Kerangka Berfikir Hipotesis EKSPERIMEN PEMBUATAN KUE SEMPRIT TEPUNG BERAS MERAH

39 Indonesia yang belum dimanfaatkan secara maksimal untuk pembuatan bahan pangan. Beras merah hanya dikonsumsi sebagai nasi untuk penderita diabetes. Padahal beras merah dapat digunakan sebagai bahan olahan makan lainya yang beraneka ragam salah satunya kue semprit Untuk itu beras merah akan dimanfaatkan sebagai deservikasi pangan, salah satunya untuk pembuatan kue semprit. 2.2.2.4. Diversifikasi pangan Keanekaragaman pangan atau diversifikasi pangan saat ini sangat beragam dengan berbagai teknik pengolahan maupun bahan yang digunakan, dengan adanya pembuatan kue semprit tepung beras merah. Diharapkan mampu menambah variasi makanan dengan cara mengganti bahan baku lokal yaitu tepung beras merah.

2.2 Kerangka Berfikir

Karakteristik bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan kue kering adalah kadar gluten rendah atau tidak sama sekali, memiliki daya serap air rendah dan sulit diragikan, Sutomo Budi 2008:3. Tepung beras merah memiliki kadar protein yang rendah sehingga memungkinkan dapat digunakan dalam pembuatan kue semprit yang bahan bakunya dari tepung terigu berprotein rendah. Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil simpulan bahwa untuk membuat kue kering dapat menggunakan tepung yang mempunyai kadar gluten rendah atau tidak sama sekali. Ditinjau dari kandungan gizinya, tepung beras merah tidak menggandung gluten, dengan demikian tepung tersebut dapat digunakan untuk membuat kue kering seperti kue semprit. Kue Semprit dipilih, 40 karena termasuk salah satu jenis kue kering yang belum dikembangkan dengan bahan dasar tepung beras merah. Pada pra eksperimen, peneliti membuat kue semprit menggunakan tepung beras merah dengan persentase 50, 70, dan 90. Menghasilkan semakin banyak menggunakan tepung beras merah warna semakin kecoklatan, aroma khas beras merah, bertekstur kering dan renyah. Dengan demikian kriteria kue semprit pra eksperimen mendekati kriteria cookies. Pembuatan kue semprit menggunakan tepung beras merah bertujuan sebagai diversifikasi pangan, meningkatkan gizi pada kue semprit karena mengandung karbohidrat dan serat, serta memperkaya variasi kue semprit ditinjau dari kekeringa, tekstur, warna, rasa dan aroma. Untuk menguji kualitas pembuatan kue semprit dari tepung beras merah, dilakukan uji inderawi, uji kesukaan dan uji kimiawi karbohidrat dan serat. 41

2.3 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan sampai terbukti melalui data terkumpul Suharsimi Arikunto, 1998: 67. Berdasarkan teori yang telah diuraikan, maka diajukan hipotesis sebagai berikut : 2.4.1. Hipotesis Kerja Ha Ada perbedaan kualitas kue semprit tepung beras merah dengan presentase 50, 70 dan 90 ditinjau dari aspek inderawi yaitu tekstur, kekeringan, warna, rasa dan aroma. 2.4.2. Hipotesis Nol Ho Tidak ada perbedaan kualitas kue semprit tepung beras merah dengan presentase 50, 70 dan 90 ditinjau dari aspek inderawi yaitu warna, aroma, tekstur, dan rasa. 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah teknik atau cara yang digunakan dalam kegiatan penelitian, sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Hal-hal yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah metode penentuan objek penelitian, pendekatan penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data .

3.1 Metode Penentuan Objek Penelitian