BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah suatu tindakan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan
sudah dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone dan Wildanvsky mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne
dan Wildanvsky mengemukakan bahwa pelaksanaan adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan.
1
Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata pelaksanaan bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan
mekanisme mengandung arti bahwa pelaksanaan bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara bersungguh-sungguh
berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Kemudian SP. Siagian,
2
menyatakan bahwa jika suatu rencana terealisasi telah tersusun dan jika program kerja yang “achievement oriented” telah dirumuskan
maka kini tinggal pelaksanaannya. Lebih lanjut, Siagian mengatakan bahwa dalam pelaksanaan ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu:
1
Nurdin Usman, “Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum”, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 70
2
P. Sondang Siagian, “Filsafat Adiminstrasi”, Jakarta: Gunung Agung, 1985, hlm. 120.
1. Membuat rencana detail, artinya merubah rencana strategis jangka
panjang menjadi rencana teknis jangka pendek dan mengorganisir sumber-sumber dan staf dan selanjutnya menyusun peraturan-peraturan
dan prosedur-prosedur tertentu. 2.
Pemberian tugas artinya merubah rencana teknis menjadi rencana praktis, dan tujuan selanjutnya melakukan pembagian tugas-tugas dan sumber-
sumber. 3.
Monitor artinya pelaksanaan dan kemajuan pelaksanaan tugas jangan sampai terjadi hal-hal yang berhubungan dengan rencana praktis. Dalam
hal ini diperlukan untuk memeriksa hasil-hasil yang dicapai. 4.
Review artinya pelaporan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan, analisis pelaksanaan tugas-tugas, pemeriksaan kembali dan penyusunan dan jadwal
waktu pelaksanaan selanjutnya dalam laporan diharapkan adanya saran dan perbaikan bila ditemui adanya perbedaan penyimpangan.
3
2.2 Pengertian Kebijakan
Kebijakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak sebagai garis pedoman untuk
manajemen dalam usaha mencapai sasaran.
Kebijakan dalam praktik mempunyai 2 dua arti, yaitu sebagai berikut. 1.
Kebijakan dalam arti kebebasan, yang ada pada subjek tertentu atau yang disamakan dengan subjek, untuk memiliki alternatif yang diterima
3
Ibid, hlm. 121.
sebagai yang terbaik berdasarkan nilai-nilai hidup bersama atau negara tertentu dalam penggunaan kekuasaan tertentu yang ada pada subjek
tertentu dalam penggunaan kekuasaan tertentu yang ada pada subjek tersebut dalam mengatasi problematik manusia dalam hubungan dengan
hidup bersama dalam negara tersebut. 2.
Kebijakan dalam arti jalan keluar, untuk mengatasi problematik manusia dalam hubungan dengan hidup bersama atau negara tertentu, sebagai hasil
penggunaan kebebasan memilih yang diterima sebagai yang terbaik berdasarkan nilai-nilai hidup bersama atau negara tertentu.
4
Untuk mengeluarkan sebuah kebijakan, seorang pejabat bisa menggunakan kewenangan diskresinya. Menurut Kamus Hukum, Diskresi berarti kebebasan
mengambil keputusan dalam setiap situasi yang dihadapi menurut pendapatnya sendiri.
Kebijakan ialah pedoman untuk bertindak. Pedoman itu bisa saja amat sederhana atau kompleks, bersifat umum atau khusus, luas atau sempit, kabur atau jelas,
longgar atau terperinci, bersifat kualitatif atau kuantitaif, publik atau privat. Kebijakan dalam maknanya seperti ini mungkin berupa suatu deklarasi mengenai
suatu dasar pedoman bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu program mengenai aktivitas-aktivitas tertentu, atau suatu rencana United Nations, 1975.
Kebijakan pada hakikatnya terdiri atas tindakan-tindakan yang saling terkait dan berpola, mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh pejabat-pejabat
pemerintah, dan bukan keputusan-keputusan yang berdiri sendiri. Car Friedrich menyatakan bahwa kebijakan itu ialah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan
4
Willy D.S. Voll, “Dasar-Dasar Ilmu Hukum Administrasi Negara”, Jakarta: Sinar Grafika, 2014, hlm. 140.
yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari
peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.
5
2.3 Pengertian Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Menurut Pasal 1 angka 24 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman pengertian Masyarakat Berpenghasilan
Rendah yang selanjutnya disebut MBR adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk
memperoleh rumah.
2.4 Pengertian Rumah
Rumah adalah salah satu bangunan yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi tempat tinggal manusia maupun hewan,
namun untuk istilah tempat tinggal yang khusus bagi hewan adalah sangkar, sarang, atau kandang. Dalam arti khusus, rumah mengacu pada konsep-konsep
sosial-kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan tempat tinggal, seperti keluarga, hidup, makan, tidur, beraktivitas, dan lain-lain.
6
Berdasarkan Ketentuan Umum Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman disebutkan bahwa:
5
Solichin Abdul Wahab, “Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Penyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan Publik”, Bumi Aksara: Jakarta, 2014, hlm. 9.
6
http:id.wikipedia.orgwikiRumah diakses pada tanggal 7 Oktober 2015 pukul 23.52 WIB