Hasil Analisis Regresi Pendugaan Jumlah Penjualan dan Jumlah Keuntungan

39

4.2. Hasil Analisis Regresi Pendugaan Jumlah Penjualan dan Jumlah Keuntungan

Pada dasarnya banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan keputusan pembelian. Namun pada penelitian ini hanya digunakan empat faktor penduga menurut analisis bauran pemasaran. Keempat faktor tersebut ialah variasi produk X 1 , harga mebel X 2 , saluran distribusi X 3 , dan promosi X 4 . Dari pengolahan data dengan regresi linier dapat dihasilkan sebuah persamaan, yaitu: Y unittahun = - 0,271 + 0,2281 X 1 - 0,2367 X 2 - 0,179 X 3 + 0,9736 X 4 R-sq = 56, Keterangan : Y = jumlah penjualan dalam unit per tahun X 1 = variasi produk X 2 = harga produk mebel X 3 = sistem distribusi X 4 = promosi Berdasarkan hasil perhitungan regresi linier berganda yang dilakukan dapat dilihat bahwa tabel perolehan analisis ragam menghasilkan koefisien determinasi sebesar 56 . Jumlah persentase itu diartikan bahwa dari keempat faktor penduga yang digunakan telah dapat mewakili keseluruhan dari faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah penjualan. Semakin besar nilai koefisien determinasi R-sq maka semakin baik model regresinya. Pada hasil penelitian ini ditunjukkan bahwa sebanyak 56 variabel tak bebas jumlah penjualan telah dapat diterangkan oleh keempat variabel bebas yang terdapat di dalam model. Sedangkan sisanya sebesar 44 dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Adapun hasil analisis regresi linear berganda dari model terpilih mengenai faktor-faktor penduga disajikan pada tabel berikut ini: 40 Tabel 7 Analisis ragam model terpilih hubungan tingkat jumlah penjualan dengan empat variabel penduga Sumber Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel P Regresi 4 23,2505 5,8126 7,96 4,177 α: 1 0,000 Sisa 24 18,2495 0,7300 2,758 α: 5 Total 29 41,5000 Dari Tabel 7, dapat dilihat bahwa nilai F hitung 7,96 ≥ F tabel pada taraf = 1 maupun pada taraf α = 5. Selain itu nilai P yang diperoleh ≤ nilai α. Hal ini menunjukkan bahwa semua peubah bebas yang digunakan, yaitu variasi produk, harga mebel, sistem distribusi, dan promosi berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah penjualan. Tabel 8 Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah penjualan dengan empat variabel penduga Variabel Koefisien Regresi P Konstanta - 0,271 0,861 Variasi Produk 0,2281 0,205 Harga Mebel - 0,2367 0,155 Sistem Distribusi - 0,1790 0,177 Promosi 0,9736 0,020 F hitung 8,13 R squared 56 R-squared adj 49 Dari Tabel 8, dapat dilihat bahwa nilai P dari setiap faktor penduga memiliki nilai yang berbeda-beda. Nilai P dari variabel variasi produk, harga mebel, dan sistem distribusi lebih besar dari nilai α = 5, sedangkan variabel promosi memiliki nilai P lebih kecil dari nilai α = 5. Hal ini dapat diartikan bahwa hanya variabel promosi yang berpengaruh nyata terhadap jumlah penjualan. Namun, hal ini tidak berarti bahwa ketiga variabel lainnya tidak berpengaruh terhadap volume penjualan karena 41 nilai α pada tabel 7 telah merupakan nilai keseluruhan dari keempat variabel bebasnya. Untuk mengukur kuat tidaknya hubungan antara suatu variabel bebas dengan variabel tak bebasnya dapat dilakukan dengan uji korelasi yang menghasilkan suatu koefisien korelasi. Nilai koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai dengan 1. Jika koefesien korelasi diketemukan tidak sama dengan nol 0, maka terdapat ketergantungan antara dua variabel tersebut. Jika koefisien korelasi ditemukan positif +. maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan slope positif. Jika koefisien korelasi ditemukan negatif -. maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan slope negatif. Jika korelasi sama dengan nol 0, maka tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut. Berdasarkan hasil pengujian korelasi yang telah dilakukan antara jumlah penjualan dengan variasi produk mebel dan jumlah penjualan dengan promosi diperoleh hasil yang positif +. Sehingga dapat dikatakan bahwa variasi produk mebel dan promosi memiliki hubungan yang berbanding lurus dengan volume penjualan. Sementara itu, untuk pengujian korelasi antara jumlah penjualan dengan harga mebel dan sistem distribusi, diperoleh hasil negatif -. Hal ini berarti kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan jumlah penjualan. Pada persamaan diatas, dapat dilihat bahwa variabel sistem distribusi yang dihitung dari margin keuntungan tidak sesuai dengan teori ekonomi. Dimana terlihat dalam persamaan tersebut bahwa semakin tinggi keuntungan yang diperoleh maka jumlah penjualan akan menurun. Sehingga dibuat persamaan baru dengan menghilangkan variabel sistem distribusi. Berikut persamaannya: Y = - 2,42 + 0,255 X 1 - 0,103 X 2 + 1,36 X 3 Keterangan: Y = volume penjualan unittahun X 1 = variasi produk unittoko X 2 = harga mebel Rpunit 42 X 3 = promosi Persamaan ini memliki nilai koefisien determinasi R-sq sebesar 45,9. Nilai ini berkurang dibandingkan dengan persamaan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena adanya pengurangan satu variabel, yaitu sistem distribusi. Namun sebanyak 45,9 dari faktor yang mempengaruhi jumlah penjualan telah dapat diterangkan oleh ketiga variabel penduga tersebut. Tabel 9 Analisis ragam model terpilih hubungan tingkat jumlah penjualan dengan tiga variabel penduga Sumber Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel P Regresi 3 18,0972 6,0324 7,34 4,637 α: 1 0,001 Sisa 26 21,3694 0,8219 2,9752 α: 5 Total 29 39,4667 Dari Tabel 9, dapat dilihat bahwa nilai F hitung 7,34 ≥ F tabel pada taraf = 1 maupun pada taraf α = 5. Selain itu nilai P yang diperoleh ≤ nilai α=5. Hal ini menunjukkan bahwa semua peubah bebas yang digunakan, yaitu variasi produk, harga mebel, dan promosi berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah penjualan. Setelah dilakukan uji korelasi antara ketiga variabel penduga tersebut dengan jumlah penjualan, diperoleh koefisien korelasi masing-masing sebesar 0,569; -0,019; 0,645 untuk X 1 , X 2 , dan X 3 . Sehingga dapat dilihat bahwa hanya variabel variasi produk dan promosi yang memiliki korelasi positif dengan jumlah penjualan. Sedangkan variabel harga memiliki korelasi yang negatif dengan jumlah penjualan. Persamaan regresi sebelumnya menggunakan variabel Y untuk menghitung jumlah unit penjualan rata-rata per tahun. Untuk mengetahui jumlah keuntungan total yang diperoleh oleh pelaku industri per tahun dibuat persamaan regresi lain dengan variabel Y sebagai jumlah keuntungan dalam rupiah per tahun. Sedangkan untuk variabel X yang digunakan tetap atau sama dengan persamaan sebelumnya. Adapun hasil persamaan regresi tersebut ialah: Y Rptahun = - 3,59 + 0,156 X 1 + 0,642 X 2 + 1,26 X 3 Keterangan: 43 Y = jumlah keuntungan Rptahun X 1 = variasi produk unittoko X 2 = harga mebel Rpunit X 3 = promosi Persamaan ini memliki nilai koefisien determinasi R-sq sebesar 56,2. Hal ini dapat diartikan bahwa sebanyak 45,9 dari faktor yang mempengaruhi besarnya jumlah keuntungan dapat diterangkan oleh ketiga variabel penduga tersebut. Tabel 10 Analisis ragam model terpilih hubungan tingkat jumlah keuntungan dengan tiga variabel penduga Sumber Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel P Regresi 3 21,3607 7,1202 11,13 4,637 α: 1 0,000 Sisa 26 16,6393 0,6400 2,9752 α: 5 Total 29 38,0000 Dari Tabel 10, dapat dilihat bahwa nilai F hitung 11,13 ≥ F tabel pada taraf = 1 maupun pada taraf α = 5. Selain itu nilai P yang diperoleh ≤ nilai α. Hal ini menunjukkan bahwa semua peubah bebas yang digunakan, yaitu variasi produk, harga mebel, dan promosi berpengaruh sangat nyata terhadap volume penjualan. Setelah dilakukan uji korelasi antara ketiga variabel penduga tersebut dengan jumlah penjualan, diperoleh koefisien korelasi masing-masing sebesar 0,169; 0,644; 0,456 untuk X 1 , X 2 , dan X 3 . Sehingga dapat dilihat bahwa hanya ketiga variabel penduga yang digunakan, yaitu variasi produk, harga, dan promosi memiliki korelasi yang positif dengan jumlah keuntungan. Sehingga dapat diartikan dengan jika variasi produk, harga mebel, dan promosi mengalami peningkatan, maka keuntungan yang diperoleh juga akan semakin besar. Begitu pula sebaliknya, jika ketiga variabel X tersebut mengalami penurunan maka jumlah keuntungan juga akan menurun. Persamaan ini dibuat untuk mendapatkan jumlah keuntungan bersih yang diperoleh per tahun yang telah dikurangi oleh biaya-biaya yang dikeluarkan. Hal ini disebabkan karena persamaan regresi jumlah penjualan dirasakan tidak cukup 44 mewakili jumlah keuntungan. Jika jumlah penjualan tinggi, maka keuntungan yang diperoleh belum tentu tinggi pula. Terutama jika diiringi dengan kenaikan harga bahan baku, bahan bakar, dan tarif dasar listrik yang dapat menambah biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen. Sedangkan para produsen tidak dapat menaikkan harga terlalu tinggi karena adanya persaingan dari toko sejenis maupun dari toko yang menjual barang substitusi. 4.2.1. Hubungan Produk Mebel dengan Jumlah Penjualan dan Jumlah Keuntungan Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan para pemilik toko di outlet mebel milik mereka, pada umumnya mereka tidak melakukan kegiatan desain. Mereka mengambil produkbarang yang telah siap pakai dari para pengrajin mebel yang tersebar di wilayah Jabodetabek. Mereka hanya menjual kembali barang yang mereka ambil dari pengrajin mebel yang terdapat di Tangerang, Bogor, Klender, Pulogadung, dan lain-lain. Selain itu, untuk memudahkan para pembeli untuk memilih, biasanya pada setiap toko mebel menyediakan katalog berisi jenis-jenis barang yang mereka perjualbelikan. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan, semakin banyak variasi produk yang ditawarkan oleh penjual maka volume penjualan dan jumlah keuntungannya akan semakin tinggi. Hal ini memungkinkan para pembeli untuk leluasa dalam memilih barang yang sesuai dengan selera mereka. Sehingga para pembeli tidak akan merasa monoton dengan variasi barang yang itu-itu saja. Hal ini juga berkaitan dengan pengadaan barang yang berkualitas. Jika penjual meningkatkan kualitas produknya, maka jumlah penjualan akan meningkat. Selain itu, para pembeli biasanya telah memiliki citra terhadap suatu merek toko tertentu. Jika pembeli merasa puas terhadap pelayanan dan produk yang ditawarkan oleh suatu toko, maka ia akan memilih toko tersebut untuk kegiatan pembelian selanjutnya. Untuk persamaan regresi kedua, dimana Y sebagai jumlah keuntungan, variasi produk berkorelasi positif dengan keuntungan yang diperoleh. Dengan bertambahnya variasi produk, perusahaan dapat menarik minat pembeli sehingga dapat meningkatkan jumlah pembelian produk mebel dan secara tidak langsung keuntungan 45 akan bertambah. Jika jenis variasi produk disesuaikan dengan selera konsumen dan perkembangan model produk mebel, maka pembeli akan semakin merasa tertarik untuk membeli unit mebel di toko tersebut. 4.2.2. Hubungan antara Harga Mebel dengan Jumlah Penjualan dan Jumlah Keuntungan Menurut hasil wawancara yang telah dilakukan, peningkatan harga terjadi jika terdapat kenaikan harga bahan baku, baik bahan baku utama maupun bahan baku pembantu. Selain itu, kenaikan harga bahan bakar juga ikut mempengaruhi kenaikan harga produk mebel. Hal ini terkait dengan proses ditribusi yang dilakukan oleh toko mebel. Penetapan harga produk mebel ini dilihat dari besarnya jumlah biaya yang telah dikeluarkan dalam pengadaan suatu produk ditambah dengan jumlah keuntungan yang ingin diperoleh. Harga yang ditetapkan harus sesuai dengan kualitas dari suatu produk itu sendiri. Penetapan harga tidak boleh terlalu rendah maupun terlalu tinggi. Jika harga terlalu rendah, maka keuntungan yang diperoleh semakin kecil. Kemudian, jika harga yang ditetapkan terlalu rendah maka pembeli akan mengira jika produk yang ditawarkan kualitasnya rendah. Namun, jika harga terlalu tinggi maka pembeli akan mencari pilihan alternatif toko atau barang lain yang bisa menggantikan sesuai dengan besarnya harga barang tersebut. Pada persamaan regresi Y sebagai jumlah penjualan, harga mebel memiliki korelasi yang negatif dengan jumlah penjualan. Hal ini berarti jika harga naik maka jumlah penjualan akan menurun. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya minat pembeli untuk mengeluarkan uang lebih untuk membeli produk mebel. Keadaan ini didukung dengan adanya barang subtitusi yang harganya jauh lebih murah daripada mebel kayu, seperti mebel dari rotan dan bambu. Untuk persamaan regresi kedua dengan Y sebagai jumlah keuntungan yang diperoleh, harga mebel dan keuntungan memiliki korelasi yang positif. Hal ini dapat terjadi dengan kondisi dimana jika kenaikan harga yang ditetapkan oleh penjual tidak diiringi dengan meningkatnya biaya yang dikeluarkan dan jumlah penjualan konstan. Dalam kondisi ini penjual 46 menginginkan keuntungan yang lebih besar sehingga meningkatkan harga untuk meningkatkan jumlah keuntungan yang diperoleh. 4.2.3. Hubungan antara Sistem Distribusi dengan Jumlah Penjualan dan Jumlah Keuntungan Dalam hal ini sistem distribusi yang dimaksud adalah saluran tataniaga dengan melihat margin keuntungan yang diperoleh dari pengurangan harga jual dengan harga beli ditambah dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses distribusi berlangsung. Sistem distribusi memiliki nilai korelasi negatif dengan volume penjualan. Hal ini disebabkan karena sistem distribusi sangat erat hubungannya dengan harga jual. Semakin tinggi biaya yang dikeluarkan untuk proses distribusi, maka harga akan semakin tinggi pula. Sehingga dapat mengurangi jumlah volume penjualan. Selain itu, jika proses distribusi mengalami hambatan seperti terjebak macet, kurangnya unit kendaraan, dan terkena banjir, maka konsumen akan merasa kecewa. Kemudian mempengaruhi citra merek toko mebel tersebut. Dengan melihat korelasi yang negatif antara sistem distribusi dengan volume penjualan, maka variabel ini dihilangkan pada persamaan selanjutnya. Kenaikan variabel sistem distribusi menyebabkan penurunan dalam volume penjualan. Hal ini dirasakan kurang sesuai dengan teori ekonomi. Dalam persamaan Y sebagai jumlah keuntungan, variabel sistem distribusi juga tidak digunakan. Hal ini melihat dari ukuran sistem distribusi yang digunakan itu sendiri telah merupakan margin keuntungan dalam rata-rata unit mebel. Pada kegiatan distibusi dilakukan kegiatan distribusi langsung, yaitu produsen langsung mengantarkan produknya kepada para konsumen tanpa perantara. Pada umumnya, pemilik toko mebel ini hanya memiliki satu unit kendaraan untuk proses distribusi sehingga terkadang menyulitkan jika pemesanan kebutuhan akan produk mebel sedang tinggi. 47 4.2.4. Hubungan antara Promosi dengan Jumlah Penjualan dan Jumlah Keuntungan Kegiatan promosi memiliki korelasi positif dengan volume penjualan maupun jumlah keuntungan. Hal ini berarti dengan penambahan kegiatan promosi maka volume penjualan dan jumlah keuntungan yang diperoleh akan semakin meningkat atau dapat dikatakan berbanding lurus. Oleh karena itu, peran kegiatan promosi sangat dibutuhkan dalam kegiatan penjualan untuk meningkatkan permintaan pembelian. Namun, pada umumnya toko-toko mebel yang diteliti tidak melakukan kegiatan promosi secara khusus. Mereka hanya mengandalkan kemampuan komunikatif para pegawai untuk menawarkan barang dagangannya. Hal ini harus didukung dengan penampilan yang menarik dan cara bicara yang menyenangkan agar dapat menarik para pembeli. Hanya terdapat sebagian kecil toko yang melakukan penyebaran pamflet atau brosur. Sehingga kegiatan promosi banyak dilakukan secara mulut ke mulut dari para pembeli toko itu sendiri.

4.3. Analisis SWOT