PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF PADA SISWA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA

(1)

commit to user

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE

DEMONSTRASI DAN DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF PADA SISWA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA DI

MTs NEGERI 1 SURAKARTA

Skripsi

Oleh : Pekik Warnendya

NIM K2303070

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

ii

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE

DEMONSTRASI DAN DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF PADA SISWA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA DI

MTs NEGERI 1 SURAKARTA

Oleh : Pekik Warnendya

NIM K2303070

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada hari : Jumat

Tanggal : 17 Desember 2010

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph. D NIP. 19670802 200012 1 001

Pembimbing II

Drs. Trustho Rahardjo, M.Pd NIP. 19510823 198103 1 001


(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Senin

Tanggal : 25 April 2011

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan Ketua : Dra. Rini Budiharti, M.Pd

NIP. 19580728 198403 2 003

( ) Sekretaris : Elvin Yusliana E, S.Pd, M.Pd

NIP. 19770717 200501 2 002

( ) Anggota I : Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph. D

NIP. 19670802 200012 1 001

( ) Anggota II : Drs. Trustho Rahardjo, M.Pd

NIP. 19510823 198103 1 001

( )

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001


(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Pekik Warnendya. PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF PADA SISWA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA DI MTs NEGERI 1 SURAKARTA. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) ada atau tidak adanya perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi dan metode diskusi terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor, (2) ada atau tidak adanya perbedaan pengaruh antara minat belajar Fisika siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor, (3) ada atau tidak adanya interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses dan minat belajar Fisika siswa terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 3 X 2. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs Negeri 1 Surakarta semester dua Tahun Ajaran 2009/2010 yang berjumlah delapan kelas yaitu kelas VIIA sampai dengan kelas VIIH. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling sehingga didapat dua kelas sebagai sampel penelitian, yaitu kelas VIIBdan kelas VIIC yang masing-masing terdiri atas 36 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik angket, teknik nontes berupa pengamatan, dan teknik tes. Teknik angket digunakan untuk mengetahui minat belajar Fisika siswa. Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data kemampuan afektif dan psikomotor siswa. Teknik tes digunakan untuk memperoleh data kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor. Teknik analisis data yang digunakan adalah anava dua jalan dengan isi sel tak sama kemudian dilanjutkan dengan uji komparasi ganda metode Scheffe dengan taraf signifikansi 0,05.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, disimpulkan bahwa : (1) tidak ada perbedaan pengaruh antara minat belajar Fisika siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor (Fa0,13F0,05;1;663,138). (2) ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi dan metode diskusi terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor (Fb 4,55F0,05;2;663,988), selanjutnya dari uji komparasi ganda diperoleh bahwa Fb 4,55F0,05;2;66 3,988. Dengan demikian, ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi dan metode diskusi terhadap kemampuan kognitif siswa. Setelah dilakukan uji lanjut anava dengan komparasi ganda metode Scheffe, diperoleh hasilF.1-.2 6,22 dan harga kritiknya Ftabel 7,976. Dengan


(6)

commit to user

vi

memperhatikan hasil uji lanjut anava dengan metode scheffe dapat disimpulkan bahwa perbedaaan pengaruh penggunaan metode diskusi dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa tidak signifikan (3) tidak ada interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses dengan minat belajar Fisika siswa terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor (Fab 1,36F0,05;2;663,138).

Kata Kunci : Pendekatan Keterampilan Proses, Pendekatan Fisika, Metode : Demonstrasi dan Diskusi, Minat Belajar


(7)

commit to user

vii

ABSTRACT

Pekik Warnendya. THE INFLUENCE OF THE USE OF PROCESS SKILL

BASED APPROACH IN PHYSICS LEARNING THROUGH

DEMONSTRATION AND DISCUSSION METHOD TOWARD THE

STUDENTS‟ COGNITIVE POWER VIEWED FROM THE SUDENTS‟

LEARNING MOTIVATION IN PHYSICS IN MTs NEGERI 1 SURAKARTA. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. University of Sebelas Maret Surakarta, December 2010.

The study is aimed to find: (1) whether there is a distinctive effect between the use of process skill based approach through demonstration and

discussion method toward the students‟ cognitive power in the sub- topic of Heat;

(2) whether there is a distinctive effect between the students‟ learning motivation

in Physics with higher, medium, and lower category toward their cognitive power in the sub- topic of Heat; (3) whether there is a distinctive effect between the use

of process skill based approach and the students‟ learning motivation in Physics

toward their cognitive power in the sub-topic of Heat.

The study applies experimental method with factorial design 3 X 2. The population here is the whole VII grade students of MTs Negeri 1 Surakarta in the second semester in the academic year 2009/2010 that consists of eight classes start from the class VIIA until VIIH. The sampel is taken by using cluster random sampling so that results in two classes to be involved: class VIIB and VIIC respectively consists of 36 students. The techniques of collecting data used in the study are questionnaire, non-test observation, and testing. Questionnaire is used to

catch the students‟ learning motivation in Physics. Observation is done to find the

students‟ affective and psychometric power. Testing is used to find the students‟ cognitive power in the sub-topic of Heat. The technique of analyzing data used is two-ways anava with different nucleolus then continued by a double comparison testing of Scheffe method in the significance stage 0,05.

According to the data analysis and the discussion, it is concluded that: (1)

there is no distinctive effect between the students‟ motivation learning in Physics

with higher, medium, and lower category toward their cognitive power in the sub-topic of Heat (Fa0,13F0,05;1;663,138); (2) there is a distinctive effect between process skill based approach through demonstration and discussion method

toward the students‟ cognitive power in the sub-topic of Heat

(Fb 4,55F0,05;2;663,988); and then based on the double comparison testing, it is found that Fb 4,55F0,05;2;663,988. Therefore, there is a distinctive effect between the use of process skill based approach through demonstration and

discussion method toward the students‟ cognitive power. After the follow-up testing is done toward the double comparison anava of Scheffe method, it is found a result that F.1-.2 6,22 and the critical value Ftabel7,976. Considering the result of the follow-up test of anava with Scheffe method, it can be concluded that the distinctive effect between the use of process skill based approach through


(8)

commit to user

viii

significant (3) there is no effect interaction between the use of process skill based

approach and the students‟ learning motivation in Physics toward their cognitive

power in the sub-topic of Heat (Fab1,36F0,05;2;663,138).

Key words : Process Skill Based Approach, Physics Approach, Method : Demonstration and Discussion, Learning Motivation


(9)

commit to user

ix

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai ( dari sesuatu urusan ) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh ( urusan ) yang lain. Dan hanya kepada Tuhan-Mulah hendaknya kamu berharap” ( QS. Al Insyirah : 6-8 ).


(10)

commit to user

x

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada: Bapak dan Ibuku tercinta


(11)

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya penulisan Skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan di Program Pendidikan Fisika Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan Skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Ibu Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si. Ketua Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

4. Bapak Drs. Sutadi Waskito, M.Pd. Koordinator Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

5. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph. D Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dalam penyusunan Skripsi ini

6. Bapak Drs. Trustho Rahardjo, M.Pd Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dalam penyusunan Skripsi ini

7. Bapak dan Ibu serta keluarga di rumah yang selalu mendukung penulis. Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih ada kekurangan. Namun demikian, penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian pendidikan.

Surakarta, April 2011 Penulis


(12)

commit to user ABSTRAK

Pekik Warnendya. PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF PADA SISWA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA DI MTs NEGERI 1 SURAKARTA. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) ada atau tidak adanya perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi dan metode diskusi terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor, (2) ada atau tidak adanya perbedaan pengaruh antara minat belajar Fisika siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor, (3) ada atau tidak adanya interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses dan minat belajar Fisika siswa terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 3 X 2. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MTs Negeri 1 Surakarta semester dua Tahun Ajaran 2009/2010 yang berjumlah delapan kelas yaitu kelas VIIA sampai dengan kelas VIIH. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling sehingga didapat dua kelas sebagai sampel penelitian, yaitu kelas VIIBdan kelas VIIC yang masing-masing terdiri atas 36 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik angket, teknik nontes berupa pengamatan, dan teknik tes. Teknik angket digunakan untuk mengetahui minat belajar Fisika siswa. Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data kemampuan afektif dan psikomotor siswa. Teknik tes digunakan untuk memperoleh data kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor. Teknik analisis data yang digunakan adalah anava dua jalan dengan isi sel tak sama kemudian dilanjutkan dengan uji komparasi ganda metode Scheffe dengan taraf signifikansi 0,05.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, disimpulkan bahwa : (1) tidak ada perbedaan pengaruh antara minat belajar Fisika siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor (Fa0,13F0,05;1;663,138). (2) ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi dan metode diskusi terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor (Fb 4,55F0,05;2;663,988), selanjutnya dari uji komparasi ganda diperoleh bahwa Fb 4,55F0,05;2;66 3,988. Dengan demikian, ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi dan metode diskusi terhadap kemampuan kognitif siswa. Setelah dilakukan uji lanjut anava dengan komparasi ganda metode Scheffe, diperoleh hasilF.1-.2 6,22 dan harga kritiknya Ftabel 7,976. Dengan


(13)

commit to user

memperhatikan hasil uji lanjut anava dengan metode scheffe dapat disimpulkan bahwa perbedaaan pengaruh penggunaan metode diskusi dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa tidak signifikan (3) tidak ada interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses dengan minat belajar Fisika siswa terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor (Fab 1,36F0,05;2;663,138).

Kata Kunci : Pendekatan Keterampilan Proses, Pendekatan Fisika, Metode : Demonstrasi dan Diskusi, Minat Belajar


(14)

commit to user

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai ( dari sesuatu urusan ) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh ( urusan ) yang lain. Dan hanya kepada Tuhan-Mulah hendaknya kamu berharap” ( QS. Al Insyirah : 6-8 ).

“Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari pada permulaan. Dan kelak Tuhan-Mu pasti akan memberikan karunia-Nya kepadamu lalu (hati) kamu menjadi puas” (QS. Ad Duha : 4-5 ).

“Dan terhadap nikmat Tuhan-Mu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)” (QS. Ad Duha : 11 ).

“Adalah suatu kebaikan yang mendatangkan kebaikan yang lain saat kita

mensyukuri dan mengingat anugerah yang Allah SWT berikan kepada kita”


(15)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini masih perlu mendapat perhatian yang serius untuk menghadapi tantangan globalisasi, di mana batas-batas negara tidak menjadi penting lagi bagi sistem jaringan informasi. Global Competitiveness Report 2009/2010, Menilai tingkat persaingan global suatu negara dari kualitas pendidikan tingginya, hanya menempatkan Indonesia di peringkat ke-54 dari 133 negara, yaitu di bawah Singapura (3), Malaysia (24), Cina (29),Thailand (36), serta India (49).

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia sebagai hasil (outcomes) dari proses pendidikan nasional juga merupakan masalah serius yang harus dihadapi. Badan Dunia untuk Program Pembangunan (UNDP) menempatkan Indonesia pada urutan ke-111 dari 182 negara dalam perkembangan indeks pembangunan manusia (HDI). Peringkat tersebut lebih rendah dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara. Hal demikian terungkap

dalam Laporan Pembangunan Manusia 2009 yang dipublikasikan di Jakarta, ”Dari laporan terbaru data 2007, Indonesia menempati posisi 111 dari 182 negara. Indeks pembangunan manusia RI memiliki nilai 0,734, berada pada range

pengembangan medium,” kata Kepala Tim Unit Pemerintahan Demokrasi UNDP

Rizal Malik dalam jumpa pers di Jakarta, (Kompas, ed Senin, 5 Oktober 2009). Tantangan yang akan dihadapi di era global ialah kesadaran penuh bangsa Indonesia untuk melakukan investasi dalam sektor pendidikan. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam upaya mencerdaskan kehidupan manusia karena di dalamnya terdapat proses yang memungkinkan seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat. Selain itu, pendidikan merupakan proses sosial dimana seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol sehingga memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial serta kemampuan individu yang optimal. Hal ini sejalan dengan pengertian pendidikan yang


(16)

commit to user

termaktub dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 yang menyatakan bahwa

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Lingkungan pendidikan ialah komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan situasi interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan terdidik yang berlangsung beserta unsur-unsur penunjangnya. Lingkungan pendidikan terdiri atas lingkungan pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan lingkungan pendidikan masyarakat. Berdasarkan analisis terhadap ketiga lingkungan pendidikan tersebut, Soedijarto, dkk (1991 : 144) menyimpulkan “ ... betapa potensial dan strategisnya lembaga pendidikan sekolah bagi proses pengembangan

sumber daya manusia Indonesia ...” . Hal ini menunjukkan bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah dengan mengoptimalkan peran lembaga pendidikan sekolah.

Perencanaan kurikulum pendidikan merupakan faktor yang juga menentukan kualitas pendidikan suatu bangsa. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup pesat pada masa sekarang menyebabkan kebutuhan dan perkembangan masyarakat tidak sama seperti pada masa lampau. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum perlu dilakukan sesuai dengan fungsinya yakni “... menjelaskan kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran dan pengalaman pembelajaran yang harus dikuasai, serta bagaimana pengalaman pembelajaran tersebut disampaikan kepada peserta didik.” (Zamroni dalam Ella Yullaelawati, 2004 : v). Saat ini, kurikulum yang berlaku adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Penyusunan KTSP oleh Badan Standar Pendidikan Nasional hanya memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar sedangkan pengembangan KTSP dan silabusnya harus dilakukan oleh sekolah. Peran guru adalah menjabarkan silabus ke dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang lebih operasional. Kepala sekolah dan


(17)

commit to user

para guru mungkin akan menghadapi berbagai permasalahan jika mereka belum siap dan memahami KTSP dengan baik. Padahal kesiapan dan pemahaman yang baik terhadap kurikulum pendidikan tersebut akan mempengaruhi kualitas proses belajar-mengajar di sekolah.

Sebagai upaya untuk memajukan pendidikan nasional, kualitas proses belajar-mengajar di sekolah perlu ditingkatkan mengingat pernyataan bahwa

“Proses belajar-mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan ... “ (Moh. Uzer Usman, 2005 : 4). Senada dengan pernyataan tersebut, Sudijarto (1991 :164) menekankan pula bahwa kualitas proses belajar-mengajar dan sistem evaluasi merupakan faktor yang tinggi pengaruhnya terhadap mutu pendidikan.

Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Proses belajar-mengajar tersebut meliputi setiap mata pelajaran salah satunya ialah pelajaran Fisika, yang termasuk dalam Ilmu Pengetahuan Alam. Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki karakteristik sendiri dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang lain. Oleh karena itu, proses belajar-mengajar Fisika di sekolah juga menyesuaikan dengan karakteristik tersebut. Fisika meliputi tiga karakteristik, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Produk (hasil) merupakan kumpulan pengetahuan seperti fakta, konsep, prinsip atau hukum, dan teori. Proses dalam Fisika berkaitan dengan keterampilan untuk mendapat pengetahuan tersebut. Sikap ilmiah merupakan sikap yang melandasi seseorang dalam memperoleh pengetahuan.

Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat sebagai konsekuensi diterapkannya suatu kurikulum mata pelajaran Fisika di sekolah menjadi tugas para guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran tersebut didasarkan pada sebuah pendekatan melalui metode pembelajaran.

Secara umum, dikenal dua macam pendekatan pembelajaran, yakni Teacher Centered Learning (TCL) dan Student Centered Learning (SCL). Sekarang ini, pemilihan pendekatan pembelajaran lebih mengarah berpusat pada


(18)

commit to user

siswa (SCL) dan tidak lagi berpusat pada guru seperti yang terjadi di masa lampau. Secara khusus, dikenal pula beberapa pendekatan pembelajaran antara lain pendekatan Keterampilan proses, Konsep, Konstruktivisme, Deduktif, Induktif, Ekspositori dan Heuristik. Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan keterampilan proses. Pendekatan ini dapat dikembangkan dalam proses belajar-mengajar Fisika di sekolah. Hal penting dalam pendekatan ini ialah bahwa guru memberikan kesempatan kepada para siswa agar terlibat aktif baik secara fisik maupun mental dalam proses pembelajaran Fisika. Mereka dapat mengembangkan potensinya atau melatih kemampuannya dalam menemukan pengetahuan dengan memperhatikan prosesnya.

Di samping pendekatan pembelajaran, metode mengajar juga perlu dipertimbangkan keefektifannya sehingga dapat memberikan proses dan hasil yang baik dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas. Ada beberapa macam metode dalam pembelajaran, antara lain metode demonstrasi, diskusi, eksperimen, ceramah, inquiry, discovery, simulasi atau bermain peran, tanya jawab, dan metode pemberian tugas atau resitasi. Namun, metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode demonstrasi dan metode diskusi. Kedua metode tersebut juga dapat diterapkan dalam proses belajar-mengajar Fisika. Metode demonstrasi memungkinkan siswa dapat mengamati suatu proses atau gejala Fisika sehingga ia menemukan pengetahuan yang dapat menjelaskan proses tersebut. Sedangkan metode diskusi melibatkan siswa secara aktif untuk mencari penyelesaian masalah dalam rangka menemukan pengetahuan melalui penyampaian pendapat atau informasi.

Kegiatan evaluasi pembelajaran perlu dilakukan pada akhir proses belajar mengajar untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa. Dari kegiatan evaluasi, dapat diketahui prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Prestasi belajar Fisika siswa menunjukkan hasil belajar Fisika yang dicapai oleh siswa. Salah satu indikator prestasi belajar adalah kemampuan kognitif pada siswa. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan kognitif pada siswa baik faktor dari dalam maupun luar diri siswa, salah satu di antaranya ialah minat belajar siswa. Minat belajar merupakan salah satu unsur pribadi yang berpengaruh


(19)

commit to user

terhadap keberhasilan individu. Tanpa adanya minat belajar, siswa tidak akan dapat belajar sungguh-sungguh, sehingga hasil belajar menjadi kurang optimal.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka peneliti memilih judul penelitian : ”PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF PADA SISWA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA DI MTs NEGERI 1 SURAKARTA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Kualitas pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan karena berdasarkan survai yang dilakukan oleh Global Competitiveness Report 2009/2010, kondisi pendidikan di Indonesia belum seperti yang diharapkan.

2. Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia sebagai hasil (outcomes) proses pendidikan nasional di tingkat dunia menunjukkan peringkat bawah berdasarkan laporan UNDP tahun 2007.

3. Tantangan di era global menuntut kesadaran bangsa Indonesia untuk melakukan investasi pada sektor pendidikan karena merupakan aspek yang penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan manusia dan mengembangkan sumber daya manusia Indonesia.

4. Di antara lingkungan pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat, lingkungan sekolah memiliki potensi atau peran yang lebih strategis dalam proses pendidikan

5. Kepala sekolah dan guru yang belum memiliki kesiapan dan pemahaman yang baik akan KTSP tentang menghadapi permasalahan dalam mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas di sekolahnya.

6. Proses belajar-mengajar merupakan kegiatan inti dalam pendidikan di lingkungan sekolah dan menjadi faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan.


(20)

commit to user

7. Fisika merupakan pelajaran yang memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan pelajaran yang lain sehingga proses belajar-mengajar yang dikembangkan menyesuaikan karakteristik tersebut.

8. Ada berbagai pendekatan dan metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Fisika di sekolah.

9. Prestasi belajar Fisika siswa menunjukkan hasil belajar Fisika yang dicapai oleh siswa.

10. Salah satu indikator prestasi belajar adalah kemampuan kognitif pada siswa 11. Banyak faktor baik berasal dari dalam maupun luar diri siswa yang

mempengaruhi kemampuan kognitif pada siswa.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini memiliki arahan yang jelas dan tidak terlalu luas, maka perlu ada pembatasan masalah yakni sebagai berikut :

1. Pendekatan yang digunakan dalam proses belajar-mengajar Fisika ialah pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi dan diskusi ditinjau dari minat belajar Fisika pada siswa.

2. Indikator efektifitas proses belajar-mengajar Fisika yang digunakan adalah kemampuan kognitif pada siswa.

3. Materi pelajaran Fisika yang digunakan dalam proses belajar-mengajar adalah sub pokok bahasan Kalor.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan pengaruh antara minat belajar Fisika siswa kategori tinggi, sedang dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor ?

2. Apakah ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi dan metode diskusi terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor ?


(21)

commit to user

3. Apakah ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode pembelajaran dan minat belajar Fisika siswa kategori tinggi, sedang dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah dan rumusan masalah yang tersusun di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Ada tidaknya perbedaan pengaruh antara minat belajar Fisika siswa kategori tinggi, sedang dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor.

2. Ada tidaknya perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi dan metode diskusi terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor.

3. Ada tidaknya interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode pembelajaran dan minat belajar Fisika siswa kategori tinggi, sedang dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada sub pokok bahasan Kalor.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan masukan dalam pemilihan pendekatan dan metode yang sesuai dalam kegiatan belajar-mengajar Fisika.

2. Memberikan masukan kepada para pendidik untuk meningkatkan minat belajar Fisika pada siswa dengan baik melalui langkah-langkah yang strategis. 3. Menjadi sumber inspirasi bagi penelitian selanjutnya dalam bidang


(22)

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Belajar a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan aspek yang sangat penting untuk mencapai prestasi. Proses belajar dapat dilakukan oleh setiap orang baik di lingkungan pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendapat Witheringthon yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto (1985 : 81) mengemukakan ”Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi

yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau sesuatu pengertian.”

Pengertian ini menjelaskan bahwa kepribadian seseorang akan berubah melalui belajar. Menurut A. Suhaenah Suparno (2001:2), “Belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya”. Hal ini berarti bahwa belajar ditandai dengan adanya perubahan yang relatif permanen dalam diri individu. Sejalan dengan pendapat tersebut, W.S. Winkel ( 1996 : 53 ) juga menyatakan “Belajar adalah suatu aktivitas mental / psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap”. Menurut pendapat ini bahwa aktivitas belajar tergolong aktivitas mental dan perubahan terjadi tersebut merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses aktivitas mental yang dialami seseorang dan berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menimbulkan perubahan relatif permanen di dalam kepribadian yang berupa kecakapan atau keterampilan, nilai sikap, kebiasaan, kepandaian, dan pengetahuan-pemahaman atau suatu pengertian. Dengan demikian, seseorang yang senantiasa melakukan perubahan menuju perbaikan dalam dirinya maka orang tersebut telah melakukan proses belajar.


(23)

commit to user b. Teori-Teori Belajar

Ada beberapa macam teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain Bruner, Ausubel, Gagne, dan Piaget. Keempat teori tersebut dibahas oleh Ratna Wilis Dahar dalam bukunya yang berjudul Teori-Teori Belajar (1989 : 97- 167). Berikut ini diuraikan beberapa hal penting yang menjadi inti dari masing-masing teori tersebut.

1) Teori Belajar Menurut Bruner

Teori belajar menurut Bruner dikenal dengan model belajar penemuan (discovery learning). Menurutnya, belajar penemuan sesuai dengan pencarian secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang lebih baik. Dengan berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, seseorang akan memperoleh pengetahuan yang bermakna. Oleh karena itu, Bruner berpendapat bahwa siswa hendaknya dilibatkan secara aktif dalam penemuan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui pengalaman pembelajaran dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. Belajar penemuan dapat membangkitkan keingintahuan siswa dan memberi motivasi untuk berusaha terus sampai dapat memecahkan permasalahannya.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi dan diskusi juga sesuai dengan teori belajar yang dikemukakan oleh Bruner di atas. Melalui metode demonstrasi, guru memberikan permasalahan di awal pembelajaran kemudian mengajak siswa untuk dapat berpartisipasi aktif untuk membantunya melakukan demonstrasi atau mengamatinya dalam rangka menemukan konsep atau prinsip yang dapat menjawab permasalahan tersebut. Melalui metode diskusi, guru juga memberikan permasalahan kepada para siswa. Siswa secara berkelompok memiliki kesempatan berpartisipasi aktif dalam diskusi bersama dengan rekannya untuk menemukan pemecahan masalah tersebut secara bersama-sama. Dengan demikian, melalui pendekatan keterampilan proses siswa dapat menemukan pengetahuan yang bermakna bagi dirinya sehingga mampu untuk meningkatkan pemahamannya terhadap pengetahuan tersebut.


(24)

commit to user 2) Teori Belajar Menurut Ausubel

Ausubel tidak setuju dengan ahli pendidikan lain yang menyatakan bahwa belajar bermakna hanya diperoleh melalui proses penemuan saja karena mereka menyamakan belajar penerimaan dengan belajar hafalan. Padahal menurutnya, belajar penerimaan pun dapat dibuat bermakna, yaitu dengan menjelaskan hubungan antara konsep-konsep dan mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

Menurut Ausubel, belajar terdiri atas dua tingkatan. Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat disampaikan kepada siswa dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupun dengan bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa mengkaitkan informasi itu pada pengetahuan yang telah dimilikinya sehingga terjadi belajar bermakna. Namun, jika siswa hanya mencoba-coba menghafalkan informasi baru tanpa menghubungkan dengan pengetahuan yang telah dimilikinya maka cara ini dinamakan dengan belajar hafalan.

Penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran juga sesuai dengan teori belajar menurut Ausubel. Siswa akan mengalami belajar bermakna dengan pendekatan keterampilan proses baik melalui metode demonstrasi maupun diskusi. Melalui metode demonstrasi, siswa mendapatkan pengetahuan dalam bentuk belajar penemuan konsep atau prinsip melalui pengamatan sedangkan melalui metode diskusi, siswa belajar penemuan pemecahan masalah dengan tukar menukar pendapat.

3) Teori Belajar Menurut Gagne

Berdasarkan teorinya tentang model belajar pemrosesan informasi, Gagne mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar. Fase-fase itu merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa atau guru. Setiap fase juga mengisyaratkan adanya suatu proses yang terjadi dalam pikiran siswa (proses internal). Kejadian-kejadian belajar tersebut meliputi :


(25)

commit to user

a) Fase Motivasi

Siswa harus diberi motivasi untuk belajar dengan adanya harapan. Misalnya, siswa dapat mengharapkan bahwa dengan belajar sungguh-sungguh mereka akan mendapatkan nilai yang baik.

b) Fase Pengenalan

Siswa memperhatikan aspek-aspek yang penting dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, guru dapat pula membantu memusatkan perhatian siswa tersebut terhadap informasi yang relevan.

c) Fase Perolehan

Informasi relevan yang telah diperhatikan siswa tidak langsung disimpan dalam memori melainkan dikaitkan dengan informasi yang telah ada dalam memorinya agar menjadi bermakna bagi dirinya. Dengan demikian, siswa dapat membentuk gambaran-gambaran tentang informasi tersebut.

d) Fase Retensi

Informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Hal ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali (reherseal) atau praktek (practice).

e) Fase Pemanggilan

Fase ini menunjukkan bagian penting dalam belajar yakni upaya memperoleh hubungan dengan informasi yang telah dipelajari dengan memanggil informasi tersebut dari memori jangka panjang. Materi yang terstruktur dengan baik akan lebih mudah dipanggil dari pada materi yang disajikan tidak teratur. f) Fase Generalisasi

Generalisasi atau transfer informasi merupakan upaya menerapkan suatu informasi ke dalam situasi-situasi baru. Hal ini merupakan fase kritis dalam belajar.

g) Fase Penampilan

Para siswa harus menunjukkan kemampuan yang mereka peroleh setelah belajar melalui penampilan yang tampak. Misalnya, setelah belajar tentang alat termometer siswa mampu menunjukkan cara pengukuran suhu suatu benda dengan benar.


(26)

commit to user

h) Fase Umpan Balik

Para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilannya sehingga mereka mengetahui sudah benar atau belumkah pemahaman mereka terhadap materi pembelajaran. Umpan balik ini dapat memberikan reinforcement (penguatan) kepada mereka untuk penampilan yang berhasil.

Teori belajar menurut Gagne yang telah dikemukakan di atas juga relevan sebagai dasar penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi dan metode diskusi dalam proses pembelajaran Fisika. Dalam pendekatan ini, guru terlebih dahulu memberikan motivasi di awal pembelajaran. Selanjutnya guru mengarahkan perhatian siswa pada pembahasan materi tertentu dalam Fisika dan merumuskan masalah yang akan dipelajari. Siswa juga diberi kesempatan untuk memberikan opininya atas masalah tersebut. Hal ini dapat merangsang siswa untuk mengkaitkan dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Baik melalui metode demonstrasi dan diskusi, guru membimbing siswa jika mengalami kesulitan sehingga siswa segera dapat memahami pelajaran. Siswa diminta menyimpulkan hasil pembelajarannya kemudian guru memberikan soal penguatan dan pemantapan. Siswa akan menerapkan informasi yang telah diperoleh untuk menyelesaikan soal tersebut. Guru juga memberikan umpan balik dengan memberikan tanggapannya atas jawaban siswa tersebut. Jika jawaban siswa belum benar maka guru akan meluruskannya.

4) Teori Belajar Menurut Piaget

Piaget melalui teorinya tentang belajar mengemukakan bahwa setiap individu akan mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual yang meliputi :

a) Tingkat Sensori-motor (pada usia 0-2 tahun)

Pada tahap ini anak mengenal lingkungannya dengan menggunakan kemampuan panca inderanya (sensori) dan tindakan-tindakannya (motor). b) Tingkat Pra-operasional (pada usia 2-7 tahun)

Pada tahap ini disebut pra-operasional karena pada umur ini anak belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental seperti menambah atau mengurangi. Pada usia 2-4 tahun, anak mengalami sub-tingkat pra-logis. Anak


(27)

commit to user

pada tingkat ini memiliki penalaran transduktif, di mana anak melihat hubungan hal-hal tertentu yang sebenarnya tidak ada.. Pada usia 4 -7 tahun anak mengalami tingkat berpikir intuitif. Ciri yang lain pada anak pada tingkat pra-operasional adalah tidak dapat berpikir reversibel dan bersifat egosentris. c) Tingkat Operasional Konkret (pada usia 7-11 tahun)

Pada tingkat ini anak mulai berpikir rasional. Dalam memecahkan masalah yang konkret anak dapat mengambil keputusan secara logis. Namun demikian anak pada tahap ini belum mampu untuk berpikir dengan materi yang abstrak. d) Tingkat Operasi Formal ( pada usia 11 tahun ke atas )

Pada tahap ini, anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Anak juga sudah memiliki kemampuan berpikir abstrak.

Menurut Piaget, seseorang yang semakin dewasa akan beradaptasi dengan lingkungannya sehingga menyebabkan perubahan struktur kognitifnya. Apabila seseorang menggunakan struktur kognitif (kemampuan) yang sudah ada untuk menanggapi suatu masalah dari lingkungan tersebut maka terjadilah proses asimilasi. Jika seseorang memerlukan modifikasi dari struktur mental yang sudah ada untuk menghadapi masalah tersebut maka terjadilah proses akomodasi. Akibatnya, terjadilah proses equilibrasi (keseimbangan) diantara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Dalam pembelajaran, siswa harus diberikan area yang belum ia ketahui agar belajar sebab ia tidak dapat belajar dari apa yang telah diketahuinya. Siswa akan beradaptasi terhadap area baru itu sehingga terjadi keseimbangan dalam struktur kognitifnya.

Pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi dan diskusi juga dapat diterapkan dalam pembelajaran sesuai dengan teori belajar menurut Piaget. Melalui pendekatan ini, siswa diberi permasalahan sebagai area baru bagi siswa agar belajar. Selanjutnya, siswa berupaya beradaptasi dalam pembelajaran baik melalui metode demonstrasi maupun diskusi untuk mencari jawaban dari permasalahan yang telah diberikan tersebut. Pemilihan permasalahan dalam pembelajaran ini juga telah sesuai dengan tahap perkembangan intelektual siswa SMP yakni pada tingkat Operasi Formal.


(28)

commit to user c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Belajar merupakan proses yang kompleks dalam diri seseorang. Oleh karena itu banyak faktor yang ikut mempengaruhinya. Menurut Muhibbin Syah (1995 : 132), ”Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terdiri atas tiga macam, yaitu faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni kondisi jasmani dan rohani siswa, faktor eksternal (faktor luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa, dan faktor pendekatan belajar.” Faktor internal siswa meliputi dua aspek : pertama, aspek fisiologis yang bersifat jasmaniah seperti otot, mata (penglihatan), dan telinga (pendengaran). Aspek kedua ialah aspek psikologis, yang meliputi tingkat kecerdasan siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan sosial seperti guru, staf administrasi di sekolah, teman, masyarakat, tetangga, orang tua dan faktor lingkungan nonsosial meliputi sekolah, rumah, peralatan, alam, waktu belajar dan kesiapan belajar. Muhibbin Syah (1995 :132) menjelaskan ”Faktor pendekatan belajar merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran.” Ballard dan Clanchy seperti yang dikutip Muhibbin Syah (1995 :128) menyatakan terdapat 3 macam pendekatan belajar siswa, yakni pendekatan belajar reproduktif, analitis, dan spekulatif. Sementara itu, Biggs yang dikutip Muhibbin Syah (1995 :129) menggolongkan 3 pendekatan belajar siswa, yaitu pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah), pendekatan deep (mendalam), dan pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi).

Agak berbeda dari pendapat di atas, Dimyati dan Mudjiono (1999 : 238-234) menggolongkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua macam saja, yakni faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar, memperoleh perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar, dan cita-cita siswa. Faktor ekstern belajar meliputi guru sebagai pembina siswa belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah, dan kurikulum di sekolah.


(29)

commit to user

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dicermati bahwa walaupun penggolongan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar agak berbeda namun pada penjabarannya terdapat kesamaan. Faktor pendekatan belajar yang dikemukakan oleh Muhibbin Syah dapat digolongkan ke dalam faktor intern menurut Dimyati dan Mudjiono yaitu mengolah bahan belajar. Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar dapat berasal dari diri siswa (faktor intern) dan yang berasal dari luar siswa (faktor ekstern).

d. Minat Belajar Siswa

Seseorang yang tertarik atau memiliki perhatian untuk melakukan sesuatu aktivitas tersebut. Winkel W.S (1991:105) mengatakan bahwa minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Seseorang yang tertarik atau memiliki perhatian untuk melakukan suatu aktifitas tertentu, maka dimungkinkan ia memiliki minat terhadap aktifitas tersebut. Minat itu sebagai dorongan yang menunjukkan perhatian individu terhadap obyek yang menarik atau menyenangkan sehingga anak tersebut akan berusaha lebih aktif karena suka terhadap materi itu sendiri.demikian juga seseorang tidak akan merasa bosan menekuni sesuatu apabila dia memang berminat terhadapnya. Sehingga minat seseorang terhadap sesuatu mempengaruhi sikap dan perhatiannya.

Begitu juga dengan dunia pendidikan, minat seorang siswa terhadap suatu pelajaran akan mempengaruhi aktifitas belajarnya dan pada akhirnya akan berpengaruh juga pada prestasi belajarnya. Minat yang kuat mendasari tumbuhnya sikap senang sehingga membuahkan prestasi gemilang. Winkel W.S. (1991:105) menyatakan bahwa antara minat dan perasaan senang terdapat hubungan timbal balik, sehingga tidak mengherankan kalau siswa yang berperasaan tidak senang juga akan kurang berminat, dan sebaliknya. Disini terlihat bahwa sikap senang menandakan adanya minat pada diri seseorang dan dengan minat yang kuat maka seseorang akan memperoleh prestasi yang memuaskan.

Minat merupakan salah satu unsur pribadi yang berpengaruh terhadap keberhasilan individu. Tanpa adanya minat terhadap materi belajar, individu tidak


(30)

commit to user

akan dapat belajar sungguh-sungguh, dan dampaknya hasil belajar tidak akan sesuai dengan yang diharapkannya. Dengan adanya minat belajar yang kuat, subyek belajar akan memperhatikan dan mengenang bahan belajar yang disajikan guru. Ini berarti bahwa minat merupakan suatu kekuatan yang mendororng seseorang menaruh perhatian terhadap seseorang, suatu benda atau suatu kegiatan. Minat belajar adalah hal yang penting dalam proses pembelajaran. Dengan minat pembelajaran yang tinggi hasil prestasi yang dicapai dimungkinkan akan lebih baik. Minat belajar fisika merupakan dorongan yang terdapat dalam diri siswa itu dimana siswa merasa tertarik terhadap fisika yang dibuktikan bahwa siswa itu selalu bersikap aktif dan positif dalam belajar fisika baik di sekolah maupun di rumah.

Siswa yang mepunyai minat belajar fisika biasanya memiliki ciri-ciri sebagi berikut:

a. Selalu bersikap ingin tahu tentang fisika

b. Jika ada kegiatan tentang fisika, ia selalu ingin mengikuti. Misalnya lomba fisika, atau olimpiade fisika

c. Jika guru memberikan pelajaran fisika, anak tersebut aktif. Sehingga rasa keingintahuannya itu akan terus mendorong minat belajar fisikanya tetap eksis.

Dengan melihat pernyataan di atas, siswa yang memiliki sebagian dari ciri-ciri di atas dimungkinkan dia memiliki minat belajar fisika yang tinggi. Jadi minat belajar fisika adalah faktor intern yang terdapat dalam diri siswa yang berupa dorongan rasa ketertarikan terhadap fisika, dalam hal ini pada pokok bahasan Kalor.

e. Tujuan Belajar

Tujuan belajar adalah segala hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. Tujuan belajar berperan penting bagi guru dan siswa. Bagi guru, tujuan belajar merupakan pedoman tindak mengajar. Dari segi siswa, tujuan belajar menjadi panduan belajar yang mengisyaratkan kriteria keberhasilan belajar.


(31)

commit to user

Proses belajar memiliki hubungan dengan tujuan belajar. Rumusan tujuan belajar hendaknya disesuaikan dengan perilaku yang diharapkan dapat dilakukan siswa. Sardiman A.M (2001: 28-29) merangkum tujuan belajar secara umum sebagai berikut :

1) Untuk mendapatkan pengetahuan. Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pengetahuan dan kemampuan berpikir tidak dapat dipisahkan. Kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.

2) Penanaman konsep dan keterampilan. Penanaman konsep atau merumuskan konsep memerlukan keterampilan. Keterampilan ini dapat dipelajari dengan banyak melatih kemampuan.

3) Pembentukan sikap.Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai. Karena itu, guru tidak hanya sebagai pengajar tapi juga sebagai pendidik yang memberikan nilai-nilai tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah hasil belajar yang hendak dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran. Sesuai dengan tujuan belajar di atas, yakni mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep / keterampilan, dan pembentukan sikap, hasil belajar juga meliputi hal ihwal keilmuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif).

f. Kemampuan Kognitif

Adanya suatu penilaian merupakan salah satu bagian dari kegiatan atau usaha. Melalui kegiatan ini, kita dapat mengetahui sejauh mana hasil dari suatu kegiatan. Dalam proses pembelajaran di sekolah, hasil yang didapat biasanya disebut dengan prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Hal ini akan memberikan masukan bagi guru untuk mengetahui seberapa banyak siswa mampu menguasai materi yang diterima selam proses pembelajaran tersebut berlangsung.

Adapun pengertian prestasi belajar menurut Sutratinah Tirtonegooro

(1994 : 43) adalah “Penilaian hasil usaha yang dinyatakan dalam bentuk symbol,

angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”. Dari pendapat tersebut maka disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran yang dapat ditunjukkan dengan huruf atau angka.


(32)

commit to user

Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang yang telah mengikuti proses pembelajaran. Prestasi belajar fisika merupakan hasil yang telah dicapai seorang siswa setelah mengikuti proses belajar fisika. Prestasi yang diperoleh siswa biasanya berupa nilai mata pelajaran fisika.

Dari berbagai keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Prestasi belajar dalam pengertian ini adalah prestasi belajar kemampuan kognitif fisika siswa pokok bahasan Kalor yang dicapai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.

Prestasi belajar mencakup tiga aspek penilaian yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Berikut akan dijelaskan aspek kognitif sebagai prestasi belajar siswa.

Kognitif adalah sesuatu yang berhubungan dengan atau melibatkan suatu kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dan sebagainya) atau usaha mengenai sesuatu melalui pengalaman sendiri, juga suatu proses pengenalan dan penafsiran lingkungan oleh seseorang serta hasil perolehan pengetahuan.

Cara penalaran atau kognitif seseorang terhadap suatu objek selalu berbeda-beda dengan orang lain. Artinya objek penalaran yang sama mungkin akan mendapat penalaran yang berbeda dari dua orang atau lebih. Jadi, karena berbeda dalam penalaran, berbeda pula dalam kepribadian, maka terjadilah perbedaan individu.

Aspek kognitif ini, secara garis besar meliputi jenjang-jenjang yang dikembangkan oleh Bloom, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan (knowledge), yaitu mengenali kembali hal-hal yang bersifat umum dan khas, mengenali kembali metode dan proses, mengenali kembali pola, struktur dan perangkat.

b. Pemahaman (comprehension), mencakup kemampuan untuk memahami, menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.

c. Penerapan (application), merupakan kemampuan menggunakan abstraksi di dalam situasi-situasi konkrit.


(33)

commit to user

d. Analisis (analysis), adalah menjabarkan sesuatu ke dalam unsur-unsur, bagian-bagian atau komponen-komponen sedemikian rupa sehingga tampak jelas susunan dan hirarkis gagasan yang ada di dalamnya, atau tampak jelas hubungan antara berbagai gagasan yang dinyatakan dalam suatu komunikasi. e. Sintesis (syntesis), memerlukan kemampuan untuk menyatukan unsur-unsur

atau bagian-bagian sedemikian rupa sehingga membentuk suatu keseluruhan yang utuh.

f. Evaluasi (evaluation), merupakan kemampuan untuk menetapkan sesuatu tertentu.

Kategori-kategori ini disusun secara hirarkis, sehingga menjadi taraf-taraf yang semakin menjadi bersifat kompleks, mulai dari yang pertama sampai dengan yang terakhir.

2. Hakikat Fisika

Fisika merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Oleh karena itu, ciri-ciri maupun definisi Fisika tidak berbeda jauh dari definisi IPA yang di dalamnya mencakup gejala-gejala alam. Pendapat Gerthsen yang dikutip oleh Herbert Druxes et al (1986 : 3) menyatakan “Fisika adalah suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam sesederhana mungkin dan berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataan persyaratan utama untuk pemecahan masalah dengan mengamati gejala-gejala tersebut”. Selanjutnya, Brockhaus yang dikutip oleh Herbert Druxes et al (1986 : 3) berpendapat “Fisika adalah pelajaran tentang kejadian di alam, yang memungkinkan penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian secara matematis, dan berdasarkan peraturan-peraturan umum”. Hal ini berarti bahwa Fisika merupakan teori yang mempelajari gejala-gejala alam, hasilnya dirumuskan dalam bentuk definisi ilmiah dan persamaan matematis berdasarkan hasil pengamatan dan penyelidikan.

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kejadian-kejadian alam dengan penyajian yang sesederhana mungkin yang diperoleh dari penelitian, percobaan, dan pengukuran untuk menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataan yang terjadi berdasarkan peraturan-peraturan umum. Berdasarkan pengertian ini, untuk


(34)

commit to user

memperoleh pengetahuan atau produk Fisika yang berupa fakta, konsep, hukum, dan teori adalah tidak terlepas dari proses yang berkaitan keterampilan-keterampilan tertentu seperti mengamati, menafsirkan, menerapkan, merencanakan percobaan, dan mengkomunikasikan. Sikap yang melandasi proses tersebut adalah sikap ilmiah, antara lain rasa ingin tahu dan mau menghargai pendapat orang lain

3. Hakikat Mengajar a. Pengertian Mengajar

Mengajar merupakan suatu upaya yang dilakukan guru agar siswa belajar. Bagi seorang guru, mengajar mengandung arti membimbing dan membantu untuk memudahkan siswa dalam menjalani proses belajar. Oemar Hamalik (1992 : 58) berpendapat ”Mengajar adalah aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi anak-anak untuk melakukan proses belajar mengajar secara efektif”. Sejalan dengan pendapat ini, S. Nasution (2000 :4) menyatakan “Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar”. Kedua pendapat tersebut sama-sama menekankan akan pentingnya mengatur lingkungan dalam proses belajar mengajar. Sementara itu, menurut Tyson dan Caroll yang dikutip oleh Muhibbin Syah (1995: 183), “Mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif

melakukan kegiatan.” Pengertian ini mengisyaratkan bahwa dalam mengajar, guru dan siswa perlu saling berinteraksi dengan baik dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu upaya untuk menciptakan kondisi yang sebaik-baiknya di mana guru dan siswa sama-sama aktif dan saling mengadakan interaksi dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat belajar secara efektif. Dalam upaya menciptakan kondisi belajar yang baik, terdapat faktor yang mempengaruhi, yaitu lingkungan. Oleh karena itu, lingkungan harus dimanfaatkan dengan baik demi tercapainya proses belajar mengajar.


(35)

commit to user b. Kegiatan Mengajar

Dalam melaksanakan kegiatan mengajar, seorang guru harus berinteraksi dengan siswanya. Agar terjadi interaksi yang saling mendukung diperlukan adanya komunikasi yang baik. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan pemilihan desain instruksional atau program pengajaran yang tepat. Selain itu, seorang guru perlu mempertimbangkan beberapa hal supaya kegiatan mengajarnya dapat berlangsung secara efektif. Pendapat Henich et al yang dikutip oleh Soekartawi (1995: 49) memberikan hal-hal yang dapat menjadi pertimbangan pemilihan desain instruksional yang disingkat dengan ASSURE, yaitu :

1.) Analyze (analisis karakteristik siswa);

2.) State objectives (tentukan tujuan dan alasan mengapa memilih model instruksi tersebut);

3.) Select (pilih dan modifikasi bahan yang digunakan dalam model instruksi);

4.) Utilize (gunakan bahan yang digunakan dalam media atau model instruksi tersebut);

5.) Require (minta siswa untuk merespons apakah model instruksi tersebut sudah cocok untuk digunakan);

6.) Evaluate (evaluasi apakah model instruksi tersebut cukup efektif)

Kegiatan mengajar yang efektif akan memungkinkan tercapainya pembelajaran yang efektif pula. Berkaitan dengan pembelajaran yang efektif, Pendapat Richard Dunne dan Ted Wragg (1996:12) bahwa pembelajaran efektif memiliki karakteristik antara lain : “Pembelajaran tersebut memudahkan murid belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama manusia, atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan mengajar yang baik membutuhkan komunikasi yang baik terutama di antara guru dan siswa. Hal ini dapat diwujudkan dengan desain instruksional yang efektif. Pemilihan desain intruksional tersebut perlu mempertimbangkan beberapa hal seperti yang telah disebutkan di atas sehingga terjadi pembelajaran efektif yang memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat.


(36)

commit to user

4. Pendekatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran merupakan proses yang harus dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru agar tujuan pembelajaran tercapai. Maka dari itu, guru perlu mempertimbangkan dalam memilih pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan. Berkenaan dengan pengertian pendekatan, Zuhdan K. Prasetyo (2000 : 3.3) menyatakan ”Pendekatan adalah teori atau asumsi yang dikemukakan

dan dipercaya sangat membantu terwujudnya pembelajaran yang efektif”.

Sementara itu, W. Gulo (2002 :4) mengemukakan bahwa ”Pendekatan merupakan sudut pandang kita dalam memandang seluruh masalah yang ada dalam program belajar-mengajar”. Berdasarkan kedua pendapat ini, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan teori atau asumsi yang melandasi sudut pandang guru dalam mewujudkan proses pembelajaran yang efektif. Dalam kesimpulan ini, guru dinyatakan secara eksplisit karena para gurulah yang berperan dalam menentukan pendekatan pembelajaran tersebut.

Secara umum, dikenal dua macam pendekatan pembelajaran, yakni Teacher Centered Learning (TCL) dan Student Centered Learning (SCL). Sekarang ini, pemilihan pendekatan pembelajaran lebih mengarah berpusat pada siswa (SCL). Secara khusus, dikenal pula beberapa pendekatan pembelajaran antara lain pendekatan keterampilan proses, pendekatan konsep, pendekatan konstruktivisme, pendekatan deduktif, pendekatan induktif, pendekatan ekspositori dan pendekatan heuristik. Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan keterampilan proses.

a. Pendekatan Keterampilan Proses

Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar tercipta kondisi yang memungkinkan terjadinya belajar pada diri siswa. Tujuan pokok kegiatan pembelajaran di sekolah haruslah membelajarkan siswa. Proses pengajaran merupakan peristiwa yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Suatu pengajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses berarti pengajaran itu berusaha menempatkan keterampilan peserta didik pada posisi yang amat penting. Oleh karena itu,


(37)

commit to user

pendekatan keterampilan proses tergolong pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa atau Student Centered Learning (SCL).

Pengertian pendekatan keterampilan proses menurut Depdikbud seperti dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono (1999 : 138) adalah ”... wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah

ada pada diri siswa”. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan keterampilan proses berupaya untuk mengembangkan potensi yang telah ada pada diri siswa. Sementara itu, Conny R. Semiawan, dkk (1991: 169) menyatakan

”Pengembangan dan penguasaan konsep melalui belajar bagaimana mempelajari konsep itulah yang disebut pengembangan keterampilan proses”. Pernyataan ini mengandung maksud bahwa belajar melalui pendekatan keterampilan proses lebih bergantung pada bagaimana konsep dari suatu pelajaran diajarkan bukan pada apa yang diajarkan. Dengan demikian, siswa dapat mengembangkan mentalnya sehingga memiliki kemampuan belajar bagaimana mempelajari sesuatu (to learn how to learn). Selanjutnya, pendapat Funk yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono, (1999: 138-139) memberikan penjelasan tentang pendekatan tersebut sebagai berikut :

1) Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada siswa pengertian yang tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan

2) Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberikan kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekadar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Di sisi yang lain, siswa merasa bahagia sebab mereka aktif dan tidak menjadi pebelajar yang pasif

3) Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang berupaya untuk mengembangkan potensi berupa keterampilan yang telah ada pada diri siswa melalui belajar yang lebih menekankan proses bagaimana mempelajari


(38)

commit to user

suatu pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, dan teori). Di samping itu, siswa diberi kesempatan yang lebih untuk berperan secara aktif dalam proses pembelajaran.

b. Jenis-Jenis Keterampilan Proses

Secara umum, pendapat Funk yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono (1999 :140), menyatakan ”Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses, keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skills)”. Keterampilan dasar meliputi keterampilan dalam observasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri dari : mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen. Dimyati dan Mudjiono (1999: 145) lebih lanjut menjelaskan bahwa keterampilan-keterampilan dasar tersebut melandasi keterampilan-keterampilan terintegrasi yang pada hakikatnya diperlukan untuk melakukan penelitian.

Berkenaan dengan jenis-jenis keterampilan proses, Conny R. Semiawan, dkk (1992 :17-18) menguraikan keterampilan proses menjadi sembilan hal, yang meliputi keterampilan :

1) mengobservasi atau mengamati, termasuk di dalamnya : a. menghitung

b. mengukur c. mengklasifikasi

d. mencari hubungan ruang / waktu 2) membuat hipotesis

3) merencanakan penelitian / eksperimen 4) mengendalikan variabel

5) menginterpretasi atau menafsirkan data 6) menyusun kesimpulan sementara (inferensi) 7) meramalkan (memprediksi)

8) menerapkan

9) mengkomunikasikan

Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa walaupun penggolongan dan perincian jenis-jenis keterampilan proses yang dikemukakan


(39)

commit to user

Funk dan Conny R. Semiawan, dkk nampak agak berbeda namun jika dicermati pada prinsipnya terdapat kesamaan pada beberapa jenis keterampilan proses. Hal ini mengisyaratkan bahwa penggolongan dan perincian jenis-jenis keterampilan proses itu bukanlah sesuatu yang mutlak. Hal yang lebih penting adalah bagaimana menerapkan keterampilan-keterampilan proses tersebut dalam proses pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik pelajaran atau pokok bahasan yang diajarkan.

5. Metode Mengajar

Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan atau pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mewujudkan interaksi tersebut maka guru perlu menerapkan pendekatan pembelajaran yang telah dipilihnya melalui metode mengajar. Pendapat Tardif yang dikutip oleh Muhibbin Syah (1995 : 202) bahwa

“Metode mengajar merupakan cara yang berisi prosedur baku melakukan kegiatan kependidikan, khususnya penyampaian materi pelajaran kepada siswa.” Pengertian ini mengisyaratkan bahwa metode mengajar merupakan cara yang bersifat lebih operasional dalam menyajikan pelajaran kepada siswa melalui langkah-langkah pembelajaran tertentu. Terdapat beberapa macam metode dalam pembelajaran, antara lain metode demonstrasi, diskusi, eksperimen, ceramah, inquiry, discovery, simulasi atau bermain peran, tanya jawab, dan metode pemberian tugas atau resitasi. Namun, metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode demonstrasi dan metode diskusi. Pemilihan ini didasarkan pada pendekatan pembelajaran, kesesuaian dengan teori-teori belajar yang telah di kemukakan sebelumnya, dan situasi pembelajaran yang diharapkan.

a. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi dapat di terapkan dalam pembelajaran IPA terutama Fisika. Menurut Muhibbin Syah (1995: 209), “Metode demontrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan”. Hal ini berarti bahwa dalam demonstrasi terdapat sesuatu yang


(40)

commit to user

disajikan kepada siswa baik berwujud benda maupun sejenis prosedur kegiatan yang sesuai dengan pelajaran. Hal senada diungkapkan oleh Slameto (1991 : 112)

yang menyatakan ”Metode demonstrasi adalah penyajian bahan pelajaran oleh guru/instruktur kepada siswa dengan menunjukkan model/benda asli, atau dengan menunjukkan urutan prosedur pembuatan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu

untuk mencapai tujuan pengajaran”. Pengertian ini menekankan pula bahwa digunakannya metode demonstrasi adalah dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah penyajian bahan pelajaran oleh guru baik yang berwujud benda maupun berupa prosedur tertentu yang dilakukan secara langsung atau menggunakan media pengajaran dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.

Metode demonstrasi juga tidak lepas dari kelebihan dan kelemahannya. Berkaitan dengan kelebihan metode demonstrasi, Daradjat seperti dikutip oleh Muhibbin Syah (1995: 210) mengemukakannya sebagai berikut :

1) perhatian siswa dapat lebih dipusatkan;

2) proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari; 3) pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam

diri siswa.

Sementara itu, S. Nasution yang dikutip oleh Muhibbin Syah (1995: 210) menyatakan beberapa manfaat dari metode demonstrasi sebagai berikut :

1) menambah aktivitas belajar siswa karena ia turut melakukan kegiatan peragaan;

2) menghemat waktu belajar di kelas / sekolah;

3) menjadikan hasil belajar yang lebih mantap dan permanen;

4) membantu siswa dalam mengejar ketertinggalan penguasaan atas materi pelajaran, khususnya yang didemonstrasikan itu;

5) membangkitkan minat dan aktivitas belajar siswa; 6) memberikan pemahaman yang lebih tepat dan jelas.

Disamping memiliki kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki kelemahan-kelemahan seperti yang dikemukakan oleh Slameto (1991 :113) sebagai berikut :

1) kurang efektif untuk kelas besar;

2) kalau alatnya kecil sehingga sukar diamati atau terlalu besar sehingga tidak dibawa masuk ke dalam kelas;

3) kadang-kadang timbul persepsi yang berbeda dari situasi yang sebenarnya;

4) kurang efektif kalau tidak ada kesempatan siswa mempraktekkannya; 5) sering memerlukan bahan atau alat yang cukup banyak.


(41)

commit to user

Berdasarkan uraian mengenai kelebihan dan kekurangan dari metode demonstrasi di atas, dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi memiliki cukup banyak kelebihan sehingga dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Meskipun demikian, guru juga perlu berupaya untuk mengantisipasi beberapa kelemahan metode tersebut demi tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik.

b. Metode Diskusi

Selain metode demonstrasi, metode lain yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Fisika adalah metode diskusi. Berkenaan dengan metode diskusi, Conny R. Semiawan,dkk (1992 : 76) menyatakan ”Metode diskusi ialah suatu cara penyampaian pelajaran melalui sarana pertukaran pikiran untuk memecahkan

persoalan yang dihadapi”. Pengertian ini mengisyaratkan dua hal pokok dalam diskusi, yaitu pertukaran pikiran atau pendapat dan pemecahan masalah. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Muhibbin Syah ( 1995 :206) yang menyatakan

”Metode diskusi adalah metode mengajar yang erat hubungannya dengan belajar memecahkan masalah (problem solving)”. Pendapat yang terakhir hanya mengisyaratkan adanya pemecahan masalah dalam metode ini. Dari kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode diskusi adalah suatu cara penyampaian pelajaran melalui kegiatan memecahkan masalah yang dilakukan dengan saling tukar menukar pendapat.

Metode diskusi juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan atau keuntungan yang dimiliki oleh metode diskusi antara

lain: ”(1) mempertinggi peran serta secara perorangan, (2) mempertinggi peran serta kelas secara keseluruhan, dan (3) memupuk sikap saling menghargai

pendapat orang lain” (Conny R. Semiawan,dkk, 1992 : 76). Kelebihan yang lainnya adalah sebagai berikut :

1) mendorong siswa berpikir kritis;

2) mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas;

3) mendorong siswa mengkontribusikan buah pikirnya untuk memecahkan masalah bersama;

4) mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama. (Muhibbin Syah 1995 : 206)


(42)

commit to user

Jika dicermati beberapa kelebihan di atas memungkinkan tercapainya hasil belajar siswa yang optimal. Namun demikian, metode diskusi juga tidak terlepas dari beberapa kelemahan seperti dikemukakan Barlow dan Daradjat yang dikutip oleh Muhibbin Syah (1995 : 209) di antaranya :

1) jalannya diskusi lebih sering didominasi oleh siswa yang pandai sehingga mengurangi peluang siswa lain yang memberi kontribusi; 2) jalannya diskusi seing terpengaruh oleh pembicaraan yang menyimpang

dari topik pembahasan masalah sehingga pertukaran pikiran menjadi asal-asalan dan bertele-tele;

3) diskusi biasanya lebih memboroskan waktu sehingga tidak sejalan dengan prinsip efisiensi.

Berdasarkan uraian mengenai kelebihan dan kekurangan dari metode diskusi di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode diskusi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan syarat perencanaan yang cukup baik untuk mengatasi beberapa kelemahannya. Beberapa solusi yang dapat ditempuh antara lain merumuskan masalah yang akan didiskusikan dan memanfaatkan peran guru untuk memberikan dorongan kepada seluruh siswa agar berpartisipasi aktif menyampaikan pendapatnya.

6. Kalor

Materi Kalor dalam hal ini merupakan materi pelajaran Fisika yang diajarkan di MTs NEGERI 1 SURAKARTA kelas VII pada semester II. Alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran materi ini adalah 645 menit. (materi terlampir )

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori, dapat dinyatakan bahwa prestasi belajar Fisika siswa dipengaruhi oleh penggunaan metode, pendekatan pengajaran, dan usaha belajar Fisika pada siswa. Fisika merupakan bagian ilmu pengetahuan alam yang dapat diperoleh melalui serangkaian proses pengamatan, pemecahan masalah, atau percobaan. Fisika sebagai bagian dari IPA memiliki ciri khas : produk, proses, dan sikap ilmiah. Produk atau pengetahuan terdiri atas fakta, konsep, hukum, dan


(43)

commit to user

teori. Dalam pembelajaran, hasil belajar siswa berupa pengetahuan mengarah pada prestasi belajar Fisikasalah satunya adalah kemampuan kognitif pada siswa. Unsur proses dalam Fisika melatih keterampilan untuk melakukan penemuan fakta, konsep, hukum, dan teori Fisika melalui serangkaian kegiatan pembelajaran. Pendekatan keterampilan proses mendukung adanya kegiatan pembelajaran tersebut.. Sikap ilmiah merupakan tingkah laku atau perbuatan yang mengiringi seseorang (siswa) dalam mengalami proses penemuan pengetahuan. Hasil belajar berupa sikap ini mengarah pada prestasi belajar Fisika ranah afektif.

Minat belajar Fisika siswa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan kognitif pada siswa. Dimana siswa memproses perolehan yang sesuai dengan sikap IPA, dengan dibantu minat belajar yang dimiliki dituntut dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih intens dan efektif di dalam proses pembelajaran fisika. Sehingga dengan adanya interaksi antara pendekatan keterampilan proses melalui metode mengajar dan minat belajar tersebut diperkirakan dapat mempengaruhi hasil belajar. Minat belajar Fisika pada siswa dalam penelitian ini dikategorikan menjadi tiga, yakni minat belajar Fisika kategori tinggi, sedang dan rendah. Dengan minat belajar Fisika yang semakin tinggi diduga memiliki kemampuan kognitif yang tinggi pula. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dinyatakan hipotesis ada perbedaan pengaruh antara minat belajar Fisika siswa kategori tinggi, sedang dan rendah terhadap kemampuan kognitif pada siswa.

Pembelajaran Fisika menggunakan pendekatan yang sama, yakni pendekatan keterampilan proses tetapi melalui dua metode yang berbeda, yakni metode demonstrasi dan metode diskusi. Dengan metode demonstrasi, para siswa dapat melakukan pengamatan terhadap proses terjadinya gejala-gejala Fisika. Mereka akan mendapatkan pengetahuan yang bermakna karena mereka dapat menemukan pengetahuan dari proses tersebut melalui pengalaman mengamati secara langsung. Dengan metode diskusi, para siswa mendapatkan kesempatan untuk menemukan pengetahuan melalui proses mengidentifikasi masalah, mengumpulkan informasi dengan saling tukar menukar pendapat / pengalaman untuk memecahkan masalah tersebut, membahas bersama, lalu menyimpulkan


(1)

commit to user

60

keterampilan proses yang beragam. Misalnya, dalam metode demonstrasi tidak semua siswa dapat membantu guru untuk melakukan demonstrasi tersebut di depan kelas. Sebagian siswa segan melakukannya karena belum merasa percaya diri jika harus melakukannya di hadapan seluruh teman-temannya. Dalam metode diskusi, para siswa dapat melakukan kegiatan keterampilan proses seperti mengkomunikasikan, menerapkan, menghitung, atau menyimpulkan akan tetapi tidak dapat melakukan kegiatan pengamatan terhadap suatu percobaan dan lebih mengedepankan aspek team work. Di samping itu, tidak semua siswa aktif dalam kegiatan diskusi dan hal ini dapat terkait dengan kepribadian siswa pada tingkat usia tersebut.

Di samping memiliki keterbatasan, sebenarnya penelitian ini juga memiliki kelebihan. Penggunaan pendekatan keterampilan proses sesuai untuk pembelajaran Fisika. Pendekatan ini memposisikan siswa sebagai subjek belajar yang lebih aktif dalam proses pembelajaran dan guru bertindak sebagai moderator dan fasilitator. Melalui pendekatan ini, siswa belajar bagaimana mempelajari sesuatu (to learn how to learnp) yang bermanfaat bagi dirinya.


(2)

commit to user

62 BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dan mengacu pada hipotesis penelitian, maka diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Tidak ada perbedaan pengaruh antara minat belajar Fisika siswa kategori tinggi, sedang dan rendah terhadap kemampuan kognitif pada siswa pada sub pokok bahasan Kalor. Baik siswa yang memiliki minat belajar Fisika siswa kategori tinggi, sedang dan rendah memberikan pengaruh terhadap kemampuan kognitif pada siswa sama besarnya atau dengan kata lain tidak signifikan perbedaan pengaruh minat belajar Fisika siswa terhadap kemampuan kognitif. 2. Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses

melalui metode demonstrasi dan metode diskusi terhadap kemampuan kognitif pada siswa pada sub pokok bahasan Kalor sehingga siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi memiliki kemampuan kognitif yang hampir sama dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses melalui metode diskusi.

3. Tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode pembelajaran dan minat belajar Fisika siswa terhadap kemampuan kognitif pada siswa pada sub pokok bahasan Kalor.

B. Implikasi Hasil Penelitian

Implikasi teoritis berdasarkan hasil penelitian ini ialah bahwa minat belajar Fisika siswa kategori tinggi, sedang dan rendah memberikan pengaruh terhadap kemampuan kognitif pada siswa sama besarnya. Dengan demikian, siswa perlu memaksimalkan minat belajar Fisikanya agar dapat meningkatkan kemampuan kognitif pada siswa yang lebih baik. Siswa yang berusaha maksimal dalam belajar Fisika akan memanfaatkan segala potensi yang dimilikinya untuk


(3)

commit to user

63

memahami pelajaran Fisika dengan sungguh-sungguh melalui aktivitas atau langkah-langkah belajar yang strategis.

Implikasi praktis berdasarkan hasil penelitian ini di sekolah adalah selain dengan menggunakan pendekatan dan metode pembelajaran Fisika yang sesuai, guru juga perlu memperhatikan upaya untuk meningkatkan minat belajar Fisika dengan maksimal. Hal ini dapat dilakukan dengan mengikutsertakan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran Fisika di sekolah dan memberikan siswa bahan-bahan pembelajaran Fisika yang membantu siswa memahami pelajaran Fisika. Implikasi praktis yang lain berdasarkan hasil penelitian ini adalah perlu diadakan penelitian lain dengan pemilihan metode pembelajaran yang secara optimal menunjang seluruh keterlibatan siswa agar mengembangkan aspek atau jenis keterampilan proses yang beragam.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada implikasi hasil penelitian, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut. 1. Kepada guru pelajaran Fisika di sekolah agar mengikutsertakan peran aktif

siswa dalam proses pembelajaran Fisika dan mengupayakan tersedianya bahan-bahan pembelajaran Fisika yang dapat membantu siswa untuk berusaha belajar memahami pelajaran Fisika dengan baik. Bahan pembelajaran Fisika tersebut tidak hanya sebatas informasi saja namun juga dapat berupa permasalahan-permasalahan dalam pokok bahasan Fisika yang dapat meningkatkan minat belajar Fisika siswa baik di kelas atau di rumah untuk mencari solusinya secara individu maupun secara berkelompok. Dalam hal ini ada hal penting yang perlu diperhatikan oleh guru. Seorang guru perlu memperhatikan bahwa permasalahan yang diberikan kepada siswa hendaknya dapat dijangkau oleh kemampuan siswa sehingga akan memberikan harapan atau keyakinan kepada para siswa bahwa jika ia berusaha sungguh-sungguh dalam belajar, ia pasti akan mampu menyelesaikan permasalahan dalam pokok bahasan Fisika tersebut.


(4)

commit to user

2. Bagi para peneliti yang lain agar melakukan penelitian berikutnya namun dengan pemilihan metode pembelajaran yang secara optimal menunjang seluruh keterlibatan siswa agar mengembangkan aspek atau jenis keterampilan proses yang beragam, misalnya metode eksperimen atau metode inkuiri dan dengan tinjauan yang berbeda misalnya karakteristik belajar siswa atau gaya belajar siswa.

3. Kepada Kepala Sekolah agar dapat mendukung para peneliti yang akan melakukan penelitian pendidikan Fisika di sekolahnya sebagai salah satu upaya untuk mengembangkan proses pembelajaran Fisika di sekolah yang lebih baik.


(5)

commit to user

66

DAFTAR PUSTAKA

A. Suhaenah Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Nasional.

Budi Purwanto. 2004. Fisika Dasar, Teori dan Implementasinya. Surakarta : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Budiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta : Sebelas Maret University Press

Conny R. Semiawan, dkk. 1991. Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan

Nasional Abad 21. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Conny R. Semiawan, dkk. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran . Jakarta : Rineka Cipta Ella Yulaelawati. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran : Filosofi Teori dan Aplikasi.

Bandung : Pakar Raya

Giancoli, Douglas C. 1997. Fisika Jilid 1 (diterjemahkan oleh : Cuk Imawan). Jakarta : Erlangga ( nek nama pengarangnya ga dibalik, ya ga dibalik semua)...

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Herbert Druxes, Gernot Born, Fritz Siemsen.1986.Kompendium Didaktik Fisika.Alih Bahasa oleh Soeparmo. Bandung : Remadja Karya CV

Moh. Uzer Usman. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya

Nasution, S. 2000.Didaktik Azas-Azas Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara Ngalim Purwanto, M. 1985. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remadja Karya CV Oemar Hamalik. 1992. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru


(6)

commit to user

Richard Dunne dan Ted Wrag. 1996. Pembelajaran Efektif (diterjemahkan oleh : Anwar Jasin). Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Sardiman A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Jakarta : Bumi Aksara

Soedijarto, dkk. 1991. Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Abad 21. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Soekartawi.1995. Meningkatkan Efektifitas Mengajar. Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya.

Sudjana. 1996. Metode Statistika. Edisi ke-6. Bandung : Tarsito

Suharno,dkk. 1999. Belajar dan Pembelajaran II. Surakarta : UNS Press

Suharsimi Arikunto.2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Suyanto.2006. Dinamika Pendidikan Nasional (Dalam Percaturan Dunia Global).

Jakarta : PSAP Muhammadiyah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional .2003. Jakarta : Depdiknas

Widha Sunarno. 2007. “Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan

Proses Melalui Metode Inkuiri Terbimbing dan Eksperimen Ditinjau Dari

Kemampuan Awal Siswa”. Jurnal SAINMAT. Volume I No. 9 Maret 2007

Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Zuhdan K. Prasetyo,dkk. 2000. Kapita Selekta Pembelajaran Fisika. Jakarta : Universitas Terbuka


Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI KETRAMPILAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA POKOK BAHASAN GERAK LURUS

0 12 171

PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMA TAHUN AJARAN 2006 2007

0 3 44

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING DAN KETRAMPILAN PROSES DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP

1 14 115

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISCOVERY INQUIRY TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA DI SMA DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

0 4 96

PENGARUH PENGGUNAAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA DI SMP KELAS VIII TAHUN AJARAN 2008 2009

0 3 99

PENGGUNAAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA

1 6 107

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTRUKTIVISME MELALUI METODE DISKUSI RESITASI TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA PADA MATERI KALOR SMA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

0 2 101

PEMBELAJARAN FISIKA GASING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN FISIKA SMA KELAS X MATERI GERAK LURUS DITINJAU DARI MINAT SISWA.

0 1 18

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN ANALISIS.

0 0 10

1 PENGGUNAAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN FISIKA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP FISIKA DI SMA

0 0 69