Ketidak Sempurnaan Pasar Keterbelakangan
Ketidak Sempurnaan Pasar Keterbelakangan
Investasi Produktifitas Rendah
Sumber : Diadaptasikan dari Nurkse, 1953 dalam Kuncoro
Alur pikir yang disajikan oleh Nurkse keterbelakangan dan ketertinggalan pe- dengan teori lingkaran setan kemiskinan-
nyebab rendahnya produktifitas, rendahnya nya “the vicious circle of poverty” adalah
tingkat produktifitas akan mengakibatkan bahwa
ketidak sempurnaan
pasar,
rendahnya tingkat pendapatan, rendahnya rendahnya tingkat pendapatan, rendahnya
bijakan tersebut sebagai suatu proyek akibatkan rendahnya kemampuan inves-
dengan target penyelaksanaan berdasarkan tasi, selanjutnya rendahnya keamampuan
tahun anggaran.
investasi ini mengakibatkan kurangnya Pendekatan atau metoda pemberdaya pemilikan modal, dan yang pada akhirnya
an yang diterapkan dalam implementasi rendahnya modal yang dimiliki akan
kebijakan tersebut lebih mengedepankan menyebabkan seseorang kembali ke dalam
penggunaan pendekatan atau metoda keterbelakangan dan ketertinggalan.
pemberdayaan individu ketimbang metode pemberdayaan kelompok.
Pemberdayaan institusi lokal melalui
KESIMPULAN DAN SARAN
pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh pihak swasta atau yang dalam hal ini
Kesimpulan adalah PT. Tambang Timah Tbk. Kundur tidak jauh berbeda dengan yang terjadi
Kebijakan peningkatan kualitas sum- pada kebijakan peningkatan kualitas berdaya manusia melalui pendidikan dan
sumberdaya manusia yang dilaksanakan pelatihan dalam rangka pemberdayaan
oleh pihak pemerintah Kabupaten Ka- institusi lokal yang dilakukan oleh Peme
rimun, yaitu kebijakan yang kental dengan rintah Kabupaten Karimun cenderung
watak sentralistiknya. Pihak PT. Tambang bersifat sentralistik dan kental dengan
Timah Tbk. Kundur selain tidak memiliki pendekatan “top down”-nya., dengan di-
“sense of crisis and sense of respon- kedepankannya 4 Pilar Pembangunan
siveness” terhadap kebutahan dan Propinsi Riau dan persepsi birokrat daerah
keterbatasan masyarakat dilingkungan terhadap kualitas sumberdaya manusia
wilayah operasinya, juga tidak sebanarnya didaerahnya ketimbang aspirasi masyara-
tidak sungguh-sungguh berusaha untuk kat.
memberdayakan masyarakat. Pada saat kebijakan diimplemen
Pemberdayaan diri anggota institusi tasikan, masyarakat bukan hanya sekedar
lokal atau yang dalam hal ini Majelis tidak dilibatkannya dalam proses formulasi
Taqlim Nurul Al Falah melalui pendidikan tapi lebih dari itu, mereka juga hanya
dan pelatihan.
dijadikan objek kebijakan (target group) Kesadaran diri anggota institusi lokal dan bukan sebagai subjek (interest group)
untuk memberdayakan dirinya melalui yang berhak untuk ikut menentukan
pendidikan dan pelatihan sudah sangat baik kebutuhan, pilihan-pilihan serta keinginan
yang ditandai dengan : pertama, adanya mereka berdasarkan nilai-nilai yang
individu-individu dalam melekat padanya.
antusiasme
institusi lokal ini untuk meningkatkan Pemerintah
pengetahuan dan keterampilannya melalui sebenarnya belum siap untuk melaksa
Kabupaten
Karimun
suatu proses pembelajaran ; kedua, nakan kebijakan peningkatan kualitas
besarnya dukungan yang mereka berikan sumberdaya manusia melalui pendidikan
kepada anggota yang bisa mengikuti dan pelatihan tersebut, alasan: pertama,
pendidikan dan pelatihan tersebut; dan tidak tersedianya sumber-sumber yang
ketiga, adanya harapan individu-individu memadai dan keterpaduan sumber-sumber
berkesempatan untuk tersebut sebagaimana yang disyaratkan
yang
belum
mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam pengimplementasian suatu kebijak
kepada anggota lainnya yang berke- an dengan menggunakan pendekatan “top
sempatan untuk mengikuti pendidikan dan down”; dan kedua, kurangnya pemahaman
pelatihan tersebut nantinya dapat ditransfer implementor terhadap tujuan yang di-
kepada mereka.
maksudkan oleh kebijakan tersebut se- Kesadaran Kelompok yang terdapat bagaimana pada saat pendisainannya,
pada Majelis Taqlim Nurul Al Falah juga pada Majelis Taqlim Nurul Al Falah juga
peningkatan kualitas tersebut telah membentuk antusiasme
1). Kebijakan
sumberdaya manusia yang didisain/ kelompok yang ditandai dengan kesadaran
diformulasikan secara sentralistis kelompok untuk memberdayakan diri
tanpa melibatkan kelompok sasaran melalui pembelajaran kelompok yaitu
yang tentunya memiliki preferensi, kelompok ibu-ibu dan remaja putri dalam
karakteristik serta nilai-nilai mereka meningkatkan pengetahuan dan keteram-
sendiri telah membuat kebijakan pilannya dengan belajar mengayam,
menjadi tidak mampu menyulam, menjahit dan membuat kue-kue
tersebut
mengadaptasikan diri atau telah tradisional secara bersama.
menimbulkan kesenjangan antara apa Demikian
yang senyatanya dibutuhkan oleh kesadaran pemimpin institusi lokal ini
kelompok sasaran atau masyarakat untuk memberdayakan
dengan apa yang senyatanya mampu pendidikan dan pelatihan. Tingginya
diri
melalui
disediakan oleh pemerintah maupun kesadaran ditandai dengan : pertama,
oleh sektor swasta. memberikan ruang dan peluang bagi
2). Pendekatan atau metoda pembelajaran anggota untuk memberdayakan diri
yang digunakan yaitu pemberdayaan melalui proses pembelajaran kelompok ;
individu ternyata kurang efektif karena kedua,
individu-individu yang mengikuti musyawarah
pembelajaran tersebut bukan berasal merespon setiap usulan anggotanya
dari satu institusi atau berasal dari menyangkut tindakan dan kegiatan yang
institusi yang memiliki latar-belakang ingin mereka lalukan. Hal inilah yang
yang sama, tetapi sebenarnya telah motor penggerak bagi
kepentingan
sebaliknya. Hal ini telah membuat munculnya kesadaran
peserta didik tidak mempunyai ke- kelompok dalam institusi tersebut ; dan
individu dan
sempatan untuk saling pertukar pikiran ketiga, dengan usianya yang sudah
terhadap ketidak-mengertian atau mencapai 61 tahun (saat dilakukan
ketidak-pahaman mereka menyangkut penelitian), ia masih bersedia mengikuti
materi yang diterima selama proses pendidikan dan pelatihan sebagaimana
pendidikan dan pelatihan tersebut. yang dipercayakan oleh anggota institusi
3). Menyangkut kebijakan peningkatan lokal ini kepadanya.
kualitas sumberdaya manusia yang dilaksanakan oleh PT. Tambang
Implikasi pemberdayaan
bagi
Timah Tbk. Kundur, Pemerintah Ka-
masyarakat.
bupaten Karimun belum menempatkan dirinya sebagai struktur mediasi yang
Pemberdayaan institusi lokal, baik seharusnya mampu menjembatani yang dilakukan oleh Pemerintah Kabu
kesenjangan yang terjadi antara sektor paten Karimun maupun yang dilakukan
swasta ini dengan masyarakat. Ke- oleh PT. Tambang Timah Tbk. Kundur
tidak-mampuan pemerintah ini me- melalui implementasi kebijakan pening
nunjukkan bahwa pemerintah masih katan kualitas sumberdaya manusia
terkooptasi dengan pola lama yang ternyata tidak mendatangkan implikasi
hanya menganggap dirinyalah satu- sebagaimana yang diharapkan yaitu ter
satunya aktor yang bertanggung-jawab jadinya keteralihan atau penularan penge
dalam penyelenggaraan pembangunan tahuan dan keterampilan dari anggota
sehingga akhirnya membuat Peme- institusi yang ditelah didik dan dilatih
rintah kabupaten Karimun tidak kepada anggota lainnya dari institusi yang
mampu merespon kondisi yang sedang mereka wakili. Permasalahan tidak ter-
terjadi dan sedang berkembang di jadinya implikasi yang diharapkan adalah
daerahnya.
disebabkan karena :
4). Kuat dan solidnya rasa kepemilikan untuk bisa secara aktif terlibat dan (ownership), kerjasama antar anggota
berpartisipasi dalam program atau ke- dan antar anggota dengan pemimpin
bijakan peningkatan kualitas sumberdaya (team and leader), serta keterbukaan
manusia adalah dengan mempertemukan dan resposifitas institusi terhadap
(mendatangkan) formulator kepada ke- perubahan (culture and structure) yang
lompok sasaran. Hal ini tentunya akan terdapat dalam Majelis Taqlim Nurul
membuka ruang dan peluang bagi ter- Al Falah adalah merupakan refleksi
bentuknya suasana dialogis antara formu- dari nilai-nilai indigeneous yang
lator (peme rintah) dengan “target group”. memang telah mengakar didalamnya,
Selanjutnya diharapkan “target group” seperti rasa saling percaya-memper-
akan menjadi lebih peduli, bertanggung- cayai, rasa saling-ketergantungan,
jawab dan lebih partisipatif terhadap musyawarah dan mufakat dalam
keberhasilan serta keberlanjutan daripada mengambil keputusan, menghargai
kebijakan tersebut.
pendapat dan keinginan anggota. Juga Pendekatan atau metoda pemberda- yang tidak kalah pentingnya adalah
yaan yang digunakan, mengingat pem- sanksi sosial yang walaupun tidak
berdayaan dengan pendekatan atau metoda tertulis, tetapi keberadaannya masih
individu sebagaimana yang dilakukan dirasakan dan ditakuti anggota
belum menunjukkan implikasi sebagai- institusi lokal tersebut.
mana yang diharapkan, maka hendaknya Pemerintah Kabupaten Karimun mene-
Saran-saran
rapkan atau menggunakan pendekatan atau metoda pemberdayaan kelompok karena
pember-dayaan melalui pembahasan pada bab-bab sebelumnya
Dari kesimpulan atas keseluruhan
pendekatan
kelompok lebih dipandang efektif karena diatas, maka saran yang dapat diberikan
didalamnya akan terjadi diskursus antar adalah sebagai berikut :
anggota institusi terhadap kesalahan, Mengingat bahwa dalam pengimple-
kelemahan dan kekurangan-kekurangan mentasian suatu kebijakan didalamnya
dari masing-masing terdapat reformulasi sebagai “continuous
yang
terdapat
individu-individu tersebut. improvement” atas kelemahan dan keku-
Pemerintah Kabupaten Karimun juga rangan yang ditemukan selama pengimple-
perlu membawa proses pemberdayaan mentasian kebijakan tersebut berlangsung,
sedekat mungkin kepada kelompok sa- maka yang perlu dan bahkan patut untuk
saran, dan hal ini dapat dilakukan dengan diperhatikan dan dipertimbangkan dalam
jalan mendatangkan instruktur/tutor ke- reformulasi tersebut adalah :
lokasi atau daerah yang mungkin untuk Pemerintah perlu atau bahkan harus
dijangkau oleh kelompok sasaran, dan melibatkan kelompok sasaran atau “target
bukan dengan cara sebaliknya sebagai- group” di dalam reformulasi kebijakan
mana yang telah dilakukan yaitu mengirim guna mengakomodir preferensi, kebutuhan
peserta didik ketempat pelatihan yang serta keinginan-keinginan serta nilai-nilai
ditetapkan oleh pemerintah. Dengan yang ada pada kelompok sasaran. Dengan
demikian, selain kesenjangan yang terjadi mempertimbangkan kultur serta kondisi
akibat keterbatasan kondisi ekonomi ekonomi “target group”, maka cara atau
sebagian besar kelompok sasaran bisa strategi yang dipandang mungkin untuk
diperkecil, dan akan membuka peluang dan dilakukan dalam upaya mengakomodir
kesempatan bagi anggota institusi lokal preferensi, kebutuhan serta keinginan-
mampu untuk bisa keinginan serta nilai-nilai yang ada pada
yang
kurang
berpartisipasi dalam kebijakan tersebut, kelompok sasaran tersebut, dan sekaligus
juga kemungkinan terjadinya kerentanan untuk mengeliminir berbagai hambatan
dalam institusi lokal akibat ketidak- atau kendala yang dihadapi “target group”
merataan kesempatan mengikuti pendi- merataan kesempatan mengikuti pendi-
Dalam Perspektif Prilaku Elit Dengan demikian maksud dan tujuan
Lokal”, dalam IPSK-LIPI, 2000. kebijakan peningkatan kualitas sumber-
Indonesia Menapak Abad 21 : daya manusia melalui pendidikan dan
Kajian Ekonomi Politik. Jakarta pelatihan dalam rangka pemberdayaan
Selatan: Millennium Publisher, PT. institusi lokal benar-benar merupakan
Dyatama Milenia. kebijakan yang memberdayakan dan bukan
Ingram dan Mann (Eds.), 1980. Why malah menjadi kebijakan yang justru
Policies Succeed or Fail. London : membuat institusi lokal menjadi rentan,
Sage Publication. rapuh dalam ketidak-berdayaan.
Islamy, M. Irfan, 1997. Prinsip Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta : Bumi Aksara.
Jones, Gavin W. dan Raharjo, Yulfita, 1998. Penduduk, Lahan Dan Laut : Abdul Wahab, Solichin, 1991. Pengantar
DAFTAR PUSTAKA
Pembangunan Di Analisis Kebijaksanaan Negara.
Tantangan
Indonesia Timur. Jakarta : Pustaka Jakarta : Rineka Cipta.
Sinar Harapan. _______, 1997. Analisis Kebijaksanaan :
Kempton, John, 1995. Human Resources Dari Formulasi Ke Implementasi
Management and Development : Kebijaksanaan Negara. Jakarta :
Current Issues and Themes. London Bumi Aksara.
: Macmillan Press Ltd. Budiman, Arief, 2000. Teori Pembangunan
Lane, Jan Erick, 1995. The Public Sector : Dunia Ketiga. Jakarta : Gramedia
Concept, Models and Approaches. Pustaka Utama.
London : Sage Publications. Cheema,
G. Shabbir, 1981. “Establishing Martin Minogue (ed.), 2000. Beyond The Local Development Units : A
Public Management : Strategy For Institutional Reform In
New
Changing Ideas and Practices in Asia”.
Governance. Cheltenham: Edward Review, Vol. XIX., No.1, Jan-
June. Marut, Donatus K., 2000. Otonomi Daerah David Cooperrider and Jane E. Dutton
: Peluang Dan Tantangan Bagi (Eds.),
Siapa ? Wacana, Jurnal Ilmu Sosial Dimension of Global Change : No
Organizational
Transformatif. No.V, 2000. Limits to Cooperation, Human
Yogyakarta : Insist Press. Dimension of Global Change.
Mazmanian, Daniel A. and Sabatier, Paul Thausand Oak : Sage Publications.
A., 1983. Implementation And Dorcas Robinson (ed.), 2000. Managing
Public Policy. Dallas : Scott, Development : Understanding Inter-
Foresmant and Company. organizational Relationship. London
Miles, Matthew B. dan Hubarman, A. : Sage Publications In Association
Michael, 1992. Analisis data With The Open University.
Diterjemahkan oleh Goldberg, Lenny, 1996. “Come The
kualitatif.
Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta : Devolution”.
Prospect. Winter. Onny S. Prijono dan A.M.W Pranarka Goraksha Bahadur N. Pradhan and Mila A.
(Eds.), 1996. Peberdayaan, Konsep, Reforma (Eds.), 1991. Public
dan Implementasi. Management In The 1990s :
Ke-bijakan
Jakarta : CSIS. Challenges And Opportunities.
Sen, Amartya, 1999. Development As Manila :
Oxford : Oxford General.
EROPA Secretariat
Freedom.
University Press.
Smith, Brian C., 1985. Decentralization : Supriatna, Tjahya, 2000. Strategi Pemba- The Territorial Dimension of the
ngunan dan Kemiskinan. Jakarta : State. London: George Allen &
Rineka Cipta. Unwin Ltd.
Tjokrowinoto, Moeljarto, 1999. Pemba- Soeprapto, Riyadi, 2000. Administrasi
ngunan, Dilema dan Tantangan. Pembangunan. Malang : UM Press.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Soetrisno, Loekman,
Zauhar, Soesilo, 1994. “Kebijakan Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta
1995. Menuju
Pemantapan Desentralisasi Menuju : Kanisius.
Pembangunan KTI (Kawasan Timur Stewart, Aillen Mitchell, 1998. Empo-
Indonesia) Yang Lebih Mandiri Dan wering People : Pemberdayaan
Merata”, dalam Z.A. Achmady et al, Sumber Daya Manusia. Diterje-
Kebijakan Publik dan mahkan oleh Agus M. Hardjana.
1994.
Pembangunan. Malang : IKIP. Yogyakarta : Kanisius.