17 Kelompok Ayat KHA. Dahlan

PENGANTAR DARI PENYUSUN

1. Buku ini mengungkap kembali jiwa Muhammadiyah yang dewasa ini sudah banyak ditinggalkan, khususnya oleh keluarga Muhammadiyah sendiri. Dengan ini, kami ungkapkan ayat – ayat Al Qur’an yang betul – betul diperhatikan dan dilaksanakan oleh KHA. Dahlan. Ayat – ayat tersebut terdiri dari 17 kelompok ayat – ayat Al Qur’an (kami sendiri menghayati bagaimana ayat – ayat tersebut di amalkan).

2. Bagaimana pemahaman KHA. Dahlan dalam mentafsirkan ayat – ayat tersebut, hendaknya menjadi pegangan pokok pewaris – pewaris Muhammadiyah. Demikian pula, keteguhan KHA. Dahlan dalam memperjuangkan Islam, dapat menjadi pedoman dan perhatian kita bersama.

3. Bagi keluarga Muhammadiyah, setidak – tidaknya mengerti tentang apa dan bagaimana KHA. Dahlan memahami dan melaksanakan ayat – ayat tersebut.

4. Harapan kami, mudah – mudahan buku ini dapat menjadi pegangan kita semua, sebagai bekal berjuang yang nantinya dapat bermanfaat. Khususnya bagi keluarga Muhammadiyah dan umat Islam pada umumnya. Amîn.

Yogyakarta, 1 Maret 1977 Penyusun,

K.R.H. Hajid

Dengan Nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih, segala puji bagi Allah Tuhan yang Memelihara sekalian alam, yang Maha Pemurah Maha Pengasih, yang Menguasai pada Hari Kiamat (Hari Pembalasan) Aku menyaksikan bahwa tiada Tuhan yang sebenarnya selain Allah sendiri. dan Aku menyaksikan bahwa nabi Muhammad adalah pesuruh Allah yang Benar dan Jujur. Rahmat dan salam semoga tetap kepada Nabi Muhammad sekeluarga dan sahabat – sahabatnya serta pengikut – pengikutnya.

MUQODDIMAH

1. Setelah kita mengenal KHA. Dahlan dan mengingat jasa – jasanya. Kita perlu menelaah kembali ajaran – ajarannya. Setelah mengerti serta memahami secara benar, yang paling penting adalah mengamalkan ajaran – ajarannya. Serta mengajak kepada kawan – kawan, sahabat – sahabat dan handai taulan supaya menjalankan ajaran – ajaran KHA. Dahlan (yang telah mengamalkan ajaran – ajaran Al Quran dan As-Sunnah Shohihah).

2. Beberapa hari yang lalu, kami telah menulis “Pelajaran Filsafat KHA. Dahlan” dengan cara yang sangat singkat, sebagai pendahuluan mengenalkan beliau kepada anak cucu kita.

3. Sekarang telah tiba saatnya, kami membawakan “permasalahan- permasalahan” yang sangat penting kedalam masyarakat, tentang apa yang terkandung dalam jiwa KHA. Dahlan. Masalah KHA. Dahlan dengan 17 kelompok ayat Al Qur’an. Dalam masalah ini beliau percaya (mengimankan) seluruh Al Qur’an itu yang didalamnya mengandung 1.400 kelompok ayat – ayat lebih. Diantaranya yang kerap kali di baca, dipikirkan, diajarkan dan diulang oleh KHA. Dahlan (menurut menyelidikan kami) ada 17 kelompok Ayat – ayat Al Qur’an.

4. Pokok – pokok permasalahan apakah yang terkandung dalam 17 kelompok ayat itu? Tidak lain adalah persoalan “Isytirakiyah Islamiyah/Islam Sosialisme” yakni cara 4. Pokok – pokok permasalahan apakah yang terkandung dalam 17 kelompok ayat itu? Tidak lain adalah persoalan “Isytirakiyah Islamiyah/Islam Sosialisme” yakni cara

5. Sebelum kita mengemukakan ajaran – ajaran KHA. Dahlan dengan 17 kelompok ayat – ayat Al Qur’an. Kami akan menyingkapkan falsafah KHA. Dahlan sebagai pengantar ajaran – ajaran beliau itu, yang ditujukan kepada kaum muslimin. Adapun falsafah KHA. Dahlan sebagai berikut: Wahai para sarjana yang budiman, para pemimpin rakyat yang mulia, pastut- pastur dan ‘ulama :

a. Mudah – mudahan Allah SWT Tuhan semesta alam memberi petunjuk kepada kita sekalian kejalan yang benar sehingga akhirnya kita mendapat kebahagian yang abadi.

b. Marilah kita mengadakan perkenalan, perhubungan dan pertemuan diantara kita.

c. Untuk bermusyawarah, mencari dan meneliti mana yang salah dan mana yang benar. Mengetahui, memperbandingkan, memper-timbangkan diantara beberapa agama dan aliran – aliran agama. Manakah yang nyata – nyata benar pelajaran dari wahyu Allah dan mana yang palsu (dari syaithon)???????? Manakah paham yang salah dan manakah paham yang benar ????????? KEMUDIAN………, BAGAIMANAKAH SIKAP KITA ??????????

a) Hendaklah kita memilih agama yang benar, paham yang benar. Janganlah terus – menerus mengikuti kebiasaan dan menurut umumnya yang sudah sangat jelas tidak berlandaskan kepada alasan yang benar.

b) Marilah mempergunakan akal pikiran dengan sungguh – sungguh. Apakah keuntungan kita sebagai manusia dijadikan oleh Allah? Apabila permulaan hidup kita dikala muda dalam keadaan sehat dengan megahnya serba mewah, tetapi akhirnya berbalik menjadi tua, menderita macam - macam penyakit, kemudian mati dan dimasukan kedalam kubur. Harta benda kekayaan dan keluarga anak cucu yang disayangi, dicintai semuanya ditinggalkannya. Didalam kubur tubuh badan jasmaninya akan menjadi tanah, sukma ruhnya masuk kealam ghoib yang sangat gelap yang belum pernah kita kenal.

c) Kita akan dihadapkan ke mahkamah agung, memerima beberapa pertanyaan dan dituntut segala urursan yang telah kita kerjakan. Baik itu agama Hindu, Budha, Yahudi, Nasrani (Kristen Protestan atau Katholik) ataukah Islam? Hidup hanya sekali, apabila hidup kita sampai salah/keliru, kita akan menerima pembalasan siksa yang berat.

d) Oooooo, kasihan sekali diriku, apabila hasil yang kujumpai sampai menerima siksa yang sangat berat dialam akhirat (hari kiamat). Padahal aku sudah tak mungkin lagi lari, tak mampu menolak siksa disebabkan salah memilih agama (pelajaran) yang palsu dan sesat. Karena aku tidak suka dan tidak mau membandingkan serta memikirkan, agama mana yang benar.

e) Apabila kita sudah memikirkan, membandingkan serta mempertimbangkan agama mana yang benar. Marilah kita pegang teguh, serta rela menyumbangkan harta benda dan jiwa untuk keperluan dan kepentingan membela kebenaran (ajaran yang benar) semata dan hanya mengharapkan ridho Allah SWT. Sepi dari mengharap sesuatu yang bukan dari Allah, tak gentar bahaya ini dan itu, menyerah bernaung atas kebesaran, kekuasaan Allah semata.

Demikian kesimpulan filsafah dan ajaran KHA. Dahlan.

KHA. DAHLAN DITUDUH SEBAGAI PERUSAK AGAMA

Sebelum saya terangkan apakah KHA. Dahlan itu perusak agama Islam. Terlebih dahulu saya akan menerangkan hal yang dapat menambah kejelasannya. Setelah banyak para ‘Ulama’ Muballigh, Ahli Da’wah Islamiyah dan para khotib yang menerangkan bahwa agama Islam adalah agama yang benar (agama dari Allah swt). Agama yang sesuai dengan akal dan ilmu, sesuai dengan fitrah manusia (dasar kesucian) bagi segala bangsa disemua benua, sesuai dengan segala zaman dan yang paling baik karena agama Islam itu ……….. dan ………… dengan beberapa alasan yang menyatakan bahwa agama Islam itu membawa kebahagiaan dan kesejahteraan dan …………

Keterangan – keterangan itu, dilakukan untuk mengajak/menarik kepada orang-orang umum agar masuk dan menjalankan agama Islam. Akan tetapi, apakah da’wah (penjelasan tentang Islam) secara demikian itu dapat menarik mereka sehingga banyak yang masuk agama Islam?

Sungguh-sungguh terjadi didalam golongan orang-orang yang budiman (cendikiawan) yang berkuasa: “Apakah agama Islam itu agama yang benar?” dan andaikata agama Islam itu agama yang benar, dapat membawa kemakmuran, kesejahteraan, keamanan, perdamaian, kemajuan peradaban dan kemuliaan. Mengapa keadaan umat muslimin yang ± 6 ratus juta lebih di seluruh dunia ini tidak dapat memegang pimpinan dunia sebagai khalifatullah??? Umat Islam tidak ada daya dan kuasa, bahkan umat Islam lemah dan rendah sebagai sampah tak berharga.

Bagaimana KHA. Dahlan menghadapi masalah ini?? Beliau mengetahui keadaan umat Islam yang demikian itu merasa cemas dan

agak malu untuk mengakui pemimpin Islam sebagai salah seorang ulama Islam. Beliau mengambil cara lain dalam menda’wahkan Islam. Diantaranya ialah beliau tidak pernah menerangkan tentang kebaikan-kebaikan Islam. Cara beliau menda’wahkan Islam ada dua system (cara) – (yang perlu dan sangat penting kita ketahui bersama – sama, sebagaimana yang akan kami terangkan dalam tafsir surat wal Ashri).

Siapakah perusak agama Islam ??? Untuk menjelaskan apakah KHA. Dahlan perusak agama Islam, kami

cantumkan dua bukti hadits yang sangat penting.

1. Diriwayatkan oleh Ad Dailamy dari Muadz, Rasul bersabda:

Artinya : "Akan datang suatu masa/zaman kepada manusia di mana Al Qur’an dan

Islam hanyalah tinggal namanya saja. Mereka menamakan dirinya sebagai muslimin, sedangkan mereka itu manusia yang jauh dari pada agama Islam, masjid mereka ramai makmur tetapi rusak dan kosong dari petunjuk yang benar. Para ‘ulama yang pandai pada zaman itu adalah sebusuk – busuknya manusia dibawah kolong langit ini dari mereka keluar fitnah dan akan kembali kepada mereka“.

2. Diriwayatkan oleh Abu Daud bersabda Rasullullah :

Artinya : "Imam Abu Daud menceritakan hadits berasal dari Nabi saw : “Hampir –

hampir beberapa umat akan mengambil dan menyerbu kamu sekalian seperti menyerbu makanan (dari kanan – kiri )”, salah seorang sahabat bertanya : apakah pada waktu itu umat Islam sedikit? Nabi menjawab : bahkan banyak sekali, akan tetapi kamu sekalian laksana sampah yang dilemparkan kedalam sungai dan Allah menetapkan hati musuhmu tidak takut kepadamu, dan Allah menetapkan hati kamu “alwahn”. Sahabat bertanya apa itu alwahn itu? Nabi menjawab: “Al Wahn itu adalah karena kamu sekalian sangat menyukai kepada dunia dan kamu sekalian takut mati”.

Sesungguhnya bagi para ulama yang mengerti dan paham akan Al Qur’an dan As Sunnah Nabi dengan pengertian yang sebenar – benarnya, lalu suka mengoreksi/meneliti/memperhatikan (muhasabah/ memperhitung-kan) pada umat Islam. Maka sungguh nyata, bahwa Al Qur’an itu tinggal tulisan, umat Islam tinggal nama, umat Islam layaknya sampah, lemah dan kalah.

Siapakah perusak Islam??? KHA. Dahlan perusak Islam??? Siapakah yang berkata KHA. Dahlan perusak

Islam??? Pada bulan maulud 1335 H, KHA. Dahlan dihadapan penghulu – penghulu, khotib – khotib dan para ‘ulama, kyai – kyai para pengurus masjid besar Kauman Yogyakarta. Beliau menerangkan sifat – sifat ‘ulama Ussûk ( ulama – ulama yang busuk) seperti yang tersebut dalam kitab bidayatul hidayah karangan Imam Ghozali. Beliau menerangkan kebiasaan kita, para ulama suka menuduh orang lain. Beliau menyatakan demikian : “Ulama di kota berkata demikian : Bahwa ulama yang seperti itu sifatnya ialah ulama yang bertempat tinggal di desa – desa menyatakan ……………… dan sebailknya ulama – ulama yang bertempat tinggal di desa – desa mengatakan bahwa ulama – ulama yang bertempat tinggal di kota sifatnya ……. ………………Dan amalnya ……………………..

KHA. Dahlan berkata : “Marilah sekarang kita mengajak ulama – ulama mengakui bahwa ulama Ussûk, ulama Dajjal ialah diriku ini, dan saya Ahmad Dahlan termasuk ulama Ussûk yang merusak agama Islam”

Artinya : “Mudah – mudahan pengakuan ini menghapus semua dosa dan melebur amalku” KHA. Dahlan meneruskan kembali perkataan Imam Ghozali :

Artinya : "Kerusakan rakyat disebabkan kerusakan raja – raja (pemimpin pemimpin negara) kerusakan raja – raja disebabkan kerusakan ulama (tidak berani memberikan nasehat).

KHA. Dahlan mengajak para ulama : “Marilah kita sekarang mulai bertaubat kepada Allah, memohon ampunan dan marilah kita mulai kembali berbuat kebajikan didalam agama Islam.

 ﻢﹶ ﻟ ﺎ ﻌ ﻟ ﺍ ﺪ  ﺴﹶ ﻓ ﺍ ﺪ  ﺴﹶ ﻓ ﺍ ﺫ ﹶ ﺍ ﻭ  ﻢﹶ ﻟ ﺎ ﻌ ﻟ ﺍ  ﺢ ﹸﻠ ﺻﺎ  ﺤﹸﻠ  ﺻﺍ  ﺫ ﹶ ﺍ ﺀ ُ ﺍ  ﺮ  ﻣ ﹸﻻﺍ  ﻭُ ﺀ ﺎ ﻤ ﹶ ﻠ ﻌ  ﻟ ﺍ

Artinya : "Apabila pemimpin – pemimpin dan para ulama itu baik maka baik lah alam; apabila para pemimpin dan para ulama rusak, maka rusak lah alam dan negara (masyarakat dan negara).

Pengarang menerangkan dari awal sampai akhir tentang maksud KHA. Dahlan yang pokoknya ialah menunjukkan bahwa KHA. Dahlan mengajak untuk memperbaiki dirinya sendiri terlebih dahulu, sebelum mengajak orang lain atau sambil mengajak orang lain. Sambil memperbaiki masyarakat mulai dari mendidik perseorangan serta membersihkan dirinya sendiri. Itulah cara yang diperbuat oleh beberapa/para rasul.

Kiranya cukuplah sebagai muqoddimah selanjutnya kami sajikan tentang KHA. Dahlan dengan 17 kelompok ayat – ayat Al Quran.

Pasal I Membersihkan Diri Sendiri

Artinya : “Tahukah engkau orang yang mengambil hawa nafsunya dijadikan sesembahan (tuhan)nya" ??? Telah lama kami menyelidiki apakah rahasia/kepentingan ayat – ayat Al Qur’an yang diperhatikan dan dipikirkan sungguh – sungguh oleh KHA. Dahlan. Ayat mana yang selalu melekat dalam hati nurani, bila siang menjadi buah pikiran dan dikala malam menjadi renungan. Alhamdulillah segala puja dan puji bagi Allah dengan rahmat karunianya, kami dapat melihat dan mengerti buah pikiran KHA. Dahlan yang ditulis pada papan tulis kecil diatas meja tulis beliau ialah sebuah ayat Al Qur’an ke-23 dari surat Al Jatsyiah :

Artinya : "Tahukah engkau orang yang mengambil hawa nafsunya dijadikan persembahan (tuhan)nya ???" Ayat inilah suatu unsur yang benar – benar masuk kedalam hati sanubari KHA. Dahlan, sehingga menembus perasaaan dan membangkitkan kekuatan, kemauan seluruh badan dan diamalkan benar – benar oleh KHA. Dahlan.

Marilah kita pertimbangkan keterangan – keterangan para ulama dengan pendapat KHA. Dahlan dalam ayat ini. Kita manusia dilarang menghambakan diri kepada siapapun atau benda apapun juga, kecuali hanya kepada Allah semata. Barang siapa yang menghambakan diri kepada hawa nafsunya. Artinya mengerjakan apa saja yang diinginkan dengan di dorong oleh hawa nafsu, itu musyrik namanya.

Kaum musyrikin menyembah berhala karena mereka mengikuti kebiasaan yang dibuat oleh orang tua dan nenek moyang mereka. Mereka patuh, melakukan bisikan hawa nafsunya. Mereka mengikuti kebiasaan yang berlaku di masyarakat sekitarnya.

Barang siapa yang berbuat mengikuti kebiasaan yang menyalahi hukum Allah Yang Maha Agung, itulah yang disebut menyembah hawa nafsunya. Padahal, kita manusia tidak diperbolehkan menaruh rasa cinta kasih kepada siapa pun juga melebihi Barang siapa yang berbuat mengikuti kebiasaan yang menyalahi hukum Allah Yang Maha Agung, itulah yang disebut menyembah hawa nafsunya. Padahal, kita manusia tidak diperbolehkan menaruh rasa cinta kasih kepada siapa pun juga melebihi

Tersebut dalam surat At Taubah ayat 23 yang maksudnya demikian juga cinta kepada selain Allah sama cintanya kepada Allah, itu termasuk kedalam persamaan berhala kepada Allah. Seperti tersebut dalam Al Baqoroh ayat 165 yang maksudnya dan seharusnya orang mu’min itu lebih sangat mencintai kepada Allah. Berhala hawa nafsu itu adalah pokok berhala yang menyesatkan dan pengaruhnya sangat merajalela sehingga manusia tidak suka memikirkan yang benar dan yang salah. Sampai tidak ada bedanya dengan tabiat hewan karena ia telah terjajah oleh hawa nafsunya. Manusia waktu mencintai sesuatu yang meliputi dirinya biasanya ia lupa akan akibat – akibat yang akan datang. Dan bilamana ia sudah lupa ia tidak akan ingat lagi akan akibat – akibat buruknya. Maka ia berbuat seenak perutnya sendiri yang dikehendaki oleh hawa nafsunya. Akhir dari perbuatannya itu menimbulkan kekacauan, kerusakan, kerugian kepada yang lainnya didalam masyarakat dan negara.

Sesungguhnya asal mula manusia itu dilahirkan menurut fitrah, asal yang suci, murni dan bersih (kosong dari angkara murka dan kejahatan) kemudian dipengaruhi hawa nafsunya oleh orang tuanya, lingkungan sekitar, guru – gurunya dan rumah tangganya serta masyarakat. Maka akhirnya tertawanlah ia oleh hawa nafsunya sehingga menjadi budak sahayanya, seolah – olah dia sebagai benda hidup yang tak punya akal dan pikiran. Menghambakan diri pada kebiasaan perbuatan atau amalan, kemauan perasaan, pengertian, pekerjaan, kesemuanya itu adalah perkara yang mungkin tidak akan dapat diubah sehingga mati.

Pada umumnya manusia itu telah tenggelam ditengah – tengah lautan kebiasaan yang telah melekat erat pada hawa nafsunya dan keinginannya. Bagaimanakah KHA. Dahlan menghadapi perkara itu ??? Setelah beliau tafakur (berpikir – pikir) seraya muhasabah (meneliti) amal –

amal umat Islam dan muroqobah (Mengawasi hawa nafsu diri sendiri), maka beliau berpendapat sebagaimana pendapat para ulama ahli tasawuf seperti Imam Ghozali dll. Ialah umat Islam tidak akan bahagia hidup didunia dan diakhirat, apabila tidak dapat melawan hawa nafsunya, sehingga tunduk pada Al Qur’an dan Al Hadits.

Menuruti hawa nafsu itu pokok, pangkal segala kebusukan, sebaliknya taqwa atau takut kepada Allah adalah pokok pangkal kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.

Taqwa kepada Allah adalah pokok pangkal segala kebajikan, sementara menuruti hawa nafsu adalah pokok pangkal segala keburukan. Baiklah, sekarang kita membicarakan, bagaimanakah cara melawan hawa nafsu. Menurut pendapat para ulama’ dan cara yang dilakukan oleh KHA. Dahlan?? KHA. Dahlan membayangkan cara salah seorang guru agung melawan hawa nafsu; Berkata KHA. Dahlan : “Aku membayangkan salah seorang guru agung yang hendak memperbaharui, mengajak kembali kepada Al Qur’an dan Al Hadits. Pada masa yang telah banyak penyelewengan dari sumber – sumber agama Islam, seperti berikut :

Murid : Bapak kyai, saya bermaksud akan memeluk agama Islam dan ingin mempelajari agama Islam.

Guru agung : 1. Wahai anak muda untuk apa engkau mempelajari agama Islam ?

2. Engkau akan mempelajari agama Islam itu apakah untuk bekal mencari keakayaan harta benda? Untuk kesenangan kehidupan dunia? Atau untuk mencari kedudukan pangkat, jabatan dan sebagainya?

3. Apakah sebabnya hatimu tertarik hendak mempelajari agama Islam ?

4. Apakah karena orang tuamu, saudara – saudaramu itu orang Islam?

5. Apakah kebiasaan disekitar tempat kediamanmu orang – orang Islam?

6. Apakah engkau tidak ragu – ragu untuk menjadi pemeluk agama Islam? Padahal ada agama yang lainnya.

Murid : Maafkanlah lebih dahulu, bahwa semua pertanyaan bapak kyai itu tidak sepadan dengan cita – cita hati saya. Saya sungguh – sungguh mencari pedoman yang benar………..yang diterima dan disukai Tuhan.

Maka setelah ada jawaban dari calon murid yang agak meraih kehalusan jiwanya maka guru agung melanjutkan perkataannya.

Guru agung : 7. Apakah engkau sudah minta izin pada orang tuamu, ahli kerabat

sanak saudaramu, bahwa engkau akan masuk agama Islam sungguh – sungguh?

8. Apakah engkau sanggup? Majulah kemari!!! Dengarkan perintahku ini (ialah ucapan pertama) : jalankan perintahku ini !!! yaitu : hendaklah kamu buang semua kebiasaan!!! (amalan, kehendak, keinginan, kepercayaan, pendapat – pendapat dan semua apa saja yang terdapat dalam hatimu) disini KHA. Dahlan sungguh – sungguh pernah memerintahkan kepada murid – muridnya hendaklah membersihkan nafsu (hati) dengan membuang apa saja yang terdapat di dalamnya.

Pada tahun 1919 saya (pengarang) masih muda berusia 21 tahun saya bertanya pada KHA. Dahlan; “apakah ‘aqoidul iman yang telah masuk kedalam hati juga kami buang???

KHA. Dahlan menjawab dengan pertanyaan : “Apakah kamu punya iman? Mungkin imanmu, hanya khayal atau haditsunnafsi (omongan hati dan gambaran bayangan nafsu) yang kamu sembah itu bukan Allah swt. Tetapi yang kamu sembah itu, berhala hawa nafsu yang kamu taati ialah kebiasaan yang disukai oleh hawa nafsu. Sungguh engkau belum dapat beribadah kepada Allah SWT dengan tulus, ikhlas (bersih hanya menuju kepada Allah). Apabila kamu belum dapat membuang kebiasaan, sungguh kamu masih tertawan diperbudak oleh kebiasaan hawa nafsu. Sanggupkah engkau melawan hawa nafsu? Beranikah engkau menyerahkan harta bendamu, jiwa ragamu kepada Allah, syariat Allah hukum Allah?

Pada ketika itu pengarang belum berani menjawab, karena kami membayangkan bahwa menjalankan agama Islam dengan sesungguhnya sangat berat, kami pandang hawa nafsu kami masih dalam tingkatan nafsul-amaroh, nafsulawwamah.

Menurut KHA. Dahlan dalam muhasabah maka setelah bersih dari hawa nafsu dari beberapa khurofat ( kedustaan kepercayaan/mukhajjalun) dan telah dapat memperbandingkan dalil – dalil. Sehingga dapat mengerti Islam yang sebenar – benarnya, mengerti sunnah – sunnah rasul itu. Umumnya kita belum dapat menjalankan pelajaran – pelajaran Al Qur’an apabila hawa nafsu masih dipasang dalam hati menjadi berhala, artinya hidup menurut dasar kesenangan dan kebiasaan masyarakat, belum Menurut KHA. Dahlan dalam muhasabah maka setelah bersih dari hawa nafsu dari beberapa khurofat ( kedustaan kepercayaan/mukhajjalun) dan telah dapat memperbandingkan dalil – dalil. Sehingga dapat mengerti Islam yang sebenar – benarnya, mengerti sunnah – sunnah rasul itu. Umumnya kita belum dapat menjalankan pelajaran – pelajaran Al Qur’an apabila hawa nafsu masih dipasang dalam hati menjadi berhala, artinya hidup menurut dasar kesenangan dan kebiasaan masyarakat, belum

Oleh karenanya KHA. Dahlan mengajarkan dan mendidik kita membuang kebiasaan – kebiasaan yang ada diadalam diri kita sendiri, yang ada didalam rumah tangga, yang ada di dalam masyarakat. Pokoknya kebiasaan – kebiasaan yang tidak sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunnah Nabi.

Marilah kita muhasabah, meneliti dari satu persatu hal Aqoid, hal niyat karena Allah, hal amal – amal ibadah, cara membersihkan hawa nafsu ialah menjebol dan membuang semua kebiasaan – kebiasaan.

Bagaimana cara membersihkan hawa nafsu? Menurut KHA. Dahlan cara membersihkan hawa nafsu ada beberapa jalan,

tetapi hanya akan kami sajikan tiga jalan saja yakni :

1. Dengan ingat kepada Allah (dzikrullah)

2. Dengan sholat

3. Dengan memikirkan bahaya – bahaya di akhirat Dengan jalan inilah KHA. Dahlan menganjurkan kepada orang umum dalam tingkat permulaan (sebagaimana yang akan kami uraikan) Cara yang pertama dan yang kedua dalam membersihkan hawa nafsu itu tersebut dalam Al Qur’an surat As Syams ayat 9 :

Artinya : "Sungguh berbahagialah orang – orang yang membersihkan hawa nafsunya". Tersebut pula dalam surat Jumu’ah ayat 2 :

Artinya : "Dialah Allah yang mengutus seorang utusan dari antara mereka orang – orang Ummi yang membacakan Ayat – ayat Allah kepada mereka dan yang mensucikan dan yang mengajarkan kitab dan hikmah kepada mereka".

Nabi Muhammad mengajarkan ayat – ayat dan As Sunnah Shohihah dalam membersihkan hawa nafsu mereka dari kufur, berhala sesembahan mereka (selain kepada Allah); bersih dari akhlak yang busuk, rendah, sifat yang tercela, bersih dari sifat hewan, bersih dari dosa, was – was perbuatan jahat.

Dengan apa Nabi membersihkan mereka ? Yaitu dengan kalimat Thoyyibah :

Artinya : "Tiada tuhan yang haq disembah kecuali Allah saja" Dengan tauhid itulah dapat kami misalkan seperti kotoran najis yang

dibersihkan dengan air; hati yang kotor dibersihkan dengan tauhid. Dengan ingat kepada Allah sebagaimana yang tersebut dalam surta Al A‘la ayat 14-17 :

Artinya : "Sungguh bahagia orang yang membersihkan dirinya dari hawa nafsunya dan ingat nama Tuhannya lalu menjalankan sholat, tetapi kebanyakan kamu sekalian masih memilih kehidupan dunia, padahal akhirat itu lebih baik dan lebih kekal".

• Cara Pertama Ingat kepada Allah ada beberapa macam tingkatan, seperti; ingat kepada makhluk itu dapat ingat kepada pekerjaan, ingat kepada sifat Allah yang sempurna. Ingat kepada ayat – ayat Allah itu dapat ingat kepada agama Allah. Ingat kepada kenikmatan Allah itu dapat ingat kepada nama Allah, ingat pada

Dzat Allah. Ingat kepada Allah itu ingat kepada menyebut nama Allah dengan menyebut namanya di bibir. Ingat dalam hati : Ingat Allah kepada Allah dengan sungguh ingat hingga lupa kepada yang

lainnya, seakan – akan melihat kepada Allah. Ingat kepada Allah diwaktu berdiri, duduk, tidur dan disegala tempat dan waktu.

Ingat kepada Allah dalam menghadapi kesulitan – kesulitan dengan membaca lafal LÂ ILAHA ILLA ALLÂH. Dalam menerima kenikmatan ingat kepada Allah dengan membaca ASYUKRU LILLÂH

Dalam waktu melihat yang haram membaca SUBHÂNALLÂH (Maha Suci Allah) Dalam rasa salah / berdosa ingat kepada Allah dengan membaca ASTAGHFIRULLÂH (Aku minta ampun kepada Allah) Dalam waktu ada musibah ujian kesusahaan ingat kepada Allah dengan membaca INNÂ LILÂHI WA INNA ILAIHI RÔJI’ÛN (sungguh aku kepunyaan Allah dan aku akan kembali kepada-Nya)

Dalam keadaan yang sangat sempit dan sulit membaca HASBUNALLÂH WA NI’MAL WAKÎL (Allahlah yang mencukupiku dan Dialah sebaik-baik yang diserahi) Dan apabila ingat kepada qodho dan qodar maka bacalah TAWAKALTU ‘ALALLÂH (aku menyerah kepada Allah) Dan apabila terhadap ajakan taat dan godaan maksiat aku membaca LÂ HAULA WALÂ QUWWATA ILLA BILLÂHI (tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)

Dan tiap – tiap gerak gerik dan langkah kita awali dengan membaca BISMILLÂH dan seterusnya. Juga ada pimpinan ingat kepada Allah dengan wiridan. Hal ini ada pimpinan bacaan – bacaan yang beralasan dalil – dalil dan hadits seperti dalam Bululghul Maram bab dzikir dan do’a.

Juga ada ulama yang terkenal yang mengarang pimpinan dzikir dengan mengambil hadits – hadits, seperti Imam Nawawi dan ada juga yang tidak memakai dalil hadits yang bermaksud membikin ringkas.

Apakah KHA. Dahlan juga memberikan pimpinan/mengajarkan ajaran – ajaran/do’a – do’a kami jawab : Ya, beliau mengajarkan. Pada tahun 1920 KHA. Dahlan masih mengajarkan bacaan – bacaan yang masih kami simpan yakni telah ditulis oleh seorang murid pemudi yang bernama Haiatien Hasanah/Ummu Haiban Hajid.

Selain pimpinan dzikir menurut hadits, juga ada pimpinan dzikir yang bermacam – macam caranya dengan mengikuti cara – cara yang dipimpinkan oleh kaum Selain pimpinan dzikir menurut hadits, juga ada pimpinan dzikir yang bermacam – macam caranya dengan mengikuti cara – cara yang dipimpinkan oleh kaum

Diantara ahli tasawuf ada yang memakai alasan hadits dan juga ada yang tidak, bahkan ada juga yang menyeleweng, bikin bid’ah – bid’ah sehinggga golongan ahli dzikir dari golongan ahli kebathinan di Jawa biasa disebut golongan klenik, dzikir sholat dim, sholat garingan (kering tanpa wudhu), ingat kepada Allah tidak perlu tuntunan Nabi sebagaimana yang tersebut dalam tarikh golongan bathiniah.

Mestinya apabila manusia itu memikirkan secara mendalam lalu mengakui ada kekuasaan ghoib, seterusnya mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa mestinya lalu syukur kepada Allah, kemudian menjalankan bakti beribadah sholat kepada Allah seperti yang tersebut dalam ayat 13 dari surat Al ‘ala diatas (yang artinya : berbahagialah orang yang membersihkan dirinya dari hawa nafsunya dan ingat nama Tuhan kemudian menjalankan sholat)

• Cara kedua Cara kedua membersihkan hawa nafsu yang kedua ialah dengan memperbanyak sholat, seperti sholat wajib 5 kali, sholat sunat qobliyah dan ba’diyah, sholat tahajjud/witir, sholat istikhoroh, hajad, sholat hari raya fitrah dan hari raya qurban, sholat gerhana, sholat istisqo dan lain – lain seperti yang tersebut dalam kitab – kitab fiqih.

Membersihkan hawa nafsu dengan membaca, memikir Alqur’an, dengan cara sholat itu adalah sunnah Nabi karena hikmah itu ialah untuk ingat kepada Allah.

Artinya : “Dirikanlah sholat untuk ingat kepadaku” Ingat kepada Allah dengan sungguh – sungguh itu menimbulkan ketenangan

dan diri dari hawa nafsu.

Artinya : "Berdzikirlah karena dengan berdzikir hati menjadi tenang" Sekarang bagaimana KHA. Dahlan menjawab persolan ini? KHA. Dahlan pernah berkata demikian “Pimpinan ulama safi’iyah

menganjurkan mementingkan mengajak ingat kepada Allah, memperbanyak ingat kepada Allah supaya hati manusia tawajuh/menghadap kepada Allah.

Memang menghadap kepada Allah demikian juga memperbanyak sholat itu jika sunnah Nabi, hanya di sini kami akan menerangkan demikian : “Aku telah membaca tafsir Al Qur’an surat Al ‘Ala ayat 13 tersebut diatas, aku ada bayangan begini…… sebelum Al Qur’an diturunkan soal – soal membersihkan hawa nafsu itu juga sudah ada dikalangan agama Budha dan Hindu, kemudian disusul juga soal – soal kesucian. Kata – kata kesucian beserta mendo’akan sudah ada di kalangan Nasrani, mereka itu semua mengaku mensucikan hati dan engkau mensucikan hati dan mengaku diri mereka telah suci dan menjadi orang suci.

Apakah betul – betul mereka telah suci? Dan betul – betul jiwanya sudah naik ke alam illahi, kesempurnaan yang sesungguhnya???? Boleh jadi mereka baru meninggalkan kelas satu, kelas dua, boleh jadi meninggalkan kelas dua naik ke kelas tiga, baru meninggalkan alam benda yang mati berubah naik ke alam benda yang hidup bergerak (alam binatang), baru naik ke alam rohani (entah rohani bagian syaithan atau jin) belum rohani alam malaikat, apalagi tingkat alam ilahi kehadirat tuhan yang maha mulia maha luhur, maha sempurna yang sesungguhnya.

Maka disini kita perlu merenungkan……. • Cara ketiga

Selanjutnya KHA. Dahlan berkata: “Coba pahamkan benar – benar lanjutan ayat 13 itu yang artinya : Bahkan kamu masih memilih kehidupan dunia padahal akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.

Maka disini kami ada pemahaman bahwa orang yang mebersihkan hawa nafsunya itu orang yang baik, demikian pula orang sholat itu orang yang baik. Akan tetapi apakah kamu sekalian itu seperti orang Hindu, Budha dan Nashrani serta…………

Mereka mengaku sudah suci???? Bahkan kamu masih terpengaruh kehidupan dunia, masih memilih kehidupan

dunia, belum bisa menghadap kepada Allah, belum memilih Allah dengan bukti masih cinta kepada harta benda, tidak suka menggunakan harta benda untuk digunakan di jalan Allah kamu masih menolak/tidak menghargai anak yatim, tidak memberi makan kepada fakir miskin, masih membedakan antara orang miskin dan orang kaya.

Apakah buah ingat kepada Allah? Apakah pengakuan sucimu? Terbukti kamu masih sangat kerap dengan kebiasaan – kebiasaan dan cinta kepada harta benda. Kita manusia mencintai kebiasaan, cinta kepada harta benda hal demikian ini wajib kita berantas dengan jalan membersihkan hati, ingat kepada Allah dengan jalan tauhid (hanya satu yang dicintai yaitu Allah) dan akhirnya dengan jalan tafakur, muhasabah (meneliti) muroqobah (mengawasi diri sendiri).

Bagaimana akibat bagi diriku pada hari akhir ? Akan menempuh/menghadapi perjalanan sesudah meninggalkan dunia yang

fana, jasmani menjadi tanah, rohani akan dipaksa masuk ke alam ghoib yang sangat gelap (menututp akal) alam yang belum kita kenal, dan disana menghadap ke mahkamah yang maha agung.

Apakah diriku akan disiksa karena aku tidak taat karena aku ikhlas beribadah kepada Allah dan sesuai dengan sunnah Rasulullah ? Menurut KHA. Dahlan yang dipentingkan dalam membersihkan hati jangan sampai diperbudak oleh kebiasaan – kebiasaan yang menuruti hawa nafsu adalah bahaya siksa akhirat, seperti yang ditulis dalam papan tulis dekat meja tulisnya. Ya, KHA. Dahlan INNAL HAULA A’DAM (yang telah disebut dalam pelajaran Falsafah KHA. Dahlan).

Pasal II Menggempur Hawa Nafsu Mencintai Harta Benda

QS Al-Fajr : 17-23

Artinya : 17) “Jangan demikian bahkan kamu tidak memuliakan dan menghargai anak yatim 18) dan tidak saling menganjurkan memberikan makan kepada orang miskin 19) dan memakan harta pusaka dengan melampaui batas 20) dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang sangat 21) jangan demikian (kamu akan sangat menyesal) apabila telah diguncangkan dan dihancurkan bumi ini dengan sehancur-hancurnya 22) Tuhanmu datang diiringi beberapa malaikat yang berbaris-basris/ berderet-deret 23) pada hari itu didatangkan neraka Jahannam, baru pada hari itulah manusia ingat (akan tetapi untuk apakah ia ingat)? sudah tak ada faedahnya.”

Siang malam KHA Dahlan memikirkan ayat ini sehingga apabila bertemu dengan siapa saja, beliau mengajukan persoalan – apakah engkau berani membuang kebiasaan mencintai harta benda? beranikah engkau menjalankan agama Islam dengan sesungguhnya? Dengan menyerahkan harta bendamu, dirimu, di bawah perintah Allah? beranikah engkau mengorbankan harta bendamu kepada Allah? apakah kamu tidak takut akan siksa Allah di hari Kiamat? apakah tidak kamu pikirkan akibat yang akan menimpa pada dirimu?

Pada saat itu kira-kira tahun 1921 saya (penyusun) selalu malu dan takut/segan mendekati KHA Dahlan, kami merasa belum Islam, walaupun saya sudah membaca Dua Kalimah Syahadat. Dan sudah menjalankan shalat lima waktu. Akan tetapi sering timbul dalam hati kami suatu pengakuan, bahwa aku orang yang beragama, yang telah shalat. Dengan dasar ini aku melanjutkan pertanyaan apakah dengan adanya sholat dan Pada saat itu kira-kira tahun 1921 saya (penyusun) selalu malu dan takut/segan mendekati KHA Dahlan, kami merasa belum Islam, walaupun saya sudah membaca Dua Kalimah Syahadat. Dan sudah menjalankan shalat lima waktu. Akan tetapi sering timbul dalam hati kami suatu pengakuan, bahwa aku orang yang beragama, yang telah shalat. Dengan dasar ini aku melanjutkan pertanyaan apakah dengan adanya sholat dan

KHA Dahlan menjawab cobalah kau pikirkan dengan sungguh-sungguh pada surat al-ma’un!

Pasal III Orang Yang Mendustakan Agama

Inilah surat Al Ma’un yang telah mengguncangkan masyarakat terutama di kampung Kauman Yogyakarta, ketika KHA Dahlan menafsirkan surat ini, surat Al Ma’un 1-7 :

Artinya : “1) Apakah engkau mengerti orang yang mendustakan agama ? 2) Ialah orang yang menolak anak yatim 3) dan orang yang tidak menganjurkan untuk memberi makan kepada orang miskin 4) Maka neraka “Weil” bagi orang yang shalat 5) yaitu orang yang lalai dengan shalatnya 6) orang yang memperlihat – lihatkan amal mereka kepada orang lain 7) dan orang yang mencegah pada orang yang memberikan pertolongan”.

Setelah kita memperhatikan ayat-ayat ini, maka timbul pertanyaan pada diri kita, apakah kita termasuk orang yang beragama? sudahkah kita ingat kepada Allah dan mengerjakan shalat?

Ayat ini sudah jelas bahwa orang seperti kita ini belum diakui sebagai orang yang beriman dan menjalankan agama, bahkan masih ditetapkan orang yang mendustakan agama apabila masih mencintai kebiasaan, cinta kepada harta benda dengan tidak memperhatikan nasib anak yatim dan tidak menganjurkan memberikan makanan kepada orang miskin.

Adapun shalat kita itu hanya sekedar menggoyangkan bibir untuk membaca serta menggoyangkan anggota badan, sedang hatinya untuk mencintai harta benda. Shalat kita yang seperti itu tidak akan diterima, bahkan akan disiksa di neraka Weil pada hari kemudian, karena shalat kita hanya untuk riya’/memperlihat – lihatkan kepada orang lain, shalat yang hanya karena kebiasaan menurut masyarakat sekitarnya, shalatnya tidak timbul karena Allah karenanya shalat yang demikian itu tidak menimbulkan kesucian hatinya, sehingga berani menolong orang miskin dan anak yatim.

Apabila kita masih menghambakan diri kepada hawa nafsu, mencintai harta benda yang berlebih-lebihan, tidak suka memperhatikan nasib anak-anak yatim, maka kita masih tetap dikatakan sebagai orang yang mendustakan agama, yang akan dimasukkan dalam neraka weil, walaupun kita mengaku orang yang sudah menjalankan shalat.

Sekarang bagaimanakah pandangan KHA Dahlan terhadap ayat-ayat surat Al Ma’un ini? KHA Dahlan pernah menerangkan cara orang mempelajari Al Qur’an yaitu : ambil satu dua tiga ayat, dibaca dengan tartil dan tadabbur/dipikirkan;

1. Bagaimanakah artinya?

2. Bagaimana tafsir keterangannya?

3. Bagaimanakah maksudnya?

4. Apakah ini larangan dan apakah kamu sudah meninggalkan larangan ini?

5. Apakah ini perintah yang wajib dikerjakan? sudahkah kita menjalankan dengan sesungguhnya maka tidak perlu membaca ayat-ayat lainnya.

Hendaklah dua tiga ayat ini siang malam selalu dipikirkan dengan sungguh- sungguh dan perlu kita musyawarahkan bersama kawan-kawan akan dikerjakan ayat ini? atau bagaimanakah cara mengerjakannya? dan apakah rintangan-rintangan yang menghalangi untuk mengerjakan ayat ini? kapan ayat ini kita amalkan?

Apabila sekali hidup kami ditetapkan sebagai orang yang memdustakan agama dan akibatnya masuk neraka, apakah kita tidak rugi? apakah kita masih merasa selamat dari api neraka dan apakah tidak takut akan siksaan neraka? apakah masih mendustakan dan masih tetap belum percaya?

Inilah salah satu unsur yang menggoncangkan hati KHA Dahlan untuk merobah kemauan (betulkah kita sebagai orang Islam yang berani menyerahkan harta dan jiwa raganya dibawah hukum Allah).

Pasal IV Apakah Artinya Agama Itu

Surat Ar-Rum ayat 30 :

Artinya : “Tegakkanlah pendirianmu pada agama yang condong kepada kebenaran (kepada Allah dengan meninggalkan lainnya) Allah lah yang menciptakan manusia menurut kejadiannya, tidaklah akan berganti pada makhluk itu demikian itulah agama yang benar, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti”.

KHA Dahlan kerap kali menerangkan :

Artinya : “Agama itu cenderungnya ruhani dari nafsu yang naik ke angkasa kesempurnaan, yang suci, yang bersih dari tawanan benda-benda”. Menurut KHA Dahlan yang dinamakan orang yang beragama itu ialah orang yang jiwanya menghadap kepada Allah dan berpaling dari lainnya. Bersih tidak dipengaruhi oleh lain-lainnya hanya tertuju kepada Allah, tidak tertawan kebendaan dan harta benda, dengan bukti dapat dilihat penyerahan harta benda dan dirinya kepada Allah.

Oleh karena itu Agama pada hakekatnya di dalam hati manusia. Bukti tanda orang yang beragama itu, dapat dilihat pada lahirnya. Kami telah meneliti paham yang demikian itu menyesuaikan dengan agama fitrah (kemurnian dan kesucian menusia), seperti tersebut dalam surat Ar-Rum ayat 30 tersebut diatas.

Untuk menambah penjelasan ini, baiklah kita melihat kitab Kan Zil ‘Ulum bab Ad dîn dan bab Allah. selain itu kita melihat kitab Muqaddimah Shaffatil ‘Irfan bab agama fitrah. Pada pokoknya kedua kitab tersebut menerangkan bahwa kita harus berani melawan hawa nafsu yang dipengaruhi oleh kebiasaan – kebiasaan.

Kalimat thayyibah : LÂ ILÂHA ILLA ALLÂH ialah mena’kidkan, meniadakan, membuang, menghilangkan apa saja yang mempengaruhi hati. LÂ ILÂHA artinya tidak ada yang diperlukan/didewa-dewakan, tidak ada yang mempengaruhi hati.

ILLA ALLÂH artinya kecuali Allah . Hendaklah hati kosong bersih, setelah bersih seperti semula di waktu lahir di

dunia, baru menyerahkan dirinya kepada Allah. Tauhid artinya hanya satulah yang dimuliakan, yang dicintai, yang ditakuti, yang ditaati ialah Allah. Apakah arti syahadat? itulah sumpah, itulah ikrar, itulah perjanjian yang wajib kita pertahankan sampai mati. Kemudian apakah arti shalat? itulah jiwa yang sungguh menghadap kepada Allah, berpaling dari lainnya. Tidak terpengaruh harta benda sehingga berani memberikan harta benda kepada jalan Allah, menurut hukum Allah.

APAKAH SUDAH CUKUP MENJADI MUSLIM APABILA IA TELAH MEMBERIKAN ZAKAT?

PASAL V Islam dan Sosialisme

Surat At-Taubah ayat 34 :

Artinya : “Orang-orang yang menyimpan/menimbun/menumpuk-numpuk emas dan perak dan tidak membelanjakan harta tadi di jalan Allah, maka gembirakanlah mereka dengan siksa yang sangat sakitnya, Pada hari dibakarnya harta benda tadi di dalam api neraka jahannam lalu dibuat menyeterika dahi, rusuk dan punggung mereka (sambil dikatakan) : inilah harta benda yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah apa yang kamu simpan (rasakanlah akan siksanya)”.

Ayat inilah yang menggoncangkan hati KHA Dahlan sehingga dapat mengadakan perobahan besar dalam diri sendiri. Ayat inilah pertama-tama menimbulkan semangat yang berkobar-kobar dan ayat inilah yang menjadi pendorong permulaan pengorbanan harta pada diri pribadi KHA Dahlan.

Bagaimanakah pendapat KHA Dahlan ini ? Pendapat KHA Dahlan : ayat umum ini tidak hanya mengancam orang yang

tidak zakat, artinya : barang siapa yang menyimpan harta benda untuk kepentingan diri sendiri, (tidak suka mendermakan fi sabilillah) itu juga akan mendapat siksaan.

Sebelum kami menjelaskan paham KHA Dahlan saya perlu menggugah para Ulama’ dan umat Islam lebih dahulu : Marilah kita pikirkan ayat yang sangat penting ini, marilah kita perbarui tauhid kita, wahai para ulama’ dan umat Islam, mari…….marilah berkumpul kembali dibawah bendera Kalimah Tauhid LÂ ILÂHA ILLA ALLÂH (tdak ada sesembahan yang patut disembah melainkan Allah sendiri)

Semua sesembahan selain Allah kita tolak. Ia hanya satu, hanya satu yang dicintai, yang ditakuti, yang ditaati, yang dimintai pertolongan.

Sungguh keadaan hidupku, tidak untuk siapapun, melainkan untuk beribadah mengabdi kepada Allah sendiri, dengan ikhlas tidak mengharapkan sesuatu melainkan mengharap keridhoan Allah.

Kita sebagai Muslim berbudi mulia, pemurah hati, dermawan, suka berbuat jasa, sabar hati, pengampun, penyayang, belas kasihan, pemberani, pembela jalan Allah, menjunjung tinggi setinggi-tingginya kalimah Allah. kita suka berkawan dengan siapa pun dengan batas-batas menurut ajaran Islam. Cinta perdamaian dan persatuan dalam memegang kebenaran.

Wahai para ulama’ dan pemimpin Islam di seluruh Indonesia (Telah datang saatnya kita wajib memperhatikan soal-soal kekayaan, kemiskinan, sehingga semua merasakan kenikmatan Allah sampai hilang lenyap segala penindasan-penindasan dan bersih semua kedzaliman-kedzaliman hingga di bawah kolong langit ini tidak ada penderitaan-penderitaan. Dan dapat disapu bersih tabiat-tabiat kemurkaan dan kemewahan hidup yang melampaui batas, yang menimbulkan penderitaan dan kemiskinan.

Manusia bilamana telah lupa kepada akibat-akibat yang akan datang menimbulkan kerusakan moral, mereka tidak tahu lagi akan kebenaran dan keburukan dan bila moralnya sudah rusak mereka akan berbuat semau – maunya dan akan membikin kerusakan dalam masyarakat dan akan merusak negara. Dan bilamana masyarakat dan negara sudah rusak, maka hidup manusia suka akan melanggar hukum negara, dan hukum negara tidak dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. Siapa yang kuat, dialah yang menang, dan yang lemah akan menjadi korban dari orang-orang yang sedang berkuasa karena kekuatannya. Maka datanglah saatnya hukum rimba yang akan berjalan, manusia ketika itu sudah menyerupai binatang, perikemanusiaan, kesucian, serta keadilan sudah hilang, lenyap. Di kanan perut kenyang dalam kemewahan sedang di kiri hidup dalam kesengsaraan, penderitaan dan kelaparan. Maka pada saat itulah akan datang siksa Allah kepada umat manusia. ( Yâ Tuhan, jagalah kami dari keadaan yang demikian itu dan ampunilah dosa kami amîn).

Kalau kita memikirkan keadaan kemajuan benda serta kemajuan hidup akan mempengaruhi jiwa kita, yang seterusnya akan mengakibatkan kemunduran rohani, kemunduran moral, kemunduran kemanusiaan, kemunduran kesucian, itu tidak lain karena buah kita bersama. Kita sama mengingkari dan menyekutukan kepada Allah Kalau kita memikirkan keadaan kemajuan benda serta kemajuan hidup akan mempengaruhi jiwa kita, yang seterusnya akan mengakibatkan kemunduran rohani, kemunduran moral, kemunduran kemanusiaan, kemunduran kesucian, itu tidak lain karena buah kita bersama. Kita sama mengingkari dan menyekutukan kepada Allah

Wahai umat Islam, Allah telah mengutus Nabi Muhammad saw dan menurunkan Al Qur’an sebagai petunjuk untuk menetapkan hukum haram barang yang haram dan menetapkan hukum halal barang yang halal. Allah telah memberi petunjuk ke jalan yang benar yang akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat.

Apakah umat Islam sanggup mengikuti dan memuliakan hukum – hukum-Nya serta melaksanakan perintah – perintah-Nya? Kembali pada ayat tersebut di atas, sungguh harta benda menjadi fitnah yang besar, menjadi ujian bagi menusia dalam kehidupan dunia dan akhirat. Harta bisa menjadi perusak agama, akhlak pribadi, rumah tangga, masyarakat dan negara; dapat menimbulkan perselisihan, perebutan dan menimbulkan peperangan. Akan tetapi harta benda juga bisa menimbulkan beberapa kebaikan dan alat untuk mencapai kebahagiaan.

Dalam Al Qur’an surat Ali ‘Imran ayat 186; “Sungguh kamu akan di uji dalam harta bendamu”. Dan dalam surat Al Anfal ayat 28 “Tuhan perlu menguji kamu apakah kamu bersyukur ataukah kamu kufur”. Dan ayat yang lain “Sungguh harta bendamu dan anak-anakmu adalah fitnah”.

Perlu kami menerangkan pendapat Abu Dzar Al-Ghifari r.a demikian : “Wahai tiap-tiap orang memberikan harta bendanya yang lebih dibutuhkan dari kebutuhannya”.

Banyak para ulama’ yang tidak setuju terhadap pendapat Abu Dzar tersebut, tetapi apabila kita melihat Al Qur’an Surat At Taubah ayat 34 yang mengancam penyimpan emas dan perak untuk kepentingan dirinya sendiri tidak di shadaqahkan pada sabilillah akan di beri azab yang sangat pedih. Ayat ini adalah umum bukan khusus ditujukan untuk mengancam orang-orang yang tidak mau memberikan zakatnya. Maka paham KHA Dahlan dalam hal ini sesuai dengan Abu Dzar tersebut. bahkan paham Abu Dzar tersebut telah diamalkan oleh KHA Dahlan pada akhir tahun kewafatannya dengan mendermakan harta benda beliau yang lebih dari kebutuhannya, dengan jalan melelangkan harta milik beliau. Juga banyak hartawan Muhammadiyah yang turut beramal mendarma baktikan harta bendanya, auto mobilnya dan tanah- tanahnya.

Apabila paham Abu Dzar mendapat dukungan para ulama’ dan diamalkan oleh umat Islam sehingga kekayaan Umat Islam yang ada di bank – bank dan hak milik tanah dan sebagainya yang yang lebih daripada hajad kebutuhannya dapat dikumpulkan dan diwakafkan untuk perjuangan Umat Islam (surat At-Taubah ayat 34), Umat Islam akan mendapat kejayaan dan pertolongan serta kemuliaan dari Allah.

Inilah salah satu jalan perjuangan Umat Islam yang tak dapat dirintangi oleh siapapun, dan barang siapa yang merintangi (tujuan Islam untuk menjunjung tinggi agama Allah) perjuangan Umat Islam dengan cara tersebut di atas pasti hancur sendiri, selain itu akan disiksa yang seberat-beratnya di hari kiamat.

Seterusnya ayat tersebut di atas menerangkan dengan jelas :

a. Melarang mengumpulkan dan menyimpan/menumpuk-numpuk untuk kepentingan diri sendiri.

b. Perintah membelanjakan harta bendanya di jalan Allah. Usaha-usaha dari satu golongan untuk mengumpulkan harta benda sebanyak – banyaknya serta menyimpan/menumpuk-numpuk untuk kepentingan diri sendiri dapat menimbulkan manusia menjadi dua golongan :

1. Golongan kaum hartawan kaya raya yang berlumba-lumba hidup dalam kemewahan.

2. Golongan fakir miskin yang hidup dalam penderitaan jauh dari sandang pangan. Wahai Umat Islam!!! Marilah kita kembali di bawah bendera LÂ ILÂHA ILLA ALLÂH. Bukankah kemajuan kebendaan yang sangat memuncak ini menimbulkan kemunduran – kemunduran ruhani?

Tersebut dalam kitab Alislaanul muftarie hal 77 menerangkan bahwa Sahabat Abu Dzar r.a berkata: Aku berjalan dengan Nabi saw di Madinah dekat Gunung Uhud, Nabi bersabda: “Aku tidak senang mempunyai emas sebesar gunung sehingga lebih dari tiga malam, aku mempunyai emas dinar untuk agama, kuberikan kepada hamba-hamba Allah kesana – sini ke muka sambil berisyarat ke kanan ke kiri ke muka dan ke belakang. Harta benda tidak perlu kusimpan, melainkan kuberikan kepada hamba – hamba Allah”. Nabi berjalan terus bersabda: “Sungguh kebanyakan manusia itu rugi (pada hari kiamat) kecuali orang – orang yang membagi – bagikan barang yang sedikit (dari miliknya)”. Abu Dzar berkata: selanjutnya Rasulullah bersabda: “Hai Abu Dzar, Tersebut dalam kitab Alislaanul muftarie hal 77 menerangkan bahwa Sahabat Abu Dzar r.a berkata: Aku berjalan dengan Nabi saw di Madinah dekat Gunung Uhud, Nabi bersabda: “Aku tidak senang mempunyai emas sebesar gunung sehingga lebih dari tiga malam, aku mempunyai emas dinar untuk agama, kuberikan kepada hamba-hamba Allah kesana – sini ke muka sambil berisyarat ke kanan ke kiri ke muka dan ke belakang. Harta benda tidak perlu kusimpan, melainkan kuberikan kepada hamba – hamba Allah”. Nabi berjalan terus bersabda: “Sungguh kebanyakan manusia itu rugi (pada hari kiamat) kecuali orang – orang yang membagi – bagikan barang yang sedikit (dari miliknya)”. Abu Dzar berkata: selanjutnya Rasulullah bersabda: “Hai Abu Dzar,

Sekarang bagaimanakah kata KHA Dahlan dalam hal ini ? KHA Dahlan pernah membacakan Kitab Al‘Uhd Wal Mawatsiq (kitab

perjanjian yang kukuh). Kata KHA Dahlan: inilah keterangan – keterangan yang menyatakan beberapa perjanjian diantara kaum muslimin, salah satu daripada perjanjian itu ialah tidak boleh bekerja, menanam, mengetam, membikin pakaian dan menanak makanan, dan kerja apa saja untuk mencari harta. Aku berniat sengaja beribadah taat karena Allah, mengharap keridhoan-Nya, dan bekerja untuk membikin manfaat untuk maslahat kepada para hamba Allah dan diriku sendiri hanya termasuk salah satu dari hamba Allah. artinya aku tidak boleh memntingkan diriku sendiri, tetapi bersama – sama mementingkan jalan Allah.

Ajaran KHA Dahlan dan paham KHA Dahlan bukan hanya ajaran ilmiah saja, akan tetapi mengajak dan memberi contaoh dengan amalan yang nyata. Berkata KHA Dahlan:

1. Carilah harta benda dengan jalan halal dengan segala kekuatan tenaga dan jangan malas, sehingga mendapatkan harta benda yang sebaik- baiknya.

2. Setelah mendapat, pakailah untuk keperluan dirimu, anak isterimu dengan secukupnya, jangan terlalu mewah, jangan mementingkan kemewahan – kemewahan yang melampaui batas.

3. Kemudian kelebihannya hendaklah didermakan pada jalan Allah. Sekarang bagaimanakah pendapat Umat Islam dan para Ulama’? Sungguh telah datang saatnya bagi para Ulama’ dan pemimpin-pemimpin

Umat wajib memperhatikan soal-soal kemiskinan, soal-soal kekayaan yang melimpah ruah di atas dunia ini. Wajib membahas hal-hal yang berhubungan dengan hukum fardlu kifayah.

Pekerjaan untuk mencukupkan kebutuhan masyarakat, hak milik perseorangan, hak milik umum, soal peri kemanusiaan, soal persamaan, soal pembagian hasil kerja, Pekerjaan untuk mencukupkan kebutuhan masyarakat, hak milik perseorangan, hak milik umum, soal peri kemanusiaan, soal persamaan, soal pembagian hasil kerja,

Bagaimanakah falsafah yang bermacam – macam atau cara yang bermacam – macam dan bagaimana menurut petunjuk Al Qur’an? Kemudian bagaimanakah cara melaksanakan cita – cita luhur yang telah kita pelajari tadi? dan jalan apakah yang harus kita tempuh untuk menghasilkan cita-cita tersebut? Sehingga kita dapat mengatasi kesulitan dan rintangan pada saat ini? Maka

yang paling perlu kita pegang teguh ialah ayat Al Qur’an ﺕﺍ ﺮ   ﻤﹶ ﺜ ﻟ ﺍ  ﻦﻣ ﻪ  ﻠ ﹶ ﻫﺃ ﻕ ﺯ ﺭ ﺍ  ﻭ ﺎﻨ ﻣ ﺁ ﺍ ﺪﹶ ﻠ ﺑ  ﺍ ﹶ ﺬ ﻫ ﻞ ﻌ ﺟﺍ ﺏ  ﺭ

Artinya : “Wahai Tuhanku jadikanlah negeriku ini negeri yang aman, dan berilah warga negerinya rizqi yang cukup dengan hasil buminya”. Meskipun ayat Al Qur’an ini sangat singkat, tetapi artinya sungguh sangat dalam. Kemudian bagaimanakah kita seterusnya? Marilah kita kembali kepada Tuhan (bersihkanlah hawa nafsu) kembali kepada ajaran Al Qur’an.

PASAL VI Surat Al ‘Ashri

Surat Al ‘Ashri ini penting “cuma” tiga ayat, tetapi isinya sangat penting. KHA Dahlan merenungkan dan mengulangi – mengulangi Surat Al Ashri ini