ebebrapa sanksi dan tindakan khusus yang dapat dikenakan kepada orang atau kapal yang melakukan tindak pidana perikanan. Akan tetapi apabila
tidak didukung oleh penegakan hukum yang tepat terutama oleh aparat penegak hukum maka undang-undang tersebut akan sia-sia saja.
Lemahnya penanganan terhadap para pelaku illegal fishing ini dapat dilihat dari banyaknya kasus yang terjadi, namum para pelakunya hanya
dihukum rignan, padahal berdasarkan pasal 85 jo pasal 101 UU Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan, dinyatakan secara tegas bahwa pelaku
illegal fishing , misalnya pada tahun 2007 terdapat 103 kasus tindak pidana
di bidang perikanan dengan berbagai bentuk pelanggaran. Hanya 77 kasus yang telah diajukan ke proses pengadilan, sheingga menimbulkan kesan
kuran gprofesionalnya aparat dalam penanganannya.
55
B. Tindak Pidana Pencurian Ikan yang Dilakukan Oleh Kapal Berbendera
Asing
Sumberdaya perairan Indonesia adalah sumberdaya yang dapat menghasilkan keuntungan, terutama bagi perekonomian bangsa. Pemanfaatan
yang menghasilkan manfaat yang besar ini dapat tercapai apabila dilakukan dengan optimal dan bertanggungjawab, terutama dalam proses melakukan
penangkapan ikan. Dalam skala Internasional sendiri mengenai penangkapan ikan diatur dalam Code of Conduct for Responsible Fisheries CCRF, yaitu prinsip-
prinsip tata laksana perikanan yang bertanggung jawab. Tata laksana ini menjadi
55
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kendari, Illegal Fishing, Kejahatan Tradisional yang terlupakan,
http:www.p2sdkpkendari.comcetak.php.?id=221 diakses tanggal 20 Maret 2015.
dasar standar internasional dalam melakukan penangkapan ikan dan mengenai pola perilaku bagi praktik penangkapan yang bertanggung jawab dalam
pengusahaan sumber daya perikanan dengan maksud untuk menjamin terlaksananya aspek konservasi, pengelolaan dan pengembangan efektif
sumber daya hayati akuatik berkenaan dengan pelestarian. Sedangkan di Indonesia ada beberapa aturan yang menyangkut penangkapan dan konservasi
yaitu Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan, Undang-undang Nomor 45 tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 tahun
2004 tentang Perikanan, Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan, dan beberapa aturan lainnya.
Namun proses penangkapan ikan dan pengelolaan ikan di Indonesia sering tidak sesuai dengan CCRF atau beberapa aturan nasional yang ada. Hal ini
dikarenakan kebutuhan yang semakin meningkat akan ikan dalam kehidupan sehari-hari yang pada akhirnya memicu para nelayan untuk melakukan
pengeksploitasian ikan secara besar-besaran yang mengakibatkan overexploited. Cara umum lainnya yang cenderung dilakukan para nelayan untuk mendapatkan
ikan ilah dengan melakukan pengeboman, pembiusan ikan, menggunakan alat tangkap trawl, dan yang sering sekali kita dengar ialah illegal fishing. Secara
umum illegal fishing dapat diartikan dengan kegiatan pengelolaan atau penangkapan ikan yang tidak sesuai dengan aturan perikanan yang berlaku.
Dengan kata lain illegal fishing yaitu kegiatan penangkapan ikan yang masuk kategori sebagai berikut:
a. Dilakukan oleh orang atau kapal asing pada suatu perairan yang
menjadi yuridiksi suatu negara tanpa izin dari negara tersebut atau bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku;
b. Bertentangan dengan peraturan nasional yang berlaku atau kewajiban
internasional; c.
Dilakukan oleh kapal yang mengibarkan bendera suatu negara yang menjadi anggota organisasi pengelolaan perikanan regional tetapi
beroperasi tidak sesuai dengan ketentuan pelestarian dan pengelolaan yang diterapkan oleh organisasi tersebut atau ketentuan hukum
internasional yang berlaku
56
Berikut ini adalah tindakan yang termasuk dalam kegiatan tindak pidana pencurian ikan atau illegal fishing yang dilakukan oleh kapal asing dan
sanksinya menurut Undang-Undang Perikanan ialah : 1.
Penangkapan ikan di wilayah pengelolaan perikanan tanpa memiliki Surat Izin Penangkapan Ikan.
Sesuai dengan pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Nomor 45 tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang
Perikanan, yang berbunyi : “Setiap orang yang memiliki danatau mengoperasikan kapal penangkap
ikan berbendera asing yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan di ZEEI wajib memiliki SIPI.”
56
Wiliater Pratomo. “Tinjauan Kriminologis Terhadap illegal Fishing Yang Terjadi di Kota Makassar Studi Kasus Tahun 2010-2013” , Skripsi , Sarjana, UNHAS 2013.
Hal ini berarti bahwa setiap kapal perikanan berbendera asing yang tidak memiliki SIPI masuk dalam kategori tindakan pencurian ikan atau illegal
fishing . SIPI pada dasarnya dapat dimiliki oleh WNI atau WNA dan SIPI
diberikan kepada orang bukan kapalnya. Pemilik SIPI tidak selalu sebagai pemilik kapal. Jika untuk WNI, memiliki SIPI jika oprasi penangkapannya
di dalam negeri maupun di laut lepas, sedangkan untuk WNA operasinya di ZEEI Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
2. Penangkapan ikan di wilayah pengelolaan perikanan tanpa memiliki Surat
Izin Penangkapan Ikan yang asli. Sesuai dengan pasal 27 ayat 3 Undang-Undang Nomor 45 tahun 2007
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan yang berbunyi :
“Setiap orang yang mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera Indonesia di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia
atau mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera asing di ZEEI wajib membawa SIPI asli”
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 1984 tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati di ZEEI , dalam rangka pengembangan usaha
perikanan Indonesia di Zona Ekonomi KEsklusif Indonesia, orang atau badan hukum asing diberi kesempatan untuk melakukan penangkapan ikan
di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia sepanjang orang atau badan hukum Indonesia bergerak di bidang usaha perikanan Indonesia belum dapat
sepenuhnya memanfaatkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan.
Pemberian izin kepada orang atau badan hukum asing untuk menangkap ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indinesia dapat diberikan setelah diadakan
persetujuan antara pemerintah Republik Indonesia dengan pemerintah Negara asing asal orang atau badan hukum asing yang bersangkutan. Izin
tersebut diberikan dalam bentuk Surat Izin Penangkapan Ikan SIPI yang dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk olehnya. Maka setiap kapal
perikanan berbendera asing wajib memiliki dan membawa Surat Izin Penangkapan Ikan SIPI yang asli.
3. Melakukan pengangkutan ikan di wilayah perikanan Indonesia tanpa
memiliki Surat Izin Kapal PengangkutPengumpul Ikan SIKPI SIKPI berbeda dengan SIPI, SIPI merupakan surat izin yangdiberikan
kepada orang yang melakukan penangkapan ikan sedangkan SIKPI merupakan izin yang wajib dimiliki oleh kapal perikanan yang berupa
kapal pengangkut ikan. Sesuai yang telah tertulis pada Pasal 28 ayat 1 Undang-Undang Nomor 45
tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan yang berbunyi :
“Setiap orang yang memiliki danatau mengoperasikan kapal pengangkut ikan berbendera Indonesia di wilayah pengelolaan perikanan Negara
Republik Indonesia wajib memiliki SIKPI” Untuk mengetahui pihak yang bersangkutan memiliki SIKPI atau tidak,
Undang-undang meemrintahkan agar yang bersangkutan wajib membawa SIKPI aslinya ketika sedang melakukan pelayaran mengangkut hasil
tangkapan. Meskipun telah mempunyai SIKPI tetapi sewaktu dalam
pelayaran lupa membawa SIKPI dan hanya dapat membawa fotokopinya, atau membawa SIKPI yang sudah berakhir masa lakunya, tindak pidana
tersebut tetap dapat dikenakan kepada pihak yang bersangkutan dan dikategorikan sebagai delik kejahatan. Dan tindak pidana ini juga
meruoakan delik dolus dimana perbuatannya harus memenuhi unsure kesengajaan.
57
4. Menggunakan SIUP, SIPI, dan SIKPI palsu.
Berbagai izin yang harus dilengkapi bahkan dimiliki oleh kapal yang melakukan penangkapan ikan maupun orang yang memiliki kapal tersebut
harus merupakan izin yang asli , yakni Surat Izin Usaha Perikanan, Surat Izin Penangkapan Ikan,Surat Izin Kapal PengangkutPEngumpul Ikan.
memiliki ketiga izin tersebut merupakan kewajiban, oleh karena itu dalam pembuatannya harus mengikuti prosedur yang ada. Prosedur dan syarat-
syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang mengurus izin tersebut tidaklah mudah, membutuhkan waktu yang lama dan juga biaya yang tidak murah.
Karena memiliki syarat dan prosedur yang tidak mudah terkadang membuat orang yang bersangkutan malas untuk mengurus izin tersebut,
hambatan tersebut dapat menjadikan pemicu bagi orang-orang yang ingin mengurus izin tersebut untuk melakukan berbagai kecurangan.
57
Gatot suparmono, op.cit. , hal. 169.
5. Memiliki isi dokumen kapal yang tidak sesuai dengan kapal dan jenis alat
tangkapnya Kapal yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan harus memiliki
dokumen yang jelas, baik tentang kepemilikan kapal, jumlah awak, kebangsaan para awak, bendera kapal, dan jenis kapal . keterangan pada
dokumen tersebut harus jelas sesuai dengan kondisi fisik kapal yang diselidiki dan diperiksa oleh pengawas perikanan. Jika kapal tersebut tidak
memiliki kualifikasi yang sesuai dengan isi dokumen yang tertea maka dapat dikatakan bahwa kapal tersebut sebenarnya tidak memiliki izin
melakukan penangkapan di wilayah perikanan Indonesia dan tidak sesuai dengan aturan perikanan yang berlaku di Indonesia. Selain dari isi
dokumen kapal yang harus sesuai dengan kenyataan yang ada, kapal yang melakukan penangkapan ikan juga harus memenuhi syarat alat tangkap
yang sesuai. Di Indonesia ada beberapa jenis alat tangkap ikan yang diperbolehkan, beberapa diantaranya ialah Pukat Kantong Seine Net ,
Pukat IkanJaring Insang Gill Nets, Jaring Insang HanyutJaring Angkat Lift Net, Bagan PerahuPancing Hook Lines, Rawai Tuna Tuna Long
Line, Perangkap Traps, Sero Lain-Lain Alat Muroami. Alat tangkap yang diperbolehkan tersebut sajalah yang dapat dipergunakan oleh kapal
penangkap ikan termasuk kapal perikanan berbendera asing. 6.
Menangkap jenis atau ukuran ikan yang dilarang
7. Serta kegiatan penangkapan ikan secara illegal di wilayah perairan atau
ZEE Zona Ekonomi Eksklusif suatu negara dengan tidak memiliki izin dari negara pantai
8. Menggunakan bahan peledakbom ikan bomb fishing
Kegiatan menangkap ikan di daerah perairan masih menggunakan bahan peledakbom ikan yang dilakukan oleh sebagian nelayan pesisir atau
kepulauan baik nelayan perorangan, ataupun oleh nelayan-nelayan yang sudah terikat kontrak dengan para “punggawapemodal” yang
menyiapkan peralatan perahu, compressor, alat selam, serta bahan bahan untuk pembuatan bom pupuk ammonium nitrate, detonator, sumbu
api. Dampak dari penggunaan bom ikan tersebut dengan adanya getaran yang cukup keras yaitu rusakhancurnya terumbu karang,
ekosistem perairan, dan habitat laut yang lain dan butuh waktu yang cukup lama untuk dapat kembali kekeadaan semula.
9. Menggunakan zat kimiabius ikan cyanide fishing
Menangkap ikan dengan menggunakan bahan kimia yang dilakukan oleh sebagian besar nelayan yang melakukan penangkapan ikan di
lautperairan ini dilakukan oleh nelayan secara perorangankelompok nelayan yang telah dimodali oleh “punggawaintelektual dader” yang
telah mempersiapkan kebutuhan nelayan dalam kegiatan penangkapan tersebut. Penangkapan ini dilakukan dengan cara menyelam ke dalam laut
sampai dengan kedalaman kira-kira antara 5 sampai 10 meter dengan cara menyemprotkan bahan-bahan kimia potassiumcalium cyanide
potas ke dalam lubang-lubang karang, yang terdapat ikan yang sementara memangsa plankton-plankton ikan kecil lainnya. Ikan yang
telah terpapar oleh cairan kalium cyanide tersebut, akan pingsan dan dengan mudah untuk ditangkap. Setelah ikan tertangkap kemudian
dimasukkan ke dalam wadahtempat yang berisi air yang tidak mengandung kalium cyanide, sehingga dapat segar dan hidup kembali
yang selanjutnya dijual kepada penampung dalam keadaan hidup. “Punggawaintelektual dader biasanya memiliki
penampunganpenjemput ikan, keramba di tengah laut, di mana nelayan penangkap dapat menjual ikannya secara langsung.Dengan sasaran ikan
yang hidup di terumbu karang yang dapat diekspor keluar negeri maupun yang dapat dikomsumsi oleh masyarakat seperti ikan sunu dari
berbagai jenis. Kegiatan tersebut dapat berdampak pada kerusakan terumbu karang, terganggunya ekosistem perairan, dan musnahnya
biota laut lainnya yang mengancam kerusakan permanen sehingga berpengaruh pada kelangsungan dan kegunaan serta kelestarian
lingkungan perairanlaut di masa yang akan datang. 10.
Penangkapan ikan dengan melanggar fishing ground Wilayah perairan Indonesia yang terdiri dari 11 sebelas zona
perairan penangkapan yang tersebar di seluruh Indonesia, berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia, bahwa:Wilayah pengelolaan perikanan untuk penangkapan ikan meliputi Perairan
Pedalaman, Perairan Kepulauan, Zona Teritorial, Zona Tambahan, dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia Dengan adanya wilayah-willayah
tersebut maka para penangkap ikan dapat melakukan penangkapan ikan di wilayah tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku. Banyak
wilayah penangkapan ikan yang berada di Indonesia menyebabkan maraknya kegiatan penangkapan ikan yang terjadi, namun para pelaku
kurang memperhatikan batas-batas yang menjadi wilayah penangkapan, sehingga banyak kapal-kapal penangkapan ikan yang menyalahi
penangkapan atau fishing ground.Biasanya fishing ground yang terdapat di Indonesia memiliki jenis ikan yang berbeda-beda dan memiliki harga
yang sangat tinggi, sehingga banyak kapal-kapal perikanan yang hanya melakukan penangkapan di satu wilayah saja dan ikan-ikan yang
mereka peroleh jumlahnya sangat besar baik untuk ukuran kecil sampai ukuran besar mereka tangkap, sehingga akibatnya wilayah
tersebut menjadi over fishing. Dengan terjadinya over fishing di wilayah tersebut maka pemerintah mulai mengatur wilayah-wilayah
penangkapan, namun dengan banyaknya kapal-kapal perikanan menyebabkan masih adanya kapal penangkap ikan yang melanggar
wilayah penangkapan. Padahal mereka mengetahui bahwa wilayah yang mereka jadikan tempat penangkapan ikan telah mendapatkan
peringatan terjadi overfishing. Namun para penangkap ikan tetap melakukan usaha penangkapannya di tempat itu, sehingga mereka
menyalahi fishing ground. Selain itu mereka juga tidak mau berpindah
wilayah penangkapan ikan karena ikan-ikan jenis tertentu yang hanya terdapat di wilayah itu dan menjadi target tangkapan mereka.Kesalahan
fishing ground inilah yang banyak terjadi di wilayah penangkapan ikan Indonesia, maka pemerintah akan menindak tegas para pelaku
yang terbukti melakukan pelanggaran fishing ground karena bila tidak maka hasil kekayaan alam yang dimiliki Indonesia tidak akan
dinikmati oleh rakyatnya dan rakyat hanya akan merasakan kerugian akibat illegal fishing ini.
Berikut ini merupakan kasus pencurian ikan yang yang dilakukan oleh kapal perikanan berbendera asing terdapat pada Pengadilan Perikanan Jakarta
Utara pada tahun 2007 : 1.
Vietnam No:2127Pid.B2007PN.Jkt. Ut. : Pidana denda sebesar Rp. 15.000.000.000 lima belas juta rupiah.
Alat bukti berupa satu unit KM. BV 0585 TS, 1 satu unit alat tangkap Purse Seine, 1 satu buah kompas, 1 satu buah GPS Navigator Fruno
GP-31, 1 satu buah Radio Super Star 2400, 1 satu buah Color Video Sounder FC-668 Fruno, 1 satu buah Radio SSB Icom IC 718, Uang
sebesar Rp. 150.000,- seratus lima puluh ribu rupiah hasil lelang ikan di rampas untuk negara. Tidak di temukan hal-hal yang memberatkan
bagi diri terdakwa. Terdakwa berlaku sopan.Terdakwa berterus terang dan mengakui kesalahannya sehingga memperlancar jalannya
persidangan. Terdakwa belum pernah dihukum. Terdakwa menyesali perbuatannya dan tidak akan melakukannya lagi.
2. Vietnam No:2128Pid.B2007PN.Jkt. Ut.
Pidana denda sebesar Rp. 15.000.000.000 lima belas juta rupiah. Alat bukti berupa 1 satu unit KM. BV 4509 TS, 1 satu unit alat
tangkap Purse Seine, 1 satu buah kompas, 1 satu buah GPS Navigator Fruno GP-30, 1 satu buah Radio Super Star 2400, 1 satu
buah Color Video Sounder FC-667 Fruno, 1 satu biah Radio SSB Icom IC 707, Uang sebesar Rp. 150.000,- seratus lima puluh ribu
rupiah hasil lelang ikan di rampas untuk Negara. Perbuatan terdakwa menimbulkan kerugian bagi Negara Republik Indonesia karena hasil
lautnya dicuri. Terdakwa berlaku sopan. Berterus terang dan mengakui kesalahannya sehingga memperlancar jalannya persidangan. Terdakwa
belum pernah dihukum. Terdakwa menyesali Perbuatanya dan tidak akan mengulangi lagi.
3. Vietnam No:2142Pid.B2007PN.Jkt. Ut.
Pidana denda sebesar Rp. 15.000.000.000 lima belas juta rupiah. Alat bukti berupa 1 satu unit KM. BV 5058 TS, 1 satu unit alat
tangkap Purse Seine, 1 satu buah kompas, 1 satu buah GPS Navigator Fruno GP-31, 1 satu buah Radio Super Star 2400, 1 satu
buah Color Video Sounder FC-668 Fruno, 1 satu biah Radio SSB Icom IC 718, Uang sebesar Rp. 150.000,- seratus lima puluh ribu
rupiah hasil lelang ikan di rampas untuk Negara. Terdakwa memasuki wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia. Terdakwa
mengoperasikan kapal penangkapan ikan berbendera asing di wilayah
peneglolaan perikanan Republik Indonesia. Tidak memiliki Surat ijin. Terdakwa berlaku sopan. Berterus terang dan mengakui kesalahannya
sehingga memperlancar jalannya persidangan. Terdakwa belum pernah dihukum.Terdakwa menyesali Perbuatanya dan tidak akan mengulangi
lagipenangkapan ikan SIPI. 4.
Vietnam No:2176Pid.B2007PN.Jkt. Ut. Pidana denda sebesar Rp. 15.000.000.000 lima belas juta rupiah.
Alat bukti berupa 1 satu unit KM. BV 5347 TS, 1 satu unit alat tangkap Purse Seine, 1 satu buah kompas, 1 satu buah GPS
Navigator, 1satu buah Radio, 1 satu buah Fish Finder, 1 satu biah Radio SSB, Uang sebesar Rp. 300.000,- tiga ratus ribu rupiah hasil
lelang ikan di rampas untuk Negara. Membayar biaya perkara Rp. 5000 lima ribu rupiah. Terdakwa memasuki wilayah pengelolaanperikanan
Republik Indonesia. Terdakwa mengoperasikan kapal penangkapan ikan berbendera asing di wilayah pengelolaan perikanan Republik.
Indonesia.Tidak memiliki Surat ijin penangkapan ikan SIPI.
C. Penerapan Pembakaran danatau Penenggelaman Kapal Perikanan