Sumber dan Jenis data Penentuan Narasumber Analisis Data

52 1. Studi pustaka Library Research Data sekunder didapatkan dan dikumpulkan melalui studi pustaka dengan melakukan serangkaian kegiatan seperti membaca, menelaah dan mengutip dari literature peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pokok bahasan. 2. Wawancara Dilakukan dengan pihak-pihak yang memahami dengan permasalahan yang sedang diteliti. Hal ini dilakukan sebagai data pendukung dengan mengajukan pertanyaan secara lisan, maupun dengan menggunakan pedoman pertanyaan secara tertulis.

2. Pengolahan Data

Setelah melakukan pengumpulan data, selanjutnya pengolahan sehingga data yang didapat dipergunakan untuk menganalisis permasalahan yang diteliti yang pada umumnya dilakukan dengan cara 51 : 1. Pemeriksaan data editing, yaitu melakukan pemeriksaan data yang terkumpul apakah sudah cukup lengkap, sudah cukup benar, dan sudah sesuai dengan permasalahan. 2. Rekonstruksi data reconstructing, yaitu menyusun ulang data secara teratur, berurutan, logis, sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. 3. Sistematisasi data sistematizing, yaitu menempatkan data menurut kerangka sistematika bahasan berdasarkan uraian masalah. 51 Ibid.,hlm 66. 53

E. Analisis Data

Setelah dilakukan pengolahan data, selanjutnya data dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan menghubungkan data yang satu dengan data yang lain secara lengkap, kemudian ditarik kesimpulan sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai jawaban dari permasalahan yang dibahas. 97 V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian penulis yaitu Analisi Pengembalian Kerugian Keuangan Negara Dalam Tuntutan Terhadap Perkara Tindak Pidana Korupsi, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Dampak pengembalian kerugian negara dalam tuntutan berdampak kepada ranah Kejaksaan Agung yang diatur didalam Surat Edaran Jaksa Agung S.E 003JA022010 Tentang Tindak Pidana Korupsi yang mengatur mengenai besar kecilnya tuntutan jaksa dalam menjatuhkan pidana sesuai jumlah kerugian negara yang telah dibayar oleh terdakwa. Dalam penjatuhan tuntutan jaksa menuntut berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Pasal 2 dan Pasal 3. 2. Faktor penghambat dalam pengembalian kerugian keuangan negara yaitu dimana jaksa dalam menemukan aset terdakwa jika terdakwa telah membawa lari asetnya ke luar negeri dan enggannya terdakwa untuk memberitahu letak asenya hal ini merupakan salah satu faktor penghambat dalam penegakan hukum pengembalian uang pengganti. Kurangnya kesigapan penegak hukum dalam hal menangani 98 kasus tindak pidana korupsi serta kurangnya pemberian sanksi yang tegas dalam hal pengembalian kerugian uang negara serta enggannya terdakwa mengakui kesalahan yang telah dilakukannya dan enggannya terdakwa yang seringkali memberikan informasi lengkap kepada penegak hukum terhadap asetharta miliknya sehingga hal tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi penghambatan dalam hal pengembalian uang pengganti dalam tindak pidana korupsi.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas maka penulis memberikan saran yaitu: 1. Pemberian sanksi terhadap pengembalian kerugian difokuskan hanya kepada pengembalian uang penggantinya saja, jika tidak lebih ditegaskan lagi mengenai penjatuhan sanksi pidana atau diberatkan lagi agar pelaku lebih memilih untuk mengembalikan kerugian negara bukan justru memilih dipidana. 2. Aparat penegak hukum agar lebih detail dalam menangani kasus ini terutama dalam menemukan aset-aset terdakwa agar tidak adanya kendala dalam hal pengembalian kerugian negara dalam tindak memberikan hukuman pidana, penegak hukum dan masyrakat agar tidak adanya faktor-faktor yang dapat menghambat penegak hukum. 99 DAFTAR PUSTAKA Abdul Kadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti. Andrisman,Tri,2011, Hukum Pidana Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia, Bandar Lampung: Penerbit Universitas Lampung. AmrizalSutan Kayo, 2013, Forensik Penggunaan dan Kompetensi Auditor dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Yogyakarta: GRAHA ILMU Chazawi.Adami, 2010, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta : PT. Raja Grafindo. Danil,Elwi,2012, Korupsi Konsep, Tindak Pidana dan Pemberantasannya, PT. Raja Jakarta: Grafindo Persada. EviHartanti, 2012, TindakPidanaKorupsi, Sinar, Jakarta :SinarGrafika Handoyo,Eko, 2013, Pendidikan Anti Korupsi, Yogyakarta : Penerbit Ombak. Hamzah,Andi, 2007, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Naional dan Internasional, PT. RajaGrafindo Persada. Jurnal Penegaan Hukum Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung, 2007. Laila, KholisEfi, 2010, Pembayaran Uang Pengganti Dalam Perkara Korupsi, Depok: Solusi Publishing. Makawimbang,Hernold Ferry, 2015, Memahami Menghindari Perbuatan Merugikan Keuangan Negara Dalam Tindak Pidana Korupsi dan Pencucian Uang,Yogyakarta : Thafa Media. Mujiran, Paulus. 2004, Republik Para Maling, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Muladi, Barda Nawawi Arief, 2010 Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Bandung :PT. Alumni.

Dokumen yang terkait

Pendampingan Aparatur Sipil Negara Yang Terkait Tindak Pidana Korupsi Dalam Pelaksanaan Tugas Kedinasan Berdasarkan Permendagri No. 12 Tahun 2014 Di Lingkungan Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara

1 109 101

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tindak Pidana Korupsi pada Program Konpensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Infrastruktur Pedesaan (Studi Putusan MA No. 2093 K / Pid. Sus / 2011)

3 55 157

Analisis Gugatan bersifat in rem terhadap hasil tindak pidana korupsi pada sistem hukum Common Law

1 77 152

Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Pungutan Liar (Studi Kasus Pungutan Liar Di Jembatan Timbang Sibolangit Sumatera Utara)

29 278 169

Analisis Hukum Terhadap Sifat Melawan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan No. Reg. 1576/Pid. B/2010/PN. Medan)

4 52 110

Kewenangan Jaksa Pengacara Negara Dalam Gugatan Pengembalian Kerugian Keuangan Negara Akibat Tindak Pidana Korupsi Yang Terdakwanya Meninggal Dunia (Studi Putusan No. Reg 02/Pdt. G/2010/PN.DPK)

0 55 105

Pemindahan Pelaku Tindak Pidana Dari Suatu Negara Ke Negara Lain

2 63 65

Analisis Hukum Terhadap Dakwaan Tindak Pidana Korupsi Oleh Jaksa Penuntut Umum (Putusan Mahkamah Agung No.2642 K/Pid/2006)

0 37 127

Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara Berlanjut (Studi Kasus No. 1636/Pid.B/2006/PN-MDN dan No. 354/PID/2006/PT-MDN)

5 123 163

Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Pejabat Negara (Studi Putusan Nomor : 01/Pid.Sus.K/2011/PN.Mdn)

2 43 164