E
y
= elastisitas pendapatan p
= persentase perubahan harga E
p
= elastisitas harga
V. METODE PENELITIAN
5.1. Kerangka Pendekatan
Secara umum pola konsumsi pangan menunjukkan susunan makanan yang mencakup jumlah dan jenis makanan rata-rata per orang per hari yang
umum dikonsumsi penduduk dalam jangka waktu tertentu. Konsumsi merupakan salah satu aspek ketahanan pangan.
Ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Indonesia dengan jumlah penduduk yang cukup besar dan terus
bertambah dari tahun ke tahun menuntut aspek ketahanan pangan menjadi program strategis pembangunan nasional.
Namun demikian, aspek ketahanan pangan tersebut juga memaksa tidak hanya faktor kuantitas, tetapi juga faktor
kualitas, termasuk di dalamnya asupan protein dalam rangka meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia.
Ikan menjadi
salah satu
pilihan penting
mengingat ketersediaannya
pada sebagian
besar wilayah
Indonesia serta
terjangkau oleh daya beli masyarakat. Tingkat
konsumsi ikan
masyarakat Indonesia
dari tahun
ke tahun
mengalami peningkatan. Walaupun mengalami peningkatan, namun masih lebih rendah
dibandingkan negara-negara
lain seperti
Malaysia dan
Jepang. Sementara itu, terdapat disparitas tingkat konsumsi per kapita antar daerah di
Indonesia. Variasi juga terjadi antar konsumsi ikan segar, ikan awetan, dan
udang. Keadaan
tersebut dapat
dipengaruhi oleh
berbagai faktor
sosial, ekonomi, budaya, serta preferensi yang dihubungkan dengan kondisi geografis.
Peubah-peubah tersebut berinteraksi dengan aspek ketersediaan ikan untuk konsumsi domestik dan ekspor, yang pada akhirnya menentukan pola dan
tingkat konsumsi ikan per kapita. Pola konsumsi per kapita akan mempengaruhi tingkat permintaan ikan secara nasional.
Dari beberapa
literatur diperoleh
informasi bahwa
studi mengenai
permintaan produk ikan masih sangat jarang dilakukan. Pada umumnya studi
yang dilakukan adalah studi mengenai permintaan pangan secara umum. Studi mengenai
permintaan produk
ikan umumnya
dijadikan satu
dengan studi
mengenai permintaan pangan hewani. Di sisi lain informasi mengenai pola konsumsi ikan dan bagaimana respon terhadap perubahan harga dan perubahan
pendapatan sangat
diperlukan untuk
menduga kesejahteraan,
pengaruh perubahan teknologi, perkembangan infrastruktur, atau kebijakan ekonomi lain.
Informasi ini
diperlukan secara
lebih spesifik,
bukan hanya
ikan secara
keseluruhan. Harga dan preferensi konsumen berbeda untuk setiap jenis ikan atau
kelompok ikan. Penelitian mengenai permintaan ikan secara spesifik termasuk suatu hal baru, khususnya di negara berkembang.
Karena kekurangan data permintaan ikan, proyeksi global tahun 2020 yang dilakukan oleh International
Food Policy
Research Institute
IFPRI berdasarkan
IMPACT model
tidak memasukkan komoditas ikan di dalamnya.
Pada tahun 1997 komoditas ikan baru
dimasukkan sebagai
salah satu
kategori dari
lima kelompok
produk livestock.
Secara global, FAO mengingatkan bahwa secara umum telah terjadi excess demand dibanding suplai produk perikanan di dunia.
Gap ini diduga terjadi karena pertumbuhan produksi perikanan dunia yang tidak bisa memenuhi
permintaannya akibat pertumbuhan penduduk dan usaha peningkatan konsumsi per kapita di beberapa negara yang akhirnya mendorong proses perdagangan
internasional. Aspek ini tidak dibahas dalam penelitian ini bagian biru pada