1 6
PASAL 27 KETENTUAN PENGAMBILAN TUNJANGAN.
Semua tunjangan tersebut diatas akan ditransfer bersamaan dengan gaji bulanan.
PASAL 28 PENINJAUAN KEMBALI TERHADAP TUNJANGAN DAN FASILITAS
Apabila di kemudian hari terdapat beberapa keadaan yang sudah tidak sesuai lagi, maka pemberian tunjangan dan fasilitas akan ditinjau kembali oleh pengusaha untuk disesuaikan
dengan kenyataan yang ada.
BAB VIII KESEJAHTERAAN KARYAWAN
PASAL 29 REKREASI
1. Perusahaan memberikan kebijaksanaan bagi karyawan untuk mengadakan rekreasi sebanyak 1 satu kali dalam setahun, yang pengadaannya ditentukan oleh kebijakan
Perusahaan. 2. Kebijaksanaan penggantian dana rekreasi dilakukan dengan memperhatikan
keadaan perusahaan. 3. Kebijaksanaan penggantian dana rekreasi tidak bisa diambil tanpa melakukan
rekreasi. 4. Kebijaksanaan penggantian dana rekreasi diberikan pada tahun berjalan dan tidak
berlaku surut.
PASAL 30 KECELAKAAN KERJA
1. Semua karyawan yang diikut sertakan dalam program Jaminan Sosial tenaga kerja sesuai peraturan perundang
– undangan yang berlaku yang dalam hal ini dikelola oleh PT. Persero Jamsostek.
2. Apabila terjadi kecelakaan kerja, maka perusahaan akan mengurus dengan pihak pengelola asuransi Tenaga Kerja.
3. Biaya perawatan untuk kasus kecelakaan kerja sebelum keluarnya penggantian klaim dari PT. Pesero Jamsostek akan dibayarkan oleh pengusaha, dimana biaya
tersebut akan diperhitungkan dari hasil penggantian klaim dari PT. Pesero Jamsostek.
PASAL 31 PEMBERIAN REKOMENDASI KREDIT PEMILIKAN RUMAH
1. Perusahaan dapat memberikan rekomendasi kepada karyawan untuk mengurus
Kredit Pemilikan Rumah melalui Bank atau Badan Usaha lainnya. 2.
Perusahaan berhak untuk tidak memberikan rekomendasi jika ternyata karyawan tersebut tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam hal Kredit Pemilikan
Rumah ataupun karyawan tersebut tidak memiliki disiplin kerja.
1 7
BAB IX PENYELESAIAN PERSELISIHAN DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
PASAL 32 PROSEDUR PENGADUAN KELUH KESAH
1. Bila seorang karyawan menganggap perlakuan atas dirinya bertentangan dengan
Perjanjian Kerja atau berlawanan dengan keadilan, maka yang bersangkutan dapat mengajukan hal tersebut kepada atasannya langsung.
2. Bila dalam waktu 6 enam hari kerja belum dapat diselesaikan, maka keluhannya
dapat diteruskan kejenjang kedua yang dilakukan oleh Pejabat Perusahaan yang pangkatnya lebih tinggi dari yang menyelesaikan pada jenjang pertama
3. Bila dalam waktu 6 enam hari kerja belum dapat diselesaikan ataupun
penyelesaiannya dirasakan kurang adil, maka karyawan yang bersangkutan dapat meneruskan keluhannya ke jenjang ke tiga yang akan diselesaikan oleh Manager HRD
beserta Pimpinan Perusahaan.
4. Jika pada jenjang ketiga ini dalam waktu 14 empat belas hari kerja ternyata juga tidak
mendapatkan penyelesaian, maka salah satu pihak dapat mengajukan persoalan tersebut kepada pihak ketiga, yaitu Kantor Instansi yang bertanggung jawab dibidang
ketenaga kerjaan Propinsi atau kabupaten.
5. Pengusaha akan berusaha semaksimal mungkin agar Pemutusan Hubungan kerja
dapat dihindari . 6.
Pemutusan Hubungan Kerja akan diupayakan terlebih dahulu secara bipartit. 7.
Jika proses tersebut di atas tidak dapat terselesaikan oleh kedua belah pihak pihak perusahaan dan pihak karyawan , maka penyelesaian dilakukan dengan tripartit yang
mellibatkan kantor Dinas Tenaga Kerja Setempat atau sesuai peraturan perundang –
undangan yang berlaku. 8.
Tidak menutup kemungkinan dilakukan kesepakatan oleh kedua belah pihak selama proses yang tersebut di ayat di atas.
PASAL 33 PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
1. Perusahaan dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja dengan alasan mendesak yang dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku bagi karyawan yang melakukan
perbuatan – perbuatan dibawah ini sbb :
Penipuan ,Pencurian dan Pengelapan barang uang milik pengusaha atau milik
teman sekerja atau milik tuan teman pengusaha.
Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan Perusahaan atau kepentingan Negara.
Meminum minuman keras yang memabokan, madat, memakai obat bius atau
menyalah gunakan obat-obat terlarang, atau obat-obatan perangsang lainnya di tempat kerja yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan.
Melakukan perbuatan asusila atau melakukan perjudian di tempat kerja.
Melakukan tindak kejahatan misalnya menyerang mengintimidasi atau menipu
pengusaha atau teman sekerja dan memperdagangkan barang terlarang baik dalam lingkungan perusahaan maupun diluar lingkungan perusahaan.
Menganiaya mengancam secara phisik atau mental, menghina secara kasar
pengusaha atau keluarga pengusaha atau teman sekerja.
Membujuk pengusaha atau teman sekerja untuk melakukan sesuatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum serta peraturan perundangan yang berlaku.
1 8
Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya
barang milik pengusaha.
Dengan ceroboh atau sengaja merugikan atau membiarkan diri teman sekerjanya dalam keadaan bahaya.
Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan atau mencemarkan nama
baik pengusaha dan atau keluarga pengusaha yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan Negara.
Menyalah gunakan wewenang yang diberikan perusahaan yang mengakibatkan kerugian bagi Perusahaan.
Melakukan tindakan lain dalam lingkungan perusahaan yang diancam pidana 5 tahun atau lebih.
2. Berpedoman pada Undang
– Undang No. 13 tahun 2003, terhadap karyawan yang melakukan pelanggaran-pelanggaran seperti tersebut dibawah ini . Perusahaan akan
melakukan Pemutusan Hubungan Kerja setelah melalui penerbitan surat peringatan I, II dan III, tetapi tetap tidak mengindahkan :
Menolak perintah yang layak dari atasnya , termasuk hal promosi mutasi dan sering absen.
Tidak Masuk kerja tanpa alasan yang sah dan tanpa pemberitahuan kepada atasan ataupun pimpinan perusahaan selama 8 delapan hari kerja tidak perlu berturut
– turut dalam sebulan, Sebab hal tersebut telah mengganggu dan menghambat
kelancaran jalannya perusahaan. Dengan sengaja atau karena lalai mengakibatkan dirinya dalam keadaan demikian
sehingga ia tidak dapat menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya . Tidak cakap, tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan pekerjaan walaupun
sudah dicoba dibidang tugas yang ada. 3.
Dalam hal – hal mengenai pelanggaran Tata tertib diatas, Perusahaan mempunyai hak
untuk melakukan pemberhentian sementara schorsing sebelum dilakukannya pemutusan Hubungan Kerja, selama dalam schorsing upah dibayar sebesar 100 .
4. Dalam hal hubungan kerja berakhir karena karyawan meninggal dunia, maka sesuai
dengan ketentuan UU No.13 tahun 2003, pengusaha wajib memberikan uang pesangon sebesar 2 dua kali pasal 156 ayat 2, uang penghargaan masa kerja
sebesar 1 satu kali pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak sesuai pasal 156 ayat 4 kepada ahli warisnya.
5. Apabila
karyawan telah
memasuki usia
pensiun normal
atau karena
pertimbangankebijakan perusahaan yang menetapkan karyawan pensiun dipercepat, maka pengusaha wajib memberikan kepada karyawan uang pesangon sebesar 2 dua
kali pasal 156 ayat 2, uang penghargaan masa kerja sebesar 1 satu kali pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak sesuai pasal 156 ayat 4.
6. Pembayaran pajak penghasilan PPH 21 sebagai kompensasi PHK ini menjadi
tanggungan karyawan. 7.
Pemutusan hubungan kerja dengan karyawan dilakukan dengan memperhatikan masa peralihan dan serta terima jabatan dan melalui prosedur UU. No. 13 tahun 2003 dan
atau Keputusan Peraturan Perubahannya yang berlaku.
PASAL 34
1 9
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA ATAS KEHENDAK KARYAWAN SENDIRI
1. Dengan memperhatikan masalah peralihan pekerja dan lain-lain, bagi karyawan yang
ingin mengundurkan diri dari Perusahaan, harus memberitahukan terlebih dahulu secara tertulis kepada atasan langsung dengan tembusan kepada Manager HRD, paling
lambat 30 tiga puluh hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri.
2. Karyawan yang mengajukan pengunduran diri, diwajibkan melakukan pekerjaan
sebagimana biasa sampai hari terakhir sesuai dengan isi surat pemberitahuannya. 3.
Apabila karyawan yang mengundurkan diri telah menempuh prosedur diatas, Pengusaha berkewajiban memberikan Surat Keterangan Bekerja kepada karyawan
yang bersangkutan. 4.
Pengusaha tidak berkewajiban memberi uang pesangon bagi karyawan yang mengundurkan diri, namun perusahaan memberikan uang penggantian hak dan uang
pisah, besarnya uang pisah bagi karyawan yang mempunyai masa kerja 3 Tiga tahun atau lebih yang besarnya sebagai berikut :
Masa kerja 3 tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6 tahun 1,5 bulan upah
Masa kerja 6 tahun atau lebih, tetapi kurang dari 9 tahun 2 bulan upah
Masa kerja 9 tahun atau lebih 2,5 bulan upah
5. Dalam hal karyawan tidak masuk kerja dalam waktu sedikit-dikitnya 5 lima hari kerja
berturut-turut tanpa keterangan secara tertulis dengan bukti yang sah dan telah dipanggil 2 kali secara patut dan tertulis, sehingga di PHK karena dikualifikasikan
mengundurkan diri pasal 168 UU No.132003 tentang Ketenagakerjaan, mendapatkan uang penggantian hak dan uang pisah yang besarnya sebagai berikut :
Masa kerja 3 tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6 tahun 0,5 bulan upah
Masa kerja 6 tahun atau lebih, tetapi kurang dari 9 tahun 0,75 bulan upah
Masa kerja 9 tahun atau lebih 1 bulan upah
PASAL 35 PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KARENA KONDISI OPERASIONAL PERUSAHAAN
1. Apabila Pemutusan Hubungan Kerja terpaksa dilakukan karena dikuranginya atau diberhentikannya kegiatan operasional Perusahaan atau berhubungan dengan kondisi
Perusahaan tertentu, maka Perusahaan berwajiban memberi uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak berpedoman peraturan perundang-
undangan yang berlaku yaitu UU No. 13 tahun 2003.
2. Jika pada saat terjadi musibah yang melanda perusahaan seperti kebakaran atau musibah lainnya macam bencana alam lainnya yang mengakibatkan perusahaan tidak
dapat beroperasi lagi dalam waktu selambat-lambatnya 6 bulan, maka perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja kepada karyawan dengan kompensasi yaitu
pesangon sebesar 1 X pasal 156 ayat 2, uang penghargaan masa kerja sebesar 1 X pasal 156 ayat 3 dan uang penggantian hak sebesar pasal 156 ayat 4.
3. Pembayaran pajak penghasilan PPH 21 sebagai kompensasi PHK ini menjadi tanggungan karyawan.
2
PASAL 36 UANG PESANGON , UANG PENGHARGAAN MASA KERJA DAN UANG
PENGGANTIAN HAK
Ketetapan pemberian uang pesangon dan Uang Penghargaan masa Kerja dan uang penggantian hak Berpedoman pada ketentuan Undang
– Undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan adalah sebagai berikut :
1. Besarnya uang pesangon ditetapkan sekurang-kurangnya sebagai berikut : Masa kerja kurang dari 1 tahun
1 bulan upah Masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang adari 2 tahun
2 bulan upah Masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun
3 bulan upah Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun
4 bulan upah Masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun
5 bulan upah Masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun
6 bulan upah Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 tahun
7 bulan upah Masa kerja 7 tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 tahun
8 bulan upah Masa kerja 8 tahun atau
9 bulan upah 2. Besarnya uang jasa ditetapkan sebagai berikut :
Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang 6 tahun 2 bulan upah
Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang 9 tahun 3 bulan upah
Masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang 12 tahun 4 bulan upah
Masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang 15 tahun 5 bulan upah
Masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang 18 tahun 6 bulan upah
Masa kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang 21 tahun 7 bulan upah
Masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang 24 tahun 8 bulan upah
Masa kerja 24 tahun atau lebih 10 bulan upah
8. Besarnya uang penggantian hak sesuai dengan Undang – undang no. 13 tahun 2003
9. Pajak Penghasilan atas uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan atau kerugian menjadi tangungan karyawan Penerima uang pesangon dan atau
uang penghargaan masa kerja dan atau ganti kerugian .
PASAL 37 PENGGANTIAN CUTI DALAM HAL PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
1. Pengusaha akan membayar sisa cuti tahunan dan cuti panjang yang belum diambil
kecuali cutinya telah gugur karena tidak diambil sesuai dalam pasal 9 10 BAB V. 2.
Pengantian hak cuti panjang harus disertai dengan surat penundaan pengambilan cuti panjang sebagaimana telah dijelaskan dalam pasal mengenai hak cuti panjang.
3. Dalam hal Pemutusan Hubungan Kerja oleh Pengusaha, seorang karyawan berhak atas
cuti tahunan apabila telah bekerja minimal 6 enam bulan terhitung dari saat ia berhak atas cuti tahun yang terakhir.
4 Pembayaran pajak penghasilan PPH 21 sebagai kompensasi PHK ini menjadi
tangungan karyawan.
PASAL 38
2 1
KARYAWAN YANG TELAH BERHENTI BEKERJA
Karyawan yang telah diberhentikan dari Perusahaan atau telah mengundurkan diri atas kemauan sendiri tidak dapat diterima kembali untuk bekerja kecuali atas persetujuan Direksi.
BAB X PENDIDIKAN DAN LATIHAN