5.3. Hubungan Jenis Kelamin dengan Karies Gigi
Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square pada X
2
=4,06 diperoleh nilai p=0,255 yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan timbulnya karies gigi.
Penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Tarigan 1995 yang menyatakan prevalensi karies gigi sulung anak perempuan sedikit lebih tinggi
dibandingkan anak laki-laki. Erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding anak laki-laki sehingga gigi anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan faktor
risiko terjadinya karies. Dikatakan tidak sejalan karena jenis kelamin merupakan faktor luar yang
hanya mempengaruhi sebagian kecil timbulnya karies, sementara dilihat dari faktor utama yaitu dari segi makanan, anak laki-laki dan perempuan di SD ini memiliki
tingkat konsumsi yang sama-sama tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahadi 2009 disimpulkan bahwa
variabel jenis kelamin tidak terbukti mempunyai hubungan dengan kejadian karies
gigi pada anak SMP .
Hal ini menunjukkan penelitiannya sejalan dengan penelitian di SD muhammadyah 08 Medan.
5.4. Hubungan Pemeliharaan Kesehatan gigi dengan Karies Gigi
Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square pada X
2
=40,87 diperoleh nilain p=0,000 yang artinya ada hubungan yang bermakna antara pemeliharaan kesehatan gigi dengan timbulnya karies gigi. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian Barus 2008 yang menyatakan ada hubungan pemeliharaan
kesehatan gigi dengan timbulnya karies gigi.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar anak SD Swasta muhammadyah 08 Medan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi termasuk
kedalam kategori sedang yaitu 64 orang 82,10. Hasil wawancara peneliti menunjukkan bahwa sebenarnya sebagian besar anak-anak menyikat giginya setiap
hari namun tidak pada waktu yang seharusnya. Waktu yang paling tepat menyikat gigi adalah beberapa saat setelah makan dan sebelum tidur. Menyikat gigi setelah
makan membantu mengikis sisa makanan dengan segera dan memberi kesempatan kepada pH gigi untuk kembali normal. Menyikat gigi sebelum tidur juga tidak
member kesempatan sisa makanan menjadi sarang bakteri yang menyebabkan karies,
Pratiwi, 2009.
Menurut Machfoedz 2005 kebiasaan makan makanan yang bersifat kariogenik sebenarnya tidak akan menjadi masalah bila sesudah mengonsumsi
makanan tersebut segera dibersihkan paling tidak dengan berkumur-kumur. Pada penelitian di SD ini, peneliti memperoleh data bahwa sebagian besar anak-anak tidak
berkumur-kumur setelah makan makanan yang bersifat kariogenik tersebut. Dari hasil penelitian juga diperoleh 4 responden yang secara umum memiliki kebiasaan
pemeliharaan yang baik namun menderita karies gigi berat, dilihat dari pemeliharaan gigi mereka, keempat responden ini memang menyikat gigi setiap hari namun mereka
tidak berkumur-kumur ketika selesai mengonsumsi makanan kariogenik, selain itu mereka juga hanya kadang-kadang bahkan ada yang tidak pernah menyikat gigi
setelah makan dan sebelum tidur padahal frekuensi makan makanan kariogenik mereka tergolong sedang dan ada yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan gigi ke dokter gigi juga seharusnya dilakukan sebanyak 2 kali dalam setahun. Dari hasil wawancara peneliti melihat sebagian besar anak-anak ini
melakukan pemeriksaan yang rutin namun ternyata itu karena memang petugas kesehatan dari puskesmas datang ke SD tersebut setiap 6 bulan sekali, namun petugas
kesehatan kurang memberikan penyuluhan yang lebih spesifik, serta tidak ada tindak lanjut seperti memberi rujukan bagi penderita karies berat.
Penyuluhan kesehatan gigi juga sangat penting dilakukan di sekolah-sekolah oleh petugas kesehatan maupun pemberdayaan dokter kecil sekolah, khususnya pada
anak sekolah dasar. Penyuluhan dapat dilakukan minimal 2 kali dalam setahun. Pada penyuluhan tersebut sebaiknya pesan-pesan yang disampaikan harus sederhana,
seperti: 1 Hindari kudapan yang manis, lengket, di antara waktu makan. 2 Gosok gigi secara menyeluruh sekurang-kurangnya sekali sehari dengan pasta gigi yang
mengandung fluor. 3 periksakan gigi setiap 6 bulan sekali. Selain itu dapat juga dengan menempelkan poster-poster di lingkungan sekolah. Apabila ditemukan anak
yang menderita karies tingkat berat sebaiknya petugas kesehatan memberi rujukan ke puskesmas.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN