PKMS di Kota Surakarta

No

Jenis Kartu

219.028 (Sumber data : Dinas Kesehatan Kota Surakarta)

commit to user

Dari tabel diatas diketahui bahwa terjadi kenaikan jumlah peserta PKMS tiap tahunnya. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah peserta PKMS sebesar 18,07 %, di tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah peserta sebesar 16,00 % dan pada tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah peserta PKMS sebesar 4.84 % Prosentase kenaikan jumlah peserta PKMS tertinggi terjadi pada tahun 2009. Tingginya permintaan PKMS tersebut mengandung konsekuensi antar lain bahwa pemerintah harus bekerja ekstra dalam mengimplementasikan program ini.

Seiring dengan bertambahnya jumlah peserta atau warga yang mengajukan permohonan PKMS maka jumlah dana atau anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk pembiayaan PKMS juga meningkat. Jumlah anggaran yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota mencapai milyaran rupiah. Anggaran tersebut digunakan untuk membayar seluruh pelayanan kesehatan masyarakat yang tercakup dalam program PKMS baik gold maupun silver. Besar anggaran atau pembiayaan dalam pelaksanaan program PKMS dapat dilihat pada tabel I.3 berikut ini :

commit to user

Tabel I. 3 Pendanaan PKMS Di Kota Surakarta

No Jumlah

2010 (Rp.) 2011 (Rp.)

1 Jumlah dana total

14.488.736.346 12.000.000.000 20.024.550.000 16.062.390.000

2 Realisasi dana

10.215.312.800 11.965.997.793 20.014.436.150 -

3 Sisa anggaran

4 Jumlah dana untuk klaim

12.118161.346 11.814.340.00 19.858.430.000 15.797.040.000

5 Jumlah Klaim Masuk

8.782.609.600 18.124.781.031 25.189.489.933 10.794.393.765

(Sumber data : Dinas Kesehatan Kota Surakarta) Dapat diketahui bahwa program PKMS merupakan salah satu program

unggulan Pemerintah Kota Surakarta dalam upaya mewujudkan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Program PKMS ini mendapat sambutan yang positif dari masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan kenaikan jumlah peserta PKMS dari tahun ke tahun. Tentu saja kondisi ini membawa konsekuensi yang lebih kompleks bagi pemerintah, terutama bagi Dinas Kesehatan Kota Surakarta.

Dinas Kesehatan Kota Surakarta sebagai institusi penyelenggara pelayanan di bidang kesehatan memiliki tanggungjawab dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat di kota Surakarta. Dalam permasalahan pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ini peran dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS sangat penting mengingat tugas pokok dan fungsinya sebagai badan penyelenggara urusan pemerintah khususnya dalam bidang pemenuhan kebutuhan kesehatan bagi

commit to user

masyarakat. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya maka Dinas Kesehatan Kota Surakarta adalah penggerak pembangunan kesehatan guna terwujunya budaya hidup bersih dan sehat serta mutu pelayanan menuju Solo Sehat 2010. Sebagai pihak yang berwenang dan bertanggungjawab dalam pelaksanaan program PKMS ini, Dinas Kesehatan Kota Surakarta dituntut agar mampu meningkatkan kinerjannya terutama dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Oleh karena itu Pemerintah Kota Surakarta memberikan wewenang dan tanggungjawab kepada Dinas Kesehatan Kota Surakarta untuk melaksanakan program PKMS tersebut.

Dalam menjalankan kinerjanya Dinas Kesehatan Kota Surakarta juga menjumpai beberapa faktor yang mempengaruhi kinerjanya dalam pelaksanaan program PKMS. Faktor-faktor tersebut sangat menentukan dalam pencapaian target Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam penyelenggaraan program PKMS. Dengan memaksimalkan kinerja pemerintah dalam pelaksanaan program PKMS diharapkan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan, sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Surakarta secara merata dan menyeluruh. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta serta faktor-faktor yang mempengaruhi kinerjanya dalam pelaksanaan program PKMS.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan pada latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut :

commit to user

1. Bagaimana kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan

program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS) ?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Operasional Untuk mengetahui pelaksanaan kinerja institusi penyelenggara serta faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan program PKMS.

2. Individual Untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar sarjana S1 pada jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UNS.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak. Manfaat yang diharapkan antara lain :

1. Sebagai bahan sumbangan pemikiran bagi Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam mempertimbangkan dan menyusun agenda peningkatan kinerja terkait pelaksanaan program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta.

2. Sebagai bahan acuan yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian lanjutan Agar penelitian ini bermanfaat bagi Dinas Kesehatan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan kinerja terkait pelaksanaan program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta.

commit to user 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kinerja Organisasi Publik

1. Pengertian Kinerja Organisasi Publik

Terdapat beberapa pendapat tentang pendefinisian kinerja organisasi. Definisi mengenai kinerja organisasi dikemukakan oleh Bastian (dalam Hessel Nogi, 2005:175) sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi tersebut. Menurut Yuwono, dkk (dalam Hessel Nogi, 2005:178) mengatakan bahwa konsep kinerja organisasi berhubungan dengan berbagai aktivitas dalam rantai nilai (value chain) yang ada pada organisasi.

Menurut Lembaga Administrasi Negara (dalam Joko Widodo, 2008:78) kinerja organisasi merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program, kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi, organisasi. Dengan kata lain, kinerja organisasi merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Menurut Edson Pinheiro de Lima (2008:113) bahwa “Performance Management system may be defined as a system that uses the information to produce a positive change to organizational culture, systems and processes”.

Yeremias T. Keban (2004:193) mengemukakan bahwa kinerja organisasi menggambarkan sampai sejauh mana organisasi tersebut mencapai hasil ketika dibandingkan dengan kinerjanya terdahulu (previous performance),

commit to user

10

dibandingkan dengan organisasi lain (benchmarking) dan sampai seberapa jauh pencapaian tujuan dan target yang telah ditetapkan. Sementara itu, Sedarmayanti (2003:147) mengartikan kinerja organisasi adalah suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Disini terlihat bahwa kinerja organisasi merupakan sesuatu yang penting dalam pencapaian tujuan sebuah organisasi.

Dari berbagai definisi mengenai kinerja organisasi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja organisasi pelayan publik adalah tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau aktivitas atau progam yang telah direncanakan. Pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi yang dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian kinerja suatu organisasi publik turut menentukan kualitas pelayanan publik yang dilakukan organisasi tersebut.

Kinerja organisasi publik dapat dikatakan berhasil jika mampu mewujudkan apa yang menjadi tugas dan fungsi utama dari organisasi bersangkutan. Untuk itu seluruh komponen organisasi dalam melaksanakan suatu kegiatan harus selalu berorientasi pada apa yang menjadi tugasnya.

2. Pengukuran Kinerja Organisasi Publik

Menurut Agus Dwiyanto (2005:74) penilaian kinerja organisasi adalah suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai ukuran

commit to user

11

keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya. Menurut Lohman (dalam Mohamad Mahsun, 2006:25-26) mengemukakan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivikasi dari tujuan strategis organisasi. Pada organisasi pelayan publik, informasi mengenai kinerja tentu sangat berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh organisasi itu memenuhi harapan dan memuaskan pengguna jasa. Dengan melakukan penilaian terhadap kinerja organisasi maka upaya untuk memperbaiki kinerja dapat dilakukan secara lebih terarah dan sistematis.

Namun, penilaian kinerja birokrasi publik masih jarang dilakukan. Berbeda dengan organisasi bisnis yang kinerja mudah dilihat dari profitabilitas, sedangkan pada birokrasi publik tidak memiliki tolak ukur yang jelas dan tidak mudah diperoleh informasinya oleh publik. Terbatasnya informasi mengenai kinerja birokrasi pelayanan publik terjadi karena kinerja belum dianggap sebagai sesuatu hal yang penting bagi pemerintah. Faktor lain yang menyebabkan terbatasnya informasi mengenai kinerja organisasi publik adalah kompleksitas indikator kinerjanya. Berbeda dengan organisasi swasta yang indikatornya relatif sederhana dan tersedia di pasar, indikator birokrasi sangat kompleks. Penilaian birokrasi publik tidak cukup hanya dilakukan dengan menggunakan indikator yang melekat pada birokrasi seperti efisiensi dan efektivitas, tetapi harus dilihat juga dari indikator-indikator yang melekat pada pengguna jasa seperti, kepuasan pengguna jasa, akuntabilitas dan responsivitas.

commit to user

12

Mardiasmo dalam Hessel Nogi (2005: 172) mengemukakan bahwa tolok ukur kinerja organisasi publik berkaitan dengan ukuran keberhasilan yang dapat dicapai oleh organisasi tersebut. James B. Whittaker (dalam Hessel Nogi, 2005:171) mengemukakan bahwa pengukuran atau penilaian kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Penilaian kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran (goals and objectives). Penilaian kinerja dalam hubungannya dengan pelayanan publik juga disampaikan oleh Dorothe Greiling (2009: 154) bahwa : “Promoters of performance measurement are convinced that performance measurement can greatly contribute to an efficiency boost in the field of public services. Performance measurement will function as an efficiency driver for public services. Also, the empirical basis which investigates the relationship between performance measurement and efficiency is, up to now, very slim”.

Menurut Lohman (dalam Mohamad Mahsun, 2006:25-26) pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivikasi dari tujuan strategis organisasi. Whittaker menjelaskan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Sementara itu Joko Widodo (2008:94) mengemukakan bahwa pengukuran kinerja menjadi suatu keharusan bagi setiap instansi pemerintah karena :

1) Jika kinerja tidak diukur, maka tidak mudah membedakan antara

keberhasilan dan kegagalan.

commit to user

13

2) Jika suatu keberhasilan tidak diidentifikasi, maka kita tidak dapat

menghargainya

3) Jika keberhasilan tidak dihargai, kemungkinan besar malahan

menghargai kegagalan

4) Jika tidak mengenali keberhasilan, berarti juga tidak akan bisa belajar

dari kegagalan. Dengan demikian, dengan melakukan pengukuran kinerja dapat mengukur konsistensi suatu organisasi. Melalui pengukuran kinerja akan dapat dinilai antara lain tentang identifikasi keberhasilan atau kegagalan dan pembelajaran dari keberhasilan atau kegagalan tersebut.

3. Indikator-Indikator Kinerja

Untuk bisa melakukan pengukuran kinerja organisasi dibutuhkan indikator-indikator kinerja. Indikator-indikator kinerja tersebut dapat dijadikan sebagai patokan (standar) menilai keberhasilan atau kegagalan organisasi dalam pencapaian tujuan. Ada berbagai macam patokan (standar) penilaian kinerja yang dapat digunakan untuk menilai kinerja organisasi publik. Menurut Mohammad Mahsun (2006:77-78), indikato-indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja instansi pemerintah meliputi :

1. Indikator masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini mengukur jumlah sumber daya seperti anggaran (dana), sumber daya manusia, peralatan, material, dan masukan lain, yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan. Dengan meninjau

commit to user

14

distribusi sumber daya manusia, suatu lembaga dapat menganalisis apakah alokasi sumber daya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana strategis yang ditetapkan. Tolok ukur ini dapat pula digunakan untuk perbandingan dengan lembaga-lembaga relevan.

2. Indikator proses (process), dalam indikator proses, organisasi merumuskan ukuran kegiatan, baik dari segi kecepatan, ketepatan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan tersebut. Rambu yang paling dominan dalam proses adalah tingkat efisiensi dan ekonomis pelaksanaan kegiatan tersebut. Efisiensi berarti besarnya hasil yang diperoleh dengan pemanfaatan sejumlah masukan. Sedangkan yang dimaksud dengan ekonomis adalah bahwa suatu kegiatan dilaksanakan lebih murah dibandingkan dengan standar biaya atau waktu yang telah ditentukan untuk itu.

3. Indikator keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik atau non fisik. Indikator atau tolok ukur keluaran digunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan dari suatu kegiatan. Dengan membandingkan keluaran, instansi dapat menganalisis apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Indikator keluaran dijadikan landasan untuk menilai kemajuan suatu kegiatan apabila tolok ukur dikaitkan dengan sasaran kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan terukur. Oleh karena itu, indikator keluaran harus sesuai dengan lingkup dan sifat kegiatan instansi. Misalnya untuk kegiatan yang

commit to user

15

bersifat penelitian, indikator kinerja berkaitan dengan keluaran paten dan publikasi ilmiah.

4. Indikator hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran pada jangka menengah (efek langsung). Pengukuran indikator hasil seringkali rancu dengan indikator keluaran. Indikator outcomes lebih utama dari sekedar output. Walaupun produk telah berhasil dicapai dengan baik, belum tentu outcome kegiatan tersebut telah tercapai. Outcome menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi yang mungkin mencakup kepentingan banyak pihak. Dengan indikator outcome, organisasi akan dapat mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam bentuk output memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat banyak.

5. Indikator manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. Indikator manfaat menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator hasil. Manfaat tersebut baru tampak setelah beberapa waktu kemudian, khususnya dalam jangka menengah dan panjang. Indikator manfaat menunjukkan hal yang diharapkan dapat diselesaikan dan berfungsi secara optimal (tepat lokasi dan waktu).

6. Indikator dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik

positif maupun negatif.

commit to user

16

Yeremias T. Keban (2004:200) menyatakan bahwa penilaian kinerja yang efektif adalah penilaian yang telah menggunakan prinsip-prinsip penilaian dan secara tepat menilai apa yang seharusnya dinilai. Salim dan Woodward (dalam Agus Dwiyanto, 2006:52-53), menyusun indikator penilaian kinerja berdasar adanya aspek berikut :

1) Ekonomi

Aspek ekonomi diartikan sebagai strategi untuk menggunakan sumber daya yang seminimal mungkin dalam proses penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik.

perbandingan terbaik/proporsional antara input pelayanan dengan output pelayanan.

3) Efektivitas

Efektivitas ialah untuk melihat tercapainya pemenuhan tujuan dan target pelayanan yang telah ditentukan.

4) Keadilan

Prinsip keadilan dalam pemberian pelayanan publik dilihat sebagai ukuran untuk menilai seberapa jauh suatu bentuk pelayanan telah memperhatikan aspek-aspek keadilan dan membuat publik memiliki akses yang sama terhadap sistem pelayanan yang ditawarkan.

Untuk menilai kinerja organisasi, Kumorotomo (dalam Agus Dwiyanto, 2006:52) menggunakan beberapa kriteria sebagai pedoman penilaian kinerja organisasi pelayanan publik, antara lain adalah :

commit to user

17

1) Efisiensi

Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis. Apabila diterapkan secara obyektif, kriteria seperti likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas merupakan kriteria efisiensi yang sangat relevan.

2) Efektivitas

Efektivitas mempertanyakan apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut tercapai. Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi, serta fungsi agen pembangunan.

3) Keadilan

Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat kaitannya dengan konsep ketercukupan dan kepantasan. Keduanya mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai-nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi. Isu-isu yang menyangkut pemerataan pembangunan, layanan kepada kelompok pinggiran, dan sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria ini.

4) Daya tanggap

Berlainan dengan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan swasta, organisasi pelayan publik merupakan bagian dari daya tanggap negara atau pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat. Oleh sebab itu,

commit to user

18

criteria organisasi tersebut secara keseluruhan harus dapat dipertanggungjawabkan secara transparan demi memenuhi kriteria daya tanggap ini.

Zeithaml, Parasuraman & Berry (dalam Ratminto dan Atik, 2007:175) menjelaskan tentang indikator yang digunakan untuk menilai kinerja organisasi, yang terdiri atas beberapa faktor berikut :

1. Tangibles atau ketampakan fisik, artinya petampakan fisik dari gedung, peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh providers .

kemampuan untuk

menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat.

3. Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk menolong

customers dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas.

4. Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para pekerja dan kemampuan dalam memberikan kepercayaan kepada customers .

5. Empathy adalah perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan oleh

providers kepada customers. Levinne dkk. (dalam Ratminto dan Atik, 2007:176) mengemukakan konsep untuk mengukur kinerja organisasi publik, yaitu :

1) Responsiveness atau responsivitas

Mengukur daya tanggap providers terhadap harapan, keinginan, dan aspirasi serta keinginan customers.

commit to user

19

2) Responsibility atau responsibilitas

Resposibilitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

3) Accountability atau akuntabilitas

Suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggara pelayanan dengan ukuran-ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh stakeholders, seperti nilai, norma yang berkembang dalam masyarakat.

Agus Dwiyanto (2006:50) mengemukakan beberapa standar atau ukuran untuk menilai kinerja organisasi publik yaitu sebagai berikut :

1. Produktivitas

Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dan output.

2. Kualitas pelayanan

Isu mengenai kualitas pelayanan cenderung semakin menjadi penting dalam menjelaskan kinerja organisasi publik. Banyaknya pandangan yang terbentuk mengenai organisasi publik. Dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan kepuasan masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai kepuasan masyarakat seringkali tersedia secara mudah dan murah.

commit to user

20

Informasi mengenai kepuasan terhadap kualitas pelayanan seringkali dapat diperoleh dari media massa atau diskusi publik. Akses terhadap informasi mengenai kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan relatif sangat tinggi, maka bisa menjadi satu ukuran kinerja organisasi publik yang mudah dan murah dipergunakan.

3. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi publik untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas layanan, mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas di sini menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dan menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

4. Responsibilitas

Menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit.

commit to user

21

5. Akuntabilitas

Akuntabilitas yaitu menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat publik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat. Dengan sendirinya akan selalu mempresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep dasar akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.

Ratminto dan Atik (2007:179-182) mengemukakan bahwa untuk mengukur kinerja organisasi dipergunakan dua jenis ukuran, yaitu ukuran yang berorientasi pada proses dan ukuran yang berorientasi pada hasil. Ukuran yang berorientasi pada proses meliputi:

1. Responsivitas : kemampuan providers dalam mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Yaitu mengukur daya tanggap providers terhadap harapan, keinginan, dan aspirasi serta tuntutan customers .

commit to user

22

2. Responsibilitas : ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggara pemerintahan dengan hukum atau peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan.

3. Akuntabilitas : ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggara pemerintahan dengan ukuran-ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki stakeholders, seperti nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.

4. Keadaptasian : ukuran yang menunjukkan daya tanggap organisasi

terhadap tuntutan perubahan yang terjadi di lingkungan.

5. Kelangsungan hidup : ukuran yang menunjukkan seberapa jauh pemerintah atau program pelayanan dapat menunjukkan kemampuan untuk terus berkembang dan bertahan hidup dalam berkompetisi dengan daerah atau program lain.

6. Keterbukaan atau transparansi : ukuran prosedur atau tatacara, penyelenggaraan pemerintahan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak.

7. Empati : perlakuan atau perhatian pemerintah atau penyelenggara jasa pelayanan atau providers terhadap isu-isu aktual yang sedang berkembang di masyarakat.

commit to user

23

Ukuran yang berorientasi pada hasil adalah :

1. Efektivitas : ukuran yang menunjukkan tercapainya tujuan yg telah ditetapkan, baik dalam bentuk, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi.

2. Produktivitas : ukuran yg menunjukkan kemampuan pemerintah daerah untuk menghasilkan keluaran yang dibutuhkan oleh masyarakat.

3. Efisiensi : ukuran yang menunjukkan perbandingan terbaik antara keluaran dan masukan. Jadi efisiensi disini dimaksudkan sebagai perbandingan antara penyelenggaraan pelayanan tertentu dgn masukan (biaya dan waktu).

4. Kepuasan : ukuran yang menunjukkan sampai sejauh mana organisasi memenuhi kebutuhan para karyawan dan penggunanya.

5. Keadilan : ukuran yang menunjukkan jangkauan kegiatan dan pelayanan yg diberikan harus diusahakan seluas mungkin dgn distribusi yg merata dan diberlakukan secara adil.

Joko Widodo (2008:98) menyebutkan bahwa untuk mengukur kinerja suatu instansi (lembaga) tertentu, tidak dapat dilakukan tanpa mengukur kegiatan, program, dan kebijakan terlebih dahulu. Hasil penilaian kinerja dapat digunakan untuk melihat tingkat kegagalan dan keberhasilan organisasi dalam melaksanakan kebijakan, program, dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya kinerja digunakan untuk melihat seberapa jauh tingkat pencapaian hasil yang telah dilakukan oleh birokrasi pelayanan. Sejalan dengan itu, dapat

commit to user

24

disimpulkan bahwa kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta merupakan suatu capaian atau hasil kerja yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Surakarta untuk mencapai tujuan, misi, dan visi sebagai institusi pelayan publik di bidang kesehatan.

Dari beberapa indikator penilaian kinerja yang telah disebutkan, maka dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu indikator kinerja yang berorientasi pada proses dan

indikator kinerja yang berorientasi pada hasil. Pengelompokan indikator-indikator dalam dua sudut pandang atau orientasi ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel II. 1 Tabel Matriks Indikator Kinerja Organisasi

No

Pakar

Indikator Kinerja

Orientasi Proses

Orientasi Hasil

1. Salim & Woodward (2006: 52-53)

a) Ekonomi

b) Efisiensi

c) Efektivitas

d) Keadilan

2. Kumorotomo (2006: 52)

a) Daya tanggap atau

Responsivenes

b) Efisiensi

c) Efektivitas

d) Keadilan

3. Zeithaml, Parasuraman & Berry (2007: 175-176)

a) Reliability

b) Responsivenes

c) Assurance

d) Empathy

e) Tangibles

4. Levinne dkk. (2007: 175)

a) Responsivitas

b) Responsibilitas

c) Akuntabilitas

5. Agus Dwiyanto (2006:50)

a) Responsivitas

b) Responsibilitas

c) Akuntablitas

d) Produktivitas

e) Kualitas Pelayanan

commit to user

25

6. Ratminto dan Atik (2007:179-182)

a) Responsivitas

b) Responsibilitas

c) Akuntabilitas

d) Keadaptasian

e) Kelangsungan hidup

f) Transparansi

g) Empati

h) Produktivitas

i) Efektivitas j) Efisiensi k) Kepuasan l) Keadilan

Mengacu pada indikator pengukuran kinerja organisasi tersebut, penelitian ini menggunakan indikator yang berorientasi pada proses dan pada hasil. Namun demikian dengan pertimbangan keterbatasan peneliti (waktu, biaya dan kemampuan), tidak semua indikator pengukuran digunakan. Dengan mengacu pada kesesuaian dengan rumusan permasalahan penelitian, tujuan dan hasil penelitian sebelumnya, indikator yang digunakan dalam penelitian ini meliputi empat hal yaitu responsivitas, responsibilitas, akuntabilitas dan efektivitas. Tiga indikator yang pertama adalah indikator pengukuran kinerja yang berorientasi pada proses dan satu indikator yang terakhir adalah indikator pengukuran kinerja yang berorientasi hasil.

Berdasarkan beberapa indikator kinerja yang telah disampaikan di atas, maka indikator digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Resposivitas

Responsivitas dipilih sebagai indikator untuk menilai kinerja, karena dengan indikator tersebut dapat diketahui daya tanggap organisasi terhadap aspirasi masyarakat yang berkaitan dengan keluhan yang disampaikan oleh masyarakat dan kebutuhan masyarakat.

commit to user

26

2. Responsibilitas

Responsibilitas dipilih sebaga indikator untuk menilai kinerja, karena dengan indikator tersebut dapat diketahui seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

3. Akuntabilitas

Akuntabilitas dipilih sebagai indikator untuk menilai kinerja karena dengan indikator tersebut dapat menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian dalam menyelenggarakan pelayanan dengan nilai-nilai yang telah ditetapkan sebelumnya.

4. Efektivitas

Efektivitas dipilih sebagai salah satu indikator untuk menilai kinerja, karena dengan indikator efektivitas dapat diketahui bahwa apakah tujuan yang telah ditetapkan itu sudah tercapai atau belum.

Paparan mengenai batasan dari masing-masing indikator pengukuran kinerja yang dipilih sebagai tolak ukur keberhasilan adalah sebagai berikut :

1. Responsivitas Responsivitas ini dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat serta

commit to user

27

menanggapi apa yang menjadi keluhan dan aspirasi publik (Agus Dwiyanto, 2006:50)

Birokrasi publik yang baik adalah birokrasi yang responsif terhadap apa yang menjadi keluhan, masalah dan aspirasi publik. Untuk dapat mengenali apa yang menjadi tuntutan, keinginan, dan harapan masyarakat, maka sebuah organisasi dituntut untuk mengerti dan memahami kondisi masyarakat sehingga dapat menjadi pertimbangan untuk menghasilkan sebuah produk atau hasil, baik berupa barang maupun jasa yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Demikian halnya, keberhasilan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan Program PKMS juga ditentukan oleh kemampuan organisasi dalam mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda, mengembangkan program atau kegiatan dan keterbukaan dalam menaggapi keluhan masyarakat.

Dalam hal ini, pengukuran yang digunakan untuk menilai tingkat responsivitas Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS meliputi :

a. Kemampuan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam mengenali

kebutuhan masyarakat

b. Kemampuan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam menyusun

agenda dan prioritas pelayanan

c. Kemampuan

Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam

mengembangkan program atau kegiatan pelayanan

commit to user

28

d. Kemampuan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam menanggapi

keluhan masyarakat