Sumberdaya Ikan SDI dan Daerah Penangkapan Ikan DPI

Berdasarkan hasil wawancara, sudah banyak kebijakan yang dicanangkan oleh Pemerintah Daerah Pemda Kabupaten Indramayu untuk mengembangkan PPP Dadap. Namun, dalam proses penerapan kebijakan tersebut mengalami banyak kendala. Pemerintah daerah, dalam hal ini dipegang oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu sudah berusaha menjalin hubungan kerjasama dengan aparatur Desa Dadap untuk dapat menerapkan kebijakan tersebut. Akan tetapi, aparatur Desa Dadap menolak bahkan tidak memberi ijin untuk menerapkan kebijakan tersebut kalau dirasakan kebijakan tersebut tidak menguntungkan bagi oknum-oknum tertentu. Banyak usaha yang sudah dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu bahkan sudah berkali-kali untuk mencoba menerapkan kebijakan tersebut di PPP Dadap, akan tetapi semuanya tidak berhasil. Susahnya proses menerapkan kebijakan di PPP Dadap mengakibatkan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu mencari alternatif lain supaya kebijakan yang sudah dicanangkan tidak sia-sia. Akhirnya, kebijakan yang telah dicanangkan tersebut dialihkan ke PPI Karangsong. Kurangnya kerjasama dan dukungan dari aparatur Desa Dadap terhadap PPP Dadap mengakibatkan PPP Dadap menjadi tidak berkembang dan membuat keadaanya semakin terpuruk karena perhatian dari Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu menjadi berkurang.

2. Sumberdaya Ikan SDI dan Daerah Penangkapan Ikan DPI

Berdasarkan Tabel 11 dapat menunjukan bahwa produksi di PPP Dadap setiap tahunnya semakin menurun, hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa sumberdaya ikan SDI yang terdapat di wilayah perairan Indramayu dan sekitarnya semakin sedikit. Menurunnya hasil tangkapan di daerah-daerah penangkapan ikan DPI yang biasa digunakan oleh para nelayan tersebut, maka kapal-kapal yang tadinya menangkap ikan di DPI tersebut akan mencari DPI lain. DPI tersebut letaknya lebih jauh dari DPI yang biasa digunakan oleh nelayan tersebut. Hal ini terlihat dengan semakin lamanya waktu operasi kapal-kapal yang berbasis di PPP Dadap. Contohnya kapal payang yang biasa operasi penangkapanya hanya 10 jam sekarang menjadi 14 jam. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara kepada pemilik kapal payang tentang hasil yang diperoleh pada 5 lima trip terakhir. Tabel 14 Hasil wawancara pemilik kapal payang Responden Jumlah tangkapan Kg Lama Trip jam Jarak DPI mil 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 20 25 30 30 40 10 10 12 14 12 5 5 10 15 10 2 40 70 30 30 25 12 14 10 12 10 10 15 5 10 5 3 30 50 40 25 60 10 12 12 10 14 5 10 10 5 15 4 50 30 40 25 30 12 12 12 10 10 10 10 10 5 5 5 25 30 20 50 30 10 10 10 12 12 5 5 5 10 10 Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa, dalam 5 lima kali operasi penangkapan terakhir untuk mendapatkan jumlah hasil tangkapan yang lebih banyak, nelayan rata-rata harus menambah jarak tempuhnya untuk sampai ke DPI yang baru. Hal tersebut otomatis akan mengakibatkan lama trip jam yang dijalani akan semakin bertambah juga. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 5 Jumlah tangkapan 5 lima trip terakhir responden Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa dalam 5 lima kali operasi penangkapan terakhir tren mengalami peningkatan dan bergerak kearah kanan. Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk mendapatkan jumlah hasil tangkapan yang lebih banyak nelayan rata-rata harus menambah jarak tempuhnya. Hal tersebut otomatis akan mengakibatkan lama trip jam yang dijalani akan semakin bertambah juga. Lama operasi penangkapan yang semakin bertambah akan menyebabkan jumlah penggunaan BBM, es, air bersih, juga akan meningkat sehingga 5 7 9 11 13 15 20 40 60 80 L ama T rip ja m Jumlah Tangkapan Kg pengeluaran untuk memenuhi perbekalan melaut bertambah besar. Pengeluaran lebih besar daripada pendapatan yang diterima menyebabkan tidak sedikit pemilik kapal mengalami kerugian. Hal tersebut membuat nelayan mencari pelabuhan lain yang dekat dengan DPI nya untuk mendaratkan hasil tangkapan untuk sedikit mengurangi pengeluaran.

5.3 Pola Hubungan antara Kinerja Organisasi dan Sosial dengan Kinerja PPP Dadap

Kinerja sebuah pelabuhan seharusnya berkaitan dengan kinerja organisasi dan kinerja sosial, yang mengakibatkan jika salah satu mengalami perubahan akan berpengaruh terhadap yang lainnya. Agar dapat mengetahui pola hubungan antara kinerja pelabuhan, kinerja organisasi, dan kinerja sosial di PPP Dadap maka harus dilakukan perhitungan. Perhitungan dilakukan untuk mengetahui seberapa kuat dan signifikanya hubungan antara ketiga kinerja tersebut. Indikator kinerja pelabuhan yang dilihat adalah pelayanan yang diberikan pelabuhan seperti perawatan fasilitas, kebersihan PP, sistem pengelolaan, dan sistem perijinan dan relasi antara pengguna PP nelayan, bakul ikan, dan petugas PP. Indikator kinerja organisasi adalah keberadaan fasilitas pelabuhan yang ada di PPP Dadap, baik fasilitas pokok, fasilitas fungsional, maupun fasilitas pendukung. Indikator kinerja sosial yang diambil adalah produktivitas nelayan teknologi, pendapatan, produksi dan profil nelayan pendidikan, kesehatan, pengalaman. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Software SPSS 16 digunakan untuk mempermudah proses perhitungan. Sebelum dilakukannya proses perhitungan perlu dilakukan uji validitas terhadap data yang telah diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan wawancara kepada responden tersebut. Menurut Sekaran 2003 dalam Wijaya 2011, suatu variabel dinyatakan valid jika dapat melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Pertanyaan atau variabel yang tidak valid akan dihilangkan dan tidak dimasukan ke dalam perhitungan. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16. Berdasarkan uji validitas terhadap 28 varibel, diperoleh variabel yang valid dengan jumlah yang berbeda pada setiap kinerja. Terdapat 7 tujuh varibel yang valid untuk penilaian kinerja pelabuhan, yaitu: pelayanan yang diberikan