Rancang bangun webgis intensitas hujan secara realtime menggunakan data radar : studi kasus radar Serpong
RANCANG BANGUN WEBGIS
INTENSITAS HUJAN SECARA REALTIME
MENGGUNAKAN DATA RADAR
(STUDI KASUS RADAR SERPONG)
Disusun Oleh :
Putri Khairani
105093003071
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
ii
RANCANG BANGUN WEBGIS
INTENSITAS HUJAN SECARA REALTIME
MENGGUNAKAN DATA RADAR
(STUDI KASUS RADAR SERPONG)
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh:
Putri Khairani
105093003071
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
(3)
iii
RANCANG BANGUN WEBGIS
INTENSITAS HUJAN SECARA REALTIME MENGGUNAKAN DATA RADAR (STUDI KASUS RADAR SERPONG)
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Pada Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh Putri Khairani 105093003071
Menyetujui, Pembimbing I
Ir. Bakri La Katjong, MT, M.Kom NIP. 470 035 764
Pembimbing II
Ir. Yiyi Sulaeman, M.Sc NIP. 080 128 640
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sistem Informasi
A’ang Subiyakto, M.Kom NIP. 150 411 252
(4)
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN
Skripsi ”Rancang Bangun Webgis Intensitas Hujan secara Realtime menggunakan Data Radar (Studi Kasus Radar Serpong)” telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 26 Agustus 2010. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) Program Studi Sistem Informasi.
Jakarta, Agustus 2010 Menyetujui,
Penguji I
Qurrotul Aini, MT NIP. 19730325 200901 2001
Penguji II
Nur Aeni Hidayah, MMSI NIP. 19750818 200501 2008 Pembimbing I
Ir. Bakri La Katjong, MT, M.Kom NIP. 470 035 764
Pembimbing II
Ir. Yiyi Sulaeman, M.Sc NIP. 080 128 640 Mengetahui,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis NIP. 150 317 956
Ketua Program Studi Sistem Informasi
A’ang Subiyakto, M.Kom NIP. 150 411 252
(5)
v
HALAMAN PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR ASLI KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, September 2010
Putri Khairani
(6)
vi ABSTRAK
PUTRI KHAIRANI, Rancang Bangun
Intensitas Hujan secara
Realtime
Menggunakan Data Radar (Studi Kasus Radar Serpong). (Di bawah
bimbingan Bakri La Katjong dan Yiyi Sulaeman).Penerapan teknologi di bidang observasi hujan di Indonesia terus berkembang, antara lain teknologi radar cuaca. Teknologi ini bisa menghasilkan informasi intensitas hujan secara realtime setiap enam menit, artinya wilayah dalam jangkauan sapuan radar dapat terus diamati perubahan cuacanya dalam resolusi temporal enam menit. Penerapan teknologi ini perlu didukung aspek pengelolaan dan pendistribusian informasi dengan baik, antara lain melalui
Webgis. Penelitian ini bertujuan membangun prototipe webgis radar cuaca secara
realtime dengan studi kasus radar Serpong dan Padang, dengan pemanfaatan jaringan internet dapat menjangkau pengguna dengan menghilangkan aspek jarak dan waktu. Penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka, observasi, dan wawancara untuk pengumpulan data dan kebutuhan sistem, serta menggunakan metode rapid application development sebagai metode pengembangan sistem.
Tools yang digunakan adalah map server, php, map script, ArcGIS 9.2 serta
database POSTGRE SQL 8.3. Hasil penelitian adalah prototipe Webgis offline
radar cuaca yang menyajikan informasi curah hujan untuk daerah Serpong. Apabila berjalan pada sistem operasi Windows dengan menggunakan browser
Mozilla Firefox, Webgis ini akan menampilkan data curah hujan yang dapat dilihat dan diperoleh dengan cepat, mudah dan murah.
V Bab + 133 halaman + xxii halaman + Daftar Pustaka + lampiran, 2010 Kata kunci: Webgis, radar cuaca, radar Serpong, realtime, basis data spasial. Pustaka Acuan (19, 1996 - 2010)
(7)
Assalamu'alaikum...
Assalamu'alaikum...
Bismillahir r ahmanir r ahim...
(8)
P U T R I K H A I R A N I
10 5 0 9 3 0 0 3 0 7 1
S I S T E M I N F O R M A S I
U I N S Y A H I D J A K A R T A
RAN CAN G BAN GU N W EBGI S
RAN CAN G BAN GU N W EBGI S
RAD AR CU ACA SECARA REALTI M E
RAD AR CU ACA SECARA REALTI M E
(( Studi
Studi K asus
K asus Radar
Radar Ser pong
Ser pong dan
dan Padang )
Padang )
D i b a w a h B i m b i n g a n :
1. B a k r i L a K a t j o n g , M T . M . K o m
2 . I r . Y i y i S u l a e m a n , M . S c
(9)
Latar Belakang M asalah
Banyaknya bencana alam yang terjadi di Indonesia yang dipengaruhi oleh
tingkat intensitas hujan, serta tingginya kerugian yang diderita pasca
bencana sebagai suatu akibat kurangnya pemantauan cuaca harian di
Indonesia secara
r ealtime.
Pemanfaatan teknologi di bidang pemantauan cuaca yang terus
berkembang, salah satunya dengan pemanfaatan teknologi radar untuk
pengamatan cuaca.
Saat ini Indonesia belum memiliki Webgis yang berbasis spatial untuk
penyebaran informasi cuaca secara realtime berdasarkan data radar
cuaca.
Belum adanya media penyampaian informasi cuaca berbasis spatial.
(10)
Per um usan M asalah
Û
Bagaimana merancang sebuah
w ebGI S
informasi
cuaca yang informatif secara
r ealtime
.
Û
Bagaimana mengatasi semua masalah yang dihadapi
oleh pengguna data spasial yang berhubungan dengan
manajemen
spatial database
yang berhubungan
dengan data radar cuaca.
Û
Bagaimana memanfaatkan dan mendistribusikan data
radar sehingga menjadi informasi yang lebih berguna
melalui jaringan internet.
(11)
Batasan M asalah
Pemanfaatan data radar cuaca Serpong dan Padang untuk memberikan
informasi cuaca secara
r ealtime
dan berbasis spasial kepada pengguna
yang berada dalam daerah jangkauan radar.
Menganalisis dan merancang prototipe sistem basis data spasial data
radar cuaca dengan pemanfaatan software basis data spasial yaitu
POSTGRE SQL.
Merancang dan membangun
w ebgis
untuk informasi radar cuaca secara
r ealtime
dengan kemampuan
quer y
data yang sesuai dengan kebutuhan
pengguna untuk wilayah cakupan radar cuaca Serpong dan Radar cuaca
MIA yang ada di Padang Sumatera Barat.
Tahapan pembangunan sistem hanya sebatas pada pengujian prototipe
sistem oleh pengguna dan tidak sampai pada tahap penerapan sistem.
Pembahasan data radar cuaca pada laporan ini hanya menggunakan
data radar Serpong karena kesamaan proses dan format data dengan
data radar MIA.
(12)
Tujuan
Û
Menghasilkan
WebGI S
yang informatif serta sesuai
dengan kebutuhan informasi pengguna. Serta
membangun
WebGI S
yang menyajikan informasi
curah hujan dari data radar cuaca secara realtime dan
berbasis spasial untuk wilyah jangkauan radar
Serpong dan radar MIA.
Û
Memaksimalkan penggunaan
database spatial
POSTGRE SQL untuk pengaturan (
management
) data
spasial dengan volume data yang besar dan
kompleksitas yang tinggi.
(13)
M anfaat
Webgis
yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan
berguna bagi masyarakat dalam memperoleh informasi
cuaca secara realtime dengan mudah dan akurat,
memperoleh data radar cuaca sesuai dengan kebutuhan
dengan memilih dari data yang ada, dan dapat melakukan
pengolahan terhadap informasi yang telah ada untuk bahan
penelitian lebih lanjut, seperti analisa hujan dan sebagainya.
(14)
Tempat dan Waktu Penelitian
Oleh : Putri Khairani
Lokasi :
Nusantar a Ear th Obser vation
Netw or k
(NEONet) BPPT
Alamat : Gedung 1 Lantai 20
Jl. M.H. Thamrin No.8 Jakarta
(15)
Prinsip Kerja
Radar Cuaca
Radar cuaca adalah jenis radar yang digunakan
untuk memetakan dan menghitung pergerakan
benda-benda seperti hujan, salju, kabut, awan dan
lain sebagainya, memperkirakan jenis benda
tersebut, serta memperkirakan posisi dan intensitas
benda yang diamati pada masa yang akan datang.
Oleh : Putri Khairani
(16)
(17)
INTERNET
Generator.bat
BANK DATA
Radar
DB Radar
PEMROSESAN
DATA
Server Radar
Thamrin
RADAR
DATA FLOW
Conversi dgn Cron tab
PUBLIKASI HASIL
Webgis Radar
FORMAT
SPASIAL
(18)
M etodologi Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Studi Pustaka, Observasi, dan Wawancara
Metode Pengembangan Sistem
“Pr ototyping
merupakan model pengembangan
sistem perangkat lunak yang melibatkan proses-proses
pembentukan model (versi) perangkat lunak yang
harus bersifat representatif terhadap sistem yang
sebenarnya dan menekankan pada aspek pencapaian
produk akhir secara cepat
(Prahasta : 2005, 227)
”
(19)
Analisa Sistem Berjalan Vs Sistem Usulan
(20)
Tahapan Pengem bangan Sistem
Oleh : Putri Khairani
Selesai YA Tidak Mulai Pengum pulan Kebut uhan Perancangan Cepat Prot ot ipe
Pem bent ukan Prot ot ipe
Evaluasi Prot ot ipe oleh
User
Prot ot i pe sesuai keingin an User
Produk Rekayasa
Perbaikan Prot ot ipe oleh
Pengem bang
Data
Spatial
Data
Spatial
Data
Atribut
Data
Atribut
Logical
Design
Logical
Design
Physical
Design
Physical
Design
coding
(21)
Diagram Konteks
(22)
Diagram Zero
(23)
ERD
Spatial
(24)
K esim pulan
Pembangunan Web GIS radar cuaca secara
r ealtime
yang
informatif dapat dilakukan dengan menggunakan mapserver
serta beberapa
tools
tambahan seperti Kamap yang dapat
menunjang pembangunan webgis.
Permasalahan manajemen data radar cuaca berbasis spasial
yang komplek, yang sering kali dijumpai pengguna dapat
diselesaikan dengan pembangunan basis data spasial secara
penuh dengan pemanfaatan
database
POSTGRE SQL.
Dengan adanya
w eb
GIS radar cuaca, data radar dapat
didistribusikan dengan baik kepada pengguna dengan
menghilangkan aspek jarak dan waktu dengan pemanfaatan
jaringan internet.
(25)
Sar an
Pengembangan sistem secara menyeluruh dengan
mengintegrasikan data radar dengan data cuaca
lainnya seperti satelit atau BMKG.
Proses pengembangan sistem dilanjutkan hingga
tahap implementasi sistem pada jaringan internet
secara global sehingga informasi radar cuaca bisa
sampai kepada masyarakat luas.
(26)
Oleh : Putri Khairani
Demo Program
(27)
(28)
Wassalamualaikum…
Thank You For Your
Attention
!!!
(29)
vii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang diberikan-Nya kepada peneliti. Alhamdullilah yang tiada terkira untuk kemampuan merangkai dua puluh enam huruf menjadi sebuah skripsi dengan judul “Rancang Bangun Webgis Intensitas Curah Hujan Secara Realtime (Studi Kasus Radar Serpong)”. Shalawat dan salam untuk kekasih Allah tercinta Rasulullah SAW semoga peneliti selalu mendapat syafaatnya.amin
Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali pihak yang terlibat membantu peneliti dalam memberikan bimbingan, semangat, dan motivasi. Untuk itu pada kesempatan ini rangkaian terima kasih yang sebesar-besarnya peneliti haturkan kepada:
1. DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.SIS, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dan Nur Aeni Hidayah, MMSI, selaku Ketua dan sekretaris Program Studi Sistem Informasi.
3. Ir. Bakri Lakatjong, MT, MSi selaku pembimbing I peneliti yang telah memberikan waktu, bimbingan, arahan dan semangat hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Ir. Yiyi Sulaeman, M.Sc selaku pembimbing II peneliti yang telah dengan sabar memberikan waktu dan bimbingan disela-sela kesibukannya.
(30)
viii
5. Bapak Winarno, S.Kom selaku pembimbing lapangan peneliti, Bapak Ir. Udrekh, Bapak Awaluddin dan semua staf NEONet BPPT Thamrin, terima kasih untuk segudang ilmu, pengalaman dan waktunya.
6. Kedua Orang tua Peneliti, Bapak Mufti Yasin (alm) dan Mama Hj. Nurhayati yang selalu peneliti rindukan. Uda dan Uni Desi, Aje dan One, Ajo dan Mba Tari, Uni Putiah dan Abang, Kakak, Uni Manis (thank for being so patient to me, sis!!) dan adikku Aat yang jauh disana. Terima kasih untuk setiap do’a dan semangat yang telah diberikan.
7. Keluarga Besar Arco A66 ; Om Dadang dan Tante Tati untuk ketulusan dan kebaikan hatinya. Tante Emi, Abak (alm), Uni Ndut, Da Agung, dan Da Cibay terima kasih untuk semuanya.
8. Keluarga Besar Syalnas, terima kasih untuk do’a dan dukungannya.
9. Seseorang yang ku panggil cinta, terima kasih untuk semangat, pengertiannya dan kesabarannya.
10.Rekan-rekan SIC 2005 Nice to know you all, terima kasih untuk bantuan, dan kebersamaan selama lima tahun ini. Riddle Crew (Ntan, Lilah, Dian, Dewe), thanks untuk “kebawelan” dan semangat tiada henti.
11.Teman-teman seperjuangan; lyta, vicy, bejo, muhdzir, rano, mila, anak2 RENRO, uda uni KMM dan rekan-rekan KKN Sungai Sariak 2008.
12.Sahabat-sahabat di ranah minang yang senantiasa memberikan do’a dan semangat. Thanks all. I miss you.
(31)
ix
14.Seluruh Dosen Fakultas Sains dan Teknologi, khususnya Jurusan SI/TI yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, seluruh staf jurusan Sistem Informasi serta Staf Perpustakaan terima kasih atas semua bantuannya.
15.Segenap civitas akademika FST dan UIN Syahid Jakarta yang pernah menjadi bagian dari perjalanan ini. Senang bisa mengenal anda semua.
Peneliti sadar bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena kritik dan saran yang bersifat membangun agar penyusunan skripsi ini menjadi lebih baik lagi sangat peneliti nantikan.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat khususnya kepada peneliti sendiri dan bagi yang membacanya sebagai pengetahuan dan referensi. Terima kasih.
Jakarta, Agustus 2010
Putri Khairani 105093003071
(32)
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i Halaman Sampul ... ii Lembar Persetujuan Pembimbing ... iii Lembar Pengesahan Ujian ... iv Halaman Pernyataan ... v Abstrak ... vi Kata Pengantar ... vii Daftar Isi ... x Daftar Tabel ... xv Daftar Gambar ... xvii Daftar Istilah ... xx Daftar Lampiran ... xxii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 4 1.3 Batasan Masalah ... 5 1.4 Tujuan dan Manfaat ... 6 1.4.1 Tujuan Penelitian ... 6 1.4.2 Manfaat Penelitian ... 6 1.5 Metode Penelitian ... 6 1.5.1 Metode Pegumpulan Data ... 6
(33)
xi
1.5.2 Metode Pengembangan Sistem ... 7 1.6 Sistematika Penulisan ... 10
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Rancang Bangun ... 12 2.2 Konsep Dasar Sistem Informasi ... 12 2.2.1 Definisi dan Karakteristik Sistem ... 12 2.2.2 Definisi Data dan Informasi ... 14 2.2.3 Kualitas dan Nilai Informasi ... 15 2.2.4Pengertian Sistem Informasi ... 16 2.3 Sistem Informasi Geografis ... 16 2.3.1 Pengertian ... 16 2.3.2 Jenis Data ... 17 2.3.3 Komponen SIG ... 18 2.3.4 Kemampuan SIG ... 21 2.4 Konsep Dasar Webgis ... 22 2.5 Pengenalan Radar Cuaca ... 23 2.5.1 Sejarah Radar ... 23 2.5.2 Jenis Radar ... 24 2.5.3 Klasifikasi Radar ... 26 2.5.4 Komponen Radar ... 27 2.5.5 Manfaat Radar ... 29 2.5.6 Radar Cuaca (Weather Radar) ... 30 2.5.7 Prinsip Kerja Radar Cuaca ... 31
(34)
xii
2.5.8 Keuntungan dan Kerugian Radar Cuaca ... 31 2.6 Konsep Pengertian Realtime ... 32 2.7 Pengenalan Program Harimau... 33 2.7.1 Spesifikasi Radar Cuaca Serpong ... 34 2.7.2 Spesifikasi Radar Cuaca Padang ... 35 2.8 Analisis Data ... 36 2.8.1 Data Radar Doppler ... 36 2.8.2 Curah Hujan (Rainrate) ... 37 2.9 Pendekatan dalam membangun Webgis ... 39 2.9.1 Basis Data ... 39 2.9.2 Basis Data Spasial ... 40 2.9.3 Model Basis data ... 41 2.9.4 Metode Pengembangan Sistem ... 42 2.10 Tools Analysis and Design Sistem ... 46 2.10.1 Data Flow Diagram (DFD) ... 46 2.10.2 Entity Relationship Diagram (ERD) ... 50 2.10.3 Kamus Data ... 52 2.11Pengenalan Software ... 53 2.11.1 MapServer (MS4W) ... 53 2.11.2Pengenalan POSTGRE SQL dan POSTGIS SQL ... 57 2.11.3 Macromedia Dreamweeaver ... 58 2.12 Referensi Penelitian Sebelumnya ... 58 2.13 Profil Organisasi ... 60 2.13.1 Sejarah BPPT ... 60
(35)
xiii
2.13.2 Logo Organisasi ... 60 2.13.3 Visi dan Misi Organisasi ... 61 2.13.4 Tugas, Fungsi dan Wewenang ... 61 2.13.5 Struktur Organisasi ... 62 2.13.6 NEONet ... 63 2.13.7 Struktur Organisasi NEONet ... 65
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Pengumpulan Data ... 67 3.2 Peralatan dan Bahan ... 69 3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... 70 3.4 Kondisi Awal Data ... 70 3.5 Metode Pengembangan Sistem ... 71 3.5.1 Pengumpulan Kebutuhan (Scope Definition) ... 72 3.5.2 Analisis Sistem (Analysis) ... 73 3.5.2.1 Sistem yang Berjalan ... 73 3.5.2.2 Kekurangan dan Kelebihan Sistem Berjalan ... 75 3.5.2.3 Sistem Usulan ... 76 3.5.3 Perancangan Cepat Perangkat Lunak (Design) ... 78 3.5.4 Pembentukan Prototipe Perangkat Lunak (Construction) ... 79 3.5.5 Evaluasi Prototipe oleh Pengguna (Testing) ... 80 3.5.6 Delivery of a version ... 80
(36)
xiv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Perancangan Cepat Prototipe ... 80 4.1.1 Data Flow Diagram ... 80 4.1.2 Desain Kamus Data ... 92 4.1.3 Desain Basis Data ... 93 4.1.4 Desain Struktur Menu Webgis ... 103 4.1.5 Desain Antar Muka Pengguna ... 104 4.2 Pembentukan Prototipe ... 106 4.2.1 Pembuatan Database ... 106 4.2.2 Konversi Data ... 110 4.2.3 Pembuatan Webmapping ... 114 4.2.4 Pembangunan WebFront ... 118 4.3 Prototipe Webgis ... 120 4.4 Testing Sistem ... 126
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ... 132 5.2 Saran ... 132
DAFTAR PUSTAKA ... 134 LAMPIRAN ... 136
(37)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Atribut Informasi ... 16 Tabel 2.2 Klasifikasi Radar Berdasarkan Band ... 26 Tabel 2.3 Spesifikasi Radar ... 34 Tabel 2.4 Spesifikasi Radar Padang ... 35 Tabel 2.5 Simbol dan Notasi DFD ... 49 Tabel 2.6 Simbol dan Notasi Entity Relationship Diagram ... 51 Tabel 2.7 Notasi Kamus Data ... 52 Tabel 2.8 Daftar Penelitian... 58 Tabel 4.1 Alur Proses Sistem ... 82 Tabel 4.2 Proses Pengamatan Curah Hujan ... 83 Tabel 4.3 Proses Pengiriman Data ... 84 Tabel 4.4 Proses Pengolahan Data... 84 Tabel 4.5 Proses Webgis Radar ... 85 Tabel 4.6 Proses Penyapuan Daerah ... 86 Tabel 4.7 Konversi Data ... 87 Tabel 4.8 Proses Penyapuan Daerah ... 88 Tabel 4.9 Koreksi Data ... 89 Tabel 4.10 Konversi data ke dalam basis data spasial ... 89 Tabel 4.11 Lihat_info_cuaca ... 90 Tabel 4.12 Isi form login ... 91 Tabel 4.13 Download ... 91 Tabel 4.14 Contact Us ... 91
(38)
xvi
Tabel 4.15 Kamus Data ... 92 Tabel 4.16 Tabel kab_serpong ... 97 Tabel 4.17 Tabel kec_serpong ... 97 Tabel 4.18 Tabel kab_padang ... 98 Tabel 4.19 Tabel kec_padang ... 99 Tabel 4.20 Tabel Radarserpong ... 99 Tabel 4.21 Tabel RadarPadang ... 100 Tabel 4.22 Tabel spatial_ref_sys ... 101 Tabel 4.23 Tabel Geometry_columns ... 101 Tabel 4.24 Tabel Pengguna ... 102 Tabel 4.25 Tabel Komentar ... 103 Tabel 4.26 Pengujian Sistem ... 127 Tabel 4.27 Pengujian Metode White ... 130
(39)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Diagram Pengembangan Sistem dengan Model Prototipe ... 8 Gambar 2.1 Jenis Data SIG(a)titik, (b)garis, (c)Area ... 18 Gambar 2.2 Fungsi Subsistem SIG ... 19 Gambar 2.3 Komponen SIG ... 20 Gambar 2.4 Efek Doppler ... 25 Gambar 2.5 Radar Bistatik ... 26 Gambar 2.6 Komponen Radar ... 28 Gambar 2.7 Prinsip kerja Radar ... 31 Gambar 2.8 Persamaan Reflektifitas ... 34 Gambar 2.9 Radar C-Band Serpong ... 34 Gambar 2.10 Radar X-Band Padang ... 35 Gambar 2.11Data image RadarSerpong... 37 Gambar 2.12 Diagram Rapid Apllication Development (RAD) ... 42 Gambar 2.13 Konfigurasi PHP/MapScript ... 55 Gambar 2.14 Logo BPPT ... 60 Gambar 2.15 Struktur Organisasi BPPT ... 63 Gambar 2.16 Integrasi Sensor-sensor Pemantauan Bumi ... 65 Gambar 2.16 Struktur Organisasi NEONet ... 65 Gambar 3.1Alur kegiatan penyusunan tugas akhir ... 66 Gambar 3.2 Data image Radar Serpong ... 71 Gambar 3.3 Diagram Rapid Apllication Development (RAD) ... 72 Gambar 3.4 Bagan Alir Dokumen Sistem yang Berjalan ... 74
(40)
xviii
Gambar 3.5 Diagram Alir Dokumen yang Diusulkan ... 77 Gambar 4.1 Diagram Konteks ... 81 Gambar 4.2 Diagram Zero ... 83 Gambar 4.3 Diagram Detail Proses 1 ... 86 Gambar 4.4 Diagram Detail Proses 3 ... 87 Gambar 4.5 Diagram Detail Proses 4 ... 90 Gambar 4.6 ERD Non-Spasial Sebelum Normalisasi ... 93 Gambar 4.7 ERD Spasial Sebelum Normalisasi ... 94 Gambar 4.8 Bentuk Tidak Normal (Unnormalized) ... 94 Gambar 4.9 ERD non-spasial ... 95 Gambar 4.10 ERD Spatial ... 96 Gambar 4.11 Struktur Menu ... 104 Gambar 4.12Rancangan tampilan (a)halaman home, (b)halaman Radar Serpong, (c)halaman Radar Padang, (d)halaman loginuser, (e) halaman registrasi user, (f) halaman download data, (g) halaman Gallery, (h) halaman About us, (i)halaman Contact Us ... 106 Gambar 4.13 Halaman Utama pgAdmin III ... 107 Gambar 4.14 Data New Database ... 107 Gambar 4.15 Create New Table ... 108 Gambar 4.16 Data Tabel Baru ... 108 Gambar 4.17 Halaman Kolom ... 108 Gambar 4.18 Data Kolom Baru ... 109 Gambar 4.19 Daftar Kolom ... 109 Gambar 4.20 Command Prompt ... 110
(41)
xix
Gambar 4.21 Direktori Bin... 111 Gambar 4.22 shp2pgsql.exe ... 112 Gambar 4.23 Import Shapefile ... 112 Gambar 4.24 Tabel Data Spasial ... 113 Gambar 4.25 Alur Kerja Generator Radar ... 113 Gambar 4.26 Install Apache ... 115 Gambar 4.27 Main Menu Macromedia Dreamweaver ... 118 Gambar 4.28 Tampilan Menu Utama Web ... 119 Gambar 4.29 Halaman Utama ... 120 Gambar 4.30 Tampilan Halaman (a)About, (b)Download, (c)Galery, (d)Contact 121 Gambar 4.31 Halaman Registrasi ... 122 Gambar 4.32 Tampilan halaman (a) Pilih radar, (b) Data Serpong, (c) Download Data Serpong, (d) Data Padang ... 123 Gambar 4.33 Tampilan Webgis Radar Serpong ... 124
(42)
xx
DAFTAR ISTILAH
No. Istilah Keterangan
1. Spatial / Spasial Sesuatu yang memiliki unsur keruangan. 2. Prototipe Model atau tiruan yang represenratif terhadap
produk yang sebenarnya.
3. Hardware Perangkat lunak dapat juga dikatakan sebagai 'penterjemah' perintah-perintah yang dijalankan pengguna komputer untuk diteruskan ke atau diproses oleh perangkat keras.
4. Software Program komputer yang berfungsi sebagai sarana interaksi antara pengguna dan perangkat keras. Perangkat lunak dapat juga dikatakan sebagai 'penterjemah' perintah-perintah yang dijalankan pengguna komputer untuk diteruskan ke atau diproses oleh perangkat keras.
5. Shapefile Merupakan format data spasial yang memiliki unsur keruangan, yang terdiri dari data gambar, metadata dan basis data.
6. Spatial Database Sekumpulan data yang digunakan untuk
memberikan informasi keruangan (spasial) suatu kajian wilayah, terutama untuk menghasilkan informasi keadaan alam dan potensi yang ada pada suatu wilayah.
7. Web Merupakan sistem informasi terdistribusi berbasis hypertext.
8. Webgis Aplikasi sistem informasi geografis yang dapat dijalankan pada web browser baik yang berada pada satu jaringan global (internet) maupun yang hanya berbasis jaringan lokal (intranet) namun memiliki dan terkonfigurasi pada jaringan web server
(43)
xxi
9. Realtime sebagai jumlah waktu sesungguhnya (waktu aktual) yang dibutuhkan menjalankan/menyelesaikan suatu operasi.
10. Rainrate Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu.
11. Reflectivity Nilai pemantulan dari titik air yang jatuh hingga kembali pada radar.
12. Velocity Pengamatan kecepatan angin atau kecepatan sampainya nilai hujan dari titik pengamatan ke radar.
13. Sistem Informasi Geografi
Sistem berbasis komputer yang digunakan untuk memperoleh, memasukkan, menyimpan,
mengelola, memperbaharui (update), menganalisis, memanipulasi dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan (geografi) untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan.
14. Raw Image Gambar mentah hasil tangkapan sensor yang belum mengalami proses perubahan sama sekali. Gambar dengan ukuran pixel biasanya setiap pixel-nya hanya terdiri dari satu warna, yaitu merah, hijau atau biru.
15. Localhost Fasilitas untuk melihat halaman web/situs secara local (tidak terhubung dengan internet)
16. Sudut Elevasi Sudut pengamatan antena radar terhadap benda 17. Interface Tampilan yang menjadi perantara antar user dengan
software/program aplikasi.
18. Debizle (dBz) Satuan baku untuk rainrate atau laju hujan. 19. Resolusi spasial Perbandingan perhitungan pixel pada gambar hasil
penginderaan jauh dengan kondisi sebenarnya di permukaan bumi
(44)
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Wawancara... Lampiran II Source Code...
Lampiran III Dokumen Penelitian ... 136 138 144
(45)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Letak geografis Indonesia yang dilalui garis khatulistiwa dan diapit dua samudera dan dua benua, mengakibatkan kondisi iklim di negara ini berpengaruh terhadap kondisi iklim di belahan benua lainnya. Salah satu faktor penentu iklim adalah cuaca harian yang dipengaruhi oleh intensitas curah hujan di suatu kawasan dan beberapa elemen lain seperti ketinggian tempat dari permukaan laut dan arah angin.
Saat ini cuaca harian Indonesia juga dipengaruhi oleh efek pemanasan global (global warming). Hal ini dapat diamati dari terjadinya perubahan yang nyata pada pola hujan yang terjadi di Indonesia. Curah hujan dengan intensitas tinggi biasanya terjadi pada penghujung hingga awal tahun (September-Februari). Namun, sekarang pola ini mulai mengalami pergeseran, terjadi mulai bulan Oktober – Maret (BMG, 2009).
Pola hujan dan intensitas hujan merupakan hal yang sangat penting untuk diamati di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh hampir semua bencana alam yang terjadi di Indonesia dipengaruhi tingkat intensitas hujan. Ditambah lagi dengan ketidaktahuan masyarakat atau lambatnya informasi mengenai tingkat intensitas curah hujan yang terjadi di suatu wilayah, yang berdampak terhadap tingginya kerugian yang diderita pasca bencana.
(46)
2
Bencana banjir di daerah Jakarta misalnya, dengan mengetahui dan mengamati secara langsung (realtime) intensitas hujan yang terjadi di daerah hulu sungai (Bogor) selama waktu tertentu, masyarakat atau peneliti dapat memperkirakan apakah hujan akan berpotensi banjir atau tidak. Sehingga hal ini setidaknya akan mengurangi kerugian baik harta maupun jiwa yang disebabkan oleh bencana yang terjadi.
Untuk itu, diperlukan pengamatan curah hujan dengan menggunakan teknologi mutakhir yang dapat memantau intensitas dan pola hujan yang terjadi secara cepat dan akurat. Selain itu, diperlukan suatu media berbasis internet untuk menyampaikan informasi curah hujan secara realtime yang dapat diakses oleh masyarakat dimanapun berada. Dengan ketersediaan informasi yang baik, resiko terjadinya bencana akibat perubahan iklim baik di Indonesia maupun di negara yang dipengaruhi oleh iklim Benua Maritim Indonesia (BMI) diharapkan dapat berkurang.
Penerapan teknologi di bidang pemantauan hujan di Indonesia terus berkembang. Salah satunya dengan pemanfaatan teknologi radar cuaca dalam pemantauan cuaca harian di BMI. Penerapan teknologi ini menghasilkan data
realtime setiap enam menit, artinya wilayah dalam jangkauan sapuan radar dapat terus diamati perubahan cuacanya dalam resolusi temporal enam menit.
Pengamatan cuaca dengan menggunakan radar sebenarnya bukan teknologi baru. Ini dikarenakan keakuratan data radar yang cukup tinggi serta proses distribusi yang tidak terlalu sulit. Banyak Negara asing dan instansi swasta yang telah memanfaatkan teknologi ini untuk observasi cuaca seperti Malaysia, Korea,
(47)
3
Australia, NOAA dan lain-lain. Sedangkan di Indonesia teknologi Radar baru diterapkan untuk pengamatan cuaca dalam lima tahun terakhir. Teknologi radar untuk pengamatan cuaca harian ini dikembangkan dalam program HARIMAU (Hydrometeorological Array for ISV Monsoon Auto Monitoring) kerja sama Jepang dengan Indonesia yang baru berlangsung selama dua tahun. Radar ditempatkan di lokasi-lokasi strategis untuk pengamatan cuaca seperti di Padang (Sumatera Barat) yang merupakan wilayah yang dilalui garis khatulistiwa serta di Serpong (Banten).
Meskipun teknologi ini telah dikembangkan di Indonesia, pemanfaatan datanya masih sangat minim. Datanya belum didistribusikan secara baik dan belum berbasis spasial. Selain itu data juga belum didistribusikan untuk umum melainkan hanya dipakai untuk keperluan tertentu. Tidak adanya distribusi data yang baik mengakibatkan informasi curah hujan dari data radar cuaca tidak sampai kepada masyarakat.
Saat ini data hasil pemantauan radar untuk setiap stasiun radar di backup
secara terpisah pada masing-masing server di daerah tersebut. Data radar belum terintegrasi dengan baik dan belum memiliki database spatial yang mampu mengelola data dengan tingkat kompleksitas yang cukup tinggi.
System backup data radar HARIMAU yang masih terdistribusi ini sangat menyulitkan penggunaan data radar untuk pengolahan lebih lanjut. Untuk itu diperlukan adanya implementasisistem basis data spasial pada data ini, sehingga
(48)
4
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pengguna, selain itu keamanan data juga dapat ditingkatkan.
Pembangunan basis data spasialmembuat data dapat didistribusikan kepada pengguna melalui webgis. Webgis merupakan wujud perkembangan teknologi GIS untuk dapat memenuhi kebutuhan solusi atas berbagai permasalahan yang hanya dapat dijawab dengan teknologi GIS (Prahasta, 2005). Implementasi webgis
pada informasi radar cuaca diperlukan karena hingga saat ini di Indonesia belum ada media yang mampu memberikan informasi cuaca secara realtime dan berbasis spasial yang dapat menjangkau pengguna dengan menghilangkan aspek jarak dan waktu karena berbasis internet. Web ini juga dapat menjadi bank data radar yang interaktif dengan kebutuhan user, yaitu dengan melakukan query data sesuai dengan kebutuhan user.
Berbagai permasalahan tersebut melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul ”Rancang Bangun WebGIS Intensitas Hujan secara Realtime” dengan menggunakan data radar cuaca yang dikembangkan dalam program HARIMAU, yang terletak pada daerah Puspitek Serpong – Tangerang sebagai studi kasus. Perancangan webgis dengan menggunakan map server, php, map script, serta database POSTGRE SQL.
1.2 Rumusan Masalah
Atas dasar permasalahan yang dipaparkan pada latar belakang, maka perumusan masalah penelitian ini adalah:
(49)
5
1. Bagaimana mengembangkan sebuah webGIS informasi intensitas curah hujan yang informatif secara realtime.
2. Bagaimana mengatasi masalah yang berhubungan dengan manajemen
spatial database data radar cuaca yang dihadapi oleh pengguna data spasial. 3. Bagaimana memanfaatkan dan mendistribusikan data radar sehingga
menjadi informasi yang lebih berguna melalui jaringan internet.
1.3 Batasan Masalah
Masalah yang dikaji pada penelitian ini dibatasi pada beberapa hal berikut: 1. Pemanfaatan data radar cuaca Serpong untuk memberikan informasi cuaca
secara realtime dan berbasis spasial kepada pengguna yang berada dalam daerah jangkauan radar.
2. Menganalisis dan merancang prototipe sistem basis data spasial data radar cuaca dengan pemanfaatan software basis data spasial yaitu POSTGRE SQL.
3. Merancang dan membangun webgis untuk informasi radar cuaca secara
realtime dengan kemampuan query data yang sesuai dengan kebutuhan pengguna untuk wilayah cakupan radar cuaca Serpong.
4. Tahapan pembangunan sistem hanya sebatas pada pengujian prototipe sistem oleh pengguna dan tidak sampai pada tahap implementasi sistem.
(50)
6
1.4 Tujuan dan Manfaat 1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menghasilkan WebGIS yang informatif serta sesuai dengan kebutuhan informasi pengguna. Serta membangun WebGIS yang menyajikan informasi curah hujan dari data radar cuaca secara realtime dan berbasis spasial untuk wilyah jangkauan radar Serpong.
2. Memaksimalkan penggunaan database spatial POSTGRE SQL untuk pengaturan (management) data spasial dengan volume data yang besar dan kompleksitas yang tinggi.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Webgis yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan berguna bagi masyarakat dalam memperoleh informasi cuaca secara realtime dengan mudah dan akurat, memperoleh data radar cuaca sesuai dengan kebutuhan dengan memilih dari data yang ada dan dapat melakukan pengolahan terhadap informasi yang telah ada untuk bahan penelitian lebih lanjut, seperti analisis hujan dan sebagainya.
1.5 Metode Penelitian
1.5.1 Metode Pengumpulan Data
1. Studi Pustaka
Untuk menambah referensi akan teori-teori yang diperlukan peneliti melakukan studi pustaka dengan membaca dan mempelajari secara mendalam
(51)
7
literatur-literatur yang mendukung penelitian ini. Diantaranya buku-buku mengenai radar dan intensitas hujan, diktat, catatan, makalah dan artikel baik cetak maupun elektronik. Daftar bacaan untuk penelitian ini dirinci pada daftar pustaka.
2. Observasi
Observasi dilaksanakan pada tahap awal penelitian selama satu bulan yaitu selama bulan April 2009 di NEONet BPPT Thamrin. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh pengguna dengan data radar yang ada dan masalah pada sistem yang tengah berjalan saat ini, serta mengetahui bagaimana cara terbaik untuk mengatasi masalah tersebut.
3. Wawancara / Interview
Wawancara memungkinkan peneliti sebagai pewawancara (interviewer) untuk mengumpulkan data secara tatap muka langsung dengan orang yang diwawancarai (interview). Hal ini membuat peneliti dapat menggali permasalahan secara lebih mendalam. Melalui wawancara peneliti juga mengetahui masalah dan solusi pengembangan sistem yang diperlukan dan diinginkan oleh pengguna.
1.5.2 Metode Pengembangan Sistem
Metode yang digunakan untuk pengembangan webgis ini adalah metode
Rapid application development, karena metode ini paling cocok digunakan untuk pengembangan dan pembangunan webgis.
(52)
8
Rapid application development merupakan model pengembangan sistem perangkat lunak yang melibatkan proses-proses pembentukan model (versi) perangkat lunak secara iteratif yang harus bersifat representatif terhadap sistem yang sebenarnya dan menekankan pada aspek pencapaian produk akhir secara cepat (Prahasta, 2005).
Adapun alur pengembangan sistem dengan menggunakan metode RAD dijelaskan pada diagram pengembangan sistem pada Gambar 1.1.
Dari diagram diatas dapat diketahui aktivitas-aktivitas yang terlibat dalam pengembangan sistem dengan metode RADadalah sebagai berikut:
1. Scope Definition
Menentukan tujuan, kebutuhan, batasan dan ukuran sistem yang akan dibangun serta mengumpulkan data yang diperlukan. Selain itu menggambarkan pandangan umum mengenai permasalahan sistem secara singkat dan jelas. Proses pengumpulan kebutuhan juga melibatkan proses 2. Analisis Sistem (Analysis)
(53)
9
Pada proses ini dijabarkan mengenai analisis terhadap berbagai permasalahan yang mungkin terjadi pada sistem yang berjalan sehingga diperoleh solusi untuk masalah yang dihadapi. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan analisis terstruktur dengan menggunakan diagram aliran data, contexs diagram, diagram entitas dan diagram pendukung lainnya.
3. Perancangan Cepat Perangkat Lunak (Design)
Terdiri dari logical design dan phisical design, dengan tujuan untuk menghasilkan suatu model atau bentuk representasi dari entitas yang akan dibangun.
Adapun tools yang digunakan untuk mendukung desain sistem adalah dengan menggunakan diagram aliran data (Data Flow Diagram –
DFD), ERD (Entity Relation Diagram).
4.
Implementasi Sistem (Construction & Testing)a. Construction
Pembangunan prototipe merupakan bentuk implementasi dari desain sistem. Prototipe dibangun dengan menggunakan mapserver yang berbasis bahasa pemograman php dan map script. Sedangkan untuk
database digunakan PostGre SQL dengan template PostGIS yang mendukung aspek spasial dalam pembangunan database.
b. Testing
Tahapan pengujian prototipe dilakukan oleh pengembang dan pengguna untuk mengurangi kesalahan yang terjadi pada sistem serta untuk
(54)
10
mengetahui apakah prototipe yang ada telah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pengguna atau belum. Tahapan ini meliputi dua metode pengujian sistem yaitu, Black Box dan White Box Testing.
5. Perbaikan Prototipe oleh Pengembang
Perbaikan prototipe dilakukan berdasarkan hasil evaluasi prototipe oleh pengguna. Jika masih ada features yang harus ditambahkan atau mungkin dihilangkan dari prototipe yang telah dirancang.
6. Produk Rekayasa
Merupakan implementasi sistem yang telah dibangun dan telah disetujui oleh user.
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini, pembahasan yang peneliti sajikan terbagi dalam lima bab, yang secara singkat akan diuraikan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini membahas secara singkat teori yang diperlukan dalam penelitian skripsi.
(55)
11
Pada bab ini akan dijelaskan metodologi yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian.
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan hasil analisis dan perancangan sistem yang dibuat.
BAB V PENUTUP
Bab ini adalah bab terakhir yang menyajikan kesimpulan serta saran dari apa yang telah diterangkan dan diuraikan pada bab-bab sebelumnya.
(56)
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Rancang Bangun
Menurut Pressman (2002) perancangan sistem merupakan serangkaian prosedur untuk menerjemahkan hasil analisis dari sebuah sistem ke dalam bahasa pemograman untuk mendeskripsikan dengan detail bagaimana komponen-komponen sistem diimplementasikan.
Sedangkan pengertian pembangunan sistem adalah kegiatan menciptakan sistem baru maupun mengganti atau memperbaiki sistem yang telah ada baik secara keseluruhan maupun sebagian (Pressman, 2002).
Dengan demikian pengertian rancang bangun sistem adalah serangkaian proses yang saling terintegrasi dengan baik untuk menerjemahkan hasil analisis ke dalam bahasa pemograman, dan mengimplementasikan komponen-komponen sistem yang diperlukan dalam rangka penciptaan maupun pengembangan sebuah sistem baik secara keseluruhan maupun sebagian.
2.2 Konsep Dasar Sistem Informasi 2.2.1 Definisi dan Karakteristik Sistem
Sistem menurut Fatta (2007) adalah kumpulan dari bagian-bagian yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama. Sistem juga diartikan sebagai kumpulan elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Jogiyanto,2007).
(57)
13
Definisi sistem menurut Rober dan Michael (1991) dalam Prahasta (2005) adalah kumpulan elemen yang saling berinteraksi membentuk kesatuan, dalam inteaksi yang kuat maupun lemah dengan pembatas (boundary) yang jelas.
Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan kumpulan dari elemen-elemen atau dapat dikatakan sebagai sub sistem yang saling berinteraksi baik secara kuat maupun lemah untuk mencapai suatu tujuan yang sama dalam batasan sistem yang jelas.
Sistem memiliki karakterisitik atau beberapa sifat tertentu, yang membedakan satu sistem dengan sistem lainnya. Karakter dan sifat tersebut menurut Jogiyanto (2001) adalah:
1. Komponen (components), biasa disebut subsistem yang memiliki tugas dan fungsi masing-masing. Komponen tersebut saling berinteraksi dalam sistem dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.
2. Batas sistem (boundary), menunjukkan ruang lingkup dari sistem, serta menunjukkan batasan antara satu sistem dengan sistem yang lain maupun dengan lingkungan luar sistem. Batasan inilah yang membentuk suatu sistem menjadi suatu kesatuan yang saling berhubungan.
3. Lingkungan luar sistem (environments), segala sesuatu yang berada diluar sistem namun berpengaruh terhadap kerja sistem baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh yang diberikan lingkungan luar kepada sistem dapat memberikan keuntungan maupun kerugian bagi sistem itu sendiri.
(58)
14
4. Penghubung (interface), merupakan media yang menghubungkan elemen-elemen atau subsistem dengan subsistem lainnya. Dengan adanya media penghubung dalam sistem dimungkinkan adanya pengiriman input dan output
antar subsistem.
5. Masukan (input), segala sesuatu yang diperlukan dan dimasukkan ke dalam sistem untuk diproses, sehingga sistem dapat berjalan atau menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Masukan dapat berupa data, bahan baku, peralatan, maupun energi.
6. Keluaran (output), hasil yang diperoleh dari masukan yang telah diproses dalam sistem. Keluaran dapat berupa hasil akhir yang ingin dicapai seperti informasi, laporan, dokumen, tampilan layar komputer, dan barang jadi. Serta dapat pula berupa masukan bagi subsistem lain.
7. Proses (process), bagian dari sistem yang mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output).
8. Sasaran atau tujuan (goal), merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh sistem, tujuan akan menjadi penentu masukan, alur dan keluaran sistem. Sasaran atau tujuan menjadi tolak ukur keberhasilan sistem yaitu dengan memperhitungkan apakah keluaran telah sesuai dengan harapan atau belum.
2.2.2 Definisi Data dan Informasi
Data Menurut Ladjamudin (2005) dapat didefinisikan sebagai deskripsi dari sesuatu dan kejadian yang kita hadapi. Informasi adalah data yang telah diproses atau diorganisasi ulang menjadi bentuk yang berarti. Informasi diperoleh dari
(59)
15
kombinasi data yang diharapkan memiliki arti bagi penerima (Whitten et al, 2004).
Prahasta (2005) dalam bukunya menjelaskan pengertian informasi adalah makna atau pengertian yang dapat diambil dari suatu data dengan menggunakan konversi-konversi umum yang digunakan didalam representasinya.
Perbedaan data dan informasi sangat relatif bergantung pada nilai gunanya dalam sebuah sistem dan level manajerial. Sebuah informasi dapat saja menjadi data bagi proses yang lain. Informasi dapat menjadi keluaran bagi suatu subsistem dan menjadi masukan bagi subsistem selanjutnya.
2.2.3 Kualitas dan Nilai Informasi
Kualitas dan nilai informasi ditinjau dari konsep informasi bergantung pada atribut-atribut yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengambarkan kebutuhan informasi yang spesifik. Informasi yang baik memiliki atribut-atribut yang dijelaskan pada Table 2.1.
Tabel 2.1 Atribut Informasi
No Kriteria Keterangan
1. Akurat Derajat informasi dari kesalahan
2. Presisi Ukuran detail yang digunakan di dalam penyediaan informasi
3. Tepat waktu Penerimaan informasi masih dalam jangkauan waktu yang dibutuhkan oleh user
4. Jelas Derajat informasi dari keraguan
5. Dibutuhkan Tingkat relevansi yang bersangkutan dengan kebutuhan user
(60)
16
informasi dalam bentuk numeric
7. Verifiable
Tingkat kesepakatan atau kesamaan nilai sebagai hasil pengujian informasi yang sama oleh berbagai
user
8. Accessible Tingkat kemudahan dan kecepatan dalam
memperoleh informasi yang bersangkutan
9. Non-bias
Derajat perubahan yang sengaja dibuat untuk merubah atau memodifikasi informasi dengan tujuan mempengaruhi para penerima
10. Comprehensive Tingkat kelengkapan informasi Sumber: Prahasta, 2005
2.2.4 Pengertian Sistem Informasi
Dari pengertian sistem dan informasi sebelumnya maka dapat diartikan bahwa sistem informasi adalah serangkaian sumber daya fisik dan logika yang saling terkait membentuk satu kesatuan dengan tujuan menghasilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Selain itu, sistem informasi berarti pengaturan sumber daya manusia, data, proses, dan teknologi informasi yang berintegrasi untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan menghasilkan output informasi yang diperlukan untuk mendukung sebuah organisasi (Whitten etal, 2004).
2.3 Sistem Informasi Geografis 2.3.1 Pengertian
Geografi berasal dari bahasa Yunani, gabungan dari dua suku kata, yaitu
Geo yang berarti bumi dan Graphien yang berarti lukisan. Sehingga dapat diartikan bahwa geografi merupakan lukisan bumi. Pengertian geografi secara
(61)
17
umum adalah ilmu yang mempelajari masalah-masalah bumi secara luas dalam hubungannya dengan keruangan (Barus,1996).
Sistem Informasi Geografis (SIG) didefinisikan oleh Prahasta (2005) sebagai sistem berbasis komputer yang digunakan untuk memperoleh, memasukkan, menyimpan, mengelola, memperbaharui (update), menganalisis, memanipulasi dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan (geografi) untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan.
Kemampuan dasar SIG adalah mengintegrasikan berbagai operasi basis data seperti query, menganalisisnya dan menyimpan serta menampilkannya dalam bentuk pemetaan berdasarkan letak geografisnya. Inilah yang membedakan SIG dengan sistem informasi lainnya.
Berdasarkan cara pengolahannya SIG dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem manual (analog) dan sistem otomatis (yang berbasis digital komputer). Sistem Informasi manual biasanya menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar transparansi untuk tumpang susun (overlay), foto udara, laporan statistik dan laporan survey lapangan. Seluruh data tersebut kemudian dikompilasi dan dianalisis secara manual dengan alat tanpa komputer. Sedangkan Sistem Informasi Geografis otomatis telah menggunakan komputer sebagai sistem pengolah data melalui proses digitasi (Prahasta, 2005).
2.3.2 Jenis Data
Data-data yang diolah dalam SIG terdiri dari data spasial dan data atribut dalam bentuk digital, dengan demikian analisis yang dapat digunakan adalah
(62)
18
analisis spasial dan analisis atribut. Data spasial merupakan data yang berkaitan dengan lokasi keruangan yang umumnya berbentuk peta. Sedangkan data atribut merupakan data tabel yang berfungsi menjelaskan keberadaan berbagai objek sebagai data spasial.
Data spasial disajikan dalam tiga cara dasar yaitu dalam bentuk titik (point), garis (line) atau area (polygon) seperti terlihat pada Gambar 2.1. Struktur data spasial dibagi menjadi dua model yaitu model data raster dan model data vektor. Data raster adalah data yang disimpan dalam bentuk kotak segi empat (grid) atau sel sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur. Data vektor adalah data yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area (polygon).
Gambar 2.1 Jenis data SIG (a). titik, (b) garis, dan (c) Area
2.3.3 Komponen SIG
Komponen SIG dapat dikelompokkan berdasarkan fungsi dan arsitekturnya. SIG menyajikan informasi keruangan beserta atributnya yang terdiri dari beberapa fungsi subsistem. Adapun alur fungsi subsistem SIG tersebut seperti Gambar 2.2.
(63)
19
Gambar 2.2 Fungsi Subsistem SIG Sumber: Prahasta, 2005
1. Masukan data merupakan proses pemasukan data pada komputer dari peta (peta topografi dan peta tematik), data statistik, data hasil analisis penginderaan jauh data hasil pengolahan citra digital penginderaan jauh dan lain-lain. Pada proses ini data ditransformasikan ke dalam format yang dapat digunakan oleh SIG.
2. Manipulasi data dan analisis ialah serangkaian kegiatan untuk menentukan informasi yang dapat dihasilkan oleh sistem, dengan cara memanipulasi dan melakukan pemodelan data. Manipulasi data merupakan proses penting dalam SIG. Kemampuan SIG dalam melakukan analisis gabungan dari data spasial dan data atribut menghasilkan informasi yang berguna untuk berbagai aplikasi. 3. Manajemen data merupakan tahapan pengorganisasian data baik dalam bentuk spasial maupun atribut ke dalam suatu basis data, sehingga lebih mudah dipanggil, di-update dan di-edit.
4. Pelaporan data ialah menyajikan data hasil pengolahan serta menampilkan basis data baik secara keseluruhan maupun sebagian. Pelaporan data dapat berupa softcopy maupun hardcopy dari peta, tabel, grafik dan lain-lain.
S I G Manipulasi Data &
Analisis Masukan Data
Manajemen Data
Pelaporan Data
(64)
20
Sedangkan berdasarkan arsitektur menurut Prahasta (2005), SIG dibangun dengan komponen dasar (Gambar 2.3) yang terdiri dari perangkat keras (Hardware), Perangkat lunak (software), data geografis dan sumber daya manusia. Dalam SIG semua komponen ini harus terintegrasi secara efektif dan menyeluruh untuk menghasilkan informasi (output) yang sesuai dengan kebutuhan user dan tujuan pengembangan sistem. Berikut gambaran keterkaitan komponen-komponen dalam SIG:
Perangkat Keras
Gambar 2.3 Komponen SIG Sumber: Prahasta, 2005
Pertama, komponen perangkat keras dalam SIG yang umum digunakan adalah CPU, RAM, storage, input device, output device, dan peripheral lainnya. Kedua, komponen perangkat lunak, merupakan suatu sistem untuk mengolah data dan informasi geografis, seperti ArcGIS, ERDAS, ArcView, MapInfo dan lain-lain.
Komponen ketiga yaitu data dan Informasi, yang terdiri dari data spatial
maupun non-spatial. Komponen keempat, adalah Sumber Daya Manusia (SDM), teknologi SIG tidaklah menjadi bermanfaat tanpa manusia yang mengelola sistem
Sumber Daya Manusia
Data
SIG
Data dan Informasi Geografis
(65)
21
dan membangun perencanaan yang dapat diaplikasikan sesuai kondisi dunia nyata. Sama seperti pada Sistem Informasi lain user SIG pun memiliki tingkatan tertentu, dari tingkat spesialis teknis yang mendesain dan memelihara sistem hingga pengguna yang menggunakan SIG untuk memudahkan pekerjaan mereka.
Kombinasi yang benar antara keempat komponen utama ini akan menentukan kesuksesan suatu proyek pengembangan SIG.
2.3.4 Kemampuan SIG
Secara jelas, kemampuan SIG juga dapat dilihat dari pengertian atau definisinya. Kemampuan-kemampuan SIG yang diambil dari beberapa definisi SIG yaitu:
1. Memasukan dan mengumpulkan data geografi. 2. Mengintegrasikan data geografi.
3. Memeriksa, meng-update data geografi. 4. Menyimpan dan memanggil kembali data.
5. Mempresentasikan atau menampilkan data geografi. 6. Mengelola data geografi.
7. Memanipulasi data geografi. 8. Menganalisis data geografi.
9. Menghasilkan keluaran (output) data geografi dalam bentuk: peta tematik (view dan layout), tabel, grafik (chart), laporan (report), dan lainnya baik dalam bentuk softcopy ataupun hardcopy.
(66)
22
2.4 Konsep Dasar Webgis
Web merupakan bentuk aplikasi sistem informasi terdistribusi yang berbasis
hypertext dengan menggunakan konsep hyperlink. Web atau lebih dikenal dengan
world wide web (www) merupakan aplikasi jaringan yang mendukung terlaksananya HTTP (hypertext transfer protocol) dalam suatu jaringan internet.
Sedangkan aplikasi sistem informasi geografis yang dapat dijalankan pada
web browser baik yang berada pada satu jaringan global (internet) maupun yang hanya berbasis jaringan lokal (intranet) namun memiliki dan terkonfigurasi pada jaringan web server dikenal dengan Webgis atau SIG yang berbasis web. Webgis
mendukung penggunaan aplikasi web dalam melakukan operasi SIG. Webgis
terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait, dan merupakan gabungan antara desain grafis, pemetaan, peta digital dengan analisis spasial, pemograman komputer dan database (Prahasta, 2007).
Menurut Prahasta (2007), Webgis memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, yaitu:
1. Kelebihan:
a. Data menjadi terpusat pada satu tempat.
b. Biaya untuk hardware dan software menjadi lebih murah. c. Lebih mudah digunakan (user friendly).
d. Pengaksesan yang lebih luas terhadap data dan fungsinya. 2. Kelemahan:
a. Lamanya waktu akses bergantung pada spesifikasi komputer yang dimiliki baik pada server maupun client. Selain itu juga bergantung pada koneksi
(67)
23
internet, traffic web site, dan efisiensi data.
b. Resolusi dan ukuran tampilan monitor (display) perlu diatur supaya sesuai dengan tampilan web. Selain itu juga diperlukan pengaturan terhadap resolusi maupun menu browser.
c. Kompleksitas dan ketahanan sistem. d. Variasi dari teknologi baru.
2.5 Pengenalan Radar Cuaca 2.5.1 Sejarah Radar
Radar (radio detection and ranging) adalah sistem yang digunakan untuk mendeteksi, mengukur jarak dan membuat map benda-benda seperti pesawat dan
hujan. Istilah radar pertama kali digunakan pada tahun 1941, menggantikan istilah RDF (Radio Direction Finding). Prinsip kerja radar adalah pengiriman gelombang radio kuat dan menangkap gema hasil pemantulan gelombang radio tersebut. Dengan menganalisis sinyal yang dipantulkan, pemantul gema dapat ditentukan lokasi dan jenisnya.
Pada tahun 1865 James Clerk Maxwell mengembangkan dasar-dasar teori tentang elektromagnetik. Satu tahun kemudian, Heinrich Rudolf Hertz membuktikan teori Maxwell dengan menemukan gelombang elektromagnetik.
Penggunaan gelombang elektromagnetik untuk mendeteksi keberadaan suatu benda, pertama kali digunakan oleh Christian Hülsmeyer pada tahun 1904 dengan membuktikan kemampuan untuk mendeteksi keberadaan sebuah kapal pada cuaca berkabut tebal, tetapi belum sampai mengetahui jarak kapal tersebut.
(68)
24
Pada Tahun 1921 Albert Wallace Hull menemukan Magnetron sebagai tabung pemancar sinyal atau transmitter efisien. Setahun berikutnya A. H. Taylor and L.C.Young berhasil menempatkan transmitter pada kapal kayu. Kemudian pada tahun 1930 L. A. Hyland dari Laboratorium Riset kelautan Amerika Serikat berhasil menerapkan transmitter pada pesawat terbang untuk pertama kalinya.
Sebelum Perang Dunia II, antara tahun 1934 hingga 1936, ilmuan dari Amerika, Jerman, Prancis dan Inggris mengembangkan sistem radar. Setelah Perang Dunia II sistem radar berkembang sangat pesat, baik tingkat resolusi dan portabilitas yang lebih tinggi, maupun peningkatan kemampuan sistem radar sebagai pertahanan militer. Hingga saat ini sistem radar sudah lebih luas lagi penggunaannya yakni meliputi kendali lalu lintas udara (Air Traffic Control), pemantau cuaca, jalan dan lain-lain.
2.5.2 Jenis Radar
1. Radar Doppler
Merupakan jenis radar yang menggunakan Efek Doppler untuk mengukur kecepatan radial (kecepatan benda dalam garis lurus [lihat (Gambar 2.4)] dari sebuah objek yang masuk daerah tangkapan radar. Radar jenis ini sangat akurat dalam mengukur kecepatan radial. Contoh Radar Doppler yaitu Weather radar atau radar cuaca yang digunakan untuk mendeteksi cuaca.
Contoh pengukuran Radar Doppler adalah dalam mengukur kecepatan dan arah angin dengan menggunakan efek Doppler. Radar Doppler merupakan jenis radar yang memiliki dua kutub dimana radar dapat
(69)
25
berfungsi sebagai penerima dan pengirim sinyal, inilah yang membedakan radar Doppler dengan radar biastik. Perbedaan lainnya adalah radar Doppler bekerja dengan prinsip efek Doppler.
Gambar 2.4 Efek Doppler1 2. Radar Bistatik
Radar Bistatik (Gambar 2.5) kebalikan dari radar doppler. Radar ini mempunyai dua komponen bistatik yang terpisah. Komponen tersebut adalah pemancar sinyal (transmitter) yang dipisahkan dengan jarak tertentu dari penerima sinyal (receiver). Jarak antara kedua komponen ini biasanya dapat dibandingkan dengan jarak target atau objek yang dideteksi. Dengan adanya dua komponen sinyal yang terpisah maka radar ini dapat digunakan untuk melengkapi hasil pengamatan angin dengan radar Doppler.
Pada radar bistatik Objek dideteksi berdasarkan pantulan sinyal dari objek tersebut (bias) ke pusat antena. Contoh Radar Bistatik yaitu Passive
radar.
1
(70)
26
Gambar 2.5 Radar Bistatik
2.5.3 Klasifikasi Radar
Radar dapat diklasifikasikan berdasarkan Band (Gelombang Radar). Radar dapat dikelompokkan sesuai dengan panjang gelombang sinyal radar. Kebanyakan
imaging radar dioperasikan pada frekuensi antara 1.25 dan 35.2GHz dengan panjang gelombang antara 24 cm – 0.8 cm.
Penamaan Band atau gelombang pita radar dinamakan secara sembarangan oleh militer pada Perang Dunia II untuk menjaga kerahasiaan teknologi radar. Klasifikasi radar berdasarkan band dijelaskan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Klasifikasi Radar Berdasarkan Band
Jenis Band Frekuensi Normal Panjang Gelombang Target
Pengamatan Kegunaan
HF 3 – 30
MHz 100 – 10 m
Hujan, Turbulence
VHF 30 – 300
MHz 10 – 1 m
Hujan, Turbulence
UHF 300 –
1,000 MHz 1 – 0.3 m
Hujan,
Turbulence Gelombang televise
L-band 1 – 2 GHz 30 – 15 cm Hujan, Turbulence
Dalam bidang militer dan satelit penginderaan jauh
S-band 2 – 4 GHz 15 – 8 cm Hujan, Ketinggian
Observasi cuaca jarak dekat maupun jarak jauh. NWS (National Weather Service) menggunakan Radar band S untuk observasi cuaca pada gelombang 10. kekurangan radar ini adalah membutuhkan antena yang besar serta daya listrik yang besar.
(71)
27
Selain itu ukuran piringan radar juga besar sekitar 25 kaki.
C-band 4 – 8 GHz 8 – 4 cm Hujan, Ketinggian
Sangat Baik untuk Observasi Cuaca. Keuntungannya adalah ukuran piringan radar tidak terlalu besar, sehingga radar jenis ini sangat banyak digunakan untuk stasiun televisi. Selain itu daya listrik yang dibutuhkan tidak terlalu besar dan keakuratan data hasil observasi cukup baik
X-band 8 – 12
GHz 4 – 2.5 cm Hujan
Pengamatan awan karena dapat menangkap sinyal dari partikel air dan juga dapat digunakan untuk memantau salju. Jangkauan radar ini lebih kecil dari Radar Band C. Biasanya digunakan untuk pengamatan jarak dekat, portable radar, pengamatan cuaca pada pesawat serta pada lembaga kepolisian.
Ku-band 12 – 18
GHz 2.7 – 1.7 cm Hujan
Biasanya digunakan dalam; beroperasi pada frekuensi, dengan panjang gelombang. dapat digunakan untuk pengukuran tinggi penyerapan air serta banyak digunakan pada lembaga kepolisian.
K-band 18 – 27
GHz 1.7 – 1.2 cm
Drizzle, Kabut/Asap, Awan
Ka-band 27 – 40
GHz
1.2 – 0.75 cm
Drizzle, Kabut/Asap, Awan
mm or W-band
40 – 300
GHz 7.5 - 1 mm
Kabut/asap, Awan
Pemetaan gambar (image mapping) pada USA JPL-Airsat
Sumber: BPPT, 2009
2.5.4 Komponen Radar
Radar terdiri dari tiga komponen utama yang merupakan bagian dari antena dan transmitter (Gambar 2.6). Tiga komponen tersebut adalah Radar Data Acquisition (RDA), Radar Product Generator (RPG), dan Principal User Processor (PUP). Ketiga kompoenen ini sangat peka terhadap sensor. Oleh karena itu, biasanya radar diberi tutupan pada bagian atasnya, seperti tutupan yang menyerupai bola pada radar cuaca. Tutupan ini berfungsi sebagai pelindung dari
(72)
28
berbagai macam gangguan, bencana, serta untuk alasan keamanan.
Gambar 2.6 Komponen Radar
Sumber: BPPT, 2009
Tiga komponen tersebut yang pertama, RDA (Radar Data Acquisition) berfungsi sebagai antena pengirim gelombang elektromagnetik kepada benda atau hujan dalam jangkauan radar. RDA terdiri dari antena dan transmitter (Gambar 2.6). Antena radar bersifat dwikutub (untuk mengirim dan menerima sinyal).
Receiver pada antena ini berfungsi untuk menangkap kembali gelombang yang dipantulkan oleh benda yang terkena sinyal radar untuk setiap detiknya. RDA juga terdiri dari transmitter yang berfungsi untuk memancarkan gelombang elektromagnetik melalui reflektor antena agar sinyal objek yang berada pada daerah tangkapan radar dapat dikenali, umumnya transmitter mempunyai
bandwidth yang besar dan tenaga yang kuat serta dapat bekerja efisien, dengan akurasi data yang tinggi, kelebihannya adalah ukuran data tidak terlalu besar. Selain itu, RDA juga tidak terlalu berat serta mudah perawatannya.
(73)
29
Product Generator) atau disebut juga receiver berfungsi untuk menerima pantulan kembali gelombang elektromagnetik dari sinyal objek yang tertangkap radar melalui reflektor antena. Umumnya receiver mempunyai kemampuan untuk menyaring sinyal agar sesuai dengan pendeteksian serta menguatkan sinyal objek yang lemah dan meneruskan sinyal objek tersebut ke signal and data processor
(Pemroses data dan sinyal), kemudian menampilkan gambarnya di layar monitor (Display). Data hasil pengolahan biasanya memiliki nilai reflectivity dan velocity
dengan menggunakan perhitungan efek dopler.
Komponen PUP (Principal User Processor) atau disebut juga control and communication processor merupakan komponen yang bertugas untuk mengatur atau mengendalikan proses penyapuan daerah oleh radar untuk mengatur sudut pengamatan serta untuk mengirimkan data ke server melalui jaringan internet. Sebelum data dikirim data terlebih dahulu diproses dengan menggunakan
software khusus untuk mengolah data radar. Hasil pengolahan data oleh software
radar ini menghasilkan file gambar dengan resolusi temporal enam menit.
2.5.5 Manfaat Radar
1. Keperluan Militer
a. Airborne early warning (AEW)
b. Radar Pengendali atau pemandu peluru kendali 2. Keperluan Kepolisian
Radar Gun dan Microdigicam radar merupakan contoh radar yang sering digunakan pihak kepolisian untuk mendeteksi kecepatan kendaraan bermotor di jalan.
(74)
30
3. Keperluan Penerbangan
Air traffic control (ATC) adalah kendali lalu lintas udara yang bertugas mengatur kelancaran lalulintas udara bagi pesawat terbang yang akan lepas landas, ketika terbang di udara maupun ketika akan mendarat serta memberikan layanan informasi bagi pilot tentang cuaca, situasi dan kondisi Bandara.
4. Keperluan Cuaca
a. Weather radar; merupakan jenis radar cuaca yang mampu mendeteksi intensitas curah hujan dan cuaca buruk seperti adanya badai.
b. Wind profiler; merupakan jenis radar cuaca yang menggunakan gelombang suara (SODAR) untuk mendeteksi kecepatan dan arah angin.
2.5.6 Radar Cuaca (Weather Radar)
Radar cuaca adalah jenis radar yang digunakan untuk memetakan dan menghitung pergerakan benda-benda seperti hujan, salju, kabut, awan dan lain sebagainya, memperkirakan jenis benda tersebut, serta memperkirakan posisi dan intensitas benda yang diamati pada masa yang akan datang.2
Radar cuaca biasanya ditempatkan dengan ketinggian tertentu dari permukaan bumi, Hal ini dilakukan karena sinyal radar tidak dapat mendeteksi cuaca jika terhalang oleh bangunan, pohon dan benda padat lainnya.
Pemanfaatan teknologi radar untuk observasi cuaca di wilayah Indonesia pada penelitian ini dikembangkan oleh BPPT. Teknologi serupa juga dikembangkan oleh BMKG untuk pengamatan cuaca di Indonesia.
2
(75)
31
2.5.7 Prinsip Kerja Radar Cuaca
Prinsip kerja radar Doppler (Gambar 2.7) pada dasarnya tidaklah berbeda dengan radar lainnya. Hanya saja radar Doppler menggunakan prinsip Doppler untuk mendapatkan nilai reflektivitas dari objek yang diamati.
Keterangan :
h : tinggi gelombang
ө : sudut elevasi
λ : panjang gelombang
D : jarak titik hujan dari radar
Gambar 2.7 Prinsip kerja Radar
Gambar 2.7 menganalogikan nilai-nilai yang diperlukan untuk menghitung reflektifitas hujan. Radar akan mengirimkan gelombang elektromagnetik pada sudut elevasi tertentu untuk menangkap gelombang pantulan dari titik hujan, sehingga nantinya akan diketahui panjang dan tinggi gelombang elektromagnetik radar untuk menghitung jarak titik hujan dari radar.
2.5.8 Keuntungan dan Kerugian Radar Cuaca
Ada banyak keuntungan penggunaan radar untuk remote sensing. Sensor radar tersedia pada semua kapabilitas cuaca sebagaimana energi gelombang mikro menembus awan dan hujan. Hujan menjadi sebuah faktor pada radar wavelength
kecil dari tiga cm. Sensor radar merupakan sistem penginderaan jauh yang aktif (active remote sensing system), independen terhadap cahaya matahari, menyediakan sumber energi sendiri dan juga mampu melakukan pengambilan data baik pada siang maupun malam hari.
(76)
32
Namun Radar juga memiliki kekurangan dan kelemahan. Kelemahan tersebut antara lain sensitif terhadap topografi, penutup tanah (ground cover), dan gerakan. Kemampuan pendeteksian cuaca oleh radar tidak dapat menembus pohon maupun gedung tinggi sehingga pada ketinggian dan elevasi tertentu curah hujan tidak akan terpantau.
2.6 Pengertian Realtime
Menurut Arlinda (2005) dalam kamus istilah komputer dan internet
realtime diartikan sebagai jumlah waktu sesungguhnya (waktu aktual) yang dibutuhkan menjalankan/menyelesaikan suatu operasi. Sistem komputer yang tetap mampu menjaga hubungan/berinteraksi dengan dunia luar. Artinya, memberikan hasil keluaran beberapa saat kemudian setelah masukan diberikan. Contohnya pada sistem informasi cuaca yang dibangun ini.
Sistem realtime menurut Pressman (2002) terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut:
1. Komponen pengumpul data yang mengumpulkan dan memformat informasi dari lingkungan eksternal
2. Komponen analisis yang mentransformasikan informasi pada saat dibutuhkan oleh aplikasi.
3. Komponen kontrol yang memberikan respon kepada lingkungan eksternal. 4. Komponen monitor yang mengkoordinasikan semua komponen lain agar
respon realtime-nya dapat tetap terjaga.
(77)
33
2.7 Pengenalan Program Harimau
Harimau (Hydrometeorological Array for Intra Session Variation Moonsoon Automonitoring) merupakan program kerjasama Indonesia dengan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology), yang dimulai sejak bulan Maret 2006 – Oktober 2010.
Tujuan program HARIMAU untuk mengetahui lebih jauh proses fisik variasi antarmusiman (periode 60-90 harian) yang terkait langsung dengan aktivitas awan konveksi dan curah hujan di Benua Maritim Indonesia (BMI) dan mempunyai implikasi yang sangat besar terhadap perubahan iklim global, seperti El Nino dan La Nina (ENSO) serta Indian Ocean Dipole (IOD).
Informasi yang diperoleh antara lain dapat digunakan untuk: a. Penentuan waktu tanam komoditas pertanian.
b. Manajemen sumber daya air.
c. Transportasi laut, udara dan darat. d. Monitoring polusi udara.
e. Peringatan dini.
f. Sebagainya.
Riset ini memanfaatkan teknologi Radar Cuaca (Weather Radar) yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Sejauh ini sudah dipasang X dan C Band Doppler Radar (XDR dan CDR) serta Wind Profiler Radar (WPR) di wilayah ekuator Benua Maritim Indonesia. XDR di Pantai Tiku, Kabupaten Ketaping, Sumatera Barat (Sumbar). Sedangkan WPR dipasang di Pontianak dan Biak pada Februari dan Maret 2007. Menyusul kemudian CDR di Laboratorium
(78)
34
Teknologi Kebumian dan Mitigasi Bencana (GEOSTECH) BPPT Puspitek Serpong pada Juni 2007. Program HARIMAU akan berlangsung hingga 2010 dengan target memasang 22 radar di lokasi berbeda di Indonesia pada 2009.
2.7.1 Spesifikasi Radar Cuaca Serpong
Radar cuaca Serpong (Gambar 2.9) digunakan untuk pemantauan cuaca di wilayah DKI Jakarta termasuk kepulauan seribu dan hampir seluruh wilayah Jawa Barat spesifikasi secara jelas mengenai radar ini dijelaskan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Spesifikasi Radar
Nama Radar Serpong
Gambar
Gambar 2.9 Radar C-Band Serpong
Lokasi PUSPITEK SERPONG
Koordinat 106,70 BT dan -6,40 LS Kegunaan Observasi Cuaca
Jenis Band Doppler Radar C Band Frekuensi 5,32 GHz Resolusi Temporal 6 menit
Radius Jangkauan 105 km
Elevasi 10 - 810 (18 sudut elevasi, diantaranya 10, 4,50 , dan 23,80)
(79)
35
Type Observasi Observasi hujan Transmitter Power 140 kW (140.000 watt)
Sistem Operasi RedHat Enterprise Linux 4 (EL4) Output Data RAW dan Data Image Spesifikasi Data
Image
Resolusi Spatial : 1 km x 1 km Waktu akuisisi data (dalam GMT+7)
Data Reflectivity awan dan hujan dalam dBz Sumber: www.turbulance.ddo.jp
2.7.2 Spesifikasi Radar Cuaca Padang
Radar cuaca Padang (Gambar 2.10) berada di kawasan Minangkabau Internasional Airport (MIA). Merupakan jenis radar Doppler band X yang beroperasi pada frekuensi delapan hingga dua belas GHz. Selengkapnya mengenai spesifikasi radar ini dibahas pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Spesifikasi Radar Padang
Nama Radar MIA
Gambar
Gambar 2.10 Radar X-Band Padang
Lokasi Bandara Internasiolnal Minangkabau Padang – Sumatera Barat
Koordinat 100.3 BT dan -0.79 LS Kegunaan Observasi Cuaca
(80)
36
Jenis Band Doppler Radar X Band Frekuensi 9.7 GHz Resolusi Temporal 6 menit
Radius Jangkauan 200 km
Elevasi 10 - 810 (18 sudut elevasi, yaitu 0.60, 1.10, 2.40, 3.20, 4.10, 5.10, 6.30, 7.80, 9.60, 11.80, 14.50, 17.80, 21.80, 26.60, 32.60, 40.00, 50.00)
Ketinggian 5 meter
Type Observasi Observasi hujan Transmitter Power 70 KW (700.000 watt)
Output Data RAW dan Data Image
Sistem Operasi RedHat Enterprise Linux 4 (EL4) Spesifikasi Data Image Resolusi Spasial : 1km x 1 km
Waktu akuisisi data (dalam GMT+7)
Data Reflectivitas awan dan hujan dalam dBz
Sumber: www.turbulance.ddo.jp
2.8Analisis Data
2.8.1 Data Radar Doppler
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data Image (Gambar 2.11)dari hasil penyapuan wilayah dengan menggunakan radar Doppler yang ada di Puspitek Serpong serta di Padang-Sumatera Barat.
Dalam data gambar dari radar Serpong (Gambar 2.11) dapat diamati titik-titik hujan yang jatuh di wilayah DKI Jakarta, Banten dan hampir seluruh wilayah Jawa Barat. Sedangkan dari data radar Padang diperoleh informasi titik-titik hujan yang jatuh di wilayah Sumatera Barat.
(81)
37
Gambar 2.11 Data Image RadarSerpong
Pengamatan dilakukan dalam berbagai sudut elevasi dari 1 – 810, namun yang diambil untuk pengolahan pada laporan ini adalah data dengan elevasi 6.10 karena dinilai paling tinggi tingkat akurasi datanya.
Adapun informasi yang ada dalam gambar radar cuaca tersebut (Gambar 2.11) adalah informasi mengenai reflektivitas, velocity dan rainrate (curah hujan) dalam satuan debizle (dBz). Reflektivitas adalah nilai pemantulan dari titik air yang jatuh hingga kembali pada radar. Sedangkan velocity adalah pengamatan kecepatan angin atau kecepatan sampainya nilai hujan dari titik pengamatan ke radar. Nilai curah hujan hasil pengamatan radar masih dalam satuan dBz. Nilai ini akan dikonversi untuk mendapatkan nilai curah hujan dalam satuan milimeter per jam.
2.8.2 Curah Hujan (Rainrate)
Hujan adalah butiran-butiran air yang dicurahkan dari atmosfer turun ke permukaan bumi. Sedangkan curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Biasanya curah hujan diukur dengan
(82)
38
menggunakan Rain Gauge. Namun dalam skripsi ini nilai curah hujan didapatkan dari radar Doppler yang merupakan jenis radar cuaca. Curah hujan diukur dalam satuan milimeter, satu milimeter berarti dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau sebanyak satu liter.
Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1) Bentuk medan atau topografi; 2) Arah lereng medan;
3) Arah angin yang sejajar dengan garis pantai; dan 4) Jarak perjalanan angin di atas medan datar.
Pola Distribusi Hujan di Indonesia, ada 3 yaitu:
1. Pola Monsoonal (Monsun): intensitas curah hujan tertinggi terjadi pada awal dan akhir tahun, adanya musim kemarau dan musim hujan yang masing-masing berlangsung kurang lebih 6 bulan.
2. Pola Ekuatorial: mengalami dua Puncak curah hujan tertinggi dalam 1 tahun yaitu bulan Maret dan Oktober saat matahari berada di dekat ekuator. 3. Pola Lokal: daerah yang di pengaruhi hujan dengan satu puncak dengan
puncak yang terbalik dengan pola hujan munson.
Untuk radar sendiri pola yang diamati adalah pola monsoonal yang dianggap paling berpengaruh terhadap kondisi iklim global dan adanya badai El Nino dan La Nina (ENSO) serta Indian Ocean Dipole (IOD).
(1)
halaman website
mapserver
2. Metode White Box
Pengujian dilakukan pada sistem dengan lebih memperhatikan di dalam source code sistem yang dibuat, agar dapat mengetahui pada browser
apa saja sistem ini dapat berjalan normal. Tabel 4.27 merupakan tabel dari hasil uji coba program menggunakan metode white box.
Tabel 4.27 Pengujian Metode White
Hardware Pengujian Hasil
Laptop monitor 14 inchi, resolusi layar 1024 x 768 pixels
Sistem Operasi Windows XP Profesional SP2 Internet Explorer 6.0
Kurang baik
Sistem Operasi Windows XP Profesional SP2 Mozila Firefox
Sangat Baik
Sistem Operasi Windows XP Profesional SP2 Google Crome
Kurang Baik
Setelah melakukan pengujian terhadap sistem diperoleh produk rekayasa
web GIS radar cuaca. Produk ini nantinya dapat dikembangkan ataupun diintegrasikan ke dalam sistem lain yang lebih komplek. Sesuai dengan
(2)
pembatasan masalah pada penulisan skripsi ini, maka prototipe yang dihasilkan tidak dikembangkan ataupun diintegrasikan ke dalam sistem lain karena keterbatasan waktu.
Namun untuk pengembangan, pengintegrasian dan penerapan sistem ini dapat dilakukan dengan mengikuti beberapa tahapan seperti pada pengembangan sistem lainnya. Adapaun tahapan tersebut antara lain adalah:
1. Perencanaan dan inisiasi masalah 2. Analisa kebutuhan yang ingin dipenuhi. 3. Desain pengembangan aplikasi.
4. Implementasi sistem yang telah didesain dan testing aplikasi yang telah dikembangkan.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan :
1. Pembangunan Web GIS radar cuaca secara realtime yang informatif dapat dilakukan dengan menggunakan mapserver serta beberapa tools tambahan seperti Kamap yang dapat menunjang pembangunan webgis.
2. Permasalahan manajemen data radar cuaca berbasis spasial yang komplek, yang sering kali dijumpai pengguna dapat diselesaikan dengan pembangunan basis data spasial secara penuh dengan pemanfaatan database
POSTGRE SQL.
3. Dengan adanya web GIS radar cuaca, data radar dapat didistribusikan dengan baik kepada pengguna dengan menghilangkan aspek jarak dan waktu dengan pemanfaatan jaringan internet.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang telah dikemukakan, penulis mengajukan beberapa saran antara lain :
1. Pengembangan sistem secara menyeluruh dengan mengintegrasikan data radar dengan data cuaca lainnya seperti satelit atau BMKG.
(4)
2. Proses pengembangan sistem dilanjutkan hingga tahap implementasi sistem pada jaringan internet secara global sehingga informasi radar cuaca bisa sampai kepada masyarakat luas.
3. Data radar pada sistem ini dapat dikembangkan dan dikaji lebih jauh untuk membuat early warning system bahaya banjir.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir. 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi Yogyakarta Al Fatta, Hanif. 2007. Analisa dan Perancangan Sistem Informasi untuk
Keunggulan Bersaing Perusahaan dan Organisasi Modern. Edisi I. Yogyakarta : Andi
Barus, Baba. 1996. Sistem Informasi Geografi. Bogor : Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Hartono, Jogiyanto. 2005. Analisa dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi Offset
Jogiyanto H.M. 2001. Analisis & Design Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi Yogyakarta
Jogiyanto, Prof.Dr. HM,MBA, Akt. 2007. Sistem Teknologi Informasi. Edisi II. Yogyakarta : Andi
Ladjamudin, bin Al-Bahra. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
McLeod, Raymond. 2001. Management Information Systems. 8th Edition. Prentice Hall International.
Prahasta, Eddy. 2005. Sistem Informasi Geografis: Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Goegrafis.Bandung: Informatika Bandung.
Prahasta, Eddy. 2007. Sistem Informasi Geografis, Membangun Aplikasi Web-Based GIS dengan MapServer. Bandung : Informatika Bandung
Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografis, Konsep-Konsep Dasar (Perspektif Geodesi dan Geomatika) . Bandung : Informatika Bandung Pramono, Andi & M.Syafii. 2005. Kolaborasi Flash, Dreamweaver, dan PHP
untuk aplikasi Website. Edisi I. Yogyakarta: Andi.
Pressman, Roger S. 2002. Rekayasa Perangkat Lunak: Pendekatan praktisi (buku I). Yogyakarta: Andi.
(6)
Pohan, Ryan Fahreza. 2008. Pengembangan Sistem Informasi Inventori Berbasis Jaringan Local Area Network (LAN) Pada pt. Mitra mega semesta (doctorabbit). Skripsi UIN Jakarta
Sidik, Bheta Ir. 2006. Pemograman Web dengan PHP. Cetakan II. Bandung : Informatika Bandung
Whitten, Jeffrey L., Lonnie D. Bentley and Kevin C. Dittman. 2004. Metode Desain & Analisis Sistem. Edisi keenam. Mc Graw Hill Education. Yogyakarta: Andi.
Wibowo, Agus. 2009. Pelatihan WebGIS dengan Mapserver, PostGRESQL, Postgis, dan mapbender. http://aw3126.blogspot.com (17/06/09 16:00 WIB)
http://www.e-dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=279&fname=materi2.html (18/06/09 16:35 WIB)
http://www.everythingweather.com/weather-radar/Weather_radar.shtml (18/06/09 16:53 WIB)