Al Birru

Pasal XIII Al Birru

Surat Ali Imran ayat 92 :

Artinya : “Kamu sekalian tidak akan masuk surga sehingga kamu membelanjakan apa yang paling kamu cintai. Dan dari sesuatu yang kamu belanjakan Allah Mengetahui”.

Inilah ayat yang ke-13 yang diperhatikan oleh KHA Dahlan, sehingga dalam pengajian yang dinamakan wal ashri beberapa bulan KHA Dahlan menerangkan kalimah Al Birru.

Sebelum kami menerangkan ayat – ayat Al Qur’an yang berhubungan dengan kalimah Al-Birru, kami akan menerangkan apakah pengajian Wal Ashri itu ? KHA Dahlan pernah sakit beberapa bulan, sehingga istirahat di Jawa Timur didaerah Tosari. Pada waktu itu pengajian kaum putri pada jam 8 pagi, pengajian dipegang oleh almarhum Kyai Ibrahim (ketua Muhammadiyah yang kedua). Maka setelah KHA Dahlan sehat kembali, beberapa kaum putri ingin diberi pelajaran oleh KHA Dahlan. Akhirnya KHA Dahlan mengadakan pengajian istimewa yang diadakan seminggu sekali yaitu hari senin sore, yang di namakan pengajian wal ashri, muridnya ada kira – kira 30 orang.

Dalam pengajian wal ashri itu yang diperhatikan KHA Dahlan adalah pelajaran tafakur dan muhasabah serta pelajaran amaliyah. Yang diterima untuk pengajian wal ashri adalah kaum putri muslimah yang sanggup menetapi perjanjian – perjanjian seperti :

1. Sanggup mendatangi pengajian, jika ada halangan sanggup minta izin.

2. Sanggup menutup aurat, dengan memakai mahromah, mudawarah (kudung) serta memakai kaos kaki.

Apabila melanggar didenda, dan lain – lain perjanjian. Akhirnya kaum wanita yang tadinya tidak memakai kudung hampir semua kaum ‘aisyiah mamakai kudung (menutup kepala). Maka setelah KHA Dahlan wafat pengajian wal ashri dilanjutkan, yang melanjutkan mengajar antara lain RH Hadjid, KH Abdul Aziz dan KHA Badawi. Pengajian wal ashri sampai sekarang masih terus, tetapi sudah tidak ada perjanjian – Apabila melanggar didenda, dan lain – lain perjanjian. Akhirnya kaum wanita yang tadinya tidak memakai kudung hampir semua kaum ‘aisyiah mamakai kudung (menutup kepala). Maka setelah KHA Dahlan wafat pengajian wal ashri dilanjutkan, yang melanjutkan mengajar antara lain RH Hadjid, KH Abdul Aziz dan KHA Badawi. Pengajian wal ashri sampai sekarang masih terus, tetapi sudah tidak ada perjanjian –

Apakah pelajaran yang penting didalam Wal Ashri tersebut? Kalimah “AL BIRRU” artinya baik, kata “AMAL SHALEH” amal yang baik,

tetapi arti baiknya berbeda. Dalam surat Al Baqarah ayat 177:

Artinya: “Bukanlah yang di namakan kebaikan itu kamu memalingkan mukamu ke arah timur dan barat, tetapi yang dinamakan baik itu adalah orang yang percaya kepada Allah dan hari Akhir, malaikat, Kitab dan beberapa nabi serta memberikan harta yang dicintai (diberikan) kepada ahli sanak kerabat, anak yatim, orang – orang miskin, Orang yang dalam perjalanan, orang yang minta – minta dan membebaskan hamba sahaya, orang yang mendirikan sholat, membayar zakat dan yang menepati perjanjian apabila telah berjanji dan orang – orang yang sabar dalam kesempitan dan kemelaratan, serta sabar dalam pertempuran. Mereka itulah orang – orang yang benar dan orang – orang yang takwa kepada Allah.

Surat Al Infithor ayat 13:

Artinya : “Sungguh orang – orang yang abror (kekasih Allah) yang ahli berbakti niscaya dalam surga na’im”. Surat al Insan ayat 5 – 12:

Artinya : “Sungguh orang – orang abror (ahli berbakti) mereka didalam minum dari minuman yang baunya dicampur kapur. Ialah sumber yang diminum oleh hamba Allah. yang mereka mengalirkannya. Mereka menetapi pada nazar dan mereka takut pada hari kejahatannya tersiar (hari kiamat yang sangat menyusahkan). Dan mereka memberikan makanan yang dicintainya pada orang miskin, anak yatim, budak, dan bahwasannya aku memberi makanan karena Allah, aku tidak mengharap balasan darimu ucapan terima kasih. Sungguh aku takut dari Tuhan kami, pada hari yang sangat membikin susah. Maka Allah menjaga mereka dari kejahatan hari tersebut dan Allah memberikan kepada mereka kesenangan yang membikin muka mereka berseri-seri. Dan Allah memberi kurnia surga kepada mereka sebab mereka sabar”.

Surat Al Muthoffifin ayat 18 – 28:

Artinya: “Sekali – kali tidak, sesungguhnya kitab catatan orang – orang abror didalam “Illiyyîn” tahukah kamu apakah “Illiyyîn” itu? yaitu kitab (raport) yang tertutup (tersimpan) yang disaksikan oleh orang – orang dekat kepada Allah. Sungguh orang – orang abror dalam surga na’im. Diatas tempat duduk mereka melihat barang yang menyenangkan. Kamu mengetahui pada wajah – wajah mereka sangat berseri – seri. Mereka diberi minuman dari Rahiq (seperti minuman keras) yang tertutup. Minuman itu berbau sangat harum yang demikian itu hendaklah berlomba – lomba orang – orang yang mau berlomba – lomba (mencari kemulyaan abadi), minuman tadi diberi campuran dari tasnim (mata air) yang khusus dimunim oleh orang – orang yang dekat kepada Allah”.

Surat Al Maidah ayat 2:

Artinya : “Hendaklah kamu sekalian tolong – menolong dalam menjalankan kebaikan dan takut kepada Allah dan janganlah tolong – menolong atas dosa dan melampaui batas”.

Surat Ali Imron ayat 193:

Artinya : “Wahai Tuhan kami hendaklah memberi ampun kepada kami dan dosa kami dan hendaklah menutup dosa – dosa kami dan matikanlah beserta orang – orang yang abror”.

Surat Ali Imron ayat 92 menurut paham KHA Dahlan: “Kamu sekalian sekalian walaupun sudah menjalankan amal sholeh kamu belum diakui baik, belum menjadi orang abror sehingga kamu berani menguliti kulitmu sendiri, artinya sehingga kamu berani membelanjakan harta bendamu yang sangat kamu cintai (inilah amal yang sangat berat seperti menguliti kulitmu sendiri).

Maka dalam pengajian wal ashri ada kata – kata “Kalau belum berani menguliti dirinya sendiri belum Islam sungguh – sungguh” Maka disini untuk memahami surat Ali Imron ayat 92 telah diamalkan oleh sahabat Umar bin Khottob yang pada masa sekarang disebut Bapak Demokrasi dan Bapak Sosialis yang sungguh – sungguh. Lihat kitabul waqaf putusan Majlis Tarjih dalil

2 hadits Umar:

Artinya: “Sahabat Ibnu Umar berkata : Sahabat Umar mendapat sebidang tanah di Khaibar, maka Umar datang kepada Nabi sambil berkata: Ya Rasulullah, kami mendapat tanah di Khaibar yang aku belum pernah mempunyai harta benda yang seperti ini, ialah tanah ini semulia – mulia harta benda yang ada padaku yang sangat kucintai, maka apakah perintahmu ya Rasul kepadaku tentang tanah ini? Maka Rasul bersabda: Jika kamu suka hendaklah kamu tahan pokoknya dan kamu berikan shodaqah dengan itu (penghasilan pokok) kemudian sahabat Umar menshodaqahkan hasilnya dan tanah itu tidak akan dijual, tidak diwaris dan tidak diberikan pokoknya (artinya tanah itu Artinya: “Sahabat Ibnu Umar berkata : Sahabat Umar mendapat sebidang tanah di Khaibar, maka Umar datang kepada Nabi sambil berkata: Ya Rasulullah, kami mendapat tanah di Khaibar yang aku belum pernah mempunyai harta benda yang seperti ini, ialah tanah ini semulia – mulia harta benda yang ada padaku yang sangat kucintai, maka apakah perintahmu ya Rasul kepadaku tentang tanah ini? Maka Rasul bersabda: Jika kamu suka hendaklah kamu tahan pokoknya dan kamu berikan shodaqah dengan itu (penghasilan pokok) kemudian sahabat Umar menshodaqahkan hasilnya dan tanah itu tidak akan dijual, tidak diwaris dan tidak diberikan pokoknya (artinya tanah itu

Dalam hadits ini sahabat Umar termasuk orang abror yang berani mendermakan harta benda yang paling besar yang paling dicintainya untuk diwaqafkan pada jalan Allah (fisabilillah).

Juga tersebut dalam kitab Riyadhussholihin halaman 134 tersebut dalam hadits dari sahabat Anas r.a:

Artinya: “Berkata sahabat Anas r.a bahwa Abu Talhah datang kepada Rasulullah saw maka berkata Abu Tholhah: Ya Rasul sungguh Allah telah menurunkan ayat kepada engkau :

(Sekali – kali tidak akan mendapatkan kebaikan sehingga kamu membelanjakannya dari harta yang sangat kamu cintai) dan sungguh harta bendaku yang sangat kucintai ialah kebun kurma yang ada di Birhak. Dan sesungguhnya tanah/kebun itu kusedekahkan dengan Lillahi Ta’ala aku mengharapkan kebaikannya dan simpanannya disisi Allah. Maka pergunakanlah ya Rasul mana yang paling baik menurut Allah. Maka Rasul bersabda : Cara yang demikian itulah harta yang paling baik dan yang paling untung (2x)”. Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhori Muslim dan seterusnya

Juga beberapa sahabat yang mendermakan harta yang dicintainya kepada sekelilingnya dan tersebut dalam hadits shahih Bukhori Juz kelima halaman 37:

Artinya : “Mereka mendahulukan kepada orang lain mengalahkan dirinya, walaupun dia sendiri juga sangat membutuhkan”. Sahabat Abu Hurairah r.a meriwayatkan hadits seraya berkata: ada seorang yang datang pada Rasul, kemudian Rasul menyuruh kepada isteri – isterinya agar menjamu kepada tamu tersebut. isteri – isterinya berkata: aku tidak mempunyai sesuatu kecuali air. Maka Rasul bersabda: siapa yang sanggup menjamu tamu ini? kemudian laki – laki anshor berkata: kami sanggup. Lalu laki – laki datang kerumahnya bersama Artinya : “Mereka mendahulukan kepada orang lain mengalahkan dirinya, walaupun dia sendiri juga sangat membutuhkan”. Sahabat Abu Hurairah r.a meriwayatkan hadits seraya berkata: ada seorang yang datang pada Rasul, kemudian Rasul menyuruh kepada isteri – isterinya agar menjamu kepada tamu tersebut. isteri – isterinya berkata: aku tidak mempunyai sesuatu kecuali air. Maka Rasul bersabda: siapa yang sanggup menjamu tamu ini? kemudian laki – laki anshor berkata: kami sanggup. Lalu laki – laki datang kerumahnya bersama

Artinya : “Dan mereka mendahulukan orang lain mengalahkan dirinya sendiri, walaupun dirinya sangat membutuhkannya dan barang siapa yang menjaga dirinya dari sifat kikir, maka mereka itulah orang – orang yang berbahagia”.

Banyak cerita – cerita sahabat yang memberikan harta yang dicintainya kepada saudaranya sehingga sahabat Sa'ad bin Robi’ memberikan separo kepada sahabat Abdurrahman. Lihat Bukhori juz 5 halaman 34.

Selain daripada itu ada juga cerita seorang sahabat yang mempunyai daging kambing, setelah dimasak lalu dihadiahkan kepada tetangganya yang disebelah kanan yang menerima hadiah tidak suka makan tetapi dihadiahkan kepada tetangganya dimuka, mereka juga tidak suka makan akhirnya kembali dihadiahkan kepada yang masak permulaan, disini barulah ia mengerti bahwa daging kambingnya kembali kemudian baru dimakan (artinya sahabat tasdi semua suka memberi, suka menolong kepada tetangga dan saudaranya)

Tersebut dalam kitab madinatu wal islami hal. 115 sahabat Khudaifah r.a berkata demikian “Dimedan peperangan Az Zarmuk aku mencari anak pamanku dengan membawa air. Aku berkata : “Siapa yang membutuhkan air, akan kuberi minum” aku menemui anak pamanku. Ketika aku memberi minum, terdengar suara mengaduh ditempat lain kemudian aku diberi isyarat supaya aku memberikan minum kepada orang yang mengaduh tadi. Kemudian aku mendatangi orang tersebut. Maka kebetulan sahabat itu Hisyam bin Asy, maka bertanyalah aku : apakah suka minum”, lalu aku diberi isyarat supaya memberikan minum kepada orang lain yang juga membutuhkan. Kemudian aku pergi kepada orang itu, tetapi setelah aku datang ternyata dia telah wafat, terus aku kembali menuju anak pamanku. Ternyata beliau telah wafat. Mereka sama Tersebut dalam kitab madinatu wal islami hal. 115 sahabat Khudaifah r.a berkata demikian “Dimedan peperangan Az Zarmuk aku mencari anak pamanku dengan membawa air. Aku berkata : “Siapa yang membutuhkan air, akan kuberi minum” aku menemui anak pamanku. Ketika aku memberi minum, terdengar suara mengaduh ditempat lain kemudian aku diberi isyarat supaya aku memberikan minum kepada orang yang mengaduh tadi. Kemudian aku mendatangi orang tersebut. Maka kebetulan sahabat itu Hisyam bin Asy, maka bertanyalah aku : apakah suka minum”, lalu aku diberi isyarat supaya memberikan minum kepada orang lain yang juga membutuhkan. Kemudian aku pergi kepada orang itu, tetapi setelah aku datang ternyata dia telah wafat, terus aku kembali menuju anak pamanku. Ternyata beliau telah wafat. Mereka sama

Memberikan barang yang sangat dicintai dan mendahulukan saudaranya mengalahkan dirinya sampai wafat. Demikian akhlak orang abror. Demikian pendapat ahli sejarah mengatakan : “Dalam sepanjang sejarah belum ada persaudaraan yang sangat erat seperti satu jasad persaudaraan sahabat anshor dengan muhajirin”, satu dengan yang lainnya suka memberi dan mendahulukan yang lain, mengalahkan dirinya walaupun dalam keadaan yang sangat sukar dan kritis.

Disini surat Ali Imron ayat 92 dan surat Al Hatsr ayat 9 sangat diperhatikan oleh KHA Dahlan yang mendorong hati beliau untuk menjual harta benda yang dimilikinya didalam fi sabilillah.

Pada tahun 1338 H/1920 M perkumpulan Muhammadiyah mendapat kepercayaan dari orang – orang yang kaya, mereka sama menyerahkan beberapa ribu rupiah untuk dibagikan/zakat/fakir miskin, yang menurut sejarah belum pernah kepada kampung Kauman Yogyakarta membagi uang seperti itu. Pada waktu itu kata – kata “sosial” dan “sama rata sama rasa” diucapkan oleh pemuda dan anak – anak dan juga diamalkan sehingga orang – orang kampung Kauman bangsa Tionghoa turut juga memberikan zakatnya kepada Muhammadiyah/turut bershodaqah.

Pada waktu itu PKI tutup mulut seribu bahasa seterusnya sampai beberapa bulan orang – orang kaya tidak berani membanggakan kekayaanya/kemewahannya dimuka pemimpin – pemimpin Muhammadiyah apabila tidak berani mendermakan hartanya pada sabilillah.

Pasal 13 ini sangat erat kaitannya dengan pasal 5 tentang Islam dan sosialisme. Demikian juga ada hubungannya dengan surat at Taubah ayat 34 yang isinya mengancam kepada orang yang menyimpan harta benda untuk dirinya sendiri. Orang – orang abror didalam beberapa pengajian terus – menerus mengulangi kata – kata kembalilah kepada al Qur’an dan As Sunnah.

Ingatlah !!!! Apakah arti kembali? Apakah arti agama? Apakah arti orang yang mendustakan agama?

Apakah arti Islam dan muslim yang sesungguhnya? Sanggupkah muslimin menjalankan Islam dengan sungguh – sungguh ? Apakah arti baik menurut Al Qur’an ? Untuk apakah al Qur’an kita pelajari? (untuk mencari harta dan kedudukan?) Apakah Al Qur’an diturunkan untuk lagu – lagu di corong? Apakah ayat – ayat Al Qur’an ini akan diamalkan? Apakah ayat – ayat diamalkan? Apakah arti revolusi Islam? Apakah yang akan kita kerjakan untuk mengadakan perubahan besar – besaran

dalam masyarakat untuk mewujudkan sosial Islam yang sungguh – sungguh?? Wahai Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa dan hendaklah engkau memberikan kepada ahli negeri ini dari buah – buahan hasil bumi.