74
Dari populasi tersebut diambil sampel dua kelas sebagai kelas subyek penelitian yang diambil secara acak dan terambil kelas Xc dan kelas Xf. Kelas Xc
sebagai kelompok eksperimen dan kelas Xf sebagai kelompok kontrol. 3. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini sample diambil secara acak sederhana. Pengambilan anggota populasi untuk dijadikan sampel dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu, sehingga akhirnya didapat sampel penelitian, yaitu kelas Xc dan kelas Xf.
D. Variabel Penelitian
Untuk pengambilan data, dalam penelitian ini terdapat dua buah variabel yaitu :
1. Variabel Bebas a. Penggunaan Pendekatan Konstruktivisme
1 Definisi Operasional : penggunaan pendekatan konstruktivisme melalui metode mengajar fisika adalah cara menyampaikan
materi pelajaran fisika yang menuntut kreativitas siswa dalam memperoleh suatu konsep yang
sedang dipelajari. 2 Kategori
: - pendekatan konstruktivisme melalui metode eksperimen.
- pendekatan konstruktivisme melalui metode demonstrasi.
3 Skala Pengukuran : nominal
b. Ketrampilan menggunakan alat ukur 1 Definisi
: Ketrampilan menggunakan alat ukur adalah kemampuan dalam menggunakan alat ukur dan
membaca besaran yang tertera pada alat ukur itu. 2 Indikator
: nilai pokok bahasan Gerak Lurus. 3 Kategori
: - Ketrampilan menggunakan alat ukur tinggi, yaitu nilai siswa lebih dari nilai rata-rata.
75
- Ketrampilan menggunakan alat ukur rendah, yaitu nilai siswa kurang dari nilai rata-rata.
4 Skala Pengukuran : nominal
2. Variabel Terikat Variabel terikat disini adalah kemampuan kognitif siswa pokok bahasan
Gerak Lurus. Definisi Operasional : kemampuan kognitif siswa adalah tingkat penguasaan
siswa dalam mempelajari fisika. Indikator
: nilai mata pelajaran fisika pokok bahasan Gerak Lurus. Skala Pengukuran
: interval.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data penelitian digunakan teknik dokumentasi dan teknik tes.
1. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data kemampuan
awal siswa berupa nilai mata pelajaran fisika sebelum materi gerak lurus semester I kelas X.
2. Teknis Tes Teknis tes digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa pada
bahasan Gerak Lurus sebagai instrumen pengumpul datanya berupa seperangkat tes hasil belajar dalam bentuk obyektif tes.
F. Instrumen Penelitian
Sebelum tes digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu diadakan uji coba soal untuk mengetahui kualitas soal yang digunakan. Untuk mendapatkan
perangkat tes yang berkualitas, syarat yang harus dipenuhi adalah validitas, reliabilitas, daya pembeda dan derajat kesukaran.
a. Uji Validitas
76
“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen” Suharsimi Arikunto, 2002 : 144.
Untuk mengukur validitas butir soal dalam penelitian ini digunakan korelasi point biserial dengan rumus :
q P
S M
- M
r
t t
p pbis
= Suharsimi Arikunto, 2002 : 252
Dimana : r
pbis
: koefisien korelasi point biserial M
p
: mean skor dari subyek yang menjawab benar bagi item yang dicari korelasinya dengan tes
M
t
: mean skor total S
t
: standar deviasi dari skor total P
: proporsi subyek yang menjawab benar q
: proporsi subyek yang menjawab salah = 1 – p
1
Kriteria item: r
pbis
r
tabel
: valid r
pbis
£ r
tabel
: invalid b. Uji Reliabilitas
“Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik” Suharsimi Arikunto, 2002 :154. Dalam penelitian ini reliabilitas instrumen dicari dengan rumus Kuder
Richardson 20 KR-20. Rumus tersebut adalah : ú
û ù
ê ë
é S
úû ù
êë é
=
2 t
i i
2 11
S q
p -
1 -
n n
t
S r
Anas Sujiono, 2005 : 252 Dimana :
r
11
: Koefisien reliabilitas tes n : Banyak butir soal
S
2 t
: Jumlah varian data p
i
: Proporsi subyek yang menjawab benar pada sesuatu butir proporsi subyek yang mendapat skor 1
77
i i
q p
S : jumlah dari hasil perkalian antara p
i
dan q
i
q
i
: Proporsi subyek yang menjawab salah proporsi subyek yang mendapat skor 0 q
i
= 1- p
i
setelah diperoleh harga r
11
kemudian dikonsultasikan dengan tabel harga r product moment. Apabila r
11
r
tabel
dikatakan instrumen tersebut reliabel.
c. Menentukan Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang kurang pandai berkemampuan rendah. Makin tinggi nilai daya pembeda suatu butir
soal, makin mampu butir soal tersebut membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai. Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal
dapat digunakan rumus sebagai berikut :
B A
B B
A A
P -
P J
B -
J B
D =
=
Suharsimi Arikunto, 2001 :213 Dimana :
D : Besar daya beda J
: Jumlah peserta tes J
A
: Banyak peserta kelompok atas J
B
: Banyak peserta kelompok bawah B
A
: Banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar B
B
: Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar B
B
= B
A
J
A
P
A
: Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar P
A
= B
B
J
B
P
B
: Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar P : Indeks kesukaran
Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai daya beda antara 0,4 sampai dengan 0,7.
Kriteria D adalah sebagai berikut : 0,00
≤ D ≤ 0,20 : jelek
78
0,20 D ≤ 0,40 : cukup
0,40 D ≤ 0,70 : baik
0,70 D ≤ 1,00 : baik sekali
Suharsimi Arikunto, 2001 :218 d. Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran suatu soal ditunjukkan dengan indeks kesukaran. Indeks kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan kesukaran atau
mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran dinyatakan dengan P dan dapat dicari dengan rumus:
JS B
= P
Suharsimi Arikunto, 2001:208 Dimana :
P : Indeks kesukaran B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes Kriteria derajat kesukaran :
Soal dengan 0,00 P ≤ 0,30 : sukar
Soal dengan 0,30 P ≤ 0,70 : sedang
Soal dengan 0,70 P ≤ 1,00 : mudah
Suharsimi Arikunto, 2001:210
G. Teknik Analisis Data