c. Bantuan yang berupa pemberian pinjaman Kredit Usaha Rakyat
KUR.
3. Dimensi Pemberdayaan Masyarakat
Kieffer 1981 dalam Suharto, 2010:63 bahwa pemberdayaan mencakup tiga dimensi yang meliputi kompetensi kerakyatan, kompetensi
sosiopolitik, dan kompetensi partisipatif. Parsons et.al. 1994:106 dalam Suharto, 2010:63 juga mengajukan tiga
dimensi pemberdayaan yang merujuk pada: a.
Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan
sosial yang lebih besar. b.
Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri, berguna dan mampu mengendalikan diri dan orang lain.
c. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai
dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut
untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang masih menekan.
4. Strategi Pemberdayaan
Keberhasilan pemberdayaan tidak sekedar menekankan pada hasil, tetapi juga pada prosesnya melalui tingkat partisipasi yang tinggi, yang
berbasis pada kebutuhan dan potensi masyarakat. Untuk meraih keberhasilan itu, agen pemberdayaan dapat melakukan pendekatan bottom-up, dengan
cara menggali potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat. Dalam melaksanakan pemberdayaan perlu dilakukan melalui berbagai
pendekatan. Penerapan pendekatan pemberdayaan dapat dilakukan melalui
5P yaitu: pemungkinan, penguatan, perlindungan, penyokongan, dan pemeliharaan, dengan penjelasan sebagai berikut.
a. Pemungkiman; menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari sekarat-sekarat kultural dan
struktur yang menghambat. b.
Penguatan; memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuhkembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang
menunjang kemandirian mereka. c.
Perlindungan; melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya
persaingan yang tidak seimbang apalagi tidak sehat antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat
terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan kepada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak
menguntungkan rakyat kecil. d.
Penyokongan; memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu menjalankan perannya dan tugas-tugas kehidupannya.
Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak
terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.
e. Pemeliharaan; memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan
keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha Suharto, 2005 dalam Anwas, 2013:88.
Dalam konteks pekerjaan sosial pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan empowerment setting: mikro,
mezzo dan makro. a.
Aras mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention.
Tujuan utamanya adlaah membimbing atua melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut
sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas task centered approach.
b. Aras mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok,
biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
c. Aras Mikro. Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar
large-system-strategy, karena sasaran perubahan diarahkan pada
sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat,
manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki
kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak
Suharto, 2010:66-67.
5. Kemandirian dan Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan