Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 Atas Aktiva Tetap Pada PT. Bank Mandiri (PERSERO) TBK Cabang Medan Zainul Arifin

(1)

TUGAS AKHIR

PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) NO. 16 ATAS AKTIVA TETAP

PADA PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK CABANG MEDAN ZAINUL ARIFIN

Oleh:

NURUL HIDAYAH 112102238

PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUAMTERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Serta salawat beriring salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam jahiliyah ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat akhir perkuliahan dalam bidang akuntansi yang selama ini kami terima. Walaupun demikian penulis menyadari bahwasanya masih banyak kekurangan yang ada pada penulisan tugas akhir ini. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun guna menyempurnakan tugas akhir ini di masa mendatang.

Pembuatan serta penulisan tugas akhir ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec,Ac,Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Rustam, Msi, Ak, CA selaku ketua Program Studi D3 Akuntansi 3. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing penulis, yang telah

banyak meluangkan waktu dan memberikan masukan-masukan yang bermanfaat dalam menyelesaikan tugas akhir ini.


(3)

4. Bapak Danang Indrawanto selaku Kepala Cabang PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan riset kepada penulis untuk melakukan penelitian di PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk.

5. Teristimewa untuk kedua orangtua tercinta. Ayahanda Kusmandani dan Ibunda drg. Sri Nurhayati yang telah menjadi motivasi bagi penulis. Khususnya untuk Ibunda yang telah mengorbankan segalanya untuk pendidikan dan keberhasilan penulis yang tidak dapat penulis balas dengan apapun.

6. Untuk abang dan adik-adik penulis, terimakasih untuk dukungan kalian kepada penulis, semoga kita bisa membanggakan orangtua kita dan berguna bagi orang lain

7. Khusus untuk Muhammad Rizal Lubis, S.Sos yang telah membantu dan memberikan semangat serta doanya kepada penulis. Terimakasih untuk semua perhatian yang telah diberikan kepada penulis.

8. Untuk Amalia Umami, Riny Fitriani, R N Rahmadini, R N Rahmadita, Indah Rahma Sari Lubis, Amanda Yurike Putri Nasution, terimakasih selalu ada disetiap suka dan duka penulis. Terimakasih untuk persahabatan kita.

9. Rekan sekaligus teman seperjuangan Gina Radiana yang telah memberi semangat, motivasi, inspirasi dan perhatian dalam membantu penulis menyelesaikan tugas akhir ini. Terimakasih tetap bersama-sama penulis dari semester 1 (satu) sampai dengan semester 6 (enam) ini.

10.Teman-teman seperjuangan penulis selama di D3 Akuntansi FEB USU yang telah mengisi hari penulis. Marisa, Winda Sagita, dan Ariz Fahriza dan khususnya untuk teman-teman di Group D ’11 DeTak.


(4)

Dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan hal-hal yang kurang berkenan di hati pembaca khususbya. Demikianlah pengantar yang penulis sampaikan. Akhir kata penulis mengharapkan agar laporan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis sendiri khususnya.

Medan, Agustus 2014 Penulis

Nurul Hidayah 112102238


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... . 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan dan Manfaat ... 5

D.Rencana Penulisan ... 6

1. Jadwal Penelitian ... 6

2. Rencana Isi ... 6

BAB II PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK CABANG MEDAN ZAINUL ARIFIN A.Sejarah Ringkas ... 9

B.Struktur Organisasi ... 11

C.Job Description ... 13

D.Jaringan Usaha... ... 16

E. Kinerja Terkini ... 18


(6)

BAB III PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) NO.16 ATAS AKTIVA TETAP PADA PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK CABANG MEDAN ZAINUL ARIFIN

A.Akuntansi Aktiva Tetap Pada PT. Bank Mandiri (Persero)

Tbk, cabang Medan Zainul Arifin ... 22

1. Pengertian Aktiva Tetap ... 22

2. Penggolongan Aktiva Tetap ... 24

3. Perolehan Aktiva Tetap ... 28

4. Penyusutan Aktiva Tetap ... 37

5. Pengeluaran setelah Perolehan Aktiva Tetap ... 48

6. Pengukuran setelah Pengakuan Awal Aktiva Tetap…. ... 53

7. Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap………. ... 54

8. Pengungkapan Aktiva Tetap………. ... 60

B.Analisa dan Evaluasi 1. Penggolongan Aktiva Tetap………. ... 61

2. Perolehan Aktiva Tetap……… ... 62

3. Penyusutan Aktiva Tetap……….. ... 63

4. Pengeluaran Setelah Perolehan Aktiva Tetap………... ... 63

5. Penggukuran setelah Pengakuan Awal Aktiva Tetap... ... 64

6. Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap………. ... 64


(7)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan………. ... 67 B.Saran………... ... 69


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel I. 1………... 6

Tabel III. 1……… 36

Tabel III. 2……… 41

Tabel III. 3……… 43

Tabel III. 4……… 44

Tabel III. 5……… 46

Tabel III. 6……… 48


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aktiva tetap memiliki peranan yang sangat penting bagi setiap perusahaan. Jumlah dana untuk perolehannya juga cukup besar, dan pembuatannya membutuhkan waktu yang relatif lama. Untuk itu, diperlukan suatu perencanaan dan pengawasan yang baik dari manajemen yang harus menentukan kebijakan yang tepat, seperti penentuan cara perolehan aktiva tetap, metode penyusutan, dan pengeluaran-pengeluaran pada saat pemakaian aktiva tetap tersebut.

Aktiva tetap merupakan harta yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan operasinya yang bersifat tangible yang tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan masa pemakaiannya mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun. Karena dana yang diinvestasikan pada aktiva tetap cukup besar, diperlukan suatu kebijakan akuntansi yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Perolehan aktiva tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan membeli secara tunai, secara kredit atau angsuran, dengan pertukaran, penerbitan sekuritas, dibangun sendiri, sumbangan atau donasi.

Cara perolehan aktiva tetap tersebut akan mempengaruhi catatan harga perolehan. Dengan berjalannya waktu, aktiva tetap selain tanah akan mengalami penyusutan yang disebabkan oleh faktor fisik yaitu terjadinya kerusakan dan


(10)

keusangan, hal ini menyebabkan harga perolehan aktiva tetap harus dipindahkan keperkiraan beban secara teratur selama umur ekonomis yang diharapkan. Untuk tetap beroperasi secara layak, aktiva tetap mempunyai batas waktu tertentu, hal ini menyebabkan aktiva tetap membutuhkan perbaikan dan pemeliharaan yang menggunakan dana relatif besar. Untuk itu manajemen perlu menetapkan pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan aktiva tersebut, baik yang merupakan pengeluaran modal (capital expenditure) maupun pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Diperlukan pengendalian intern yang baik agar suatu aktiva tetap dapat meningkatkan kinerja dan tidak mengganggu kelancaran operasi perusahaan yang bertujuan untuk menghindari terjadinya biaya yang terlalu besar atau terlalu kecil dalam satu periode akuntansi pada laporan keuangan.

Karena dana yang diinvestasikan pada aktiva tetap cukup besar, diperlukan suatu kebijakan akuntansi yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Perolehan aktiva tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan membeli secara tunai, secara kredit atau angsuran, dengan pertukaran, penerbitan sekuritas, dibangun sendiri, sumbangan atau donasi. Cara perolehan aktiva tetap tersebut akan mempengaruhi catatan harga perolehan. Dengan berjalannya waktu, aktiva tetap selain tanah akan mengalami penyusutan yang disebabkan oleh faktor fisik yaitu terjadinya kerusakan dan keusangan, hal ini menyebabkan harga perolehan aktiva tetap harus dipindahkan keperkiraan beban secara teratur selama umur ekonomis yang diharapkan.


(11)

Karena dana yang diinvestasikan pada aktiva tetap cukup besar, diperlukan suatu kebijakan akuntansi yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Perolehan aktiva tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan membeli secara tunai, secara kredit atau angsuran, dengan pertukaran, penerbitan sekuritas, dibangun sendiri, sumbangan atau donasi. Cara perolehan aktiva tetap tersebut akan mempengaruhi catatan harga perolehan. Dengan berjalannya waktu, aktiva tetap selain tanah akan mengalami penyusutan yang disebabkan oleh faktor fisik yaitu terjadinya kerusakan dan keusangan, hal ini menyebabkan harga perolehan aktiva tetap harus dipindahkan keperkiraan beban secara teratur selama umur ekonomis yang diharapkan.

Untuk tetap beroperasi secara layak, aktiva tetap mempunyai batas waktu tertentu, hal ini menyebabkan aktiva tetap membutuhkan perbaikan dan pemeliharaan yang menggunakan dana relatif besar. Untuk itu manajemen perlu menetapkan pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan aktiva tersebut, baik yang merupakan pengeluaran modal (capital expenditure) maupun pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Diperlukan pengendalian intern yang baik agar suatu aktiva tetap dapat meningkatkan kinerja dan tidak mengganggu kelancaran operasi perusahaan yang bertujuan untuk menghindari terjadinya biaya yang terlalu besar atau terlalu kecil dalam satu periode akuntansi pada laporan keuangan. Mengingat besarnya dana yang dibutuhkan untuk mengelola aktiva tetap, untuk itu dibutuhkan sistem akuntansi yang konsisten yang meliputi bagaimana perolehan, pengeluaran, penilaian, penyusutan, dan pengungkapan aktiva tetapyang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.


(12)

Dengan adanya sistem akuntansi yang konsisten ini, maka kelancaran operasional perusahaan dapat tercapai.

PT. Bank Mandiri (PERSERO) Tbk adalah bank yang berkantor pusat di Jakarta danmerupakan bank terbesar di Indonesia dalam aset pinjaman dan deposit. Selain itu, Bank Mandiri juga diharapkan dapat memberikan dukungan bagi pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara. Bank ini harus berusaha memenuhi tuntutan ini walaupun menghadapi persaingan yang sangat ketat yang ditunjukkan dari banyaknya bank yang beroperasi di Sumatera Utara. Dalam usaha melancarkan kegiatan operasionalnya dan untuk memenuhi tuntutan yang diberikan, Bank Mandiri memiliki aktiva tetap yang berupa tanah, bangunan, peralatan, maupun kendaraan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa perlu untuk membahas bagaimana pelaksanaan akuntansi aktiva tetap berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dalam praktek yang diterapkan oleh PT. Bank Mandiridengan memilih judul : “PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) NO.16 ATAS AKTIVA TETAP PADA PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK CABANG MEDAN ZAINUL ARIFIN”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang pemilihan judul, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : “Apakah penerapan akuntansi aktiva tetap pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Medan


(13)

Zainul Arifin telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 ?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian ini adalah:

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan akuntansi aktiva tetap pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Medan Zainul Arifin telah sesuai dengan Persyaratan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16.

2. Manfaat dari penelitian: a. Bagi Penulis

Untuk mengetahui perbandingan antara penerapan/praktek yang dilakukan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Medan Zainul Arifin dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan aktiva tetap. b. Bagi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Medan Zainul Arifin

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam memperbaiki penerapan/praktek akuntansi aktiva tetap dan sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan pengambilan keputusan di masa yang akan datang. c. Bagi Pembaca

Sebagai bahan referensi bagi yang ingin melakukan penelitian dengan masalah yang sama


(14)

D. Rencana Penulisan 1. Jadwal Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Medan Zainul Arifin.

Tabel I.1

Jadwal Penelitian dan Penyusunan Tugas Akhir

No KEGIATAN

JUNI 2014

JULI 2014

AGUSTUS 2014 I II I II I II 1 Pengesahan Penulisan Tugas Akhir

2 Pengajuan Judul 3 Permohonan Izin Riset

4 Pengajuan Dosen Pembimbing 5 Pengumpulan Data

6 Penyusunan Tugas Akhir 7 Bimbingan Tugas Akhir 8 Penyelesaian Tugas Akhir

2. Rencana Isi

Untuk mempermudah penulisan tugas akhir ini, Penulis membuat sistematika pembahasan dalam 4 (empat) bab, dimana setiap bab saling berkaitan.


(15)

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B.Rumusan Masalah C.Tujuan dan Manfaat D.Rencana Penulisan

1. Jadwal Penelitian 2. Rencana Isi

BAB II : PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK CABANG MEDAN ZAINUL ARIFIN

A. Sejarah Ringkas B. Struktur Organisasi C. Job Description D. Jaringan Usaha E. Kinerja Terkini F. Rencana Usaha

BAB III : PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI

KEUANGAN (PSAK) NO.16 ATAS AKTIVA TETAP PADA PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK CABANG MEDAN ZAINUL ARIFIN

A. Akuntansi Aktiva Tetap PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin


(16)

2. Penggolongan Aktiva Tetap 3. Perolehan Aktiva Tetap 4. Penyusutan Aktiva Tetap

5. Pengeluaran setelah Perolehan Aktiva Tetap 6. Pengukuran setelah Pengakuan Awal Aktiva Tetap 7. Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap

8. Pengungkapan Aktiva Tetap B. Analisa dan Evaluasi

1. Penggolongan Aktiva Tetap 2. Perolehan Aktiva Tetap 3. Penyusutan Aktiva Tetap

4. Pengeluaran setelah Perolehan Aktiva Tetap 5. Pengukuran setelah Pengakuan Awal Aktiva Tetap 6. Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap

7. Pengungkapan Aktiva Tetap BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan B. Saran


(17)

BAB II

PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK CABANG MEDAN ZAINUL ARIFIN

A.Sejarah Berdirinya Perusahaan

PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, adalah bank yang berkantor pusat di Jakarta danmerupakan Bank terbesar di Indonesia dalam aset pinjaman dan deposit. Bank yang berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 ini merupakan bank program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan Pemerintah Indonesia pada bulan Juli 1999. Bank Mandiri merupakan gabungan dari ke-4 Bank yang ada di Indonesia yaitu, Bank BBD (Bank Bumi Daya), Bank BDN (Bank Dagang Negara), Bank Exim (Bank Ekspor Impor Indonesia), dan Bank Bapindo (Bank Pembangunan Indonesia). Pada Maret 2005, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, telah mempunyai 825 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia dan enam cabang di luar Negeri. Selain itu pula, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, mempunyai sekitar 2.500 ATM dan tiga anak perusahaan utama yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Mandiri Sekuritas, dan AXA Mandiri.

Oleh karena itu semua, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, mendapat julukan “Bank Mandiri Bank Terbaik di Indonesia”. Seperti kebanyakan masyarakat ketahui bahwa Bank di kenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan, deposito, selain itu bank juga di kenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkanya, dan juga sebagai tempat penukaran uang atau menerima segala


(18)

macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, air, pajak dan pembayaran lainya.

Sampai dengan hari ini, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia.

a. Visi dan Misi Visi

a) Menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang paling di kagumi dan selalu progresif.

b) Menjadi Bank terpercaya dan terpilih serta menguasai pangsa pasar semua segmen bisnis yang menguntungkan di Indonesia.

c) Menjadi Bank yang dikenal secara luas sebagai perusahaan publik terkemuka (Blue Chip Company) di Asia Tenggara (Regional Champion Bank).

Misi

a) Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar. b) Mengembangkan sumber daya manusia professional. c) Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder. d) Melaksanakan manajemen terbuka.


(19)

Gambar 2.1 Logo dan makna

PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, dengan menggandeng The Brand Union memperkenalkan logo baru berupa gelombang emas cair yang menyimbolkan kemakmuran finansial di Asia. Lengkungan emas juga mewakili sifat progresif pandangan ke depan, fleksibilitas serta ketangguhan atas segala kemungkinan yang akan datang. Sementara bentuk logo dengan huruf kecil melambangkan sikap ramah dan rendah hati.

B. Struktur Organisasi

Organisasi merupakan sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu, sedangkan struktur organisasi adalah kerangka antara hubungan dari orang-orang atau unit-unit organisasi yang masing-masing memiliki tugas, tanggung jawab, dan wewenang tertentu. Dalam menjalankan kegiatan perusahaan diperlukan suatu struktur organisasi serta uraian tugas yang jelas dari setiap orang atau unit organisasi yang terlibat dalam organisasi, dengan demikian diharapkan adanya suatu kejelasan arah dan koordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan dan masing-masing personil atau unit organisasi mengetahui dengan jelas dari mana mereka mendapat perintah dan kepada siapa mereka harus mempertanggung jawabkan hasil pekerjaannya.


(20)

Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara setiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankankegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Biasanya, struktur organisasi perusahaan akan dibuat dalam struktur fungsional, yaitu dimana masing- masing posisi memiliki fungsi yang jelas, termasuk dalam menentukan kewenangan serta garis komandi dalam sistem tersebut. Meski demikian, penggambaran struktur organisasi perusahaan ini tidak bisa diberlakukan secara mutlak untuk semua perusahaan. Masing-masing perusahaan memiliki hak untuk membuat struktur organisasi perusahaan mereka, sesuai dengan gaya dan kebutuhan perusahaan tersebut.

Tujuan adanya Struktur Organisasi adalah pencapaian kerja ataupun pendelegasian dalam organisasi yang berdasarkan pada pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung jawab. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam bagan berikut ini:

Ada empat hal dasar yang dapat dilihat pada struktur organisasi yaitu :

1. Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai pembagian tugas serta tanggung jawab kepada individu maupun bagian-bagian pada suatu organisasi. 2. Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai hubungan pelaporan

yang ditetapkan secara resmi dalam suatu organisasi, tingkatan hirarki serta besarnya tentang kendali dari semua pimpinan di seluruh tingkatan organisasi.


(21)

3. Struktur organisasi menetapkan pengelompokkan individu menjadi bagian organisasi dan pengelompokkan bagian-bagian organisasi menjadi suatu organisasi yang utuh.

4. Struktur organisasi menetapkan sistem hubungan dalam organisasi yang memungkinkan tercapainya komunikasi, koordinasi, dan pengintegrasian segenap kegiatan organisasi baik secara vertikal maupu horizontal.

Tiga komponen pertama merupakan elemen-elemen yang bersifat statis, yang sesungguhnya tampak pada struktur diimplementasikan karena merupakan elemen yang sifatnya dinamis.Untuk melihat tugas dan tanggung jawab jabatan umumnya deskripsinya ditulis dalam daftar deskripsi jabatan.Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan hubungan diantara fungsi bagian-bagian atau posisi orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda.

C. Job Description

Masing-masing bagian dalam struktur organisasi diatas memiliki fungsi dan tugas yang berbeda-beda diantaranya adalah:

1. Branch Manager

Fungsi utama kepala cabang (Branch Manager) adalah mengkoordinasikan dan membina seluruh kegiatan unit kerja yabg ada di wilayah kantor cabang diantaranya adalah:


(22)

a. Memimpin, mengelola dan mengembangkan kegiatan kantor cabang.

b. Mengkoordinasikan, mengarahkan membina, dan mengawasi seluruh karyawan kantor cabang.

c. Mengimplementasika strategi yang telah ditetapkan oleh kantor pusat. d. Menetapkan, mengembangkan dan memonitor target tahunan di cabang. e. Menyusun, memonitor dan menganalisis kinerja jaringan usaha kantor

cabang.

f. Melaksanakan penilaian atas kinerja karyawan kantor cabang.

g. Memelihara dan mengembangkan citra perusahaan di wilayah kantor cabang.

2. Customer Service Officer

PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin memiliki 2 (dua) orang Customer Service Officer yang bertugas:

a) Melayani nasabah prima yang merupakan nasabah Bank Mandiri Prioritas. b) Mengkoordinasikan dan mengrahkan pegawai dalam melaksanakan target

target yang telah ditetapkan.

c) Mengawasi kegiatan-kegiatan dan kinerja pegawai dibagian front office dan back office.

d) Ikut serta dalam pebetapan dan pengimplentasian strategi cabang yang mendukung pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan kantor pusat.


(23)

3. Head Teller

Bertugas mengotorisasi transaksi-transaksi yang melebihi limit, mengotorisasi transaksi valas, menangani transaksi-transaksi dan nasabah bermasalah, memonitorkas teller, mengawasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para teller dan memberikan penilaian atas kinerja para teller.

4. Customer Service Representative

PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin memiliki 2 (dua) orang Customer Service Representative yang bertugas untuk melayani aplikasi pembukaan tabungan/giro/deposito, melayani pencairan deposito, memberikan informasi saldo melakukan pembuatan cek dan bilyet giro, maintainance nasabah, memberikan layanan atas produk-produk investasi dan bank assurance, melakukan konfirmasi pajak, memberikan surat keterangan bank melayani pembuatan Mandiri Card (kartu ATM dan kredit), dan menangani keluhan nasabah.

5. Customer Service Administrative

Customer Service Administrative bertugas untuk menjalankan kegiatan administratif kantor cabang, melakukan penelitian, pentaksiran dan penyelesaian atas transaksi-transaksi yang terjadi, melakukan back up rekening simpanan, mensplit nota pembukuan, meregister kemudian mengirim ke data entry, membuat laporan kantor cabang, membuat surat konfirmasi bank, dan membantu kegiatan cabang dalam hal pengadaan peralatan.


(24)

6. Teller

Bank Mandiri Cabang Medan Zainul Arifin memiliki 9 (sembilan) orang Teller bertugas untuk melayani transaksi setoran tunai, tarik tunai, pemindah bukuan, setoran kliring, setoran RTGS keluar, penukaran uang dan melayani kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan Payment Point diantaranya adalah pembayaran listrik, telepon dan pajak.

7. Verificator

PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin memiliki 1 (satu) orang verificator yang bertugas melakukan pengecekan atas dokumen-dokumen yang dibuat oleh Teller dan Customer Service Representative.

8. Security

PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin meiliki 3 (tiga) orang security yang bertugas untuk menjaga keamanan kantor cabang.

D. Jaringan Usaha

Transformasi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Medan Zainul Arifin Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah, yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia - dilebur menjadi Bank Mandiri, dimana masing-masing bank tersebut memiliki


(25)

peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia. Konsolidasi dan Integrasi

Segera setelah merger, Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi secara menyeluruh. Pada saat itu, Bank Mandiri menutup 194 kantor cabang yang saling berdekatan dan rasionalisasi jumlah karyawan dari jumlah gabungan 26.600 menjadi 17.620. Brand Bank Mandiri diimplementasikan ke semua jaringan dan seluruh kegiatan periklanan dan promosi lainnya. Salah satu prestasi Bank Mandiri yang paling signifikan adalah dengan mengganti platform teknologinya secara menyeluruh. Bank Mandiri mewarisi total 9 core banking system yang berbeda dari 4 bank pendahulunya. Bank Mandiri segera berinvestasi untuk mengkonsolidasikan sistem-sistem dari platform yang terkuat. Dibutuhkan tiga tahun dan dana sebesar US$ 200 Juta demi mengembangkan program untuk menggantikan core banking platform sebelumnya agar sesuai dengan standar perbankan ritel. Kini infrastruktur IT Bank Mandiri telah menyediakan system pengolahan data straigth-through dan interface yang seragam bagi pelanggannya. Sesuai dengan visinya, Bank Mandiri memasuki segmen bisnis yang menguntungkan dan memiliki prospek tumbuh, sekaligus berperan sebagai institusi perbankan yang komprehensif. Untuk itu, Bank Mandiri berfokus pada segmen korporasi, komersial, mikro & ritel, serta pembiayaan konsumen dengan strategi yang berbeda disetiap bisnisnya dan bersinergi dengan seluruh segmen pasar yang ada. Kehadiran Bank Mandiri sebagai Bank Domestik Multispesialis


(26)

di Indonesia dapat diterjemahkan ke dalam langkah-langkah khusus dengan menumbuhkan pangsa pasar dominan di segmen yang difokuskan. Selain itu, Bank Mandiri juga memiliki visi untuk menjadi bank terdepan di Indonesia. Sebagai bank publik, visi Bank Mandiri untuk menjadi bank blue chip publik di Asia Tenggara ini akan diukur berdasarkan kapitalisasi pasar.

E. Kinerja Terkini

Setiap perusahaan mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan sesuai dengan tujuan perusahaan, butuh waktu untuk mencapai itu semua begitu juga pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Medan Zainul Arifin. Tidak mudah dalam mewujudkan itu semua karena membutuhkan kerja keras yang tinggi dan disiplin dan loyalitas dalam bekerja. Pastinya untuk mendorong dan mencapai hasil yang maksimal diperlukan kinerja yang bermutu dan tepat.

Pencapaian PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Medan Zainul Arifin hingga Desember 2011, total aset Bank Mandiri telah mencapai Rp 551,9 Triliun, dimana jumlah ini berlipat ganda dari total aset di tahun 2006 (sebesar Rp 267 Triliun), atau tumbuh 15,6% (CAGR). Ini mengukuhkan posisi Bank Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia. Kredit Bank Mandiri juga tumbuh menjadi Rp 314,4 Triliun, meningkat 22% (CAGR) dari kredit tahun 2006 yang sebesar Rp 118 Triliun, sedangkan net profit Bank Mandiri tumbuh menjadi Rp 12,2 Triliun, meningkat 28,3% (CAGR) dari tahun 2006 yang sebesar Rp 2,4 Triliun. Selain menjadi bank pemberi pinjaman terbesar di Indonesia (secara konsolidasi), Bank Mandiri juga merupakan bank penyimpanan terbesar di Indonesia dengan dana


(27)

pihak ke tiga sebesar Rp 422,3 Triliun. Bank Mandiri juga telah berhasil mempertahankan kualitas aset yang kuat, dibuktikan dengan nilai Gross dan Net NPL Ratio yang masing-masing sebesar 2,21% dan 0,52%. Salah satu momen penting dalam proses transformasi tahap 2 ini adalah suksesnya rights issue pada Februari 2011 untuk memperkuat permodalan bank. Dengan ini, modal Bank Mandiri telah mencapai Rp 62,7 Triliun, meningkat dari 48,9% tahun ke tahun dan menjadi bank pertama di Indonesia yang meraih gelar Bank Internasional, sesuai dengan Banking Architecture atau Arsitektur Perbankan Indonesia (API).

Kinerja Bank Mandiri juga didukung oleh perusahaan-perusahaan anak yang memberikan kontribusi pendapatan signifikan, yaitu sekitar 12% dari laba bersih konsolidasi Bank Mandiri. Kini Bank Mandiri memiliki jaringan ATM terbesar, yaitu sejumlah 10.000 unit yang telah terpasang dan tersebar di seluruh Indonesia. Ini menjadikan Bank Mandiri sebagai bank terbaik dalam pelayanan selama 4 tahun berturut-turut dan menjadi perusahaan yang paling terpercaya di Indonesia untuk Good Corporate Govenance selama 5 tahun berturut-turut. Setelah memenuhi berbagai persyaratan dari Bank Indonesia, Bank Mandiri kini berhak untuk menyandang titel sebagai Bank Internasional yang telah beroperasi di sektor perbankan regional dan siap menjadi bank panutan di Indonesia. Dalam hal ini turut didukung dengan visi Bank Mandiri untuk menjadi Lembaga Keuangan yang paling dikagumi dan Paling Progresif di Indonesia.


(28)

F. Rencana Usaha

PT. Bank Mandiri (persero), Tbk Cabang Medan Zainul Arifin adalah bank komersial yang memberikan berbagai jasa perbankan termasuk pemberian kredit, kartu kredit, kegiatan nilai tukar, pelayanan perdagangan, kegiatan investasi, asuransi, dan simpanan. Strategi pengembangan produk Bank Mandiri ditujukan untuk terus memenuhi kebutuhan finansial nasabah.Kartu kredit, deposito berjangka dan tabungan adalah tetap merupakan penawaran utama Bank Mandiri. Bank Mandiri terus menawarkan produk turunan dari deposit yang dikaitkan dengan perubahan tingkat suku bunga dan nilai tukar. Strategi pengembangan produk Bank Mandiri adalah sebagai berikut :

a. Sektor Korporasi

Sektor Korporasi akan terus membangun dan menciptakan produk-produk baru yang akan di tawarkan kepada nasabah korporasi bank mandiri. Pengembangan tersebut akan dititik beratkan pada produk “ Fixed Income Sales and Distribution”, “ e-bussiness”, dan “ corporate finance”.

b. Sektor Retail

Sebagai bagian dari rencana pemasaran produk Bank Mandiri akan selalu menawarkan produk-produk dan layanan-layanan yang lengkap yang disesuaikan dengan kebutuhan nasabah, dimana kartu kredit, giro, tabungan, simpanan berjangka dan mutual funds (Reksadana) akan terus menjadi produk inti yang akan terus Bank Mandiri tawarkan seperti pinjaman pribadi, produk-produk pertukaran mata uang dan treasury dan menambah nilai kepada nasabah. Pertumbuhan kredit retail dalam kartu kredit, kredit perseorangan Bank Mandiri


(29)

akan terus mengembangkan portofolio kredit mandiri dengan terus memberikan produk kredit yang strategis kepada nasabah retail. Bank Mandiri akan terus mematuhi peraturan kredit Bank Mandiri dengan prinsip kehati-hatian untuk menjaga kualitas dari pinjaman nasabah secara keseluruhan. Seiring dengan komitmen Bank Mandiri untuk memberikan layanan yang berkualitas kepada nasabah Bank Mandiri, Bank Mandiri berencana untuk terus meningkatkan kemudahan akses bagi nasabah (penjualan dan layanan).


(30)

BAB III

PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) NO.16 ATAS AKTIVA TETAP PADA PT. BANKMANDIRI

(PERSERO) TBK CABANG MEDAN ZAINUL ARIFIN

A. Akuntansi Aktiva Tetap PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Cabang Medan Zainul Arifin

1. Pengertian Aktiva Tetap

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai aktiva tetap, terlebih dahulu perlu dijelaskan pengertian aktiva, karena aktiva tetap merupakan bagian dari aktiva. Ikatan Akuntan Indonesia (2007: 11) mendefenisikan aktiva sebagai berikut:

Aktiva adalah sumber dana yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa di masa lalu dimana manfaat ekonomi di masa lalu dimana manfaat ekonomi di masa depan akan diperoleh perusahaan”.

Aktiva tetap memiliki nama-nama deskriptif lain yaitu aktiva pabrik atau properti pabrik, dan peralatan. Untuk perusahaan jasa biasanya memakai istilah yang lain, misalnya untuk bank memakai istilah “premises equipment”.

Ikatan Akuntan Indonesia (2007:16.2) mendefenisikan aktiva tetap sebagai berikut:

“Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan


(31)

kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan diharapkan untuk digunakan lebih dari satu periode”

Menurut Sumarso (2003: 20), mengungkapkan bahwa:

“Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang: (1) Masa manfaatnya lebih dari satu tahun; (2) digunakan dalam kegiatan perusahaan; (3) dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta; (4) nilainya cukup besar”.

Pada hakekatnya defenisi di atas mempunyai pengertian yang sama, dimana suatu aktiva tetap dapat digolongkan aktiva yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Mempunyai wujud

b. Digunakan dalam operasi perusahaan c. Tidak dimaksudkan untuk dijual

d. Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun

Ke-empat kriteria aktiva tetap tersebut saling berhubungan dan terkait satu sama lain. Dengan demikian, bila salah satu dari kriteria tidak dipenuhi, maka aktiva itu tidak dapat dikelompokkan ke dalam aktiva tetap.

Tujuan PSAK atas aktiva tetap adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk aktiva tetap. Masalah utama dalam akuntansi aktiva tetap adalah saat pengakuan aktiva tetap, penentuan jumlah tercatat, dan perbedaan penyusutan, serta penentuan dan perlakuan akuntansi atas penurunan nilai tersebut.

Dari uraian di atas terlihat jelas pengertian aktiva tetap berdasarkan SAK, dimana ciri-ciri aktiva tetap dapat digunakan sebagai ukuran untuk menggolongkan aktiva tetap.


(32)

2. Penggolongan Aktiva Tetap

Setiap perusahaan memiliki jenis aktiva tetap yang berbeda karena kegiatan persional yang dilakukan perusahaan juga berbeda-beda.

Aktiva tetap dapat digolongkan berdasarkan berbagai sudut pandang antara lain: a. Dari sudut pandang substansinya, aktiva tetap terdiri dari:

1) Aktiva berwujud seperti lahan, gedung, mesin, dan lain-lain

2) Aktiva tak berwujud, yaitu aktiva secara fisik tidak dapat dinyatakan, seperti hak cipta, hak merk, good will, dan lain-lain.

b. Dari sudut pandang penyusutan, aktiva tetap terdiri dari:

1) Aktiva tetap yang disusutkan yaitu aktiva yang umur atau masa penggunaannya terbatas dan dapat diganti dengan aktiva yang sejenis apabila masa penggunaannya telah berakhir.

2) Aktiva tetap yang tidak disusutkan yaitu aktiva tetap yang umur atau masa penggunaannya tidak terbatas.

Jenis-jenis aktiva tetap antara lain: a. Lahan

Lahan adalah bidang tanah terhampar, baik yang merupakan tempat bangunan maupun yang masih kosong. Dalam auntansi apabila ada lahan yang didirikan bangunan di atasnya harus dipisahkan pencatatannya dari lahan itu sendiri. Khusus bangunan yang dianggap sebagai bagian dari lahan tersebut atau yang dapat meningkatkan nilai gunanya seperti jalan, maka dapat digabungkan dalam nilai lahan.


(33)

b. Gedung

Gedung adalah bangunan yang berdiri di atas bumi baik yang di atas lahan atau air. Pencatatannya harus terpisah dari lahan yang menjadi lokasi itu.

c. Mesin

Mesin adalah aktiva perusahaan yang digunakan untuk menjalankan proses produksi atau untuk melancarkan kegiatan operasional perusahaan.

d. Kendaraan

Kendaraan yang dimaksud adalah kendaraan milik perusahaan yang digunakan sebagai alat pengangkut untuk melancarkan kegiatan operasional perusahaan.

e. Perabot

Perabot jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboratorium, dan perabot pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan.

f. Inventaris dan Peralatan

Inventaris adalah peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang digunakan dalam perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris pabrik, inventaris laboratorium, inventaris gudang, dan lain-lain.

Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Medan Zainul Arifin, aktiva tetap digolongkan berdasarkan jenis sebagai berikut:

1. Tanah

a. Tanah untuk kantor


(34)

2. Bangunan

a. Gedung kantor b. Gudang

c. Poll kendaraan Barang Inventaris 3. Inventaris Kendaraan

a. Mobil sedan b. Minibus c. Sepeda motor 4. Inventaris Komputer

a. Hardware

• Personal Komputer

• UPS

• Printer

• Passbook

• Notebook

• HUB

• Modem b. Software

5. Inventaris Peralatan Komunikasi a. Faximile

b. PABX c. Key Telepon


(35)

6. Inventaris Mesin a. Mesin Genset

b. Mesin Hitung Uang Kertas c. Mesin Encorder

d. Mesin Fotocopy

e. Mesin Hitung Kalkulator 7. Inventaris AC

a. AC sentral b. AC unit/split

Barang Inventaris Lainnya: 8. Inventaris Lainnya Gol. I

a. Meja

b. Lemari Kayu c. Rak Kayu

9. Inventaris Lainnya Gol. II a. Brankas

b. Filling Cabinet c. Lemari arsip d. Cash box e. Camera/Tustel f. CCTV

g. Dispenser h. Kursi Kerja


(36)

3. Perolehan Aktiva Tetap

Proses perolehan aktiva tetap dimulai sejak pembelian, pengangkutan, pemasangan sampai aktiva itu siap untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan. Biaya yang terjadi untuk memperolah suatu aktiva tetap sampai tiba di tempat dalam siap digunakan harus dimasukkan sebagai bagian dari harga perolehan (cost) aktiva yang bersangkutan. Dengan demikian harga perolehan suatu aktiva tetap tidak terbatas pada harga belinya saja, tetapi juga termasuk bea impor dan PPN Masukan Tak Boleh Restitusi (non-refundable), dan setiap biaya yang dapat didistribusikan secara langsung dalam membawa aktiva tersebut ke kondisi yang membuat aktiva tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan.

Menurut Harahap (2002: 25) ada beberapa cara perolehan aktiva tetap, antara lain:

a. Pembelian tunai

b. Pembelian secara kredit jangka panjang c. Pembelian dengan surat berharga d. Diterima dari sumbangan

e. Dibangun sendiri f. Pertukaran

Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut tentang cara perolehan aktiva tetap, yaitu:

a. Pembelian Tunai

Apabila aktiva tetap diperoleh dengan peembelian kontan, maka akan dicatat sebesar harga perolehannya, termasuk semua biaya yang dikeluarkan, seperti biaya angkut, asuransi, dan lain-lain. Misalnya, dibeli tanah seharga Rp. 48.000.000, bea balik nama sebesar Rp. 480.000.000, biaya notaris sebesar Rp.


(37)

960.000, dan komisi makelar Rp. 500.000, maka harga perolehan tanah tersebut adalah Rp. 49.940.000.

Ayat jutnal yang perlu dibuat apabila perolehan dilakukan dengan tunai adalah:

(D) Tanah Rp. 49.940.000

(K) Kas Rp. 49.940.000

Apabila beberapa aktiva tetap dibeli secara bersamaan dan tiap-tiap aktiva tidak disebutkan harganya, maka total harga yang dibebankan harus dialokasikan ke masing-masing aktiva yang bersangkutan, misalnya dibeli gedung beserta tanah dimana gedung itu berdiri dengan harga Rp. 70.000.000, jumlah ini sudah termasuk biaya bea balik nama, biaya notaris, komisi, dan lain-lain. Berdasarkan taksiran harga pasar yang berlaku, tanah bernilai Rp. 20.000.000 dan gedung ditaksir Rp. 80.000.000. Alokasi harga perolehan untuk tanah dan gedung adalah sebagai berikut:

Harga Taksiran Alokasi Harga Perolehan

Tanah Rp.20.000.000 20/100 x Rp. 70.000.000 = Rp. 14.000.000 Gedung Rp. 80.000.000 80/100 x Rp. 70.000.000 =

Rp.100.000.000 Rp. 70.000.000

Rp. 56.000.000 Ayat jurnal yang perlu dibuat apabila pembelian dilakukan dengan tunai adalah:

(D) Tanah Rp. 14.000.000

(D) Gedung Rp. 56.000.000

(K) Kas Rp.70.000.000


(38)

b. Pembelian secara kredit jangka panjang

Dalam pembelian aktiva tetap secara kredit jangka panjang, kontrak pembelian dapat menyebutkan bahwa pembayaran akan dilakukan dalam sekian kali angsuran dan terhadap saldo yang belum dibayar akan dikenakan bunga. Sebagai contoh dibeli mobil dengan harga Rp. 75.000.000, jumlah ini akan dibayar dalam 25 kali angsuran bulanan dan terhadap saldo yang belum dibayar, perusahaan dibebani bunga sebesar 20% setahun.

Ayat jurnal yang diperlukan perusahaan pada waktu pembelian dilakukan adalah:

(D) Mobil Rp. 75.000.000

(K) Utang angsuran Rp. 75.000.000

Pada saat membayar angsuran pertama, jumlah yang harus dibayar adalah sebagai berikut:

Angsuran bulanan = Rp. 75.000.000 : 25 Rp. 3.000.000 Bunga selama sebulan untuk saldo yang belum

dibayar = 1/12 x 12% x Rp. 75.000.000 jumlah yang harus dibayar

750.000 Ayat jurnal yang diperlukan perusahaan untuk mencatat pembayaran ini adalah:

Rp. 3.750.000

(D) Utang angsuran Rp. 3.000.000

(D) Beban bunga 750.000

(K) Kas Rp. 3.750.000

Angsuran kedua terdiri dari angsuran pokok bulanan sebesar Rp. 3.000.000 ditambah bunga selama satu bulan atas saldo yang belum dibayar. Utang yang belum dibayar saat ini sebesar Rp. 72.000.000, jumlah ini diperoleh dari saldo awal Rp. 75.000.000 dikurangi pembayaran pada angsuran pertama


(39)

sebesar Rp. 3.000.000. Bunga yang dibebankan selama bulan ini adalah 1/12 x 12% x Rp. 72.000.000 = Rp. 720.000. Jumlah yang perlu dibuat untuk pembayaran ini adalah:

(D) Utang angsuran Rp. 3.000.000

(D) Beban bunga 720.000

(K) Kas Rp. 3.720.000

Sumber : Harahap (2005)

Proses perhitungan, pembayaran, dan pencatatan angsuran seperti ini akan berlang setiap bulan sampai semua utang angsuran telah dibayar.

c. Pembelian dengan surat berharga

Perolehan aktiva tetap dengan penerbitan surat berharga adalah pengeluaran obligasi atau saham milik perusahaan untuk ditukar dengan aktiva tetap. Aktiva tetap tersebut harus dicatat sebesar harga pasar obligasi atau saham pada saat pembelian. Jika harga pasar lebih besar dari nilai nominalnya, maka selisih catat sebagai agio, dan jika harga pasar lebih kecil dari nominalnya, maka dicatat sebagai disagio.

Sebagai contoh, PT. X membeli tanah dengan mengeluarkan 10.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp. 8.000, harga kurs pada saat pembelian adalah sebesar 95 dan 110. Ayat jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah:

(1) Jika kurs adalah 95, saham akan bernilai: Rp. 8.000 x 10.000 lembar x 95/100 = Rp. 76.000.000


(40)

(D) Tanah Rp. 88.000.000

(K) Modal Saham Rp. 80.000.000

(K) Agio Saham Rp. 8.000.000

Sumber : Harahap (2005)

d. Diterima dari sumbangan

Aktiva tetap yang diterima dari sumbangan biasanya disebut donasi. Dalam hal ini, perusahaan mendebit aktiva pada nilai wajarnya dan mengkredit akun pendapatan, misalnya, PT. X mendapatkan sumbangan dari pemerintah berupa tanah senilai Rp. 80.000.000. Ayat jurnal yang perlu dibuat adalah:

(D) Tanah Rp. 80.000.000

(K) pendapatan dari tanah sumbangan Rp. 80.000.000

Sumber : Harahap (2005)

e. Dibangun Sendiri

Biaya untuk mendirikan bangunan terdiri dari biaya izin bangunan, biaya arsitek, biaya yang digunakan untuk bahan mentah, buruh langsung, overhead pabrik, dan pembayaran untuk kontraktor, seperti halnya aktiva yang dibeli, aktiva ini dicatat pada harga perolehannya, termasuk semua pengeluaran yang terjadi untuk membuat aktiva dan mempersiapkan aktiva tersebut untuk digunakan sesuai dengan rencana. Ada beberapa perhitungan dalam membentuk biaya dari aktiva yang dibuat sendiri, yaitu:


(41)

1. Biaya Overhead yang Dapat Dibebankan ke Konstruksi Sendiri

Semua biaya yang dapat dikaitkan dengan konstruksi sebaiknya dibebankan ke aktiva dalam penyelesaian tersebut. Overhead harus dibebankan ke konstruksi sama seperti pembebanan pada operasi normal. Dalam hal ini berarti tidak hanya kenaikan overhead yang diakibatkan oleh aktivitas konstruksi, melainkan juga bagian pro rata dari overhead tetap perusahaan dimasukkan.

2. Penghematan atau Kerugian dari Aktiva yang Dibangun Sendiri

Apabila biaya dari suatu ativa yang dibangun atau dibuat sendiri lebih rendah dibandingkan dengan harga perolehan bila membeli atau memesan aktiva tersebut dari pihak luar, maka selisihnya dalam akuntansi tidak dianggap sebagai laba melainkan penghematan. Penghematan akan muncul sebagai penambahan dalam laba bersih selama umur aktiva yang bersangkutan ketika biaya penyusutan yang lebih rendah dibebankan ke pendapatan periodik, tetapi jika ada indikasi bahwa biaya suatu aktiva yang dibangun sendiri jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga perolehan bila membeli aktiva tersebut karena adanya inefesiensi atau kegagalan dalam kontruksi, maka kelebihan tersebut akan diakui sebagai kerugian.


(42)

Pembangunan perusahaan yang mengikuti tender akan menimbulkan pembebanan bunga yang akan terjadi atas dana yang dipinjam untuk mendanai konstruksi. Biaya bunga tersebut akan dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari biaya konstruksi, sama halnya seperti bahan baku, tenaga kerja, serta biaya sewa peralatan. Dengan cara yang sama, ketika suatu perusahaan membangun suatu aktiva untuk digunakannya sendiri, praktik akuntansi yang telah berlaku adalah mengkapitalisasi biaya bunga yang terjadi untuk mendanai konstruksi.

f. Pertukaran

1. Pertukaran Aktiva Tetap yang tidak Sejenis

Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertuaran atas suatu aktiva nonmoneter lain yang ada. Aktiva yang baru harus dinilai pada nilai pasar wajarnya atau pada nilai pasar wajar dari aktiva yang diserahkan, mana yang dapat ditentukan dengan lebih jelas. Jika aktiva nonmeter tersebut adalah peralatan yang sudah terpakai, maka nilai pasar wajar dari aktiva baru umumnya dapat dengan lebih mudah ditentukan, karena nilai tersebut digunakan untuk mencatat pertukaran tersebut. Jika aktiva nonmeter yang diserahkan untuk memperoleh aktiva baru adalah properti atau peralatan, maka penjualan suatu properti terjadi bersamaan dengan perolehan tersebut.

Kadang kala pertukaran aktiva mengikutsertakan penyerahan kas karena aktiva nonmeter dalam sebagian transaksi pertukaran tidak memiliki nilai pasar


(43)

yang sama. Bagian kas dari transaksi tersebut menyesuaikan nilai pasar dari aktiva yang diterima dengan nilai dari aktiva yang diserahkan.

2. Pertukaran Aktiva Tetap yang Sejenis a. Tanpa penyerahan kas

Pada pertukaran ini, ada dua perusahaan melakukan pertukaran aktiva yang sejenis dalam penggunaannya dan memiliki nilai pasar yang sama. Dalam pembukuan pertukaran ini, tidak ada keuntungan yang diakui meskipun ada keuntungan yang diindikasikan karena nilai pasar aktiva yang diterima lebih tinggi dari nilai buku aktiva yang diberikan. Apabila dalam pertukaran ada kerugian yang diindikasikan karena nilai pasar aktiva yang ditukar lebih kecil daripada nilai bukunya, maka kerugian tersebut harus diakui dan pencatatannya dicatat menurut nilai pasarnya.

b. Dengan penyerahan kas

(i) Penyerahan kas kurang dari 25% nilai wajar pertukaran

Misalkan PT. X ingin melakukan pertukaran mesin yang sejenis dengan mesin PT. Y. Nilai pasar mesin PT. X adalah Rp. 16.000.000 dan nilai pasar mesin PT. Y adalah Rp. 20.000.000. Untuk menyamakan pertukaran, PT. X bersedia untuk membayar PT. Y sebesar Rp. 4.000.000 tunai (20% dari nilai pertukaran). PT. X tidak mengakui laba yang diindikasikan karena nilai pasar aktiva yang diserahkan melebihi nilai buku. Kedua mesin tersebut sejenis penggunaannya dan kedua


(44)

pihak sama-sama bukan pedagang mesin. Dengan demikian laba yang diindikasikan ditangguhkan tidak diakui. Mesin baru dicatat sebesar nilai buku aktiva yang diserahkan dalam pertukaran.

Apabila nilai buku mesin PT. Y kurang dari nilai pasarnya, yang mengindikasikan laba. Karena PT. Y menerima kas sebagai bagian dari transaksi, maka laba harus diakui karena telah direalisasi.

Sumber : Harahap (2005)

(ii) Penyerahan kas lebih besar 25% dari nilai pertukaran

Apabila dalam pertukaran melibatkan kas sebesar 25% atau lebih dari nilai transaksi dan transaksi dianggap sebagai transaksi tunai, semua keuntungan atau kerugian akan diakui dan aktiva dicatat menurut nilai pasarnya.

Tabel III.1

Jurnal Pembukuan Transaksi Perolehan Aktiva Tetap PT. Bank Mandiri

Jenis Transaksi Jurnal

I. Pengadaan Aktiva 1. Dibeli

a. Pada saat aktiva tetap diterima

D : Aktiva tetap dalam penyelesaian K: Giro bank / Rekening kantor yang bersangkutan

b.Pencatatan nilai jaminan

pemeliharaan

D : Aktiva tetap dalam penyelesaian K : Rekening kantor yang bersangkutan c.Pemindahan ke rekening aktiva tetap D : Aktiva tetap

K : Aktiva tetap dalam penyelesaian 2. Dibangun Sendiri

a.Pencatatan setiap pembayaran yang dilakukan per termin

D : Aktiva tetap dalam penyelesaian K: Kas / Rekening kantor yang bersangkutan


(45)

pemeliharaan K : Rekening kantor yang bersangkutan c.Pemindahan ke rekening aktiva tetap D : Aktiva Tetap

K : Aktiva tetap dalam penyelesaian 3. Menerima Donasi (Hibah) D : Aktiva tetap

K: Modal donasi / penberimaan lainnya II. Pertukaran Aktiva Tetap

1. Aktiva Tetap Belum Disusutkan Seluruhnya (Ada Nilai Buku)

a. Pelepasan aktiva tetap lama D : Akumulasi penyusutan K : Aktiva tetap (lama) b. Pencatatan aktiva tetap baru D : Aktiva tetap (baru)

K : Aktiva tetap (lama) 2. Aktiva Tetap Sudah Disusutkan

Seluruhnya (Nilai Buku Nihil) a. Pelepasan aktiva tetap lama

D : Akumulasi penyusutan (aktiva tetap lama)

K : Aktiva tetap (lama) b. Pencatatan aktiva tetap baru D: Aktivatetap(baru)

K : Kas / Aktiva (lainnya) Sumber : PT. Bank Mandiri (2006)

4. Penyusutan Aktiva Tetap

Bersamaan dengan berlalunya waktu, semua jenis aktiva tetap, kecuali tanah, akan semakin berkurang kemampuannya dalam memberikan jasa. Beberapa faktor yang mempengaruhi menurunnya kemampuan ini adalah pemakaian, keausan, ketidakseimbangan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta, dan keterbelakangan teknologi. Berkurangnya kapasitas berarti berkurangnya nilai aktiva tetap yang bersangkutan, hal ini perlu dicatat dan dilaporkan. Pengakuan adanya penurunan nilai aktiva berwujud disebut penyusutan (depreciation). Penyusutan dapat dihitung tiap bulan atau ditunda sampai dengan akhir tahun. Apabila dibuat laporan keuangan intern secara bulanan, penyusutan yang


(46)

dilakukan bulanan akan lebih dapat mencerminkan posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan dalam bulan yang bersangkutan.

Ikatan Akuntan Indonesia (2007: 16.2) mendefinisikan penyusutan sebagai berikut:

“Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya”.

Istilah penyusutan yang digunakan dalam akuntansi sering kali menyesatkan, karena istilah yang sama juga digunakan dalam bisnis untuk menjelaskan penurunan nilai pasar dari suatu aktiva. Namun, biaya aktiva tetap yang belum menjadi beban seperti yang dilaporan di neraca biasanya tidak sama dengan jumlah yang bisa dihasilkan dari penjualan akitva tetap tersebut. Aktiva tetap ditujukan untuk digunakan dalam bisnis, bukan untuk dijual. Perusahaan diasumsikan terus melangsungkan usahanya (going-concern). Keputusan untuk melepas aktiva tetap sangat didasarkan pada pemanfaatan aktiva tersebut bagi perusahaan, bukan karena nilai pasarnya.

Dasar penyusutan yang umum digunakan adalah harga perolehan, termasuk pengeluaran lain yang dikapitalisasikan ke perkiraan aktiva tetap; masa manfaat; dan nilai sisa (salvage value) aktiva tetap.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007: 16.2),masa manfaat adalah: i. suatu periode dimana aset diharapkan akan digunakan oleh entitas; Atau


(47)

ii. jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset tersebut oleh entitas.

Kebijakan manajemen suatu perusahaan mempengaruhi jumlah

penyusutan aktiva setelah suatu waktu yang ditentukan atau setelah konsumsi dari propasi tertentu atas manfaat keekonomian yang diwujudkan dalam aktiva. Oleh karena itu, masa manfaat suatu aktiva tetap dapat lebih pendek dari usia keekonomiannya.

Jumlah yang dapat disusutkan dari aktiva tetap ditentukan setelah mengurangi nilai sisa aktiva. Nilai sisa adalah nilai kas yang diharapkan dari aktiva tetap pada akhir masa manfaatnya. Dalam penyusutan, nilai sisa tidak dimasukkan dalam nilai aktiva tetap yang disusutkan, karena nilai sisa tersebut diharapkan akan didapat oleh perusahaan melalui hasil penjualan aktiva tetap setelah masa manfaat akitva tetap tersebut.

Beberapa istilah khusus di dalam akuntansi sesuai dengan pengkategorian aktiva terkait dengan pengalokasian biaya perolehan aktiva tetap, antara lain: (a) Depresiasi

Depresiasi adalah istilah yang digunakan pada proses alokasi harga perolehan untuk aktiva tetap berwujud yang dibebankan ke penghasilan secara periodik dalam kegiatan operasional.

(b) Deplesi

Deplesi adalah istilah yang digunakan pada proses alokasi harga perolehan (penyusutan) untuk aktiva tetap berupa sumber-sumber alam (wasting asset) yang dibebankan ke penghasilan periodik.


(48)

(c) Amortisasi

Amortisasi adalah istilah yang dipakai sebagai penyusutan aktiva tidak berwujud dan untuk beban yang ditangguhkan, misalnya hak paten, goodwill.

Jumlah yang dapat disusutkan dialokasikan ke setiap periode akuntansi selama masa manfaat aktiva dengan berbagai metode secara sistematis. Metode penyusutan apapun yang dipilih oleh perusahaan, penggunaannya harus dilakukan secara konsistensi, tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya banding hasil operasi perusahaan dari periode yang satu ke periode yang lainnya.

Menurut Stice (2005: 107) penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan menurut kriteria berikut:

(a) Berdasarkan faktor waktu:

(i)Metode garis lurus (straight line method) (ii)Metodeyang dipercepat:

1. Metode jumlah angka tahun 2. Metode saldo menurun (b) Berdasarkan faktor penggunaan:

(iii)Metode jamjasa(servicehoursmethod)

(iv) Metode jumlah unit produksi (productive-output method) (c) Berdasarkan kelompok dan gabungan

Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut masing-masing metode penyusutan aktiva tetap, yaitu:

(a) Metode Penyusutan Berdasarkan Faktor Waktu

(i) Metode penyusutan garis lurus (straight-linedepreciation)

Pada metode ini, perusahaanakan mencatat beban penyusutan yang sama jumlahnya untuk setiap periode. Beban penyusutan setiap periode


(49)

didapat dengan membagi harga perolehan yang disusutkan dengan masa manfaat dari aktiva tetap tersebut. Beban penyusutan dihitung dengan rumus:

Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan Dasar Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa

Tarif penyusutan dalam metode ini dapat dengan mudah dihitung sebagai 100% dibagi dengan estimasi masa manfaat. Sebagai contoh: asumsikan harga perolehan sebuah mobil yang dibeli pada tanggal 2 Januari adalah Rp. 200.000.000, nilai sisa diperkirakan Rp. 40.000.000, estimasi masa manfaat 4 tahun.

Tarif Penyusutan = 100% : 4 = 25%

Beban Penyusutan = 25% x (Rp. 200.000.000 – Rp. 40.000.000) = Rp. 40.000.000

Ayat jurnal untuk mencatat penyusutan setiap tahun adalah:

(D) Beban Penyusutan Rp. 40.000.000

(K) Akumulasi Penyusutan Rp. 40.000.000

Sumber : Stice (2005)

Tabel III.2

Penyusutan Berdasarkan Metode Garis Lurus (Dalam Rupiah) Tahun Harga Perolehan Beban Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku

1 200.000.000 40.000.000 40.000.000 160.000.000 2 200.000.000 40.000.000 80.000.000 120.000.000 3 200.000.000 40.000.000 120.000.000 80.000.000 4 200.000.000 40.000.000 160.000.000 40.000.000 Sumber : Stice (2005)


(50)

(ii) Metode yang dipercepat

1. Metode penyusutan jumlah-angka-tahun (sum-of-the-years-digit depreciation)

Dalam metode ini, beban penyusutan akan semakin menurun dari tahun ke tahun. Beban penyusutan dapat dihitung dengan rumus:

Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan Dasar Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa

Tarif penyusutan dalam metode ini adalah suatu bilangan pecahan yang semakin lama semakin kecil. Pembilang dalam pecahan adalah angka-angka tahun yang ada selama masa manfaat aktiva tetap.Jadi, dari contoh sebelumnya, apabila suatu aktiva tetap ditaksir berumur empat tahun, maka angka-angka tahun yang ada adalah 1, 2, 3, dan 4. Pembilang untuk tahun yang pertama adalah tahun yang terakhir, yaitu 4. Pembilang untuk tahun ke dua adalah 3, demikian seterusnya sehingga pembilang pada tahun ke empat adalah angka tahun pertama, yaitu 1.Sebagai penyebut dalam pecahan adalah jumlah angka-angka tahun yang ada, yaitu 1 + 2 + 3 + 4 = 10. Dengan asumsi contoh di atas, maka beban penyusutan pada akhir tahun pertama adalah:

Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x (Harga Perolehan–Nilai Sisa) = 4/10 x (Rp.200.000.000 – Rp. 40.000.0000) = Rp. 64.000.000

Beban penyusutan untuk tahun kedua adalah:

Beban Penyusutan = 3/10 x (Rp. 200.000.000 – Rp. 40.000.000) = Rp. 48.000.000


(51)

Sumber : Stice (2005)

Tabel III.3

Penyusutan Berdasarkan Metode Jumlah Angka Tahun (Dalam Rupiah) Tahun Harga

Perolehan

Beban Penyusutan

Akumulasi Penyusutan

Nilai Buku 1 200.000.000 64.000.000 64.000.000 136.000.000 2 200.000.000 48.000.000 112.000.000 88.000.000 3 200.000.000 32.000.000 144.000.000 56.000.000 4 200.000.000 16.000.000 160.000.000 40.000.000 Sumber : Stice (2005)

Dalam menghitung jumlah angka tahun, sebagai jalan pintas, dapat digunakan rumus:

2 [n(n + 1)]

dimana: n = perkiraan masa manfaat dalam satuan tahun, jam kerja, atau jumlah hasil produksi

2. Metode penyusutan saldo menurun (declining-balance depreciation) Sama seperti dalam metode jumlah angka tahun, dimana biaya penyusutan menurut metode ini juga semakin lama akan semakin menurun. Pembebanan yang semakin menurun, didasarkan pada anggapan bahwa semakin tua, kapasitas aktiva tetap dalam memberikan jasanya juga akan menurun. Dalam metode saldo

menurun, beban penyusutan dihitung dengan rumus:


(52)

Dasar Penyusutan = Nilai Buku Awal Periode

Dalam metode ini, tarif penyusutan yang digunakan adalah dua kali tarif metode garis lurus, yang disebut dengan penyusutan saldo menurun ganda, misalnya, sesuai dengan contoh sebelumnya, mobil ditaksir mempunyai masa manfaat empat tahun, maka tarif penyusutannya adalah 50%, yaitu dua kali tarif metode garis lurus sebesar 25%. Dengan asumsi contoh di atas, maka beban penyusutan pada tahun pertama akan dihitung sebagai berikut:

Beban Penyusutan = 50% x (Rp 200.000.000–0) = Rp100.000.000 Penyusutan tahun pertama dicatat sebagai berikut :

(D) Beban penyusutan Rp 100.000.000

(K)Akumulasi penyusutan Rp 100.000.000

Nilai buku pada awal tahun pertama adalah sama dengan harga perolehannya, yaitu Rp 200.000.000. Pada akhir tahun ke dua, beban penyusutannya dihitung sebagai berikut:

Beban Penyusutan = 50% x (Rp 200.000.000 – Rp 100.000.000) = Rp 50.000.000

Nilai buku pada awal tahun kedua sama dengan harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan, yaitu Rp 100.000.000. Penyusutan tahun kedua ini dicatat sebagai berikut:

(D) Beban penyusutan Rp 50.000.000

(K) Akumulasi penyusutan Rp 50.000.000

Sumber : Stice (2005)

Tabel III.4


(53)

Tahun Harga Perolehan

Beban Penyusutan

Akumulasi Penyusutan

Nilai Buku 1 200.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 2 200.000.000 50.000.000 150.000.000 50.000.000 3 200.000.000 25.000.000 175.000.000 25.000.000 4 200.000.000 12.500.000 187.500.000 12.500.000 Sumber : Stice (2005)

(b) Metode Penyusutan Berdasarkan Faktor Penggunaan (i) Metode penyusutan jam jasa

Dalam metode ini, besarnya biaya penyusutan untuk setiap periode tergantung pada jumlah jam-jasa (jumlah waktu penggunaan) aktiva tetap dalam kegiatan operasional perusahaan, sehingga biaya penyusutan untuk setiap periode berbeda. Besarnya beban penyusutan menurut metode ini adalah mengalikan jam-jasa aktiva tetap dengan akumulasi penyusutan per jam. Perhitungan besarnya beban penyusutan per jam adalah dengan rumus:

Jumlah jam kerja Penyusutan = Harga perolehan – Nilai sisa

Sebagai contoh, dibeli mesin seharga Rp 20.000.000, dengan nilai sisa sebesar Rp 1.500.000. Jumlah jam kerja mesin tersebut diestimasi sebesar 250.000 jam. Maka beban penyusutan mesin per jam adalah:

Beban Penyusutan = Rp 20.000.000 – Rp 1.500.000 250.000 jam

= Rp 74 per jam

Jika dalam tahun pertama mesin tersebut telah bekerja selama 50.000 jam, maka beban penyusutan untuk tahun tesebut adalah 50.000 jam x Rp 74 per jam = Rp 3.700.000.


(54)

Tabel III.5

Penyusutan Berdasarkan Metode Jam-Jasa (Dalam Rupiah) Tahun Jam

Kerja

Beban Penyusutan Akumulasi Penyusutan

Nilai Buku 1 50.000 50.000 x 74 = Rp. 3.700.000 3.700.000 16.300.000 2 75.000 75.000 x 74 = Rp. 5.550.000 9.250.000 10.750.000 3 65.000 65.000 x 74 = Rp. 4.810.000 14.060.000 5.940.000 4 60.000 60.000 x 74 = Rp. 4.440.000 18.500.000 1.500.000

250.000 Sumber : Stice (2005)

(ii) Metode penyusutan jumlah unit produksi (productive output depreciation) Perhitungan masa manfaat menurut metode ini dinyatakan dalam kapasitas produksi yang dapat dihasilkan. Kapasitas produksi dapat dinyatakan dalam bentuk unit produksi, jam pemakaian, kilometer pamakaian, atau unit-unit kegiatan yang lain. Beban penyusutan dihitung dengan rumus:

Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan Tarif Penyusutan = Produksi Aktual : Kapasitas Produksi Dasar Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa

Sebagai sontoh, pada tanggal 2 Januari 2006, PT. X membeli mesin seharga Rp 5.500.000, nilai sisa sebesar Rp 500.000. Mesin tersebut diperkirakan dapat menghasilkan 1.000.000 barang. Dalam tahun 2006 diproduksi 250.000 unit. Beban penyusutan tahun 2006 dihitung sebagai berikut:

Tarif Penyusutan = 250.000 : 1.000.000 = 0,25 = 25% Beban Penyusutan = 25% x (Rp 5.500.000 – Rp 500.000)

= Rp 1.250.000 Sumber : Stice (2005)

Maka, tarif dan beban penyusutan akan bervariasi dari tahun ke tahun, tergantung pada produksi aktual yang dicapai setiap tahun.


(55)

(c) Metode Penyusutan Berdasarkan Kelompok dan Gabungan

Dalam metode ini aktiva tetap yang sejenis dikelompokkan sebagai suatu kelompok dan mempunyai masa manfaat yang sama, hal ini disebut dengan penyusutan kelompok dan jika aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut berbeda- beda, disebut dengan penyusutan gabungan. Prosedur penyusutan kelompok memperlakukan sekumpulan aktiva sebagai satu kelompok tunggal. Penyusutan diakumulasikan dalam satu akun, dan tarif penyusutan didasarkan pada masa manfaat rata-rata dari aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut. Penyusutan kelompok biasanya dihitung sebagai adaptasi dari metode garis lurus. Tarif penyusutan kelompok ditentukan dengan menganalisis berbagai aktiva atau kelompok aktiva yang digunakan dan menghitung penyusutan sebagai rata-rata dari penyusutan garis lurus tahunan.

Jika terjadi penarikan salah satu aktiva yang dikelompokkan, maka dijurnal dengan mendebet akun akumulasi penyusutan sebesar perbedaan harga pokok dengan nilai sisa dan mengkredit akun aktiva tersebut, laba atau rugi pada saat penarikan suatu aktiva tidak dicatat. Contohnya sebagai berikut:


(56)

Tabel III. 6

Metode Penyusutan Berdasarkan Kelompok (Dalam Rupiah)

Jenis Aktiva

Harga

Perolehan Nilai Sisa

Harga Perolehan yang Disusutkan

Masa Manfaat

(tahun)

Beban Penyusutan Tahunan(Garis

Lurus)

O 4.000.000 800.000 3.200.000 5 640.000

P 7.000.000 1.200.000 5.800.000 5 1.160.000

Q 10.000.000 2.000.000 8.000.000 5 1.600.000

R 8.000.000 1.800.000 6.200.000 10 620.000

29.000.00 5.800.000 23.200.000 4.020.000

Sumber : Stice (2005)

Umur rata-rata aktiva tetap = total biaya penyusutan : total harga perolehan = 23.2000.000 : 4.020.000 = 5,8 tahun

Tarif penyusutan = penyusutan per tahun : harga perolehan = 4.020.000 : 29.000.000 = 13,86% Sumber : Stice (2005)

Karena akun akumulasi penyusutan pada prosedur kelompok diterapkan atas seluruh aktiva dalam kelompok tersebut, maka kaun itu tidak mengacu pada aktiva tertentu. Dengan demikian, tidak ada nilai buku yang dapat dihitung untuk suatu aktiva tertentu, dan tidak ada aktiva yang disusutkan secara penuh.

Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk cabang Medan Zainul Arifin, aktiva tetap disusutkan dengan menggunakan metode saldo menurun ganda, kecuali untuk bangunan dengan menggunakan metode garis lurus sesuai dengan taksiran


(57)

masa manfaatnya. Masa manfaat aktiva tetap pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk cabang Medan Zainul Arifin ditetapkan dengan pedoman:

a. Gedung dan bangunan mempunyai masa manfaat 20 tahun.

b. Aktiva tetap lainnya mempunyai masa manfaat antara 4-8 tahun. Ayat jurnal untuk mencatat penyusutan adalah sebagai berikut:

(D) Biaya penyusutan aktiva tetap xxx

(K) Akumulasi penyusutan aktiva tetap xxx

5. Pengeluaran Setelah PerolehanAktiva Tetap

Selama aktiva tetap dioperasikan, perusahaan tidak dapat menghindari pengeluaran-pengeluaran yang disebabkan oleh kerusakan yang terjadi terhadap aktiva tersebut seperti biaya untuk pemeliharaan, biaya untuk perbaikan, dan biaya untuk penambahan dan penyempurnaan lainnya. Dalam hal ini dilakukan agar aktiva tetap tersebut dapat memberikan manfaat, sehingga aktiva tetap tersebut dapat bertahan selama masa pemakaiannya.

Ada dua perlakuan untuk pengeluaran selama masa penggunaan aktiva tetap,yaitu:

a. Pengeluaran modal (capital expenditure)

Pengeluaran modal adalah pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran- pengeluaran seperti itu dicatat dalam rekening aktiva (dikapitalisasikan).

Contoh dari pengeluaran yang akan memperpanjang masa manfaat atau meningkatkan kapasitas produksi adalah pengeluaran untuk perbaikan besar- besaran (betterments and improvements). Pengeluaran-pengeluaran modal dapat dicatat sebagai debit pada akun: (a) aktiva atau; (b) akumulasi penyusutan.


(58)

Pengeluaran-pengeluaran untuk penambahan dan penggantian, pada umumnya, dicatat dalam akun aktiva. Pengeluaran untuk perbaikan besar-besaran yang akan memperpanjang umur aktiva dicatat sebagai debit pada akun akumulasi penyusutan.

Sebagai contoh, pada tanggal 1 Januari 2000 dibeli mobil dengan harga perolehan Rp 100.000.000, setelah dipakai selama 4,5 tahun telah dilakukan turun mesin dengan biaya Rp 15.000.000. Dengan adanya turun mesin ini, masa manfaat mesin ini dapat diperpanjang, dari semula 5 tahun menjadi 8 tahun. Ayat jurnal yang perlu dibuat adalah:

(D) Akumulasi penyusutan Rp 15.000.000

(K) Kas Rp 15.000.000

Untuk menggambarkan pencatatan pengeluaran modal dalam akun aktiva, anggaplah bahwa penambahan teras terhadap gedung perusahaan menghabiskan biaya sebesar Rp 32.000.000. Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk penambahan ini adalah:

(D) Gedung Rp 32.000.000

(K) Kas Rp 32.000.000

Penambahan tersebut akan disusutkan selama sisa masa manfaat dari bangunan yangbersangkutan.

Sumber : PT. Bank Mandiri (2006)

b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure)

Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Pengeluaran ini hanya digunakan untuk mempertahankan kondisi


(59)

aktiva tetap agar tetap dapat digunakan dalam operasi perusahaan. Pengeluaran ini disebut dengan pengeluaran pendapatan karena pengeluaran ini dipadukan dengan pendapatan.

Contoh dari pengeluaran ini adalah pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan rutin. Beban pemeliharaan terjadi agar aktiva tetap selalu berada dalam kondisi baik, seperti pengecatan gedung, penggantian oli, dan lain-lain. Beban perbaikan adalah beban-beban untuk mengembalikan aktiva tetap dalam keadaan baik. Pengeluaran pendapatan ini akan dicatat sebagai beban perusahan pada periode yang bersangkutan.

Ikatan Akuntan Indonesia (2007: 16.4) mengungkapkan bahwa:

“Agar aset tetap dapat beroperasi secara berkelanjutan, perlu dilakukan inspeksi teratur terlepas apakah ada komponen yang diganti. Dalam setiap inspeksi yang signifikan, biaya inspeksi diakui dalam jumlah tercatat aset tetap sebagai suatu penggantian apabila memenuhi kriteria pengakuan. Sisa jumlah tercatat biaya inspeksi yang terdahulu, jika ada (yang dibedakan dari komponen fisiknya), dihentikan pengakuannya. Dalam hal ini terjadi terlepas apakah biaya inspeksi terdahulu teridentifikasi dalam transaksi perolehan atau konstruksi aset tetap tersebut. Jika diperlukan, estimasi biaya inspeksi sejenis yang akan dilakukan dimasa depan dapat digunakan sebagai indikasi biaya inspeksi saat aset tersebut diperoleh atau dibangun”.

Pengeluaran setelah perolehan aktiva tetap pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk cabang Medan Zainul Arifin diakui sebagai penambahan nilai buku aktiva tetap adalah pengeluaran yang memperpanjang umur ekonomis aktiva tetap atau yang meningkatkan kapasitas. Pengeluaran setelah perolehan aktiva tetap dilakukan melalui kegiatan pemeliharaan/perawatan.

Adapun yang dimaksud pemeliharaan/perawatan oleh PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk cabang Medan Zainul Arifin adalah kegiatan untuk melakukan


(60)

pengurusan, penyelenggaraan, dan pengaturan agar semua aktiva tetap dan barang inventaris selalu dalam keadaan baik dan siap untuk dipakai secara berdaya guna dan berhasil guna. Pemeliharaan dilakukan terhadap aktiva tetap dan barang inventaris khusunya barang inventaris yang sedang dalam pemakaian dan mengakibatkan pembebanan pada anggaran Bank tanpa merubah, menambah atau mengurangi bentuk maupun konstruksi asli, sehingga dapat dicapai pendayagunaan barang yang memenuhi persyaratan baik dari segi pemakaian maupun dari segi keindahan.

Penyelenggaraan pemeliharaan/perawatan aktiva tetap dan barang inventaris pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk cabang Medan Zainul Arifin berupa:

a) Pemeliharaan/perawatan yang bersifat pencegahan dan dilakukan sehari-hari oleh pemakai/pengurus barang;

b) Pemeliharaan/perawatan ringan yang dilakukan secara berkala meliputi perbaikan, penyetelan, dan penggantian suku cadang;

c) Pemeliharaan/perawatan berat yang dilakukan secara insindentil yang bersifat perbaikan berat.

Khusus untuk barang yang bersifat elektronik atau berkaitan dengan mesin, cara perawatan dapat dibedakan/diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan sebagai berikut:

a. Perawatan Tingkat I


(61)

b. Perawatan Tingkat II

Perawatan tingkat II berupa pengecekan (chek up) c. Perawatan Tingkat III

Perawatan tingkat III bersifat perbaikan/penggantian (repair/replacement) d. Perawatan Tingkat IV

Perwatan tingkat IV bersifat revisi/perbaikan berat (revised) e. Perawatan Tingkat V

Perawatan tingkat V bersifat bongkar pasang secara menyeluruh

Penyelenggaraan pemeliharaan/perawatan dapat juga berupa pencegahan terhadap bahaya kerusakan oleh berbagai sebab, yakni:

a. Biologis;

b. Cuaca, suhu, dan sinar; c. Air dan kelembaban;

d. Fisik yang meliputi proses penuaan, pengotoran debu, sifat barang yang bersangkutan dan sifat barang lain, benturan, getaran dan tekanan;

e. Lain-lainnya yang dapat mengakibatkan perubahan kualitas dan sifat-sifat lainnya yang mengurangi kegunaan barang.

6. Pengukuran setelah Pengakuan Awal Aktiva Tetap Ikatan Akuntan Indonesia (2207: 16.6) mengungkapkan:

“Setelah diakui sebagi aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup regular untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari


(62)

jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca”.

Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu aktiva tetap yang direvaluasi. Jika nilai wajar dari suatu aktiva yang direvaluasi berbeda secara material dari jumlah tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan. Beberapa akitva tetap mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara tahunan. Revaluasi tahunan seperti itu tidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar tidak signifikan. Namun demikian, aktiva tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahun sekali.

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari revaluasi aktiva tetap dicatat dalam rekening Hasil Revaluasi Aktiva Tetap sebesar selisih antara nilai buku dengan nilai wajarnya. Ayat jurnalnya sebagai berikut:

D/K : Aktiva tetap

K/D : Hasil Revaluasi aktiva tetap

Dalam hal nilai buku altiva tetap tertentu lebih besar secara signifikan dibandingkan nilai wajarnya, maka dilakukan penurunan nilai buku menjadi sebesar nilai wajar. Penurunan nilai tersebut dibebankan sebagai pengeluaran tahun berjalan. Ayat jurnal untuk mencatat penurunan nilai aktiva tetap adalah:

(D) Pengeluaran xxx

(K) Aktiva tetap xxx

PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk cabang Medan Zainul Arifin melakukan revaluasi aktiva tetap di tahun 2000 dan telah memperoleh persetujuan dari Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktoret Jenderal Pajak dengan surat


(63)

No. KEP-732/WPJ.01/KP.0505/2000. Kenaikan bersih dari revaluasi ini sebesar Rp 104.331.218.622 yang telah dikredit dan disajikan dalam laporan keuangan sebagai cadangan revaluasi aktiva tetap, di bawah akun modal saham dan tambahan modal disetor.

Pada tahun 2005, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk cabang Medan Zainul Arifin memindahkan sebagian nilai selisih revaluasi aktiva tetap ke akun laba ditahan sebesar Rp 62.307.640.586 yang merupakan akumulasi penyusutan atas aktiva yang sudah habis masa manfaatnya dan selisih akumulasi penyusutan setelah revaluasi dengan akumulasi penyusutan sebelum revaluasi atas aktiva yang masih mempunyai masa manfaat.

7. Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap

Bila suatu aktiva tetap sudah tidak digunakan lagi, maka perusahaan dapat melakukan pelepasan aktiva tetap tersebut. Namun bila perusahaan tersebut karena alasan-alasan tertentu masih menggunakan aktiva tetap tersebut, maka nilaiaktiva tetap tersebut bersama dengan akumulasi penyusutannya tetap berada pada akun di buku besar perusahaan, walaupun aktiva tetap tersebut tidak disusutkan lagi oleh perusahaan. Jika nilai buku aktiva dihapuskan dari buku besar, tidak akan ada lagi bukti mengenai keberadaan aktiva. Selain itu, data biaya dan akumulasi penyusutan aktiva biasanya dibutuhkan untuk pelaporan pajak properti dan pajak penghasilan.

Aktiva tidak lagi digunakan bisa dibuang, dijual, atau ditukar tambah dengan aktiva tetap lainnya. Untuk mencatat pelepasan aktiva tetap, nilai buku harus dihapus dari akun, yang dilakukan dengan mendebit akun akumulasi


(64)

penyusutan aktiva sebesar saldonya pada tanggal pelepasan dan mengkredit akun aktiva sebesar biaya atau harga perolehannya.

a. Pembuangan aktiva tetap

Apabila suatu aktiva tetap tidak bermanfaat lagi bagi perusahaan, serta tidak memiliki nilai sisa atau nilai pasar, maka aktiva tersebut akan dibuang. Sebagai contoh, asumsikan suatu jenis peralatan yang diperoleh seharga Rp 250.000 telah disusutkan secara penuh pada tanggal 31 Desember, akhir tahun fiskal sebelumnya.Pada tanggal 1 Maret, peralatan tersebut dibuang. Ayat jurnal untuk mencatat pembuangan aktiva tetap ini adalah:

(D) Akumulasi penyusutan-peralatan Rp 250.000

(K) Peralatan Rp 250.000

Apabila suatu aktiva yang akan dibuang belum disusutkan sepenuhnya, maka penyusutan harus terlebih dahulu dicatat sebelum aktiva dibuang dan dihapus dari catatan akuntansi. Sebagai contoh, suatu peralatan seharga Rp 600.000 telah disusutkan dengan tarif garis lurus sebesar 10% per tahun.Pada tanggal 31 Desember tahun fiskal sebelumnya, saldo akumulasi penyusutan adalah Rp 475.000. Peralatan tersebut dikeluarkan dari pemakaian pada tanggal 26 Maret tahun berjalan.

Ayat jurnal untuk mencatat penyusutan untuk tiga bulan dalam periode berjalan sebelum dikeluarkannya peralatan dari pemakaian adalah:

(D) Beban penyusutan-peralatan Rp 15.000

(K) Akumulasi penyusutan-peralatan Rp 15.000

Ayat jurnal untuk mencatat pembuangan peralatan adalah:

(D) Akumulasi penyusutan-peralatan Rp. 490.000


(65)

(K) Peralatan Rp. 600.000

Kerugian sebesar Rp 110.000 dicatat karena saldo akun akumulasi penyusutan (Rp 490.000) lebih kecil daripada saldo akun peralatan (Rp 600.000). Kerugian dari pembuangan aktiva tetap merupakan pos non operasi dan biasanya dilaporkan dalam bagian beban lainnya pada laporan laba rugi.

Sumber :kieso (2002) b. Penjualan aktiva tetap

Apabila suatu aktiva tetap dijual, niali bukunya dihitung sampai dengan tanggal penjualan.Nilai buku ini, kemudian dibandingkan dengan hasil penjualan yang diterima.Selisih yang diperoleh merupakan keuntungan atau kerugian karena penjualan aktiva tetap. Sebagai contoh, mobil dinas yang dibeli pada tanggal 2 Januari 2002, dijual pada tanggal 1 Juli 2005 dengan harga Rp 40.000.000. Harga perolehan mobil adalah Rp 100.000.000. Penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus atas dasar masa manfaat lima tahun. Nilai sisa dianggap sama dengan nol. Nilai buku pada saat penjualan dihitung sebagai berikut:

Harga perolehan Rp. 100.000.000

Akumulasi penyusutan:

Penyusutan tahun 2002 Rp. 20.000.000 Penyusutan tahun 2003 20.000.000 Penyusutan tahun 2004 20.000.000 Penyusutan tahun 2005 10.000.000

Nilai buku 1 juli 2005 Rp. 30.000.000

(70.000.000)

Mobil yang nilai bukunya Rp. 30.000.000 dijual dengan harga Rp. 40.000.000. Ini berarti terdapat keuntungan sebesar Rp 10.000.000. Ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi tersebut adalah:


(66)

(D) Kas Rp. 40.000.000

(D) Akumulasi penyusutan Rp. 70.000.000

(K) Mobil Rp. 100.000.000

(K) Keuntungan penjualan aktiva tetap Rp 10.000.000

Sumber : PT. Bank Mandiri (2006)

Ada kemungkinan harga jual sama dengan nilai bukunya, sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian karena penjualan aktiva tetap. Keuntungan atau kerugian yang berasal dari penjualan aktiva tetap, desajikan sebagai suatu pendapatan atau beban lain-lain dalam laporan laba rugi.

Barikut ini akan diuraikan lebih lanjut mengenai pelepasan aktiva tetap pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk cabang Medan Zainul Arifin.

a. Dijual

Dijual secara lelang

Pelepasan aktiva tetap pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk cabang Medan Zainul Arifin yang dijual, dilakukan dengan cara penjualan secara lelang dengan pertimbangan untuk memperoleh harga yang menguntungkanPT. Bank Mandiri (Persero) Tbk cabang Medan Zainul Arifin. Dijual secara lelang dilakukan kepada pihak lain (termasuk pegawai) yang berminat sesuai dengan harga pasar.

b. Tukar menukar (ruiltslag)

Untuk pelepasan tanah atau bangunan yang dilakukan dengan cara tukar- menukar (ruiltslag), diperlukan surat perjanjian tukar-menukar antara Direksi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk cabang Medan Zainul Arifin dengan pihak ketiga


(67)

bersangkutan yang mengatur materi tukar-menukar maupun ketentuan pelaksanaanya antara lain:

- Identitas ke dua belah pihak;

- Hak dan kewajiban ke dua belah pihak

- Besarnya nilai tukar tanah dan atau bangunan dari masing-masing pihak; - Sanksi-sanksi yang dipandang perlu;

- Ketentuan bahwa surat perjanjian hanya berlaku dan mengikat ke dua belah pihak;

- Lain-lain yang dipandang perlu.

Surat perjanjian untuk pelepasan tanah dan atau bangunan dengan cara tukar-menukar harus dibuat di depan PPAT.

c. Hibah

Hibah dilakukan dengan pertimbangan agar barang dimaksud dapat dimanfaatkan secara ekonomis atau untuk kepentingan sosial, pendidikan, keagamaan, dan kegiatan penyelenggaraan tugas pemerintahan yang terkait dengan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk cabang Medan Zainul Arifin.


(1)

Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa tidak ada penyimpangan mengenai pengeluaran setelah perolehan aktiva tetap pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin karena telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16.

5. Pengukuran setelah Pengakuan Awal AktivaTetap

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16, setelah diakui sebagai aktiva, suatu aktiva tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada revaluasian.

Frekuensi revaluasi tergantung pada perubahan nilai wajar dari suatu aktiva tetap yang direvaluasi.Revaluasi tahunan tidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar tidak signifikan. Namun demikian, aktiva tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahun sekali.

PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin telah melakukan revaluasi aktiva tetap pada tahun 1999 dan 2004. Dengan demikian frekuensi revaluasi aktiva tetap yang dilakukan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin adalah lima tahun. Menurut penulis, hal ini telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16.

6. Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap


(2)

PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin dalam penghentian dan pelepasan aktiva tetap adalah dengan cara dijual secara lelang, tukar-menukar (ruiltslag), dan dihibahkan.

Keuntungan atau kerugian yang terjadi akibat penghentian dan pelepasan aktiva tetap pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin dimasukkan dalam laporan laba rugi tahun yang bersangkutan. Menurut penulis, kebijakan penghentian dan pelepasan aktiva tetap PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin relevan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16.

7. Pengungkapan Aktiva Tetap

PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin mengungkapkan posisi aktiva tetap di neraca berdasarkan jenis aktiva tetap yang dimilikinya, sedangkan akumulasi penyusutan dikurangkan secara keseluruhan. Menurut penulis, hal ini telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16.


(3)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah mengadakan pembahasan teori mengenai aktiva tetap, serta melakukan analisa dan evaluasi mengenai penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin, maka pada bab ini penulis aka n menarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin mempunyai kebijakan akuntansi aktiva tetap yang pada prinsipnya tidak menyimpang dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

2. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin menggolongkan aktiva tetap yang dimiliki berdasarkan

jenis, yaitu tanah, bangunan, inventaris kendaraan, inventaris computer, inventaris peralatan komunukasi, inventaris mesin, inventari AC, inventaris Lainnya Gol. I, dan inventaris Lainnya Gol. II, hal ini tidak menyimpang dari ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16.

3. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin memperoleh aktiva tetap melalui 4 cara yaitu dibeli, dibangun sendiri, menerima donasi (hibah), dan pertukaran. Pada prinsipnya cara perolehan aktiva tetap yang dilakukan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin tidak menyimpang dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16.


(4)

4. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin menggunakan metode penyusutan garis lurus untuk aktiva tetap bangunan, dan menggunakan metode penyusutan saldo menurun ganda untuk seluruh aktiva tetap lainnya, kecuali tanah. Metode penyusutan yang digunakan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16.

5. Untuk biaya perawatan aktiva tetap, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin mencatat biaya pemeliharaan dan perbaikan yang dibebankan langsung ke laporan laba rugi pada saat terjadinya, dan renovasi yang menambah umur aktiva atau kapasitas dalam jumlah material dikapitalisasi, hal ini telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16.

6. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin melakukan revaluasi pada aktiva tetap yang nilai wajarnya dapat diukur pada frekuensi waktu lima tahun. Revaluasi yang dilakukan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin tidak menyimpang dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16.

7. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin melakukan penghentian dan pelepasan aktiva tetap dengan cara dijual secara lelang, tukar-menukar (ruiltslag), dan dihibahkan. Dalam hal ini tidak terdapat penyimpangan dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16.


(5)

8. Pengungkapan aktiva tetap milik PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin dan penyajiannya di neraca telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

B. Saran

Pada bagian ini penulis mencoba memberikan saran kepada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin, yaitu sebagai berikut:

Secara keseluruhan kebijakan akuntansi aktiva tetap PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 dan hendaknya PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, cabang Medan Zainul Arifin tetap mempertahankannya, serta selalu mengikuti perkembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Sofyan Syafri, 2002, Akuntansi Aktiva Tetap, Edisi Pertama, Penerbit

PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kieso, Donald E., Weigandt, Jerry J., Warfield, Terry D., 2002, Akuntansi

Intermediate, Edisi kesepuluh, Jilid Dua, Alih Bahasa: Gina Gania dan

Ichsan Setiyo Budi, Penerbit Erlangga, Jakarta jjhvvvvvvvvvvvvvvvvv

Stice, Earl K., Stice, James D., Skousen, K. Fred, 2005, Intermediate

Accounting, Edisi Kesembilan Belas, Buku Dua, Alih Bahasa: Safrida Rumondang Parulian dan Ahmad Maulana, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Sumarso S. R., 2003, Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Kelima, Buku Dua,

Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Bank Mandiri. 2014. Transformasi Bank Mandiri[Online]. Tersedia:

Bank Mandiri. 2014. Layanan 24 Jam [Online]. Tersedia:

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit

Salemba Empat, Jakarta Buku Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

PT. Bank Mandiri, 2006, Buku Pedoman Perusahaan tentang Pengolahan