Parameter Karakter Atmospheric Teori

Stable Boundary Layer SBL yang terbentuk saat kondisi atmosfer stable terbentuk di bawah Residual Layer RL yaitu lapisan atmosfer yang netral, kedua lapisan ini terbentuk pada malam hari Gambar 10. Gambar 10 ABL di bagi menjadi tiga bagian mixed layer ML, stable boundary layer SBL, dan residual layer RL modifikasi dari: Stull 1999 Surface Layer SL disebut juga sebagai Prandtl Layer, lapisan ini ketebalannya antara 20-100 m. Pada lapisan ini turbulen relatif konstan terhadap ketinggian. Pengaruh gaya koriolis dapat diabaikan dekat permukaan, jadi pembentukan angin di dalam Prandtl Layer dapat diabaikan. Kecepatan angin meningkat dengan kuat pada lapisan ini, kecepatannya bahkat lebih kuat setengah kali lipat dari kecepatan angin pada puncak ABL Zdunkowski dan Bott 2003. Di atas lapisan Prandtl yang merupakan ML disebut juga sebagai Ekman Layer, ketebalannya mencapai 1000 m tergantung pada stabilitas atmosfer. Turbulensi pada lapisan ini menurun hingga nol pada puncak ekman layer. Di atas Ekman Layer aliran udara relatif tidak turbulen turbulensi sangat lemah. Pengaruh gaya koriolis pada lapisan ini menyebabkan pembentukan vektor angin. Daerah antara permukaan bumi hingga puncak Ekaman Layer di sebut Planetary Boundary Layer Atmospheric Boundary Layer Zdunkowski dan Bott 2003. Dalam siklus ABL di daratan, transisi terjadi di antara dua model dasar yang mendekati kondisi netral. Seperti siklus diurnal yang menunjukkan dua tahapan utama, pertama model unstable, pada model ini lapisan campuran terjadi setelah matahari terbit dan berlangsung sampai sore hari atau ketika evening trantition terjadi. Kedua, model stable yang terbentuk setelah matahari terbenam dan mulai menghilang ketika pagi hari menjelang matahari terbit, memberikan sedikit jeda hingga lapisan campuran terjadi lagi Columbie 2008. ABL secara kontinyu merespon pemanasan dan pendinginan permukaan bumi, yang menyebabkan ABL memiliki kondisi yang berbeda yang digambarkan dalam bentuk yang sederhana. Bentuknya mengikuti pergerakan matahari, ketika matahari terbit sebuah CBL terbentuk di dekat permukaan kemudian sinar matahari memanaskan permukaan. CBL tumbuh pada pagi hari hingga mencapai ketebalan 1-2 km pada siang hari. Inversi permukaan umumnya ada sebelum matahari terbit yang menjadi lapisan penutup, lapisan ini terus naik seiring dengan naiknya CBL Kaimal dan Finnigan 1994. Gambar 11 Evolusi CBL dan SBL dalam merespon pemanasan dan pendinginan permukaan modifikasi dari: Garrat 1992

4.1.2 Parameter Karakter Atmospheric

Boundary Layer ABL ABL adalah lapisan yang sangat dipengaruhi oleh permukaan bumi. Interaksi antara ABL dan permukaan bumi menyebabkan terjadinya proses-proses unik yang menjadi karakter ABL. Karakter- karakter ABL tersebut dapat diidentifikasi oleh beberapa parametervariabel meteorologi seperti suhu udara, kelembaban, dan kecepatan angin. Selain variabel-variabel meteorologi tersebut, faktor stabilitas atmosfer juga menjadi hal yang penting dalam menentukan karakter ABL. 4.1.2.1 Stabilitas Atmosfer Dalam menentukan stabiltas atmosfer dilakukan dengan dua pendekatan yaitu stabilitas statis dan stabilitas dinamis. Pada stabilitas statis penentuan stabilitas atmosfer didasarkan pada gaya apung Bouyance Force dan tidak mempertimbangkan shear angin. Sedangkan pada stabilitas dinamis mempertimbangkan gaya apung dan shear angin. Stabilitas Statis Stabilitas statis membagi kondisi atmosfer menjadi tiga yaitu kondisi unstable, neutral, dan stable. Ketiga kondisi tersebut didasarkan pada laju penurunan suhu terhadap ketinggian lapse rate. Ahrens 2002 membagi laju penurunan suhu ke dalam tiga kategori yaitu SALR Saturated Adiabatic Lapse Rate, DALR Dry Adiabatic Lapse Rate, dan ELR Environmental Lapse Rate. Berdasarkan data radisonede nilai lapse rate tersebut adalah: SALR = 6˚C1000 m ELR = 4˚C1000 m, stable DALR = 10˚C1000 m ELR = 11˚C1000 m, unstable a Unstable Kondisi unstable terjadi ketika ELR lebih besar dari DALR. Kondisi ketidakstabilan conditional instability terjadi ketika ELR berada diantara SALR dan DALR. Rata-rata ELR di tropsfer adalah 6.5˚C1000m. Nilai ini berada diantara DALR dan rata-rata SALR, dengan demikian kondisi atmosfer di troposfer cenderung dalam kondisi ketidakstabilan Ahrens 2002. Penyebab ketidakstabilan adalah suhu udara lebih dingin dibandingkan dengan suhu permukaan. Penyebab suhu udara menjadi dingin adalah: 1. Angin yang membawa udara dingin adveksi dingin 2. Perawanan yang mengemisikan radiasi infra merah ke atmosfer. Penyebab suhu permukaan menjadi lebih hangat adalah: 1. Pemanasan matahari pada siang hari 2. Aliran udara hangat yang dibawa oleh angin 3. Pergerakan udara yang melalui permukaan yang hangat Jika gaya apung memindahkan parsel udara ke bagian yang lebih atas dari titik mula-mula, maka udara diantara ketinggian titik mula-mula dengan ketinggian parsel saat berpindah menjadi tidak stabil. Karena ketidakstabilan ini persel udara akan terus bergerak ke atas menghasilkan srkulasi konvektif bahkan awan konvektif. Untuk menentukan daerah tidak stabil menggunakan perpindahan parsel udara secara stabilitas statis non-lokal. Parsel udara yang memiliki suhu potensial relatif maksimum berdasarkan konsep akan naik secara adiabatik. Begitu pula sebaliknya, parsel udara yang memiliki suhu potensial yang relatif minimum akan turun secara adiabatik pula hingga menyentuh sounding atau permukaan tanah. Daerah tempat pergerakan persel tersebut disebut sebagai daerah statically unstable. Suhu potensial relatif maksimum adalah suhu parsel udara yang lebih hangat dari suhu lingkungan, sedangkan suhu potensial relatif minimum adalah suhu parsel udara yang lebih rendah dari suhu lingkungan Stull 2000. a b Gambar 12 Kondisi atmosfer unstable pada parsel udara kering a; Kondisi atmosfer unstable pada parsel udara jenuh b modifikasi dari: Ahrens 2002 b Neutral Bagian dari sounding dimana ELR sama dengan Adiabatic Lapse Rate ALR, tetapi kondisinya berbeda dengan nonlocally unstable, kondisi seperti ini disebut statically neutral. Parsel udara yang bergerak dalam lingkungan ini tidak akan merasakan gaya apung. ∆ ∆ ≈ − г г atau ∆� ∆ ≈ г − г Stull 2000. c Stable Kondisi stable adalah suatu kondisi dimana ELR selalu lebih kecil dari SALR. Pada kondisi stabil, ELR 4˚C1000 m sehingga nilai ELR selalu lebih kecil dari SALR dan DALR pada semua level. Pada kondisi stable, atmosfer menahan gerakan vertikal parsel udara menyebabkan parsel udara cenderung bergerak secara horizontal. Pada kondisi ini akan terbentuk awan secara horizontal seperti awan cirrostratus, altostratus, nimbostratus, atau stratus. Kondisi stable terjadi ketika laju suhu lingkungan sangat kecil dan ketika perbedaan suhu udara dan suhu udara permukaan relatif kecil. Kondisi stabil juga terjadi apabila suhu permukaan lebih dingin dibandingkan dengan suhu udara di atasnya. Suhu lingkungan dapat menjadi dingin disebabkan oleh beberapa faktor: 1. Pendinginan permukaan pada malam hari 2. Aliran udara permukaan dingin yang dibawa oleh angin cold advection 3. Pergerakan udara yang melalui permukaan yang dingin Bagian dari sounding dimana penurunan suhu terhadap ketinggian lebih kecil dari adiabatik, dan kondisinya berbeda dengan nonlocally unstable, kondisi ini disebut statically stable. Parsel udara yang bergerak di daerah ini akan mengalami gaya apung yang berlawanan arah dengan perpindahannya. ∆ ∆ − г г atau ∆� ∆ г − г Dalam kondisi tidak jenuh parsel udara akan statically stable jika suhu potensial bertambah terhadap ketinggian Stull 2000. a b Gambar 13 Kondisi atmosfer stable pada parsel udara kering a; kondisi stable pada parsel udara jenuh b. modifikasi dari: Ahrens, 2002 Stabilitas statis non-lokal Stabilitas statis non-lokal merupakan pembaharuan dari stabilitas statis lokal. Karena stabilitas statis lokal dianggap sudah tidak relevan dalam menggambarkan stabilitas atmosfer. Pada stabilitas statis lokal stabilitas atmosfer digambarkan menggunakan parameter stabilitas statis s yang dirumuskan: = � �� �� Tetapi parameter ini kurang relevan untuk menggambarkan seluruh kondisi stabilitas atmosfer di dalam ABL karena pada Surface Layer SL kondisi atmosfer superadiabatik menyebabkan parsel udara mengalami perpindahan yang signifikan sebelum parsel udara mencapai ML. Oleh sebab itu stabilitas statis lokal diubah menjadi stabilitas statis non-lokal yang menggunakan parameter suhu potensial virtual θ v . Dalam menentukan stabiltas atmosfer untuk tiap-tiap lapisan, parsel udara akan bergerak naik atau turun dari semua titik asal yang memungkinkan untuk mulai. Dalam praktek, perhatikan titik maksimum atau titik minimum suhu potensial virtual parsel udara. Parsel udara bergerak naik atau turun tergantung pada gaya apung parsel bukan pada Lapse Rate lokal. Gaya apung parsel udara hangat untuk naik dan gaya apung parsel udara dingin untuk turun. Dengan demikian stabilitas statis non-lokal dapat dibagi menjadi empat kategori yaitu unstable, stable, neutral, dan unknown Arya 2001. Gambar 14 Karakteristik stabilitas statis nonlokal berdasarkan suhu potensial virtual sumber: Arya P 2001 Stabilitas Dinamis Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam penentuan stabilitas atmosfer dengan menggunakan pendekatan stabilitas dinamik tidak hanya memperhatikan faktor gaya apung tetapi shear angin juga memiliki peran penting. Dalam stabilitas aliran angin dapat menjadi turbulen dalam statically stable jika shear angin cukup kuat. Dalam menentukan stabilitas atmosfer dan turbulensi pada stabilitas dinamis digunakan parameter Richadson number yang tidak berdimensi. �� = � . ∆ +Г . ∆ . ∆ 2 + ∆ 2 atau �� = � . ∆� . ∆ . ∆ 2 + ∆ 2 atau �� = � � 2 . ∆ 2 ∆ 2 + ∆ 2 Dimana ∆ , ∆ , dan ∆ adalah suhu virtual dan kecepatan angin yang pada ketinggian ∆ = 2 − 1 . Lapse rate a diabatik kering Г d = 9.8 Kkm. Suhu udara dalam Kelvin. Pada udara yang relatif kering T v ≡ T dan θ v ≡ θ. Dalam pendekatannya, untuk menentukan Dynamic Unstable dan turbulensi digunakan Richardson Number. Suatu kondisi atmosfer dikatan tidak stabil dan turbulen apabila Ri Ri c . Ri c adalah Critical Richardson Number yang bernilai 0.25. Untuk Richardson Number yang bernilai lebih besar dari 0.25 menunjukkan bahwa kondisi atmosfer Statically Stable. Sedangkan kondisi atmosfer yang tidak stabil menghasilkan Richardson Number yang bernilai lebih kecil dari 0.25 bahkan bernilai negatif, yang dinamakan Dynamical Instability. Udara yang menjadi Dynamical Instability sering disebut sebagai gelombang kevin-helmholtz. Baik stabilitas dinamis maupun stabilitas statis belum memberikan pengukuran yang tepat tentang eksistensi turbulensi. Dalam stabilitas statis tidak memasukkan pengaruh shear angin dalam menghasilkan turbulensi. Sedangkan dalam stbilitas dinamis tidak memasukkan proses-proses non-lokal yang dapat menghasilkan turbulensi. Sehingga dalam menentukan turbulensi diperlukan kedua pendekatan tersebut Stull 2000. 4.1.2.2 Profil Vertikal Suhu dan Kelembaban Pemanasan permukaan menyebabkan lapisan thermal naik dari permukaan yang menghasilkan turbulensi. Gaya gesek permukaan yang menyebabkan angin dekat permukaan lebih lambat daripada angin pada lapisan yang lebih atas, juga menghasilkan turbulensi. Turbulensi dihasilkan oleh proses percampuran suhu potensial dekat permukaan yang nilainya relatif lebih rendah dengan suhu potensial dari ketinggian tertentu yang nialinya lebih tinggi. Dengan demikian profil suhu potensial dapat digunakan untuk menentukan ketebalan ABL. Capping Inversion CI adalah batas atas ABL yang dicirikan dengan stabilitas statis, yang menekan turbulen di dalamnya. Turbulen dari bawah sulit menembus CI dan tetap berada di dalam ABL. Dengan demikian turbulensi membantu pembentukan CI dan CI memerangkap turbulen di dalam ABL Wallace dan Hobbs 2006. Stable Boundary Layer SBL atau Nocturnal Boundary Layer NBL terbentuk di dekat permukaan pada malam hari, proses pembentukannya dengan cara merespon pendinginginan dari permukaan. Di bagian atas, CI yang terbentuk pada siang hari masih tetap ada. SBL dekat permukaan menghasilkan turbulensi yang lemah. Diantara dua SBL terdapat Residual Layer RL dengan turbulensi sama dengan nol, merupakan residual panas, kelembaban, dan polutan, dan tempat terjadinya Mixed Layer ML pada siang hari Wallace dan Hobbs 2006. Gambar 15 juga menunjukkan profil kelembaban spesifik, μ. Evaporasi dari permukaan pada siang hari menambah kelembaban pada ABL. Kelembaban spesifik menurun terhadap ketinggian di dalam SL, kemudian ketika kelembaban masuk ke dalam lapisan ML menyebabakan lapisan ML lebih lembab dan pada lapisan yang lebih atas yaitu FA kelembaban menurun drastis melalui CI Wallace dan Hobbs 2006. Gambar 15 Sketsa profil vertikal suhu T, suhu potensial θ, kelembaban spesifik μ, dan kecepatan angin V pada siang hari dan malam hari. FA=Free Atmosfer, EZ=Entrainment Zone, ML=Mixed Layer, SL=Surface Layer, CI=Capping Inversion, RL=Residual Layer, SBL=Stable Boundary Layer, zi= ketinggian capping inversion, Vg=angin geostrofik modifikasi dari: Wallace dan Hobbs 2006 Pada malam hari, udara lembab sebagian besar berada di tengah dan di bagian atas ABL. Pendinginan permukaan dapat menyebabkan pembentukan embun dan forst yang mengurangi kelembaban di lapisan bawah ABL. Pada kondisi lain, ketika tidak terjadi embun dan forst, kelembaban relatif homogen pada bagian tengah dan bawah ABL Wallace dan Hobbs 2006. Profil vertikal suhu dan kelembaban udara di lautan secara diurnal memiliki variasi yang kecil perubahannya sedikit, ini disebabkan suhu permukaan laut yang sedikit sekali berubah. Perbedaan suhu permukaan laut pada siang hari dan malam hari kurang dari 0.5˚C. Arya 1988. 4.1.2.3 Profil Verikal Kecepatan Angin Besar dan arah angin dekat permukaan serta variasinya terhadap ketinggian di ABL memiliki karakter yang unik yaitu turbulensi yang tidak terdapat pada lapisan-lapisan atmosfer lainnya Arya 2001. Gambar 16 Evolusi profil angin di dalam ABL selama cuaca cerah di dartan sumber: Stull 2000 Di daratan selama cuaca cerah angin mengalami siklus diurnal seperti pada gambar 16. Beberapa jam ssetelah matahari terbit pukul 09.00 WS dimana ketebalan ABL masih dangkal 300 m kecepatan angin relatif homogen terhadap ketinggian dan mendekati nol di dekat permukaan. Pada siang hari, saat ABL lebih tebal, kecepatan angin tetap moderate dekat permukaan dan terus meningkat lebih cepat dengan bertambahnya ketinggian. Setelah matahari terbenam, intensitas turbulensi biasanya berkurang, dan gaya gesek permukaan menghasilkan angin di lapisan bawah. Bagaimanapun, tanpa turbulensi, udara di tengah ABL tidak akan merasakan gaya gesek permukaan dan tidak akan mengalami percepatan. Pada pukul 03.00 WS kecepatan angin di beberapa ratus meter di atas permukaan mendekati kecepatan angin geostrofik, walapun kecepatan angin di permukaan relatif kecil Stull 2000. 4.1.3 Atmospheric Boundary Layer ABL di Wilayah Lautan Penutupan awan pada ABL di atas lautan berbeda dengan di daratan, hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu:  Kelembaban relatif udara permukaan yang cenderung lebih tinggi 75.  Karena RH udara yang lebih tinggi pembentukan awan lebih intensif.  Dengan penutupan awan yang tersebar luas, transfer radiatif memerankan peran yang lebih penting dan lebih kompleks dalam keseimbangan panas di dalam ABL.  Di beberapa daerah, drizzle memiliki peran yang penting dalam keseimbangan panas dan air di ABL.  Siklus diurnal tidak terlalu penting, dan siklus tersebut di atur oleh faktor fisik yang berbeda . Wallace dan Hobbs 2006. Di daerah daratan tropis yang merupakan dasar inversi angin pasat ~1.500 m memiliki vertikal transfer yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah Midlatitudes termasuk konveksi awan cumulus. Ketika awan terbentuk, Subcloud Layer berperan sebagai CI dan dasar dari Subcloud Layer dimana θv mulai meningkat terhadap ketinggian adalah nilai dasar awan, yang menjadi batas atas ABL dan digunakan untuk menentukan ketinggian proses-proses konveksi dibawahnya LeMone 1978 dalam Kaimal dan Finnigan 1994. Sedangkan untuk wilayah lautan di daerah tropis, gradien suhu cenderung mendekati nilai adiabatik, dan konveksi dibangkitkan oleh panas laten dari fluks kelembaban di permukaan. Namun demikian, CBL di lautan mrnunjukkan kesamaan dengan CBL di daratan pada daerah tropis LeMone 1978 dalam Kaimal dan Finnigan 1994. 4.2 Profil Vertikal Diurnal Variabel- Variabel ABL di Tiga Wilayah Kajian pada Tanggal 02 Februari 2010

4.2.1 Bogor