radiasi ionisasi. Coronal MRI image terdepan untuk mengevaluai foramen rotundum, vidian canal, foramen ovale dan kanal optik. Sagital image berguna
untuk menunjukkan replacement signal berintensitas rendah yang normal dari Meckel cave signal berintensitas tinggi dari lemak di dalam fossa pterygopalatine
oleh signal tumor yang mirip dengan otak Bailey, 2006. Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi. Jika
tumor tampak di kavum nasi atau rongga mulut, maka biopsy harus segera dilakukan melalui tindakan rinoskopi atau melalui operasi Caldwell-Luc yang
insisinya melalui sulkus ginggivo-bukkal Roezin, 2007. 2.6.4 Biopsi
Diagnosis suatu tumor berdasarkan hasil histopatologi biopsi tumor. Untuk mengambil biopsi dari tumor hidung tidaklah sulit. Jaringan langsung diambil
sedikit dengan tang biopsi dan perdarahan yang timbul biasanya cukup diatasi dengan tampon anterior Mangunkusumo, 1989.
Biopsi tumor sinus maksila biasanya dilakukan melalui pendekatan Caldwell-Luc, yang insisinya melalui sulkus ginggivo-bukal Mangunkusumo,
1989. Biopsi tumor sinus etmoid biasanya diambil dari perluasan tumor di rongga
hidung atau di kantus medius. Biopsi tumor sinus sfenoid dilakukan melalui pendekatn transnasal, tetapi sering kali biopsy didapat dari perluasan tumor ke
nasofaring atau rongga hidung. Biopsi tumor sinus frontal dilakukan dengan insisi supraorbital dan osteotomi Mangunkusumo, 1989.
2.7. Gambaran Histopatologi
Tumor jinak tersering adalah papiloma skuamosa diikuti oleh inverted papilloma dimana ini bersifat sangat invasif, dapat merusak jaringan di sekitarnya
serta sangat cenderung untuk menetap dan dapat berubah menjadi ganas. Karsinoma sel skuamosa merupakan gambaran histopatologi yang paling sering
pada keganasan sinonasal 70, dimana sinus maksila adalah yang tersering
Universitas Sumatera Utara
terkena 65-80, disusul sinus etmoid 15-25, sedangkan sinus sfenoid dan frontal jarang terkena Roezin, 2007; Sukri, 2012.
Tabel 2.1. Klasifikasi jenis tumor sinonasal Dhingra, 2010
2.7.1. Tumor Jinak Sinonasal 1. Papiloma Skuamosa
Lesi verrucous mirip dengan kutil kulit yang berasal dari nasal vestibule atau bagian bawah dari septum hidung, dapat tunggal atau multiple, pedunkulata
atau sessile. Pengobatan eksisi lokal dengan kateterisasi dari dasar untuk mencegah rekurensi kekambuhan. Tumor ini juga dapat diterapi dengan
cryosurgery atau laser Dhingra, 2010. 2. Inverted Papilloma
Kebanyakan tumor terlihat pada usia antara 40-70 tahun dan lebih sering pada laki-laki dibanding wanita 5:1. Tumor ini juga bersifat sangat invasif, dapat
merusak jaringan di sekitarnya serta sangat cenderung untuk menetap dan dapat berubah menjadi ganas.
Tumor ini berasal dari dinding lateral hidung dan seringnya pada unilateral. Ditandai dengan massa merah atau keabu-abuan, dapat
menyebabkan edema, seperti polip nasal. Inverted papilloma memiliki kecenderungan untuk timbul lagi setelah operasi pengangkatan dan mungkin
Universitas Sumatera Utara
terkait dengan karsinoma sel skuamosa 10-15 dari kasus tumor ini. Terapinya
dengan eksisi bedah luas rhinotomi lateral atau maksilektomi medial dan en bloc ethmoidectomy Dhingra, 2010.
3. Pleomorphic adenoma Tumor yang biasa terjadi, biasanya timbul dari septum hidung.
Terapinya dengan bedah eksisi yang luas Dhingra, 2010. 4. Schwannoma dan Meningioma
Tumor ini sangat jarang ditemukan pada intranasal. Terapinya adalah dengan eksisi bedah dengan rhinotomi lateral Dhingra, 2010.
5. Haemangioma
Gambar 2.2. Haemangioma Dhingra, 2010 Menurut Sukardja 2000 tumor jinak yang berasal dari pembuluh darah.
Tumor ini berwarna merah atau merah kebiru-biruan. A. haemangioma kapiler Pendarahan polip pada septum.
Ini adalah lembut, merah tua, tumor pedunkulata atau sessile berasal dari bagian anterior septum hidung. Biasanya dapat menjadi ulserasi dan hadir dengan
epistaksis berulang dan obtruksi pada hidung Gambar 2.3.. Terapi dengan local excision dengan mengunakan cuff sekitarnya mucoperichondrium Dhingra,
2010.
Universitas Sumatera Utara
B. haemangioma kavernosum. Ini berasal dari perbatasan pada dinding lateral hidung. Terapinya adalah
eksisi bedah dengan cryotherapy awal. Lesi yang luas mungkin memerlukan radioterapi dan eksisi bedah Dhingra, 2010.
6. Kondroma Tumor ini dapat timbul di sinus etmoid, rongga hidung atau septum
hidung. Kondroma ini biasanya halus, tegas dan berlobul. Ada juga yang bercampur dengan tipe lain seperti fibro, osteo, atau angiokondromas. Tumor ini
diterapi dengan eksisi bedah. Untuk tumor yang berulang atau besar, eksisi luas harus dilakukan karena kecenderungan untuk berubah menjadi ganas setelah
kejadian tumor yang berulang Dhingra, 2010. 7. Angiofibroma
Etiologi tumor ini masih belum jelas, berbagai macam teori banyak diajukan. Salah satu di antaranya adalah teori jaringan asal, yaitu pendapat bahwa
tempat perlekatan spesifik angiofibroma adalah di dinding posterolateral atap rongga hidung. Tumor jinak angiofibroma nasofaring sering bermanifestasi
sebagai massa yang mengisi rongga hidung bahkan juga mengisi seluruh rongga sinus patanasal dan mendorong bola mata ke anterior Roezin, 2007.
8. Glioma Dari semua glioma, 30 adalah intranasal dan 10 terdiri dari intra dan
extranasal. Biasanya terlihat pada bayi dan anak-anak. Glioma intranasal muncul sebagai polip yang tegas, kadang-kadang menonjol pada nares anterior Dhingra,
2010. 9. Dermoid Nasal
Tumor ini tampak seperti perluasan septum pada atas bagian superior hidung dengan penyebaran pada tulang nasal dan hypertelorism. Sinus bisa
Universitas Sumatera Utara
terlihat di tengah dorsum nasal dengan rambut yang menonjol dari permukaannya Dhingra, 2010.
2.7.2. Tumor Ganas Sinonasal 1. Karsinoma Sel Skuamosa
Menurut Barnes 2005 karsinoma sel skuamosa merupakan neoplasma epitelial maligna yang berasal dari epitelium mukosa kavum nasi atau sinus
paranasal termasuk tipe keratinizing dan non keratinizing. Karsinoma sel skuamosa sinonasal terutama ditemukan di dalam sinus
maksilaris sekitar 60-70, diikuti oleh kavum nasi sekitar 10-15 dan sinus sfenoid dan frontal sekitar 1 Barnes, 2005.
Secara makroskopik, karsinoma sel skuamosa kemungkinan berupa exophytic, fungating atau papiler. Biasanya rapuh, berdarah, terutama berupa
nekrotik, atau indurated, demarcated atau infiltratif Barnes, 2005. A. Mikroskopik Keratinizing Squamous Cell Carcinoma
Secara histologi, tumor ini identik dengan karsinoma sel skuamosa dari lokasi mukosa lain pada daerah kepala dan leher. Ditemukan diferensiasi
skuamosa, di dalam bentuk keratin ekstraseluler atau keratin intraseluler sitoplasma merah muda, sel-sel diskeratotik danatau intercellular bridges.
Tumor tersusun di dalam sarang-sarang, massa atau sebagai kelompok kecil sel- sel atau sel-sel individual. Invasi ditemukan tidak beraturan. Sering terlihat reaksi
stromal desmoplastik. Karsinoma ini terbagi atas diferensiansi baik, sedang atau buruk Barnes, 2005.
B. Mikroskopik Non-Keratinizing Cylindrical Cell, transitional Carcinoma Tumor ini merupakan tumor yang berbeda dari traktus sinonasal yang
dikarakteristikkan dengan pola plexiform atau ribbon-like growth pattern. Tumor dapat menginvasi ke dalam jaringan dibawahnya dengan batas yang jelas. Tumor
ini berdiferensiasi sedang ataupun buruk. Diferensiasi buruk sulit dikenal sebagai
Universitas Sumatera Utara
skuamosa dan harus dibedakan dari olfactory neuroblastoma atau karsinoma neuroendokrin Barnes, 2005.
C. Undifferentiated Carcinoma Undifferentiated carcinoma merupakan karsinoma yang jarang
ditemukan, sangat agresif dan histogenesisnya tidak pasti. Undifferentiated carcinoma berupa massa yang cepat memperbesar sering melibatkan beberapa
tempat saluran sinonasal dan melampaui batas-batas anatomi dari saluran sinonasal. Gambaran mikroskopik berupa proliferasi hiperselular dengan pola
pertumbuhan yang bervariasi, termasuk trabekular, pola seperti lembaran, pita, lobular, dan organoid. Sel-sel tumor berukuran sedang hingga besar dan bentuk
bulat hingga oval dan memiliki inti sel pleomorfik dan hiperkromatik, anak inti menonjol, sitoplasma eosinofilik, rasio inti dan sitoplasma tinggi, aktivitas mitosis
meningkat dengan gambaran mitosis atipikal, nekrosis tumor dan apoptosis. Pemeriksaan tambahan seperti imunohistokimia, mikroskop elektron dan biologi
molekuler seringkali diperlukan dalam diagnosis undifferentiated carcinoma dan dapat membedakan keganasan ini dari neoplasma ganas lainnya Barnes, 2005.
2. Adenokarsinoma Adenokarsinoma mempunyai asosiasi epidemiologi pada tukang kayu,
pembuat perabut dan tukang pengrajin kulit. Biasanya tampak pada bagian atas rongga hidung serta pada sinus etmoid. Adenokarsinoma lebih cenderung
terhadap progresif lokal yang ganas dan diobati dengan en bloc recsection bila diperlukan Cummings, 1998.
3. Melanoma Maligna Biasanya ditemukan pada usia 50 tahun. Tidak ada perbedaan yang
signifikan antara pria dan wanita. Secara makroskopik, massa polipoid berwarna keabu-abuan atau hitam kebiru-biruan ditemui pada 45 kasus. Di dalam kavum
nasi, lokasi yang sering ditemukan melanoma maligna ini adalah daerah posterior septum nasal diikuti dengan turbinate medial dan inferior. Tumor menyebar
Universitas Sumatera Utara
melalui aliran darah atau limfatik. Metastasis nodul servikal dapat ditemukan pada pemeriksaan awal Dhingra, 2010.
4. Olfaktori Melanoma Tumor ini dijumpai pada semua usia, tidak ada perbedaan insidens pada
pria ataupun wanita. Tumor ini berwarna merah disertai massa polipoidal di superior rongga hidung, merupakan tumor vaskular dan tampak berdarah pada
biopsi. Tumor ini mempunyai radiosensitif sedang dan dapat terapi dengan radiasi saja Dhingra, 2010.
5. Haemangiopericytoma Tumor ini jarang dijumpai, berasal dari sel pericyte-a yang dikelilingi
kapiler. Tumor ini bisa tampak pada lingkungan umur 60-70 tahun dan biasa disertai dengan epitaksis. Tumor ini juga bisa jinak ataupun ganas tetapi tidak
dapat dibedakan secara histologis. Terapinya adalah eksisi bedah. Radioterapi digunakan untuk lesi yang bisa dioperasi atau kambuh Dhingra, 2010.
6. Plasmacytoma Plasmacytoma ini biasanya mempengaruhi pria pada lingkungan usia lebih
dari 40 tahun. Terapinya adalah dengan radioterapi dikuti operasi tiga bulan kemudian, jika penyembuhan total tidak terjadi. Follow-up jangka waktu panjang
adalah penting untuk menghindari perkembangan myeloma multiple Dhingra, 2010.
7. Sarcoma Sarkoma
osteogenik, chondrosarcoma, rhabdomyosarcoma, angiosarcoma, histiocytoma ganas adalah tumor yang jarang mempengaruhi
rongga hidung Dhingra, 2010.
Universitas Sumatera Utara
2.8. Klasifikasi TNM dan Sistem Staging