Tujuan IPS Karakteristik Pelajaran IPS .1.Defenisi Pelajaran IPS

2.4.4.Karakteristik Pendidikan IPS SD Untuk membahas karakteristik IPS, dapat dilihat dari berbagai pandangan. Berikut ini dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya. 1. Materi IPS Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain: 1 Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya. 2 Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi. 3 Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh. 4 Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar. 5 Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga. 2. Strategi Penyampaian Pembelajaran IPS Strategi penyampaian pembelajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak diri sendiri, keluarga, masyarakattetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon or Expanding Enviroment Curriculum”. Sebutan Masa Sekolah Dasar, merupakan periode keserasian bersekolah, artinya anak sudah matang untuk besekolah. Adapun kriteria keserasian bersekolah adalah sebagai berikut. 1. Anak harus dapat bekerjasama dalam kelompok dengan teman- teman sebaya, tidak boleh tergantung pada ibu, ayah atau anggota keluarga lain yang dikenalnya. 2. Anak memiliki kemampuan sinetik-analitik, artinya dapat mengenal bagian-bagian dari keseluruhannya, dan dapat menyatukan kembali bagian-bagian tersebut. 3. Secara jasmaniah anak sudah mencapai bentuk anak sekolah. Menurut Preston dalam Oemar Hamalik. 2004 : 42-44, anak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1 Anak merespon menaruh perhatian terhadap bermacam-macam aspek dari dunia sekitarnya. Anak secara spontan menaruh perhatian terhadap kejadian-kejadian-peristiwa, benda-benda yang ada disekitarnya. Mereka memiliki minat yang laus dan tersebar di sekitar lingkungnnya. 2 Anak adalah seorang penyelidik, anak memiliki dorongan untuk menyelidiki dan menemukan sendiri hal-hal yang ingin mereka ketahui. 3 Anak ingin berbuat, ciri khas anak adalah selalu ingin berbuat sesuatu, mereka ingin aktif, belajar, dan berbuat 4 Anak mempunyai minat yang kuat terhadap hal-hal yang kecil atau terperinci yang seringkali kurang pentingbermakna 5 Anak kaya akan imaginasi, dorongan ini dapat dikembangkan dalam pengalaman-pengalaman seni yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPS sehingga dapat memahami orang-orang di sekitarnya. Misalnya pula dapat dikembangkan dengan merumuskan hipotesis dan memecahkan masalah. Berkaitan dengan atmosfir di sekolah, ada sejumlah karakteristik yang dapat diidentifikasi pada siswa SD berdasarkan kelas-kelas yang terdapat di SD. 1. Karakteristik pada Masa Kelas Rendah SD Kelas 1, 2, dan 3 a. Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah b. Suka memuji diri sendiri c. Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu, hal itu dianggapnya tidak penting d. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain dalam hal yang menguntungkan dirinya. 2. Karakteristik pada Masa Kelas Tinggi SD Kelas 4, 5, dan 6. a. Perhatianya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari b. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis c. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah. 3. Menurut Jean Piagiet, usia peserta didik SD 7-12 tahun ada pada stadium operasional konkrit. Oleh karena itu guru harus mampu merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan peserta didik, misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu panjang, peristiwa belajar harus bervariasi, danyang tidak kalah pentingnya sajian harus dibuat menarik bagi peserta didik. Kecenderungan belajar IPS, pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari IPS sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorentasi pada tesujian yang hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Akibatnya IPS sebagai proses, sikap dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran. peserta didik menganggap pelajaran IPS sangat sulit untuk dipelajari, sehingga peserta didik tidak menyukai mata pelajaran IPS. Namun demikian, mereka berharap pembelajaran IPS di sekolah dapat disajikan secara aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan dengan model pembelajaran yang bervariasi. Semua ini bertujuan agar guru dapat lebih aktif, kreatif dan melakukan inovasi dalam pembelajaran tanpa mengabaikan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik. Melalui pembelajaran IPS peserta didik dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerjasama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah. Pengalaman belajar yang diperoleh dikelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPS sebagai produk dan siswa menghafal informasi faktual. peserta didik hanya mempelajari IPS pada domain kognitif yang tertendah. peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berfikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik cenderung malas berfikir secara mandiri. Dari semua persoalan dalam pelajaran IPS tersebut peneliti ingin IPS disajikan secara aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan dengan model pembelajaran yang bervariasi seperti pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran berbasis inkuiri untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik serta menanamkan nilai-nilai kemandirian yang terjadi melalui kedua pembelajaran tersebut.

2.5 Model Pembelajaran

Secara kafiah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan suatu hal. Adapun Soekamto dalam Trianto 2011: 22 mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Menurut Khabibah dalam Trianto 2011: 25 bahwa untuk melihat tingkat kelayakan suatu model pembelajaran untuk aspek validitas dibutuhkan ahli dan praktisi untuk memvalidasi model pembelajaran yang dikembangkan. sedangkan untuk aspek kepraktisan dan efektivitas diperlukan suatu perangkat pembelajaran untuk melaksanakan model pembelajaran yang dikembangkan. Sehingga apabila ingin melihat kedua aspek tersebut perlu dikembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk suatu topik tertentu yang sesuai dengan model pembelajaran yang dikembangkan. Arends dalam Trianto 2011: 25 menyeleksi enam model pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, yaitu : presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah dan diskusi kelas. Model pembelajaran di gunakan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik.

2.6 Implementasi Model Pembelajaran Discovery Learning

Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya. Model pembelajaran memiliki empat unsur: 1 Sintak , fase-fase pelasanaan model tersebut, 2 Sistem sosial, peran dan hubungan guru- peserta didik, 3 Prinsip reaksi, bagaimana guru memperlaku kan dan merespon peserta didik, dan 4 Sistem pendukung, sarana, bahan, dan alat. Dalam penelitian tindakan kelas ini, model pembelajaran yang digunakan model pembelajaran discovery. Discovery learning dapat membantu peserta didik dalam proses pembelajaran saintifik. Model discovery Learning yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Bruner berpendapat bahwa Belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan learning by discovery is learning to discover. Bruner memakai model pembelajaran yang disebutnya Discovery Learning, dimana peserta didik mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir Dalyono, 2009:49. Model discovery adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan Budiningsih, 2005:43. Menurut Suherman 2005:212 penemuan sebagai model pembelajaran merupakan penemuan yang dilakukan oleh siswa. Dalam pembelajaran ini siswa menemukan sendiri sesuatu hal yang baru bagi mereka. Proses penemuan W. Gulo 2006:94 tidak hanya mengembangkan intelektual saja, tetapi juga mengembangkan seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan keterampilan. Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalaui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan kesimpulan. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind Robert B. Sund dalam Hamalik, 2004:219. Menurut Krismanto 2005:15 mengatakan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan model pembelajaran discovery yaitu : 1 aktivitas siswa belajar sendiri sangat berpengaruh dalam belajar matematika dengan model pembelajaran discovery, 2 hasil akhir harus ditemukan sendiri oleh siswa, 3 prasyarat-prasyarat yang diperlukan sudah dimiliki oleh siswa, 4 guru hanya bertindak sebagai pengarah dan pembimbing saja, bukan sebagai pemberi jawaban. Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Discovery berupa masalah yang diperhadapkan kepada peserta didik semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Akan tetapi prinsip belajar yang nampak jelas dalam discovery learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk konstruktif apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pelajaran IPS kelas IV dalam materi sumber daya alam di MI Annuriyah Depok

0 21 128

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN IPS TERPADU PADA SISWA Penerapan Model Discovery Learning dalam Pembelajaran IPS Terpadu Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Colomadu Tahun Ajaran 2014/2015.

0 3 12

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN IPS TERPADU PADA SISWA Penerapan Model Discovery Learning dalam Pembelajaran IPS Terpadu Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Colomadu Tahun Ajaran 2014/2015.

0 2 15

Peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri Daratan semester 2 tahun 2011.

0 2 187

PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS.

0 0 4

Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran Ipa Kelas V di Sekolah Dasar Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus JURNAL

0 0 12

MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING (2)

0 0 6

PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION DI SEKOLAH DASAR

0 0 14

PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MODEL WORD SQUARE KELAS IV SEKOLAH DASAR

0 0 11

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 2 PEKALONGAN - repository perpustakaan

1 1 15