B. Penambahan dan Pengurangan Modal Negara Negara ke Dalam BUMN
1. Penambahan penyertaan
Penyertaan Modal Negara adalah pemisahan kekayaan Negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau penetapan cadangan perusahaan
atau sumber lain untuk dijadikan sebagai modal BUMN danatau Perseroan Terbatas lainnya, dan dikelola secara korporasi. Pengusulan adalah proses
penyelesaian administrasi baik dari aspek teknis maupun yuridis penyertaan modal Negara dalam BUMN
60
. Dalam proses pengusulan PMN kegiatannya meliputi:
a. Pengusulan Penyertaan modal Negara dalam rangka pendirian,
penambahan dan pengurangan penyertaan modal Negara pada BUMN dari Menteri Negara BUMN kepada Menteri Keuangan;
b. Penyelesaian pada Departemen Keuangan atas usulan penambahan
pengurangan penyertaan modal Negara danatau usulan terkait dengan penyerataan modal Negara dalam rangka pendirianpembubaran BUMN;
c. Tindak lanjut penyelesaian dokumen legal penyertaan modal Negara
dimaksud dalam bentuk Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri Keuangan sebagai pelaksanaan atas Peratuan Pemerintah tentang
penyertaan modal Negara dalam hal diperlukan. Dalam hal proses pengusulan untuk mendapatkan dokumen legal
penyertaan modal Negara yang sesuai ketentuan yang berlaku tidak diperlukan adanya penetapan dalam Peraturan Pemerintah maka dokumen legal dimaksud
diproses melalui mekanisme RUPS untuk mendapatkan keputusan RUPS.
60
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada BUMN dan Perseroan Terbatas, Pasal 1 angka 7.
Universitas Sumatera Utara
Adapun tujuan dari dilakukan penyertaan modal Negara dari Pemerintah Republik Indonesia kepada BUMN yaitu:
a. Optimalisasi Barang Milik Negara;
b. Mendirikan, mengembangkanmeningkatkan kinerja BUMN;
Sedangkan pertimbangan dilakukannya penyertaan modal Negara dari Pemerintah Republik Indonesia kepada BUMN yaitu:
a. Dalam rangka pendirian danatau mengembangkanmeningkatkan kinerja
BUMN; b.
Dalam rangka mendukung BUMN, untuk menjalankan tugas Kewajiban Pelayanan Umum yang diberikan oleh Pemerintah;
c. Yang diusulkan merupakan proyek selesai kementerianlembaga yang dari
awal pengadaannya telah diprogramkan untuk diserahkan pengelolaannya pada BUMN,;
d. Kekayaan negara yang tidak dipisahkan tersebut menjadi lebih optimal
apabila dikelola oleh BUMN; Sedangkan subjek penyertaan modal Negara pada BUMN adalah Institusi-
institusi yang terkait dengan penatausahaan dan pengusulan penyertaan modal Negara pada BUMN, dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing
meliputi: 1.
Kementerian Keuangan Sesuai UU Nomor 17 Tahun 2003, Menteri Keuangan antara lain memiliki
wewenang dan tanggung jawab sebagai pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan Kekayaan Negara yang dipisahkan. Di samping itu.
kedudukan Menteri Keuangan berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004
Universitas Sumatera Utara
adalah sebagai pengelola barang milik Negara. Namun demikian, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003 sebagian kewenangan Menteri Keuangan
terkait dengan kedudukannya sebagai wakil pemerintah pada BUMN dilimpahkan kepada Menteri Negara BUMN. Sedangkan kewenangan dalam rangka
penatausahaan dan pengusulan penyertaan modal Negara pada BUMN tetap berada pada Menteri Keuangan. Berkenaan dengan hal tersebut di atas, dan
dengan pertimbangan bahwa penyertaan modal Negara tidak saja ada pada BUMN, tetapi terdapat pula pada perseroan terbatas, maka selanjutnya Menteri
Keuangan mengatur pedoman lebih lanjut mengenai penatausahaan dan pengusulan penyertaan modal Negara pada BUMN dan perseroan terbatas.
Pengaturan tersebut menyangkut dokumen-dokumen yang diperlukan dalam rangka penatausahaan penyertaan modal Negara, institusi yang terlibat,
proses dokumentasi dokumen legal penyertaan modal Negara, pencatatan penyertaan modal Negara, dan pelaporan penyertaan modal Negara, serta
kegiatan-kegiatan terkait dalam pengusulan penyertaan modal negara. Terdapat beberapa Eselon I yang terkait dengan pegelolaan kekayaan Negara yang
dipisahkan, yaitu:
61
a. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Direktorat Barang Milik Negara II
terkait dengan pelaksanaan Penyertaan Modal Negara; b.
Badan Kebijakan Fiskal sekarang Pusat Pengelolaan Risiko Fisal terkait dengan risk management Penyertaan Modal Negara;
c. Direktorat Jenderal Anggaran Direktorat Anggaran III terkait dengan
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
61
RT. Sutandya R. Hadikusuma dan Sumatoro, Pengertian Pokok Perusahaan, Bentuk- bentuk Perusahaan yang Berlaku di Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, 1991, hal. 211
Universitas Sumatera Utara
d. Direktorat Jenderal Perbendaharan sekarang:
1 Direktorat Pengelolaan Kas Negara terkait dengan pencairan Dana
Penyertaan Modal Negara; 2
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan terkait dengan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.
e. Kementerian yang Ditunjuk danatau Diberi Kuasa Dalam Pembinaan
BUMN. Kementerian Negara BUMN memiliki wewenang dan tanggung jawab
sebagai wakil pemerintah selaku RUPS pada Persero dan pemegang saham pada Perseroan Terbatas, serta pemilik modal pada Perum. Dalam kaitannya dengan
penatausahaan dan pengusulan penyertaan modal Negara ini, Kementerian Negara BUMN bertanggung jawab untuk menyampaikan kepada Menteri Keuangan
dokumen penyertaan modal Negara yang tidak memerlukan penerbitan Peraturan Pemerintah, berupa keputusan RUPS dan penerbitan.
62
Semua keputusan terkait dengan PMN, serta konfirmasi dan klarifikasi atas penyertaan modal Negara pada BUMN dan Perseroan Terbatas yang ada pada
kewenangannya. Terkait dengan kegiatan pengusulan penyertaan modal Negara , Kementerian Negara BUMN mengusulkan penambahan pengurangan penyertaan
modal Negara pada batas-batas kewenangannya. Terdapat beberapa Eselon I yang terkait dengan pegelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan, yaitu:
a. Sekretariat Kementerian Negara BUMN;
b. Deputi Bidang Restrukturisasi dan Privatisasi.
62
Ibid, hal. 132
Universitas Sumatera Utara
f. Kementerian NegaraLembaga Teknis Terhadap PMN yang berasal dari
proyek selesai dan kekayaan negara yang tidak dipisahkan yang berada pada penguasaan departemenlembaga, MenteriPimpinan Lembaga
bertanggungjawab dalam pengusulan PMN dimaksud kepada Menteri Keuangan untuk diproses izin prinsip penghapusannya dengan tindak
lanjut disertakan pada BUMN melalui mekanisme sesuai ketentuan yang berlaku, sebelum dilakukan pengusulan dokumen legal PMN berupa PP
BUMNPerseroan Terbatas terkait. 4. BUMN Setiap BUMN Persero dan Perum berwenang untuk mengelola dan mengadministrasikan penyertaan
modal Negara yang diterimanya, dan selanjutnya bertanggung jawab dalam menvampaikan pelaporan secara periodik kepada Menteri.
Keuangan terkait dengan penyertaan modal Negara yang ada pada BUMN bersangkutan dengan menggunakan format laporan seperti terlampir, dan
disertai dengan Laporan Keuangan Perusahaan sebagai informasi tambahan untuk memperjelas kedudukan penyertaan modal Negara
dimaksud dalam laporan keuangan. Sedangkan mengenai tata cara penyertaan modal Negara terdapat dalam BAB II PP Nomor 44 Tahun
2005 Tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara Pada BUMN dan Perseroan Terbatas. 1. Penyertaan Modal Negara yang
Bersumber dari Fresh Money APBN Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, salah satu sumber penyertaan
modal Negara adalah fresh money yang bersumber dari APBN. Adapun tatacara penyertaan modal Pemerintah adalah sebagai berikut:
63
63
Ibrahim, Op. cit, hal. 145
Universitas Sumatera Utara
a. Menteri Negara BUMN danatau Menteri Teknis menyampaikan usulan
penyertaan modal Negara kepada Menteri Keuangan, paling lambat 6 enam bulan sebelum tahun anggaran bersangkutan yang dilengkapi
dengan kajian aspek bisnis dan aspek terkait lainnya. b.
Menteri Keuangan melakukan kajian atas usulan dimaksud. Untuk pengkajian tersebut Menteri Keuangan dapat membentuk Tim yang
anggotanya terdiri dari unsurunsur Departemen Keuangan, Kementerian Negara BUMN, Departemen Teknis, dan BUMN bersangkutan. Tim
tersebut mempunyai tugas antara lain sebagai berikut: 1
Melakukan penelitian data administratif dan fisik. 2
Melakukan kajian aspek finansial, aspek resiko fiskal, aspek yuridis, aspek administratif dan aspek bisnis serta aspek terkait lainnya.
3 melakukan kajian kelayakan Penyertaan Modal Negara.
4 menyusun dan menyampaikan rekomendasi hasil kajian kepada
Menteri Keuangan. c.
Dalam hal usulan penyertaan modal Negara dinyatakan layak untuk diteruskan, Menteri Keuangan menyampaikan rencana penyertaan modal
Negara kepada Dewan Perwakilan Rakyat DPR sebagai bagian dari pembahasan Rancangan UndangUndang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara APBN. Persetujuan DPR terhadap rencana penyertaan modal Negara tertuang dalam Undang-Undang APBN.
d. Atas dasar persetujuan DPR tersebut, Menteri Keuangan menyiapkan:
1 usulan Penyertaan Modal Negara kepada Presiden dengan
melampirkan rancangan Peraturan Pemerintah; dan
Universitas Sumatera Utara
2 penerbitan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran DIPA. Penyiapan
rancangan Peraturan Pemerintah dikoordinasikan oleh Direktur Jenderal Kekayaan Negara. Sedangkan Penyiapan penerbitan DIPA
dilakukan oleh Direktur Jenderal Anggaran untuk selanjutnya memperoleh pengesahan dari Direktur Jenderal Perbendaharaan.
Menteri Keuangan Direktur Jenderal Perbendaharaan melakukan pencairan DIPA setelah ditetapkannya Peraturan Pemerintah mengenai
penyertaan modal Negara bersangkutan. 3
Penyertaan Modal Negara Dari Barang Milik Negara Pada Kementerian Keuangan
Selain bersumber dari fresh money, penyertaan modal Negara dapat juga bersumber dari Barang Milik Negara BMN. BMN yang akan menjadi
penyertaan modal Negara dapat dikelompokan dalam beberapa jenis, yaitu: a.
BMN yang dibeli dengan dana APBN yang sejak semula diperuntukkan sebagai penyertaan modal negara
b. BMN yang dibeli dengan dana APBN namun semula tidak
iperuntukkan sebagai penyertaan modal Negara c.
BMN yang berasal Dari Perolehan Lainnya Yang Sah a.
Penyertaan modal Negara yang bersumber dari BMN yang diperoleh dari APBN yang sejak semula diperuntukkan sebagai Tata Cara Penyertaan
Modal Negara atas BMN penyertaan modal Negara adalah sebagai berikut:
1 Menteri Keuangan melakukan kajian atas rencana penyertaan modal
Negara yang bersumber dari BMN, yang pengadaannya berasal dari
Universitas Sumatera Utara
APBN dan sejak semula diperuntukkan sebagai penyertaan modal Negara. Dalam rangka pelaksanaan pengkajian, Menteri Keuangan
dapat membentuk Tim yang anggotanya terdiri dari unsurunsur Departemen Keuangan, Kementerian Negara BUMN, Departemen
Teknis, dan BUMN bersangkutan. 2
Menteri Keuangan dapat menunjuk penilai independen guna melakukan penilaian atas nilai BMN yang akan dijadikan penyertaan
modal Negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Menteri Keuangan dapat meminta masukan dari Menteri Negara
BUMN dan Menteri Teknis terhadap rencana penyertaan modal Negara .
3 Dalam hal rencana penyertaan modal Negara dinyatakan layak untuk
diteruskan, Menteri Keuangan menyampaikan usulan rencana penyertaan modal Negara kepada Presiden dengan melampirkan
rancangan Peraturan Pemerintah. 4
Dalam hal Peraturan Pemerintah mengenai penyertaan modal Negara dimaksud telah ditetapkan oleh Presiden, Menteri Keuangan Direktur
Jenderal Kekayaan Negara melakukan serah terima BMN yang telah menjadi penyertaan modal negara kepada BUMN.
b. Dari APBN Yang Semula Tidak Diperuntukkan Sebagai Penyertaan
Modal Negara Menteri Keuangan melakukan kajian atas rencana penyertaan modal
Negara yang bersumber dari BMN, yang pengadaannya berasal dari APBN dan pada awalnya tidak diperuntukkan sebagaipenyertaan modal negara. Dalam
Universitas Sumatera Utara
rangka pelaksanaan pengkajian, Menteri Keuangan dapat membentuk Tim yang anggotanya terdiri dari unsu-runsur Departemen Keuangan, Kementerian Negara
BUMN, Departemen Teknis, dan BUMN bersangkutan. Tim tersebut mempunyai tugas antara lain sebagai berikut:
1 Melakukan penelitian data administratif dan fisik.
2 Melakukan kajian aspek finansial, aspek resiko fiskal, aspek yuridis, aspek
administratif dan aspek bisnis serta aspek terkait lainnya. 3
Melakukan kajian kelayakan Penyertaan Modal Negara. 4
Menyusun dan menyampaikan rekomendasi hasil kajian kepada Menteri Keuangan. Menteri Keuangan dapat menunjuk penilai independen guna
melakukan penilaian atas nilai BMN yang akan dijadikan penyertaan modal Negara sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. Menteri
Keuangan dapat meminta masukan dari Menteri Negara BUMN dan Menteri Teknis terhadap rencana Penyertaan Modal Negara.
Dalam hal rencana Penyertaan Modal Negara dinyatakan layak untuk diteruskan, Menteri Keuangan menyampaikan usulan rencana penyertaan modal
Negara kepada Dewan Perwakilan Rakyat DPR dengan tembusan kepada Presiden. Apabila usulan penyertaan modal Negara tersebut disetujui DPR,
Menteri Keuangan menyampaikan usulan penyertaan modal Negara kepada Presiden dengan melampirkan rancangan Peraturan Pemerintah. Dalam hal
Peraturan Pemerintah mengenai penyertaan modal negraa dimaksud telah ditetapkan oleh Presiden, Menteri Keuangan Direktur Jenderal Kekayaan Negara
Universitas Sumatera Utara
melakukan serah terima BMN yang telah menjadi penyertaan modal negraa kepada BUMN.
64
c. Dari Perolehan Lainnya Yang Sah Menteri Keuangan melakukan kajian
atas rencana penyertaan modal Negara yang bersumber dari perolehan lainnya yang sah, antara lain:
1 barang yang diperoleh dari hibahsumbangan atau yang sejenis;
2 barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjiankontrak;
3 barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang; atau
4 barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap. Dalam rangka pelaksanaan pengkajian, Menteri Keuangan membentuk
Tim yang anggotanya terdiri dari unsur-unsur Departemen Keuangan, Kementerian Negara BUMN, Departemen Teknis, dan BUMN bersangkutan.
Menteri Keuangan menunjuk penilai independen guna melakukan penilaian atas nilai BMN yang akan dijadikan penyertaan modal Negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan. Menteri Keuangan dapat meminta masukan dari Menteri Negara BUMN dan Menteri Teknis terhadap
rencanapenyertaan modal negara. Dalam hal rencana penyertaan modal Negara dinyatakan layak untuk diteruskan:
a. bagi rencana penyertaan modal Negara yang bernilai diatas Rp100 miliar
danatau berupa tanah dan bangunan yang sesuai ketentuan peraturan perundangundangan harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan DPR,
dengan ketentuan sebagai berikut:
64
Achmad Ichsan, Dunia Usaha Indonesia, Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2000, hal. 475
Universitas Sumatera Utara
1 Menteri Keuangan mengajukan permohonan persetujuan penyertaan
modal Negara kepada DPR dengan tembusan kepada Presiden; 2
berdasarkan persetujuan dari DPR, Menteri Keuangan menyampaikan usulan penyertaan modal Negara kepada Presiden dengan
melampirkan rancangan Peraturan Pemerintah. b.
bagi rencana penyertaan modal Negara yang bernilai dari Rp10 miliar sampai dengan Rp100 miliar, dengan ketentuan sebagai berikut:
1 Menteri Keuangan mengajukan permohonan persetujuan prinsip
pelaksanaan penyertaan modal Negara kepada Presiden; 2
berdasarkan persetujuan prinsip dari Presiden, Menteri Keuangan Direktur Jenderal Kekayaan Negara mengkoordinasikan penyiapan
rancangan Peraturan Pemerintah untuk selanjutnya disampaikan kepada Presiden guna memperoleh penetapan.
c. bagi rencana penyertaan modal Negara yang bernilai dibawah Rp10 miliar,
Menteri Keuangan menyampaikan rancangan Peraturan Pemerintah kepada Presiden guna memperoleh penetapan.
Dalam hal Peraturan Pemerintah mengenai penyertaan modal Negara dimaksud telah ditetapkan oleh Presiden, Menteri Keuangan Direktur Jenderal
Kekayaan Negara melakukan serah terima Barang Milik Negara BMN yang telah menjadi penyertaan modal Negara kepada BUMN.
2. Pengurangan