Hubungan Kemunculan Awan Hujan

21 Berdasarkan pengamatan XDR pada ketiga super cloud cluster tersebut, terlihat bahwa awan hujan yang paling aktif pertumbuhannya terdapat pada SCC 2. Awan hujan yang terdapat pada SCC 2 ini dapat bertahan lebih lama di sekitar Kototabang. Sedangkan awan hujan yang terdapat pada SCC 1 dan SCC 3 masa hidupnya lebih singkat dibandingkan dengan awan hujan pada SCC 2, hal ini dapat dilihat dari besarnya reflektivitas radar. Reflektivitas radar XDR menunjukkan bahwa pada ketiga super cloud cluster tersebut terlihat gugus awan yang bergerak dari sebelah timur ke sebelah barat Kototabang. Arah pergerakan awan hujan ini sesuai dengan arah pergerakan angin di atas ketinggian 5km yang akan dibahas pada bab selanjutnya. Sedangkan hasil pematauan satelit GOES 9 menunjukkan awan bergerak dari barat ke timur. Menurut Nakazawa 1988 sel-sel awan cloud cluster akan bergerak ke arah barat sambil tumbuh dan berkembang matang kemudian mati dan seterusnya dalam waktu kurang lebih dua hari.

4.3 Hubungan Kemunculan Awan Hujan

dengan Kejadian Hujan Permukaan. Sebaran curah hujan di Kototabang pada saat kemunculan awan hujan tanggal 15, 23-24 dan 29 April 2004 diukur dengan menggunakan disdrometer. Disdrometer dapat mengukur curah hujan dengan diameter 0.3-5.0 mm Renggono, 2006. Hasil pengukuran curah hujan permukaan akan dibandingkan dengan awan hujan yang muncul. Gambar 10.a adalah jumlah curah hujan dari pukul 03.00-24.00 pada tanggal 15 April 2004. Dari gambar terlihat bahwa ada kesamaan waktu antara kejadian hujan di permukaan dengan kemunculan awan di atmosfer Gambar 10.b. Pada saat BLR mendeteksi ada awan hujan, disdrometer juga mencatat adanya kejadian hujan pada waktu yang sama. Disdrometer mencatat kejadian hujan terjadi pada pukul 15.00-21.00. Curah hujan tertinggi terjadi pada saat terbentuk awan CNV pada pukul 18.00 yaitu sebesar 11.0 mm. Sedangkan hujan yang dihasilkan oleh awan hujan jenis lainnya seperti STR tidak setinggi curah hujan yang dihasilkan oleh CNV meskipun frekuensi awannya lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena awan CNV merupakan awan yang paling aktif dan banyak menghasilkan curah hujan yang tinggi. Gambar 10.b merupakan intensitas curah hujan tanggal 23-24 April 2004 pukul 10.00- 07.00. Dari gambar tersebut terlihat bahwa curah hujan yang terjadi cukup tinggi, hujan mulai terjadi pada pukul 11.00-24.00 dan berlanjut sampai pukul 03.00. Curah hujan tertinggi terlihat pada saat muncul awan hujan CNV, sebagai contoh hujan yang terjadi pada pukul 20.00. Awan yang tumbuh pada saat itu adalah awan hujan CNV, MIX dan STR, diantara ketiga jenis awan hujan tersebut yang paling banyak muncul adalah awan CNV sehingga curah hujan yang dihasilkan cukup tinggi yaitu sebesar 15.0 mm. Sedangkan hujan yang dihasilkan oleh awan STR jumlahnya lebih kecil, meskipun awan yang muncul lebih banyak seperti hujan yang terjadi pada pukul 23.00. Awan hujan CNV yang banyak menghasilkan curah hujan adalah awan hujan CNV yang terbentuk pada pertengahan siklus awan, sedangkan awan CNV berada pada saat siklus awan hampir berakhir tidak menghasilkan curah hujan yang tinggi. Gambar 10.c merupakan jumlah curah hujan yang terukur pada tanggal 29 April 2004 pukul 00.00-21.00. Dari Gambar terlihat bahwa saat awal kemunculan awan hujan, curah hujannya tidak terlalu tinggi karena dihasilkan oleh awan hujan STR. Setelah awan hujan mengalami masa break off pada pukul 05.00-09.00, awan hujan kembali muncul pada pukul 10.00-16.00. Awan tersebut menghasilkan curah hujan lebih tinggi dari pada curah hujan yang terjadi pada awal kemunculan awan. Awan hujan yang menghasilkan curah hujan tinggi adalah awan hujan SHL pada pukul 10.00 yaitu sebesar 4.5 mm. Awan SHL merupakan awan CNV yang tipis sehingga meskipun frekuensi kemunculan lebih kecil dari awan STR 15.00 tetapi hujan yang dihasilkan lebih tinggi. Dari ketiga studi kasus di atas dapat disimpulkan bahwa awan hujan CNV merupakan awan hujan yang paling banyak menyumbang curah hujan dibandingkan dengan awan hujan lainnya meskipun frekuensi kemunculannya lebih kecil. Awan yang menghasilkan hujan biasanya muncul pada siang hingga malam hari. Curah hujan yang dihasilkan oleh awan hujan pada setiap SCC berbeda-beda. Pada SCC 1 curah hujan lebih sedikit dibandingkan dengan SCC 2 dan SCC 3. hal ini disebabkan karena SCC 1 terjadi pada fase MJO non aktif. Sedangkan pada SCC 2 dan SCC 3 curah hujannya lebih tinggi dari SCC 1 karena SCC 2 dan SCC 3 terjadi pada fase MJO aktif. Curah hujan yang paling tinggi diantara ketiga SCC tersebut adalah curah hujan yang terjadi pada SCC 2, hal ini disebabkan karena awan hujan yang muncul cukup aktif dan dalam jumlah yang banyak. 22 Kejadian hujan pagi hari, kemungkinan terjadi dari awan yang muncul tengah malam sebelumnya dan bertahan sampai keesokan paginya, atau terjadi karena konvergensi dari awan-awan kecil Renggono, 2000. Gambar 10 . Distribusi curah hujan yang terukur oleh disdrometer pada a tanggal 15 April 2004 pukul 03.00-24.00. b pukul 10.00 tanggal 23 April sampai pukul 07.00 tanggal 24 April 2004. 29 April 2004 pukul 00.00-21.00. 23

4.4 Analisis Angin saat Kemunculan Awan