62 sumberdaya lain yaitu lahan tambak dan kolam yang dapat dimanfaatkan untuk
usaha budidaya payau dan air tawar. Potensi tersebut akan bermanfaat bagi peningkatan pendapatan selaian dari menangkap ikan. Namun demikian
perubahan mata pencaharian dari nelayan menjadi petani ikan membutuhkan tambahan pengetahuan dan keterampilan budidaya.
Program rasionalisasi dibuat dengan pertimbangan potensi dan permasalahan yang ada, khususnya di Kabupaten Indramayu diharapkan mampu
menanggulangi semua permasalahan yang ada di usaha perikanan tangkap. Konsep program untuk mengatasi permasalahan overfishing dilakukan dengan
merubah armada dari 5-10 GT menjadi 30 GT. Sementara untuk mengatasi permasalahan kerusakan lingkungan maka akan dilakukan melalui program
rehabilitasi lingkungan mangrove dan terumbu karang buatan. Terakhir untuk pemanfaatan potensi lahan budidaya dilakukan dengan memberikan mata
pencaharian baru bagi nelayan yaitu sebagai pembudidaya ikan.
4.3 Evaluasi Program
Menurut Nugroho 2002, perencanaan yang baik akan memberikan sumbangan terhadap keberhasilan program sebanyak 20. Dengan demikian
untuk menghasilkan keberhasilan suatu program dibutuhkan perencanaan yang matang dan cermat. Evaluasi program rasionalisasi perikanan tangkap dilakukan
secara deskriptif terhadap 2 tahapan kegiatan. Tahap pertama yaitu tahap perencanaan program yang meliputi 1 proses pembuatan program,2 identifikasi
program, 3 langkah-langkah dalam penyusunan rencana program dan 4 penjadwalan rencana program dan tahap kdua yaitu kesiapan implementasinya
yang meliputi 4 tepat yaitu 1 tepat dengan permasalahan 2 tepat target 3 tepat pelaksana 4 tepat lingkungan.
4.3.1 Evaluasi tahap perencanaan
Evaluasi pada tahap perencanaan dilakukan dengan membandingkan poin yang sebaiknya ada ideal untuk perencanaan suatu program dengan yang sudah
dilakukan faktual dalam program rasionalisasi. Dari hasil wawancara dengan stakeholder
dan analisis deskriptif diperoleh hasil seperti pada Tabel 20.
63 Tabel. 20. Kondisi Ideal dan Faktual dalam Perencanaan Program Rasionalisasi
Perikanan Tangkap di Kabupaten Indramayu Kondisi Ideal
Kondisi Faktual Skor
0-1
1 Proses pembuatan program
1 Apakah program sesuai fakta
2 Apakah sasaran sudah jelas
3 5W +H sudah jelas?
4 Apakah kebijakan organisasi sudah
jadi pertimbangan 5
Keterkaitan kegiatan satu sama lain 6
Apakah program fleksibel dengan perubahan
Sesuai Sudah dibuat
Tidak dibuat lebih rinci untuk semua kegiatan
Sudah Saling terkait
Fleksibel 1
1 1
1 1
Persentase kesesuaian dengan rujukan
83,3
2 Idenifikasi Program
1 Bidang kegiatan 2 Jenis kegiatan
3 Sub jenis kegiatan 4 Bentuk kegiatan
Sudah ditentukan Sudah ada
Belum dibuat Sudah ada
1 1
1
Persentase kesesuaian 75,0
3 Langkah-langkah dalam penyusunan program
1 Penentuan sasaran yang ingin diketahui dan ditetapkan
2 Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan
3 Analisa data terhadap sasaran atau permasalahan yang terjadi
4 Identifikasi factor penghambat dan penunjang
5 Membuat alternatif program 6 Perincian program yaitu waktu,
pendanaan, pelaksanaan Sudah ada
Sudah Belum
Belum Belum
Belum 1
1
Persentase kesesuaian 33,3
4 Penjadwalan rencana program
1 Kapan mulai 2 Kapan selesai
Sudah Belum
1
Persentase kesesuaian 50,0
Rata-rata kesesuaian 60,4
64 Dari hasil analisis perbandingan kondisi ideal dengan faktual dalam proses
perencanaan program rasionalisasi diketahui bahwa dari keseluruhan item 4
item ternyata yang memiliki kesesuaian tertinggi adalah item proses pada pembuatan program
yang kedua identifikasi program. Sedangkan yang paling tidak sesuai dengan kondisi ideal yaitu item tentang langkah-langkah dalam
penyusunan program hanya 33,3 menyusul item kedua yaitu penjadwalan
rencana program 50,0.
Penjelasan dari masing-masing poin sebagai berikut:
1 Proses pembuatan program
1 Apakah program yang dibuat sudah berdasarkan atas fakta yang objektif,
rasional dan pertimbangan-pertimbangan terhadap perkembangan kegiatan.
Dari hasil wawancara dan identifikasi potensi dan permasalahan yang ada di Kabupaten Indramayu diketahui bahwa program rasionalisasi yang
dibuat dianggap telah mengacu pada kondisi permasalahan yang cukup objektif yang ada di lokasi diantaranya semakin berkurangnya hasil tangkapan
nelayan yang mengakibatkan menurunnya pendapatan nelayan. Dari hasil kajian tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan di Kabupaten Indramayu
telah melebihi potensi lestarinya sebesar 477,6. Data produksi yang di laporkan terjadi peningkatan pada tahun 2003-2004, hal itu kemungkinan
diakibatkan oleh masuknya ikan-ikan hasil tangkapan oleh nelayan dari luar Indramayu dan mendaratkan hasilnya di Indramayu.
2 Apakah sasaran yang ingin dicapai sudah jelas
Sasaran program rasionalisasi yang dibuat sudah ditentukan seperti terlihat pada Tabel 21. Dari hasil wawancara diketahui bahwa sasaran yang
telah dibuat seperti contohnya mengurangi jumlah armada sebanyak 851 unit atau pemberian bantuan 545 unit prasarana budidaya atau lainnya sudah
dihitung berdasarkan pemanfaatan ideal dari potensi sumberdaya yang tersedia yaitu 12.785,25 tontahun. Konsekuensi dari hasil perhitungan tersebut pihak
pemerintah daerah harus berusaha mengurangi sebanyak 2564 unit armada dan pengurangan sebanyak 19.656 orang nelayan.
65 Tabel 21. Program, Kegiatan, Tujuan dan Sasaran Kegiatan pada Program Rasionalisasi Perikanan Tangkap di Kabupaten Indramayu
Program Kegiatan Tujuan
Kegiatan Sasaran
1.
Penguatan armada perikanan
Jumlah armada kecil 5 – 10 GT yang ada saat ini dan
merubahnya menjadi armada yang lebih besar 15 – 25 GT.
Terlaksananya perubahan armada dengan mengadakan sebanyak 851
unit armada lebih besar dari 30 GT untuk armada gillnet dan purse seine
2.
Alih Usaha ke Budidaya Laut
Merubah matapencaharian nelayan menjadi pembudidaya
atau pengolah Terlaksananya pemberian bantuan
sebanyak 545 unit sarana untuk usaha budidaya
3.
Rehabilitasi Pantai Penanaman greenbelt jalur
hijau Terlaksananya penanaman pohon
mangrove seluas 1.526,61 Ha
4.
Terumbu karang Pembuatan terumbu karang
buatan Terlaksananya pembuatan terumbu
karang sebanyak 2.000 unit.
Rasionalisasi Perikanan tangkap
Tujuan: 1.Meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui penguatan armada
penangkapan, diversifikasi usaha, dan rehabilitasi
fishing ground
. 2. Mengembangkan program
dan kegiatan yang mengarah pada
peningkatan pemanfaatan secara optimal dan lestari.
3. Meningkatkan peran serta masyarakat di sekitar
pantai dalam mengelola dan memanfaatkan
sumberdaya kelautan berwawasan lingkungan
yang lestari melalui pendekatan kelompok.
4. Meningkatkan pendapatan asli daerah PAD melalui
usaha perikanan tangkap.
5.
Pemberdayaan kelembagaan kelompok
nelayan Penataan, penumbuhan kegiatan
kelompok nelayan Terbinanya kelompok nelayan
sebanyak 14 kelompok
66 3
5W + H : What Apa, Why Kenapa, Who Siapa, Where Dimana, When Kapan dan How Bagaimana.
Beberapa hal yang dapat menjelaskan tentang pertanyaan tersebut dari hasil wawancara dengan stakeholder program rasionalisasi yaitu:
WHAT: Program rasionalisasi yaitu merupakan program pengelolaan perikanan dan kelautan berkelanjutan untuk jangka panjang dengan merasionalkan
upaya tangkap ikan di laut dengan mengurangi armada penangkapan skala kecil, merubah matapencaharian nelayan kecil dan rehabilitasi
ekosistem perairan. WHY: Kerusakan lingkungan perairan, eksploitasi sumberdaya ikan sudah
melebihi potensi lestarinya sehingga kondisi demikian secara nyata berdampak pada ekonomi nelayan yaitu penurunan pendapatan nelayan.
Who: Sebagai pelaksana yaitu institusi pemerintah daerah yaitu Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu. Sedangkan yang menjadi sasaran
program yaitu nelayan pemilik armada kecil dan nelayan buruh. Where: Di lokasi-lokasi desa nelayan yang berada dan tersebar di 11 kecamatan
WHEN: Program telah dilakukan sejak tahun 2004 dan belum ditentukan sampai kapan berakhirnya sehingga sasaran yang telah dibuat.
HOW: Dilakukan dengan mengintegrasikan program dari pusat dan daerah dan mengusulkan dari APBD.
4 Apakah kebijaksanaan institusi sudah menjadi pertimbangan.
Kebijaksanaan pembangunan kelautan dan perikanan diarahkan pada pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan, sehingga program rasionalisasi
merupakan bentuk nyata dari arah kebijakan ke depan. 5
Apakah antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain, saling mengisi dan berkaitan.
Kegiatan yang akan dilaksanakan terdiri dari 1 Penguatan armada penangkapan 2Alih usaha pemanfaatan sumberdaya hayati laut 3Rehabilitasi
ekosistem biota laut dan 4 Pengembangan sarana-pra sarana pendukung. Keempat kelompok kegiatan yang akan dilakukan dalam program
rasionalisasi perikanan tangkap dilihat sepintas berlandaskan pada konsep pembangunan berkelanjutan. Pelaksanaan pengelolaan aspek sosial ekonomi
67 kelompok kegiatan 1 dan 2 diupayakan keterpaduannya dengan pelaksanaan
pengelolaan lingkungan kelompok kegiatan 3 serta didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai kelompok kegiatan 4 untuk dapat menjalankan
kelompok-kelompok kegiatan di kedua aspek tersebut.
6 Apakah program yang dibuat tidak kaku dalam batas-batas tertentu sesuai
dengan perkembangan. Program rasionalisasi dibuat sangat fleksibel baik dalam pemilihan lokasi,
kelompok nelayan yang menjadi sasaran program. Sebagai contoh perubahan komoditas budidaya yang diberikan kepada petani, yang awalnya untuk
pengembangan rumput laut dirubah menjadi kerang hijau dan ikan lele. Hal ini dengan pertimbangan teknologi budidaya rumput laut belum dikenal petani,
sehingga lebih didahulukan yang sudah dikenal sehingga keberhasilannya dapat dipertanggungjawabkan.
7 Apakah program yang dibuat mudah dipahami dan penafsiran oleh
pelaksana kegiatan sudah sama. Dari hasil wawancara yang dilakukan program rasionalisasi tersebut belum
disosialisasikan kepada seluruh pelaksana kegiatan sehingga pemahaman dalam pelaksanaannya terutama untuk pelaksana dilapangan belum diketahui dengan
jelas.
2 Identifikasi Program
Program rasionalisasi terdiri dari 4 kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu penguatan armada penangkapan, Alih usaha pemanfaatan sumberdaya hayati laut,
Rehabilitasi ekosistem biota laut, Pengembangan sarana-pra sarana pendukung. Uraian lebih lanjut terkait dengan bentuk kegiatan yang dilaksanakan dapat dilihat
pada Tabel 22.
68
Tabel 22. Identifikasi Program Berdasarkan Kegiatan, Jenis Kegiatan, Sub Jenis Kegiatan dan Bentuk Kegiatan
Bidang Kegiatan
Jenis Kegiatan Sub
Jenis Kegiatan
Bentuk Kegiatan
Penguatan armada penangkapan
pengurangan jumlah armada
kecil Tidak ada
- pemberian
bantuan armada diatas 30 GT
- pemberian
bantuan alat tangkap
Alih usaha pemanfaatan
sumberdaya hayati laut
Alih usaha dari nelayan ke
budidaya kerapu dan rumput laut
Tidak ada Pemberian bantuan
sarana budidaya
Rehabilitasi ekosistem biota
laut Penghijauan hutan
bakaumangrove, terumbu karang
Tidak ada -
Penanaman pohon
bakaumangrove
- Pembuatan
terumbu karang buatan
Pengembangan sarana-pra sarana
pendukung. Penguatan
kelembagaan Tidak ada
Pembentukan 14 kelompok nelayan
3 Langkah-Langkah Dalam Penyusunan Rencana Program
Untuk melihat langkah-langkah yang telah dilakukan dalam penyusunan program, dengan mengacu pada patokan yang seharusnya dilakukan dalam
penyusunan program seperti: 1
Apakah perumus program mengetahui dan menetapkan sasaran yang ingin dicapai
Dari dokumen yang telah dibuat tentang program rasionalisasi telah ditetapkan sasaran yang ingin dicapai untuk setiap kegiatan seperti terlihat pada
tabel 21. Namun demikian dari hasil wawancara diketahui bahwa sasaran yang dibuat dihitung berdasarkan kenyatan dan kondisi yang terjadi saat ini, seperti
contohnya pengurangan armada kecil sebanyak 851 unit didasarkan pada perhitungan dengan melihat jumlah ideal hasil tangkapan dari masing-masing alat
tangkap. Demikian juga dengan pengalihusahaan dengan budidaya laut sebanyak 545 unit didasarkan pada penyediaan sebanyak 19.656 nelayan yang beralih usaha
dari nelayan ke budidaya.
69 2
Mengumpulkan data atau informasi yang diperlukan. Pengumpulan data dan informasi yang digunakan sebagai data dukung
perencanaan program dilakukan dengan data yang telah tersedia terdiri dari data jumlah nelayan, jumlah alat tangkap, data potensi lestari perikanan tangkap serta
berbgai informasi baik dari Departemen Kelautan dan Perikanan atau dari Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat dan informasi dari pakar.
Program rasionalisasi merupakan salah satu kebijakan publik sehingga seluruh rangkaian proses mulai dari perencanaan, sampai pada implementasinya
harus sudah dapat mengakomodir semua kepentingan. Proses perencanaan sebanyak mungkin harus didukung data dan informasi yang memadai. Menurut
Nugroho 2002, kebijakan publik harus dibuat melalui metode yang demokratis, yang melibatkan para stakeholder, transparan dan ada proses dialog publik. Lebih
lanjut, Nugroho 2002 juga menyatakan tiga hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan suatu kebijakan, yaitu: [1] apakah kompleksitas masalahnya sangat
tinggi; [2] sejauhmana masyarakat terlibat; dan [3] seberapa besar prakiraan dampak yang dihasilkan oleh kebijakan tersebut. Pengumpulan data dan informasi
dilakukan melalui berbagai kegiatan dari mulai identifikasi di lapangan sampai pada penyelenggaraan forum diskusi guna mendapatkan berbagai masukan dari
seluruh stakeholder. Menurut Islamy 2002, perumusan usulan kebijakanprogramkegiatan
adalah kegiatan menyusun dan mengembangkan serangkaian tindakan yang perlu untuk memecahkan masalah. Penyusunan program dilakukan melalui proses
pengambilan keputusan. Proses ini harus melibatkan seluruh stakeholder yang terkait.
Dari hasil analisis stakeholder yang terkait dengan program rasionalisasi, stakeholder
dibagi kedalam 3 golongan yaitu primer, sekunder dan tersier
berdasarkan kelompok kepentingannya. Analisis pihak terkait Stakeholder Analysis
yang diuraikan dari ODA 1995 adalah analisis untuk menjajagi kepentingan dan pengaruh serta tingkat partisipasi pihak terkait stakeholder yang
dapat dipengaruhi mempengaruhi jalannya kegiatan proyek. Dari hasil analisis stakeholder yang dilakukan untuk program rasionalisasi
yaitu:
70
1 Stakeholder Primer 1
Masyarakat nelayan
Program rasionalisasi perikanan tangkap yang dilakukan melibatkan berbagai stakeholder, dan mereka termasuk ke dalam stakeholder primer.
Masyarakat nelayan dikatakan sebagai kelompok stakeholder ini karena target dan sasaran program adalah kelompok nelayan, keterlibatan mereka
didalam pelaksanaan program rasionalisasi merupakan dasar utama bagi pengelompokkan mereka ke dalam kelompok stakeholder ini.
2 Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu Kantor Bupati
Sebagai pengambil kebijakan, Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu tergolong stakeholder primer. Hal ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa program-program pembangunan termasuk pemberdayaan masyarakat miskin dalam konteks ini adalah nelayan
merupakan salah satu program utama dalam pembangunan ekonomi yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu No. 16 Tahun
2002 Tentang Propeda Kabupaten Indramayu Tahun 2000-2004. Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin mempunyai tujuan untuk meningkatkan
kemampuan dan keberdayaan keluarga dan kelompok masyarakat miskin dan nelayan, melalui penyediaan kebutuhan dasar dan pelayanan umum
berupa sarana dan prasarana ekonomi, serta penyediaan sumberdaya produksi dan ekonomi. Sasaran yang ingin dicapai adalah semakin
berkurangnya jumlah penduduk miskin dan meningkatkan kondisi sosial ekonomi keluarga dan kelompok masyarakat serta nelayan yang miskin
dan yang berpotensi miskin Dinas Perikanan, 2005. Adapun arah kebijakan pembangunan bidang ekonomi di Kabupaten Indramayu adalah
sebagai berikut: Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan berbasis potensi
sumberdaya alam lokal dengan bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan.
Menciptakan keterkaitan dan pola kemitraan.
71 Mengembangkan peranan pemerintah daerah sebagai motivator,
fasilitator, komunikator dan inovator diantara pelaku ekonomi dengan prinsip persaiangan sehat.
Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai dengan kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan
komparatif dan kompetitif. Menyehatkan BUMD yang telah ada sehingga lebih efisien, terbuka
dan profesional dan mendirikan BUMD yang baru sesuai dengan potensi dan peluang yang ada.
Memberdayakan usaha kecil menengah dan koperasi. Mengembangkan sistem agribisnis dan ketahanan pangan secara
terpadu. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur publik termasuk
pengairan, transportasi, energi, telekomunikasi serta air bersih. Mengembangkan sistem jaminan usaha dalam rangka menumbuhkan
usaha dan kreativitas masyarakat. Menyehatkan APBD melalui peningkatan Pendapatan Asli Daerah
PAD yang tidak memberatkan masyarakat. Program pengembangan pertanian, kelautan dan ketahanan pangan
untuk peningkatan kesejahteraan dan produktivitas petani, nelayan dan peternak juga menjadikan pertimbangan mengapa Pemda Kabupaten
Indramayu tergolong ke dalam stakeholder primer. Dalam program ini, pengertian pertanian merupakan pertanian dalam arti luas yaitu termasuk
perikanan dan ketahanan pangan merupakan cakupan yang tidak saja pada masyarakat perikanan, tetapi masyarakat secara luas. Alasan lainnya,
pemerintah kabupaten adalah stakeholder utama adalah pemerintah kabupaten juga bertanggungjawab dalam pengembangan dan pengelolaan
sarana dan prasarana publik seperti sarana pengairan, perhubungan, dan pemukiman. Kesemua program yang telah dijelaskan dalam Perda
Kabupaten Indramayu No. 16 Tahun 2002 tersebut di atas dituangkan pula penjabarannya dalam Rencana Strategis Renstra Daerah Kabupaten
72 Indramayu Tahun 2001-2005, yang juga dalam bentuk Perda Perda No.17
Tahun 2002.
3 Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu memiliki peran sebagai perencana, pelaksana, mitra pelaksana, serta evaluasi dan
memonitor pembangunan sektor kelautan dan perikanan termasuk pengentasan kemiskinan masyarakat nelayan. Cerminan lembaga ini
sebagai perencana terlihat dengan keberadaan Rencana Strategik Renstra Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu Tahun 2001-2005.
Berdasarkan tupoksinya tersebut maka lembaga ini mempunyai tugas utamanya yaitu dalam pengentasan kemiskinan masyarakat nelayan. Atas
dasar itulah maka lembaga ini dikategorikan sebagai stakeholder primer utama.
Dalam rangka pembangunan sektor perikanan dan kelautan, salah satu kegiatan yang diadakan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan yaitu
melalui program Rasionalisasi Perikanan Tangkap.
2 Stakeholder sekunder
Berdasarkan peranan lembaga yang berhubungan dengan program rasionalisasi maka stakeholder sekunder terkait adalah Dinas Perikanan dan
Kelautan Propinsi Jawa Barat, Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Kimpraswil Kabupaten Indramayu, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
Kabupaten Indramayu serta Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu.
1 Badan Perencanaan Daerah BAPEDA Kabupaten Indramayu
Dalam kaitannya dengan keberhasilan program rasionalisasi adalah Badan Perencanaan Daerah BAPEDA Kabupaten Indramayu merupakan
stakeholder primer. Hal ini dipertimbangkan atas peranan lembaga ini
dalam perencanaan dan evaluasi program termasuk keberhasilannya serta juga berfungsi sebagai lembaga yang turut menentukan dalam hal
pembiayaan pembangunan berbagai sektor di wilayah Kabupaten Indramayu ini.
73
2 Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Kabupaten Indramayu
Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Kimpraswil Kabupaten Indramayu juga dikategorikan sebagai stakeholder sekunder dalam
kaitannya dengan pengentasan kemiskinan masyarakat nelayan. Hal ini berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain peranannya dalam
menunjang program pembangunan di sektor kelautan dan perikanan salah satunya adalah program rasionalisasi, yang juga sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi intansi ini. Sebagai contoh, pembangunan pemukiman masyarakat nelayan, pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
infrastruktur..
3 Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Barat
Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Barat, merupakan stakeholder
sekunder dalam kaitannya dengan program rasionalisasi di wilayah Kabupaten Indramayu. Hal ini didasarkan atas pertimbangan
bahwa lembaga ini bertanggung jawab dan secara tidak langsung terlibat didalam pelaksanaan beberapa pokok kegiatan perikanan tangkap dan
pembinaannya dalam wilayah Kabupaten Indramayu. Sebagai contoh keterlibatan lembaga ini adalah kegiatan penerbitan usaha penangkapan
ikan masyarakat nelayan asal Indramayu di perairan laut di luar Kabupaten Indramayu tetapi masih dalam wilayah Propinsi Jawa Barat. Selain itu,
lembaga ini menginisiasi kegiatan. Selaian itu melakukan penyusunan tata ruang perikanan Pantai Utara Jawa Barat yang melibatkan beberapa
wilayah kabupaten termasuk Kabupaten Indramayu.
3 Stakeholder tersier
Berdasarkan peranan lembaga yang berhubungan dengan pengentasan kemiskinan masyarakat nelayan maka stakeholder tersier terkait adalah Dinas
Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Peternakan, dan Bank Rakyat Indonesia.
1 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Indramayu
Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Indramayu merupakan stakeholder
tersier dalam kaitannya dengan program rasionalisasi dikarenakan beberapa pokok kegiatan terkait yaitu kebijakan di bidang
74 kehutanan. Sebagai gambaran antara lain kegiatan penanaman jalur hijau
greenbelt dengan mangrove akan sangat terkait dengan lembaga ini. Jalur hijau ini selain digunakan sebagai areal penghijauan, juga berguna
bagi penyediaan daerah asuhan nursery ground bagi anak-anak ikan dan atau udang. Oleh karena itu, kebijakan di bidang kehutanan seharusnya
turut menunjang usaha kelestarian sumberdaya perikanan terutama di wilayah pesisir dan pantai.
2 Bank Rakyat Indonesia
Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabupaten Indramayu merupakan stakeholder
tersier dalam kaitannya dengan keberhasilan program rasionalisasi. Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa dalam rangka
pengadaan atau peningkatan modal usaha baik di bidang penangkapan ikan ataupun perikanan budidaya dan pengolahan. Penyediaan modal dengan
sistem pinjaman yang sederhana atau tanpa jaminan sangat memungkinkan bagi masyarakat nelayan memanfaatkannya.
3 Pemerintah Kecamatan Indramayu dan Kandanghaur
Pemerintah kecamatan merupakan unsur pemerintah yang berpengaruh dalam masalah administratif pemerintahan. Tertibnya data
merupakan salah satu aspek penting dalam perencanaan program pembangunan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah di setiap lokasi
atau masyarakat tertentu.
4. Pemerintah Desa Karangsong dan Desa Eretan Wetan