persoalan-persoalan keluarga akan memberikan konstribusi yang positif bagi upaya kesehatan para anggotanya Setiadi, 2008.
Menurut Friedman dalam Setiadi 2008 dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga
berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Orang-orang yang mendapat perhatian dan penghiburan maupun pertolongan dari keluarganya cenderung lebih mudah mengikuti
nasehat medis, karenanya peranan keluarga sangat besar bagi penderita dalam mendukung perilaku atau tindakan dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.
c. Peran Petugas Kesehatan
Pelayanan yang baik dari petugas kesehatan dapat menyebabkan berperilaku positif. Perilaku petugas yang ramah dan segera mengobati pasien tanpa menunggu
lama-lama serta dan mengambil obat diperiksa dokter terlebih dahulu, maka penderita merasa dihargai dating ke puskesmas, penderita diberi penjelasan tentang obat yang
diberikan dan pentingnya makan obat yang teratur. Kebanyakan orang hanya kadang- kadang datang ke tenaga kesehatan, hampir semua orang mempunyai keluhan yang
menakutkan tentang kunjungan pada petugas kesehatan. Menurut DepKes RI 2007 penderita sering terputus pengobatannya karena
keterbatasan obat di puskesmas, pelayanan puskesmas yang buruk dan tidak ada petugas di puskesmas ketika mengambil obat dengan memperhatikan besarnya
masalah TB yang dapat menimbulkan penularan pada masyarakat, perlunya penderita
Universitas Sumatera Utara
untuk berobat, pencegahan efek samping dan keteraturan minum obat maka kegiatan penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh petugas merupakan komponen sangat
penting perlu dilanjutkan, dikembangkan, dan ditingkatkan perannya dalam pengendalian penyakit TB.
d. Lama Pengobatan
Banyak pasien yang tidak teratur dalam mengkonsumsi obat disebabkan karena lamanya waktu pengobatan TB paru yang harus dilakukan selama 6 bulan,
dapat saja dijadikan beban oleh penderita sehingga mereka malas untuk melanjutkan proses pengobatan, selain itu masih adanya penderita TB paru yang pengetahuannya
kurang baik terhadap pengobatan TB paru mempunyai kemungkinan lebih besar tidak teratur berobat dibandingkan pada penderita yang pengetahuannya baik terhadap
pengobatan TB paru. Pengobatan untuk TB diberikan secara teratur dalam waktu 6-8 bulan dan sedapat mungkin sampai pemeriksaan bakteri negatif pada akhir
pengobatan. Kemenkes RI, 2011
e. Efek Samping Obat
Efek samping pengobatan kombinasi dosis tetap KDT yang umum akan muncul seperti air kemih berwarna merah. Ini disebabkan zat warna dari obat
Rifampicin, selain itu perut mual, kembung ini berlangsung hanya beberapa jam setelah minum obat dan tidak menimbulkan bahaya,oleh karena itu penderita harus
minum obat secara teratur Kemenkes RI, 2011. Alergi muncul pada beberapa penderita TB dapat terjadi yaitu pada salah satu
dari obat kombinasi. Yang paling umum terjadi adalah gatal-gatal hebat, bintik-bintik
Universitas Sumatera Utara
merahgelap pada kulit penderita. Bila ditemui maka penderita dianjurkan untuk menghentikan sementara minum obat dan dirujuk kepuskesmas atau rumah sakit
untuk terlebih dahulu mengobati alergi yang ada Kemenkes RI, 2011. Semua OAT dapat menyebabkan kerusakan pada hati kecuali etambutol dan
sikloserin. Di negara dengan hepatitis tinggi sangat sulit untuk menentukan apakah hepatitis itu karena obat atau karena infeksi. Hepatitis sebagai efek samping mungkin
dapat timbul 1 dari pasien yang berobat yang sering terjadi karena tiasetazon dan pirazinamid. Kenaikan enzim serum yang ringan merupakan hal biasa, ini bukan
indikasi untuk menghentikan penobatan. Jika ada kehilangan selera makan, penyakit kuning dan pembengkakan hati, pengobatan harus dihentikan sehingga fungsi hati
kembali normal. Crofton,dkk, 2002
f. Tersediaanya Obat TB