53
bahasa yaitu meliputi penjelasan aspek – aspek seperti jenis karya,unsur –
unsur,struktur,tema dan efek – efeknya.
Analisis
Analisis merupakan penguraian karya sastra atas bagian – bagian atau norma
– normanya. Secara lebih khusus, analisis karya sastra dibedakan menjadi analisis fiksi dan anlisis puisi. Analisis fiksi meliputi analisis terhadap semua
elemen pembangun fiksi itu, yang mencakup fakta cerita, sarana cerita, dan tema. Fakta cerita meliputi plot, tokoh, dan latar. Sarana cerita meliputi hal
– hal yang dimanfaatkan oleh pengarang dalam memilih dan menata detil
– detil cerita sehingga tercipta pola yang bermakna, seperti unsur judul,sudut
pandang, gaya dan nada,dan sebagainya. Penafsiran dan analisis memungkinkan pembaca untuk memberikan penilaian
kepada karya sastra secara tepat sesuai dengan hakikatnya. Hakikat karya sastra adalah karya imajinatif yang bermediakan bahasa dan mempunyai unsur
estetik yang dominan.
Penilaian
Penilaian adalah usaha menentukan kadar keberhasilan atau keindahan suatu karya sastra. Dengan adanya penilaian dimungkinkan untuk membuat
pemilihan antar karya sastra yang baik dan yang jelek, yang berhasil dan yang gagl, yang bermutu tinggi,rendah, dan sedang. Jika penilaian dapat dilakukan
sebaik – baiknya, penghargaan kepada sebuah karya sastrapun dapat
dilakukan secara wajar dan sepantasnya. Untuk itu diperlukan suatu kriteria, yakni kriteria keindahan atau keberhasilab suatu karya sastra.
6. Cara mengapresiasi karya sastra
Sebelum kita melakukan apresiasi kita harus memilih karya sastra seperti drama, film dll. Kesukaan ini akan melangkah pada upaya seorang untuk
mengetahuai lebih dalam karya yang dipilih. Karya sastra dapat di gemari dan
54
di sukai karya tersebut dapat memberi kesan tersendiri yang menimbulkan empati bagi penggemar. Proses penciptaan karya sastra meliputi :
a. Upaya mengexplorasi jiwa pengarang yang mewujudkan ke dalam bentuk bahasa yang akan di jumpai kepada orang lain.
b. Upaya menjadikan sastra media komunikasi antara pengarang dan peminta sastra.
c. Upaya menjadikan sastra sebagai alat penghibur dalam arti merupakan alat pemuas hati peminat sastra.
d. Upaya menjadikan isi sastra merupakan sau bentuk expresi yang mendalam dari pengarang terhadap unsur-unsur kehidupan.
7 Langkah-langkah mengapresiasi sastra secara umum yaitu:
1. menginterprestasi atau melakukan penafsiran terhadap kerya sastra
berdasarkan sifat-sifat karya tersebut. 2. Menganalisi atau mengurangi unsur-unsur karya sastra ter sebu, baik unsur
intrinsik maupun ekstrinsik. 3. Menikmati atau merasakan karya satra berdasarkat pemahaman untuk
mendapatkan pernyataan. 4. Mengevaluasi atau menila karya satra dalam rangka mengukur kualiatas
karya tersebut. 5. Memberikan penghargaan kepada karya satra berdasarkan tingkat kualitas
Contoh Apresiasi Prosa BUNDA sinopsis
Gio tinggal bersama ayah dan tante Marcia yang tidak disukainya. Gio tidak pernah menganggap tante Marcia itu ada, dan selama setahun lebih tinggal
bersama Gio tidak pernah memanggil tante Marcia dengan sebutan “Ibu atau
Bunda”. Padahal tante Marcia sangat sayang, sabar, lemah lembut, dan selalu bersikap baik kepada Gio dan ayahnya. Tante Marcia tidak pernah membalas
perilaku Gio tersebut, malah selalu memberikan senyuman manis untuk Gio.
55
Sampai pada akhirnya Gio kecelakaan dan pingsan akibat tidak berhati-hati dalam mengendarai sepeda motor. Tante Marcia dan Desty yang setia menunggui Gio.
Setelah Gio siuman, Desty mencoba untuk menasehati dan memberi pengertian kepada Gio agar Gio segera sadar atas sikapnya selama ini terhadap tante Marcia
dan bersedia meminta maaf. Setelah Desty mencoba berulang kali untuk meyakinkan Gio, akhirnya Gio sadar menyadari sikap buruknya selama ini, dan
bersedia meminta maaf, serta bersedia memanggil tante Marcia denga sebutan “Bunda”.
a.Tema
Merupakan sikap atau pandangan terhadap masalah. Pengarang yang sedang menulis cerita pasti akan menuangkan gagasannya. Tanpa gagasan pasti dia tidak
bisa menulis cerita. Gagasan yang mendasari cerita yang dibuatnya itulah yang disebut tema dan berupa pokok pembahasan. Tema terdiri dari dua macam, yaitu
tema mayor dan tema minor. Tema mayor adalah tema yang dominan dalam cerita, sedangkan tema minor adalah tema tambahan untuk melukiskan tema
mayor. Tema mayor melekat pada tokoh utama, sedangkan tema minor melekat pada tokoh tambahan. Menurut Mursal Esten 1984:92 dalam melukiskan tema
mayor suatu cerita ada beberapa cara yaitu melihat persoalan yang paling banyak membutuhkan waktu penceritaan, melihat persoalan yang paling banyak
menimbulkan konflik.
1 Tema Mayor
pada cerpen “Bunda”, yaitu: kesabaran seorang ibu tiri untuk menghadapi sikap buruk anak tirinya. Hal ini dapatdilihat pada cuplikan cerpen
berikut: Tante Marcia yang berada disamping ayah terlihat cemas, seakan-akan beliau
tidak ingin terjadi pertengkaran antar aku dan ayah hanya karena sikapku terhadapnya
Kemudian pada cuplikan lain ditegaskan kembali, yaitu: Selama ini pintu hatiku tak pernah terbuka untuk tante Marcia, orang yang selalu
berusaha memperhatikanku walaupun aku tak pernah menghiraukannya. Sampai-
56
sampai tak pernah kurasakan kebaikan darinya, padahal di setiap waktu beliau selalu mempersembahkan semua kebaikan tulusnya kepadaku.
Persoalannya terletak pada tante Marcia ibu tiri yang dinikahi oleh duda beranak satu, anaknya tersebut bernama Gio, setahun yang lalu Gio ditinggal wafat oleh
ibu kandungnya, Gio merasa kehilangan dan sedih, dia tidak suka dengan tante Marcia, padahal tante Marcia adalah sosok wanita yang baik dan penyayang, tidak
tahu mengapa Gio sangat membencinya. Terlihat pada penyataan Gio berikut: Sebenarnya tante Marcia sangat baik kepadaku dan ayahku. Tapi tidak tahu setan
apa yang merasuki hatiku sehingga aku begitu membencinya. Maka dari itu Gio selalu bersikap buruk kepada tante Marcia, berkata kasar, tidak
memperhatikan pada saat diajak berbicara, tetapi tante Marcia tetap bersabar dan memberikan senyum khasnya kepada Gio. Terlihat pada dialog yang dilakukan
oleh Gio dan tante Marcia berikut: Tante Marcia tersenyum manis. “Buku kamu sudah tante letakkan di rak bukumu,”
ujarnya lirih “Kalau pulang jangan larut malam,” tutur tante Marcia
“Suka-suka aku mau pulang kapan.”
2. Tema minor