tersebut akan berulang. Merupakan suatu teknik analisis sekuritas dengan menggunakan data historis perkembangan harga saham dan volume perdagangan
sebagai elemen utama. Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham
dengan mengamati perubahan harga di waktu yang lalu, dengan asumsi bahwa harga saham mencerminkan informasi yang ditunjukkan oleh perubahan harga di
waktu lalu sehingga peruhahan harga saham akan mempunyai pola tertentu dan pola tersebut akan berulang. Karena analisis ini mendasarkan atas perubahan
harga saham di masa lalu sehingga alat analisis utamanya adalah grafik atau chart yang akan membantu untuk mengetahui trend harga saham.
D. Rasio Profitabilitas
Dalam melakukan analisis perusahaan, selain ditinau dari laporan keuangan perusahaan, uga dapat dilakukan dengan mengguanakn analisis rasio
keuangan. Salah satu indikator prnting untuk melihat kinera serta prospek perusahaan dimasa yang akan datang adalah dengan melihat rasio profitabilits
perusahaan tersebut. Profitabilitas merupakan hasil bersih dari seumlah kebiakan dan keputusan perusahaan. Rasio profitabilitas memperlihatkan pengaruh
kombinasi likuiditas, aktivitas, dan leverage terhadap hasil operasi. Rasio ini mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Rasio profitabilitas terdiri dari 2 bagian, yang pertama rasio profitabilitas dalam hubungannya dengan volume penualan dan rasio profitabilitas dalam
hubungannya dengan investasi. Ada 3 rasio profitabilitas yang biasa digunakan dalam hubungannya dengan voulme penualan, antara lain : Gross Profit Margin,
Operating Profit Margin, dan Net Profit Margin NPM. Rasio profitabilitas yang biasa digunakan dalam hubungannya dengan investasi adalah Return on Equity
ROE dan Return on Assets ROA. Dari beberapa rasio profitabilitas yang ada ROE, ROA, dan NPM merupakan rasio utama dan dapat mewakili rasio-rasio
profitabilitas lainnya didalam menilai kinera perusahaan, karena ketiga rasio ini telah memperhitungkan pos-pos penting didalam laporan keuangan, yakni asset,
ekuitas, serta penualan. Oleh karena itu ROE, ROA, dan NPM merupakan rasio yang tepat untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
E. Analisis Variabel dengan Harga Saham 1. Return on Equity ROE
Return on Equity ROE merupakan salah satu dari rasio Profitabilitas yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengembalian atas investasi yang
ditanamkan oleh pemegang saham atau investor yang dapat dihitung dengan membagi laba setalah pajak atau Net Income After Tax NIAT terhadap modal
Sendiri yang berasal dari setoran modal pemilik. ROE digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan. Menurut Dendawiaya 2005:119, ROE merupakan indikator yang amat
penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang dikaitkan dengan
pembayaran deviden. Kenaikan yang teradi dalam rasio ini berarti teradi kenaikan laba bersih dari perusahaan tersebut. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan
menyebabkan kenaikan harga saham perusahaan. ROE dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Bersih Setelah Pajak ROE =
Total Equity
2. Return On Assets ROA
ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA maka
semakin posisi perusahaan karena hal ini mengindikasikan aktiva lebih cepat berputar dan meraih laba Harahap,2008:305. Menurut Lestari dan Sugiharto
2007: 196 ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi
rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada
investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin
diminati investor, karena tingkat pengembalian akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di Pasar Modal juga
akan semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
EBIT Return On Assets ROA =
Penjualan
3. Net Profit Margin NPM
Net Profit margin NPM merupakan salah salah satu rasio Profitabilitas yang digunakan untuk mengukur laba bersih dibandingkan dengan penjualan. Net
Profit margin NPM atau sering juga disebut dengan sales margin digunakan untuk melihat berapa perbandingan laba yang bisa dihasilkan dengan penjualan
yang dimiliki perusahaan. Apabila rasio NPM perusahaan besar maka menunjukan bahwa perusahaan berkinerja dengan baik, karena dapat
menghasilkan laba bersih yang besar melalui aktifitas penjualannya, sehingga digunakan investor dalam mengambil keputusan apakah membeli saham emiten
tersebut, karena laba bersih yang meningkat berpengaruh pada minat investor untuk menginvestasikan dananya di perusahaan tersebut, yang pada akhirnya akan
menyebabkan harga saham perusahaan tersebut meningkat. Net Profit margin NPM dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Bersih NPM =
Penjualan
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
Pasar modal atau Bursa Efek berdiri sejak jaman kolonial belanda pada tahun 1912 didirikan di Batavia , pusat pemerintahan kolonial Belanda dan pada
saat ini dikenal sebagai Jakarta. Pasar modal tersebut didirikan oleh pemerintahan Belanda untuk kepentingan pemerintahan Belanda. Meskipun pasar modal di
Indonesia telah ada sejak tahun 1912, namun perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tersebut tidak berjalan seperti yang diharapkan.
Pasar modal yang awalnya dikenal dengan nama Bursa Batavia ini pernah ditutup selama periode perang dunia pertama pada sekitar tahun 1914 sampai
tahun 1918 kemudian bursa efek ini dibuka lagi pada tahun 1925. selain mengoperasikan bursa Batavia pemerintahan kolonial belanda juga mulai
mengoperasikan bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa ini kembali dihentikan kembali ketika terjadi pendudukan pemerintahan jepang di
Batavia pada saat perang dunia kedua. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada
tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara
singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
a. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia
oleh Pemerintah Hindia Belanda. b.
1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I c.
1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
d. Awal tahun 1939 : Karena isu politik Perang Dunia II Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya ditutup. e.
1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
f. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar
Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman Lukman Wiradinata dan Menteri keuangan Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo.
Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI 1950 g.
1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.
h. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
i. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden
Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM Badan Pelaksana Pasar Modal. Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal.
Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
j. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten
hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
k. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 PAKDES 87
yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
l. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.
m. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia BPI mulai beroperasi dan dikelola
oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek PPUE, sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
n. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 PAKDES
88 yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
o. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya BES mulai beroperasi dan dikelola
oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. p.
13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
q. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan
sistem computer JATS Jakarta Automated Trading Systems.
r. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
s. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
t. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat scripless trading mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia. u.
2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh remote trading.
v. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya BES ke Bursa Efek Jakarta
BEJ dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia BEI.
B. Gambaran Umum Masing-masing Perusahaan Retail