Analisis Pengaruh Program Dinas Koperasi Dan UKM Terhadap Perkembangan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (KUMKM) Di Propinsi Sumatera Utara

(1)

ANALISIS PENGARUH PROGRAM DINAS KOPERASI DAN UKM TERHADAP PERKEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO,

KECIL DAN MENENGAH (KUMKM) DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

BONAR SIRAIT 067019082/IM

S E K O L A H P A S C A S A R J A N A UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2 0 0 9


(2)

ANALISIS PENGARUH PROGRAM DINAS KOPERASI DAN UKM TERHADAP PERKEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO,

KECIL DAN MENENGAH (KUMKM) DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

BONAR SIRAIT 067019082/IM

S E K O L A H P A S C A S A R J A N A UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2 0 0 9


(3)

ABSTRAK

Sektor Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM) merupakan sektor usaha yang telah terbukti berperan penting dalam mengatasi akibat dan dampak dari krisis ekonomi. Dalam melaksanakan peran dan merealisasikan potensinya yang besar tersebut, KUMKM masih menghadapi berbagai permasalahan. Pemerintah telah melaksanakan Program Pemberdayaan KUMKM. Namun demikian, meskipun pemerintah telah berupaya keras untuk melaksanakan suatu program pemberdayaan KUMKM, pelaku KUMKM masih belum dapat mengatasi berbagai hambatan dalam perkembangan usahanya. Untuk itu di perlukan suatu evaluasi program sehingga dapat diketahui sejauh mana program tersebut bermanfaat bagi pelaku KUMKM dalam pengembangan usaha. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : bagaimana pengaruh program Dinas Koperasi dan UKM Propinsi Sumatera Utara (Penciptaan Iklim Usaha KUMKM, Pengembangan Sistim Pendukung Usaha KUMKM), Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif, Pemberdayaan Usaha Skala Mikro, dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi) terhadap perkembangan KUMKM di Propinsi Sumatera Utara? dan bagaimana pengaruh pertumbuhan wirausaha baru dan koperasi terhadap pengangguran?

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen strategi, pengertian koperasi, tujuan koperasi, pengertian UMKM, konsep kewirausahaan dan manajemen koperasi.

Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan survei dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan bersifat eksplanatory. Metode pengambilan sampel

menggunakan proportionate stratified random sampling (penarikan sampel

proporsional acak berstruktur) dengan sampel sebanyak 512 responden. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda, dengan uji secara simultan (Uji F) dan secara parsial (Uji t) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05).

Hasil analisis hipotesis pertama menunjukkan bahwa: Penciptaan Iklim Usaha KUMKM, Pengembangan Sistim Pendukung Usaha KUMKM, Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif, Pemberdayaan Usaha Skala Mikro dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan KUMKM di Propinsi Sumatera Utara dengan tingkat

signifikansi 0,000. Koefisien determinasi (R2 sebesar 62,60% dan sisanya 37,40%

dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini. Hasil uji t (secara parsial) yaitu: Penciptaan Iklim Usaha KUMKM, Pengembangan Sistim Pendukung Usaha KUMKM, Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif, Pemberdayaan Usaha Skala Mikro dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan KUMKM. Hasil analisis hipotesis kedua menunjukkan bahwa pertumbuhan wirausaha baru dan jumlah koperasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap


(4)

51% dan sisanya 49% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini. Hasil uji t (secara parsial) yaitu pertumbuhan wirausaha baru dan jumlah koperasi berpengaruh secara signifikan terhadap pengangguran di Propinsi Sumatera Utara.

Kesimpulan dari penelitian adalah: 1). Pengujuian hipotesis pertama, diperoleh bahwa Penciptaan Iklim Usaha bagi KUMKM, Pengembangan Sistim Pendukung Usaha KUMKM, Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif, Pemberdayaan Usaha Skala Mikro, dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi berpengaruh signifikan terhadap perkembangan KUMKM

dengan nilai Fhitumg = 169,310 dan Ftabel = 5,79. 2). Pengujuian hipotesis kedua,

diperoleh bahwa pertumbuhan wirausaha baru dan jumlah koperasi berpengaruh

signifikan terhadap pengangguran dengan nilai Fhitumg = 11,453 dan Ftabel = 5,79.


(5)

ABSTRACT

Co-Operation Sector, Micro Effort, Minimize and Middle (KUMKM) represent the effort sector which have been proven by the playing important role in overcoming effect of and affect from economic crisis. In executing role and realize its potency is the big, KUMKM still face various problems. Governmental have executed the Program of Enableness KUMKM. But that way, governmental though have coped to ossify to execute an program of enableness KUMKM, perpetrator KUMKM still not yet earned to overcome various resistance in its effort growth. For that in needing an evaluation program knowable so that how far the program be of benefit to perpetrator KUMKM in development ofis effort. internal issue Formula this research is : how influence program On duty Co-Operation and UKM of North Sumatra Province (Climate Creation ofis Effort KUMKM, Development of Supporter Systems ofis Effort KUMKM), Development of Enterpreneurship and Excellence Kompetitif, Enableness ofis Effort Micro Scale, and Make-Up Of Quality of Co-Operation Institute to growth KUMKM in North Sumatra Province? and how new growth enterpreneurship influence and co-operation to unemployment?

Theory used in this research is strategy management, co-operation congeniality, co-operation target, congeniality UMKM, conception the enterpreneurship and co-operation management.

this Research Method use the approach survey with the quantitative descriptive research type and have the character of the eksplanatory. method of Intake sampel use the proportionate stratified random sampling (random withdrawal sampel proporsional have structure) by sampel as much 512 responder. Hypothesis examination use the doubled linear analysis regresi, with the test by simultan (Test F) and by parsial (Test t) what aim to to know the independent variable influence to variable dependen of at belief storey level 95% ( = 0,05)

Result of first hypothesis analysis indicate that the: Climate Creation ofis Effort KUMKM, Development of Supporter Systems ofis Effort KUMKM, Development of Enterpreneurship and Excellence Kompetitif, Enableness ofis Effort Micro Scale and Make-Up Of Quality of Co-Operation Institute have the influence which significant to growth KUMKM in Province of North Sumatra with the storey level significantsi 0,000. coefficient Determinasi (R2 of equal to 62,60% and the rest 37,40% explained by other dissimilar factor is which do not join in this research. Result of test t (by parsial) that is: Climate Creation ofis Effort KUMKM, Development of Supporter Systems ofis Effort KUMKM, Development of Enterpreneurship and Excellence Kompetitif, Enableness ofis Effort Micro Scale and Make-Up Of Quality of Co-Operation Institute have an effect on by significant to growth KUMKM. Result of second hypothesis analysis indicate that the new growth enterpreneurship and sum up the co-operation have the influence which significant to

pengangguaran with the storey level significantsi 0,000. coefficient Determinasi (R2)


(6)

and sum up the co-operation have an effect on by significant to unemployment in North Sumatra Province.

Conclusion from research is: 1). first Examination Hypothesis, obtained by that Climate Creation ofis Effort for KUMKM, Development of Supporter Systems ofis Effort KUMKM, Development of Enterpreneurship and Excellence Kompetitif, Enableness ofis Effort Micro Scale, and Make-Up Of Quality of Co-Operation Institute have an effect on the significant to growth KUMKM with the value Fhitug = 169,310 and Ftabel = 5,79.2). second Examination Hypothesis, obtained by that new growth enterpreneurship and sum up the co-operation have an effect on the significant to unemployment with the value Fhitumg = 11,453 and Ftabel = 5,79.

Keyword : Program The, Co-Operation, Growth, New Enterpreneurship, Unemployment.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR ... v

RIWAYAT HIDUP... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 6

I.3 Tujuan Penelitian ... 7

I.4 Manfaat Penelitian ... 7

I.5 Kerangka Berpikir/Landasan Teori... 8

I.6 Hipotesis... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 16

II.1 Penelitian Terdahulu ... 16

II.2 Pengertian dan Tujuan Koperasi ... 20

II.3 Pengertian UMKM... 26

II.4 Konsep Kewirausahaan... 28

II.5 Manajemen Koperasi ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

III.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 33

III.2 Metode Penelitian... 33

III.3 Populasi dan Sampel ... 34

III.4 Metode Pengumpulan Data ... 37

III.5 Jenis dan Sumber Data ... 37

III.6 Hipotesis Pertama... 37

III.7 Hipotesis Kedua ... 44

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 48

IV.1 Hasil Penelitian ... 48


(8)

IV.1.2 Visi dan Misi Dinas Koperasi dan UKM

Provinsi Sumatera Utara ... 49

IV.1.3 Strukur Organisasi Dinas Koperasi dan UKM Sumatera Utara ... 49

IV.1.4 Karakteristik Responden ... 52

IV.1.5 Penjelasan Responden Atas Variabel Penelitian... 54

IV.2 Pembahasan ... 61

IV.2.1 Hasil Pengujian Hipotesis Pertama ... 61

IV.2.2 Hasil Pengujian Hipotesis Kedua... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

V.1 Kesimpulan ... 83

V.2 Saran ... 84


(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

I.1 Pertumbuhan Koperasi di Provinsi Sumatera Utara... 3

I.2 Pertumbuhan UKM dan Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006-2008 ... 3

III.1 Data Koperasi Aktif Berdasarkan Kabupaten/Kota Se-Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007... 35

III.2 Jumlah Responden Data Koperasi Berdasarkan Kabupaten/Kota Se-Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007... 36

III.3 Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama... 40

III.4 Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua ... 45

IV.1 Komposisi Pegawai Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Utara 50 IV.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52

IV.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 52

IV.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 53

IV.5 Penjelasan Responden atas Penciptaan Iklim Usaha KUMKM... 54

IV.6 Penjelasan Responden atas Sistem Pendukung Usaha KUMKM ... 56

IV.7 Penjelasan Responden atas Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif... 57

IV.8 Penjelasan Responden atas Pemberdayaan Usaha Skala Mikro ... 58

IV.9 Penjelasan Responden atas Kualitas Kelembagaan Koperasi... 59

IV.10 Penjelasan Responden atas Perkembangan KUMKM ... 60

IV.11 Hasil Regresi Linier Berganda ... 61

IV.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 62

IV.13 Hasil Uji Secara Simultan ... 64

IV.14 Hasil Uji Parsial ... 65


(10)

IV.16 Hasil Uji Koefisien Determinasi Hipotesis Kedua ... 78 IV.17 Hasil Uji Secara Simultan Hipotesis Kedua ... 79 IV.18 Hasil Uji Parsial Hipotesis Kedua... 80


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

I.1 Kerangka Berpikir ... 14

IV.1 Struktur Organisasi Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

I Indikator Pembangunan Ekonomi Sumatera Utara ... 89

II Perkembangan UKM Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006 – 2008 ... 91

III Hasil Regresi Linier Berganda Hipotesis 1 ... 92

IV Pertumbuhan Wirausaha Baru, Jumlah Koperasi dan Persentase

Pengangguran di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006-2007 ... 97


(13)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sektor Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM) merupakan sektor usaha yang telah terbukti berperan penting dalam mengatasi akibat dan dampak dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia, dan memberikan kontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi selama masa krisis. Kedudukan yang strategis sektor KUMKM tersebut karena mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan usaha besar antara lain mampu menyerap tenaga kerja dan menggunakan sumberdaya lokal, serta usahanya relatif bersifat fleksibel.

Selain itu KUMKM memiliki potensi besar dengan keunggulan dalam bidang yang memanfaatkan sumberdaya alam dan padat karya, seperti: pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, perdagangan dan restoran. Oleh karena itu pemberdayaan KUMKM menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan perekonomian masyarakat, dan sekaligus dapat menjadi tumpuan dalam meningkatkan kesejahteraannya. Eksistensi dan peran KUMKM dalam tata perekonomian nasional Indonesia sudah tidak diragukan lagi. Terlebih saat terjadinya krisis multidimensi pada tahun 1998 hingga 2000, sektor ini mampu menunjukkan ketangguhannya untuk bertahan dan tetap eksis dalam perekonomian nasional yang sedang sakit. Tentu tidak berlebihan kemudian bila banyak sorotan positif yang ditujukan kepada sektor tersebut, sebagai sektor yang


(14)

tahan terhadap krisis dan mampu memberikan kontribusi pada perguliran perekonomian nasional.

Seiring dengan itu, keberadaan KUMKM terus tumbuh dan berkembang dengan baik serta tersebar di seluruh tanah air telah mampu memberikan kontribusi penyerapan tenaga kerja cukup besar dan kontribusi terhadap peningkatan ekspor, serta dalam pembentukan PDB Nasional.

Sebagai gambaran secara umum strategi pemerintah negara lain untuk memajukan sektor koperasi, usaha kecil dan menengah, seperti China, Malaysia dan Taiwan, dimana Koperasi dan UKM tidak hanya menangani usaha lokal tetapi juga sudah berskala internasional. Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam memberdayakan koperasi dinegaranya. Seperti Negara China, pemerintahnya mendatangi secara langsung pengusaha kecil yang memiliki potensi yang kuat untuk maju, kemudian melakukan dukungan secara serius dari mulai ketersediaan modal, bantuan manajemen dan akses pasar. Pemerintah Taiwan, negara industri maju, yang menyokong pondasi usaha kecil dengan melakukan pertumbuhan ekonomi yang mengandalkan sektor UKM dan Koperasi. Demikian juga dengan Malaysia dimana pemerintahnya secara serius memperhatikan Koperasi dan UKM baik secara regulasi, infrastruktur dan permodalan (Makmun, 2008).

Demikian halnya untuk daerah Provinsi Sumatera Utara tentang pertumbuhan Koperasi dan UKM dapat kita lihat pada Tabel I.1 dan Tabel I.2 dimana keberadaan Koperasi dan UMKM juga mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan pada periode 2005–2008.


(15)

Tabel I.1 Pertumbuhan Koperasi Di Provinsi Sumatera Utara

Tahun No. Uraian Satuan

2005 2006 2007 2008 1. Jumlah Koperasi Unit 8.047 9.030 9.232 9.379

a. Aktif Unit 4.582 5.565 5.761 5.928

b. Tidak Aktif Unit 3.465 3.465 3.471 3.451 2. Anggota Orang 962.524 1.080.103 1.151.016 1.216.847 3. Modal Sendiri Rp.000 899.186.052 1.009.028.215 1.031.600.063 1.082.500.123 4. Modal Luar Rp.000 1.178.673.889 1.233.866.240 1.352.245.227 1.361.252.700 5. Volume Usaha Rp.000 2.443.515.379 2.742.008.684 2.803.347.081 2.913.674.000 6. Jlh Tenaga Kerja Orang 7.695 7.765 7.938 8.025 7. SHU Rp.000 288.777.767 324.054.086 331.303.137 335.307.217 Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Utara, 2008

Tabel I.2 Pertumbuhan UKM dan Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006-2008

Perkembangan UK Perkembangan UM No. Uraian Satuan

2006 2007 2008 2006 2007 2008

1 Jumlah Unit 34.084 36.888 37.384 8.733 9.272 9.803

2 Penyerapan Tenaga Kerja Orang 204.524 221.226 224.366 96.063 101.992 116.701 Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Utara, 2008

Pada Tabel I.2 dapat dilihat pertumbuhan UKM di Provinsi Utara tahun 2006, jumlah UKM sebanyak 34.084 menjadi 36.888 pada tahun 2007 dan meningkat lagi pada tahun 2008 menjadi 37.384 dengan jumlah tenaga kerja mencapai 224.336 jiwa pada tahun 2008. Sedangkan untuk usaha menengah berjumlah 8.733 di tahun 2006, tahun 2007 bertambah menjadi 9.272 dan pada tahun 2008 mencapai 9.803 dengan jumlah tenaga kerja yang diserap pada sektor ini sebanyak 116. 701 pada tahun 2008.

Dalam melaksanakan peran dan merealisasikan potensinya yang besar tersebut, KUMKM masih menghadapi berbagai permasalahan. Salah satu diantranya adalah masih kurang kondisifnya iklim usaha, yang mencakup : 1) aspek legalitas badan usaha dan ketidakjelasan prosedur perijinan dan timbulnya berbagai pungutan


(16)

tidak resmi; 2) praktek bisnis dan persaingan usaha yang tidak sehat; 3) ketidakpastian lokasi usaha; dan 4) lemahnya koordinasi linstas instansi dalam permberdayaan KUKM. Disamping itu otonomi daerah ternyata belum menunjukkan kemajuan yang merata dalam upaya mempercepat tumbuhnya iklim usaha yang kondusif bagi KUMKM. Hal ini misalnya tercermin dari masih terdapat daerah yang memandang KUMKM sebagai sumber pendapatan asli daerah dengan menggunakan pungutan-pungutan baru yang tidak perlu sehingga biaya usaha KUMKM meningkat. Oleh karena itu aspek kelembagaan masih menjadi perhatian yang sungguh-sungguh dalam memperoleh daya jangkau hasil dan manfaat yang semaksimal mungkin mengingat besarnya jumlah, keanekaragaman usaha dan tersebarnya KUMKM.

Permasalahan pokok lainnya adalah rendahnya produktivitas yang berakibat terjadinya kesenjangan yang sangat lebar antar pelaku KUMKM. Perkembangan produktivitas tenaga kerja KUMKM belum menunjukkan perkembangan yang berarti. Hal tersebut sangat terkait dengan: 1) rendahnya kualitas sumber daya manusia KUMKM khususnya dalam bidang manajemen, organisasi, penguasaan teknologi dan pemasaran dan 2) rendahnya kompetensi kewirausahaan KUMKM. Keadaan demikian melemahkan kesiapan bersaing dan daya adaptasi dalam menghadapi pelaksanaan perdagangan sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui oleh masyarakat internasional (Kementerian Negara Koperasi dan UKM).

Berangkat dari kondisi dan persoalan KUMKM sebagaimana tercermin di atas, maka pemerintah khususnya Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah telah melaksanakan Program Pemberdayaan KUMKM yang dilakukan


(17)

secara berkesinambungan, terpadu dan dinamis seiring dengan perubahan yang terjadi. Program pemberdayaan KUMKM tersebut terdiri dari : 1) Penciptaan Iklim Usaha KUMKM, 2) Pengembangan Sistim Pendukung Usaha KUMKM, 3) Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif, 4) Pemberdayaan Usaha Skala Mikro, dan 5) Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi.

Program tersebut dibuat sebagai bagian dari upaya membangun Koperasi dan UMKM dalam rangka menanggulangi kemiskinan, peningkatan kesempatan kerja, investasi, revitalisasi pertanian, perikanan, kehutanan dan pengurangan kesenjangan antar wilayah.

Pembangunan KUMKM melalui Program Pemberdayaan KUMKM, yaitu dengan berbagai kegiatan dalam upaya menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi pelaku KUMKM, mengembangkan SDM KUMKM untuk menumbuhkan wirausaha baru, mengembangkan sistem pendukung usaha dengan kebijakan pengembangan sentra KUMKM, sertifikasi desain produk UMKM, penjaminan kredit, perkuatan permodalan, pemberdayaan usaha skala mikro dan peningkatan kelembagaan koperasi diharapkan dapat membantu pelaku KUMKM dalam pengembangan usaha, sehingga dapat mendorong percepatan pembangunan perekonomian daerah dan terciptanya peluang usaha di sektor riil bagi UMKM dan meningkatnya pertumbuhan wirausaha baru.

Namun demikian, meskipun pemerintah telah berupaya keras untuk melaksanakan suatu program pemberdayaan KUMKM dalam upaya mengentaskan


(18)

belum dapat mengatasi berbagai hambatan dalam perkembangan usahanya. Untuk itu di perlukan suatu evaluasi program dan kebijakan yang telah dilaksanakan sehingga dapat diketahui sejauh mana program tersebut bermanfaat bagi pelaku KUMKM dalam pengembangan usaha. Dengan adanya evaluasi program/kebijakan pemerintah ini diharapkan pemerintah dapat menghasilkan suatu program pemberdayaan KUMKM yang lebih terstruktur dan berkelanjutan dimasa yang akan datang, yang dapat menyelaraskan struktur perekonomian nasional, mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional di atas 6 persen per tahun, mengurangi tingkat pengangguran terbuka, menurunkan tingkat kemiskinan, mendinamisasi sektor riil, dan memperbaiki pemerataan pendapatan masyarakat.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh program Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Utara

yaitu: Penciptaan Iklim Usaha KUMKM, Pengembangan Sistim Pendukung Usaha KUMKM, Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif, Pemberdayaan Usaha Skala Mikro, dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi terhadap perkembangan KUMKM di Provinsi Sumatera Utara?

2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan wirausaha baru, dan koperasi terhadap

pengangguran di Provinsi Sumatera Utara?


(19)

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas dapat ditetapkan tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Program Dinas Koperasi dan UKM

Provinsi Sumatera Utara yaitu: Penciptaan Iklim Usaha KUMKM, Pengembangan Sistim Pendukung Usaha KUMKM, Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif, Pemberdayaan Usaha Skala Mikro, dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi terhadap perkembangan KUMKM di Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pertumbuhan wirausaha baru dan

koperasi terhadap pengangguran di Provinsi Sumatera Utara?

I.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Utara, penelitian ini diharapkan

dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam penyusunan program dalam pemberdayaan dan pengembangan KUMKM di masa mendatang.

b. Bagi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara, penelitian ini merupakan tambahan kekayaan penelitian untuk dapat dipergunakan dan dikembangkan di masa mendatang.

c. Peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian yang

sama di masa mendatang.


(20)

khususnya yang berkaitan dengan program peningkatan dan pemberdayaan KUMKM.

I.5 Kerangka Berpikir/Landasan Teori

Sektor KUMKM merupakan sektor usaha yang telah terbukti berperan penting dalam mengatasi akibat dan dampak dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia, dan memberikan kontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi selama masa krisis. Kedudukan yang strategis sektor KUMKM tersebut karena mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan usaha besar antara lain mampu menyerap tenaga kerja dan menggunakan sumberdaya lokal, serta usahanya relatif bersifat fleksibel.

Hal ini sejalan dengan pernyataan yang disampaikan oleh Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI, 2006), yang menyatakan bahwa kelompok usaha kecil, menengah dan koperasi merupakan wujud kehidupan ekonomi sebagian besar rakyat Indonesia. Keberadaan kelompok ini tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan perekonomian secara nsional. Kelompok usaha kecil, mikro, menengah dan koperasi mampu menyerap lebih dari 64 juta tenaga kerja dan memberikan kontribusi sebesar lebih kurang 58,2 persen dalam pembentukan Produk Domestik Bruto.

Peran strategis KUMKM dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat dari konstribusinya dalam pembentukan PDRB, penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan. Selain itu pada masa krisis usaha mikro kecil dan menengah telah terbukti tangguh sebagai jaring pengaman perekonomian Sumatera Utara.


(21)

Ketika usaha besar tidak sanggup bangkit dari keterpurukan akibat ketergantungannya pada pinjaman luar negeri, KUMKM justru mampu mengangkat perekonomian dari keterpurukan yang semakin dalam.

Namun demikian masih terdapat berbagai faktor penghambat perkembangan koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang antara lain sebagai berikut : akses terhadap permodalan, pasar teknologi dan informasi, rendahnya kualitas SDM, belum optimalnya fungsi lembaga pemberdayaan KUMKM dan masalah iklim usaha yang belum sepenuhnya berpihak kepada KUMKM (Budhiretnowati, 2008)

Hal ini sejalan dengan Karim (2008) yang menyatakan bahwa: kelemahan KUMKM dalam pengembangan usaha antara lain adalah : a) Masih terbatasnya kemampuan sumber daya manusia, b) Kendala pemasaran produk sebagian besar pengusaha Usaha Kecil dan Menengah Industri–Dagang lebih memperioritaskan pada aspek produksi sedangkan fungsi-fungsi pemasaran kurang mampu dalam mengaseskannya, khususnya dalam informasi pasar dan jaringan pasar, sehingga sebagian besar hanya berfungsi sebagai tukang saja, c) Kecenderungan konsumen yang belum mempercayai mutu produk Usaha Kecil dan Menengah Industri-Dagang, d) Kendala permodalan usaha sebagian besar Usaha Kecil dan Menengah Industri-Dagang memanfaatkan modal sendiri dalam jumlah yang relatif kecil. Disamping itu mereka menjual produknya secara pesanan dan banyak terjadi penundaan pembayaran

Selain itu Kuncoro (2007) menyatakan bahwa: ada beberapa kendala dalam pengembangan KUMKM di Indonesia, diantaranya: 1). Adanya Pungutan Liar (PUNGLI) mulai dari proses perizinan sampai pengadaan barang dan ekspor barang tersebut, 2). Kebijakan makro pemerintahan yang kurang mendukung, 3). Permasalahan kredit yang membebankan usaha kepada pengusaha UMK, antara lain: proses kredit lama dan bunga tinggi dari perbankan dan lembaga keuangan lainnya.

Sejalan dengan Samosir (2007), dalam studi kasusnya menjelaskan tentang hambatan ekspor produksi Usaha Menengah diantaranya: 1). Faktor Internal yang meliputi :a )Kurang likuiditas (tambahan modal) dan b) Naiknya upah; 2) Faktor eksternal yang meliputi : a) Melemahnya nilai tukar rupiah, b) Kurangnya akses informasi pasar dalam dan luar negeri, c) Turunnya daya


(22)

Menurunnya permintaan pasar, e) Kenaikan harga bahan baku, f) Kurangnya dukungan pemerintah kepada UMK yang berorientasi pada ekspor, g) Tingginya pungutan.

Untuk mengatasi segala permasalah yang dihadapi KUMKM, maka Dinas Koperasi Dan Ukm Provinsi Sumatera Utara perlu menerapkan manajemen strategi yang benar-benar efektif dan efisien untuk menetapkan program yang benar-benar dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi KUMKM dalam pengembangan usaha. Dengan diterapkannya manajemen strategi yang tepat akan menghasilkan program-program pengembangan UMKM yang sesuai dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penganggaran dan pengawasan yang tepat.

Menurut Siagian (2004), bahwa: ”mendefinisikan manajemen stratejik sebagai berikut: ”Serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut.

Selanjutnya Wilopo (2003) Beberapa tahun terakhir, manajemen sektor

publik mulai meningkat perhatiannya kepada isu-isu tentang hasil (result) dan

mulainya memasukkan terminologi konsumen (constumer) dalam manajemen

publik (Howard Rohm, 2001). Hal ini mendorong para manager organisasi sektor publik memikirkan kembali fungsi, peran dan tanggungjawabnya kepada publik. Sehingga target merupakan unsur yang cukup dominan untuk diperhatikan didalam desain pekerjaan di organisasi publik, yang pada akhirnya diiukuti oleh isu-isu penting lainnya seperti pengukuran hasil kerja sebagai perbandingan antara target dan hasil, produktifitas, dan keberlanjutan

serta nilai (value) setiap program dana ktifitas organisasi di sektor publik.

OECD (999) dalam Wilopo (2003) menyatakan bahwa: ”Dalam menerapkan manajemen strategi, sektor publik juga perlu menyesuaikan sumber daya yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan sama pentingnya dengan bagaimana mengalokasikan sumberdaya tersebut secara effisien, effektif, dan memiliki daya guna. Tujuan dasar dari sistem manajemen sumberdaya, dimana anggaran sebagai satu-satunya komponen, adalah:


(23)

1).Untuk mendesain dan menjaga disiplin fiscal keseluruhan (aggregate fiscal diciplin), diantaranya untuk memastikan pemerintah tidak membelanjakan, secara keseluruhan, melebihi dari ketentuan, adalah merupakan satu kontrol terhadap anggaran. Efektifitas keseluruhan anggaran merupakan kedisiplinan keseluruhan system. 2).Untuk mengalokasikan sumberdaya sesuai dengan prioritas pemerintah (diantarnya membelanjakan atas pertimbangan paling

penting secara politik – effisiensi alokasi/allocation efficiency), 3) Mendorong

effisiensi didalam penggunaan sumberdaya anggaran didalam menjalankan

program dan pemberian pelayanan (efisiensi operasional/operational

efficiency)

Dengan berpedoman pada manajemen strategi dan manajemen sumber daya manusia, maka Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara khususnya Dinas Koperasi dan UKM telah melaksanakan pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (KUMKM) agar mampu menjadi pelaku utama dalam perekonomian nasional. Upaya dan langkah-langkah strategis pemberdayaan KUMKM akan terus dilaksanakan secara sistimatis, konsisten dan berkesinambungan pada masa mendatang. Untuk itu, perlu dikaji lingkungan strategis yang akan mempengaruhi proses pemberdayaan KUMKM yang akan dilaksanakan oleh Dinas Koperasi dan UKM pada masa mendatang.

Adapun program yang telah dilaksanakan dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas keberadaan KUMKM antara lain Program Penciptaan Iklim Usaha Bagi KUMKM, Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha bagi UMKM, Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif, Pemberdayaaan Usaha Skala Mikro dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi.


(24)

mencakup empat aspek pokok yaitu: 1). Strategi untuk penguatan iklim investasi dan iklim usaha yang kondusif bagi sektor KUMKM, 2). Strategi untuk penguatan kemampuan kewirausahaan dan kegiatan usaha sektor KUMKM, 3). Strategi penguatan sektor keuangan khususnya perbankan dalam pembiayaan kepada sektor UMKM, dan 4). Strategi untuk pengembangan berbagai perangkat penunjang (infrastruktur) bagi peningkatan pembiayaan sektor UMKM.

Karim (2008), dengan adanya Program penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi KUMKM akan dapat membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya, serta menjamin kepastian usahan dengan memperhatikan kaidah efisiensi ekonomi sebagai prasyarat untuk berkembangnya PKMK. Sedangkan sasaran yang akan dicapai adalah menurunnya biaya transaksi dan meningkatnya skala usaha PKMK dalam kegiatan ekonomi.

Menurut Sumarsono (2003), dari segi kualitas, keberadaan KUMKM masih perlu upaya yang sungguh-sungguh untuk ditingkatkan mengikuti tuntutan lingkungan dunia usaha dan lingkungan kehidupan dan kesejahteraan para anggotanya. Pangsa KUMKM dalam berbagai kegiatan ekonomi masih relatif kecil, dan ketergantungan koperasi terhadap bantuan dan perkuatan dari pihak luar, terutama Pemerintah masih besar. Di samping itu, pemberdayaan koperasi dan UKM juga diarahkan untuk mendorong dan membuka kesempatan kerja yang lebih luas melalui penumbuhan wirausaha baru, demikian juga pemberdayaan usaha mikro diarahkan untuk mendukung penanggulangan kemiskinan dan peningkatan pendapatan masyarakat melalui:

a. Perluasan jangkauan dan kapasitas pelayanan lembaga keuangan mikro

(LKM) baik pola pembiayaan konvensional maupun pola bagi hasil/syariah, termasuk dengan memberdayakan perempuan sebagai pengusaha mikro.

b. Peningkatkan kemampuan pengusaha mikro dalam aspek manajemen

usaha dan teknis produksi.

c. Memfasilitasi pembinaan sentra-sentra produksi tradisional dan usaha

ekonomi produktif lainnya di perdesaan dan daerah tertinggal.

Dalam rangka meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi, arah kebijakannya adalah:a) Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan penilaian perkoperasian, b) Pemasyarakatan praktek-praktek koperasi dan UKM terbaik. (www.bainfokomsumut.go.id)

Pembangunan KUMKM melalui Program Pemberdayaan KUMKM, diharapkan dapat membantu pelaku KUMKM dalam pengembangan usaha, sehingga


(25)

dapat mendorong percepatan pembangunan perekonomian daerah dan terciptanya peluang usaha di sektor riil bagi UMKM dan meningkatnya pertumbuhan wirausaha baru yang dapat mengurangi tingkat pengangguran, menurunkan tingkat kemiskinan, mendinamisasi sektor riil, dan memperbaiki pemerataan pendapatan masyarakat.

Selain itu, untuk mengatasi keterbatasan kemampuan pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja, maka salah satu upaya untuk mengatasi semakin meningkatnya jumlah pengangguran dan penduduk miskin adalah dengan memberdayakan masyarakat menjadi wirausaha melalui pengembangan usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah(UMKM) dan koperasi.

Hal ini sejalan dengan pendapat Rizadi (2006) yang menyatakan bahwa: salah satu upaya yang dapat ditempuh dalam mengatasi angka pengangguran terdidik tersebut adalah denggan menumbuhkan jiwa wirusaha yang sekaligus menggairahkan kembali dunia bisnis secara umum di masyarakat, dan usaha-usaha yang seharusnya selalu dikembangkan dan digalakkan oleh Pemerintah dan masyarakat Indonesia adalah sektor Koperasi dan Usaha Kecil Menengah atau (UKM). Hal ini dikarenakan ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan secara nyata telah terbukti menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam menghadapi masa krisis ekonomi, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi.

Menurut Pahlevi (2006), dalam upaya mempermudah akses calon wirausaha baru terhadap sumber-sumber permodalan untuk modal kerja, sebaiknya lembaga keuangan mikro dankoperasi simpan pinjam diberdayakan. Dengan tersebarnya koperasi-koperasidiharapkan kesulitan permodalan yangdihadapi oleh wirausaha. Oleh karena itulembaga keuangan mikro perlu diberdayakan agar lebih mampu melayani calon ang-gota, dan anggotanya.


(26)

Dari uraian di atas bahwa kerangka berpikir penelitian ini dapat ditunjukkan pada Gambar I.1. berikut ini:

Program Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Utara :

Penciptaan Iklim Usaha bagi KUMKM

Pengembangan Sistim Pendukung Usaha KUMKM

Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Pemberdayaan Usaha Skala Mikro

Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi

Perkembangan KUMKM Provinsi Sumatera Utara

Pertumbuhan Wirausaha Baru

Jumlah Koperasi

Pengangguran


(27)

I.6 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dihipotesiskan:

1. Program Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari:

Penciptaan Iklim Usaha KUMKM, Pengembangan Sistim Pendukung Usaha KUMKM, Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif, Pemberdayaan Usaha Skala Mikro dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi, berpengaruh terhadap perkembangan KUMKM di Provinsi Sumatera Utara.

2. Pertumbuhan wirausaha baru, dan jumlah koperasi berpengaruh terhadap


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Penelitian Terdahulu

Hasil Penelitian Kerjasama antara Kementerian Negara Koperasi dan UKM dengan PT. Vetiga Himais Optima, Tahun 2004, dengan judul : Pengkajian Tentang Dampak Program Stimulan dengan Pola Bergulir Melalui Koperasi Dibidang Peternakan, Perikanan dan Perkebunan. Pokok permasalahan dari penelitian ini adalah : (1) bagaimanakah dampak program stimulan dengan pola bergulir melalui koperasi dibidang Peternakan, Perikanan dan Perkebunan terhadap peternak atau petani, koperasi dan daerah/lokasi ditinjau dari aspek ekonomi, sosial dan budaya? (2) sejauh manakah tingkat efektivitas program stimulasi dengan pola bergulir dalam mencapai tujuan program? (3) bagaimanakah kebijakan dan model perkuatan pola bergulir pada koperasi dibidang nakinbun yang berbasis partisipasi anggota dan

potensi lokal.

Metode Analisis yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis kebijakan program stimulan, bagaimana mekanisme program stimulan sesuai dengan juklak dan juknis. Selanjutnya dilakukan analisis apakah program stimulan dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengetahui dampak program terhadap daerah/masyarakat di sekitar lokasi koperasi penerima program sesuai dengan hasil data dari kuesioner. Dampak terhadap


(29)

daerah/masyarakat sekitar diukur dengan indikator-indikator munculnya usaha baru dan penyerapan tenaga kerja.

Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa, program stimulan dengan pola bergulir belum menunjukkan dampak yang positif dibidang peternakan, perikanan dan perkebunan. Dampak program rata-rata masih rendah dengan angka elastisitas kurang dari 1, bahkan ada yang negatif. Dampak Program yang relatif rendah diakibatkan oleh (a) ketidaktepatan penentuan penerima bantuan, (b) kualitas pasokan bantuan dari pihak ketiga (pemasok), dan (c) umur produksi bantuan belum memasuki fase optimum karena kurang dari 2 tahun. Sedangkan usia produksi untuk beberapa program belum memasuki masa perguliran (diantaranya sapi, pabrik kelapa sawit, pabrik pengolahan susu, kapalikan dan pabrik es). d) Pengalokasian dana stimulan untuk koperasi yang bergerak di sektor perkebunan dan peternakan rata-rata dampaknya lebih signifikan bila dibandingkan dengan dampak dana stimulan yang diberikan pada koperasi yang bergerak di sektor perikanan. Secara keseluruhan dari kelima aspek dampak yang diteliti dapat menunjukkan bahwa jika dana stimulan disalurkan kepada koperasi, maka dampaknya yang ditimbulkan akan lebih besar dibanding disalurkan kepada anggota.

Siagian, et.al. (2006) dengan judul ”Kajian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan UKM di Provinsi Sumatera Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan UKM Untuk Memenuhi Kebutuhan Masyarakat.


(30)

Penelitian ini termasuk jenis studi kasus, lokasi kajian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan terdiri data sekunder dan Data primer. Teknik Pengambilan Sampel dilakukan secara purposive dengan ciri KKUMKM adalah pengusaha yang memproduksi pakaian jadi, pakaian bekas dari Cina dan Korea yang dijual dipasar. Peubah/ variabel kajian adalah (a) Kemampuan internal KKUMKM dilihat dari karakteristik terdiri dari usia dan pendidikan, (b) perkembangan usaha meliputi:(1) kepemilikan aset, (2) tingkat produksi, (3) pertumbuhan tenaga kerja, (4) perkembangan volume penjualan, (5) perkembangan modal dan, (6) ongkos transportasi. Teknis analisis menggunakan analisis statistik sederhana. Setelah data ditemukan kemudian dicari rank untuk melihat mana peubah yang paling dominan/prioritas untuk dikembangkan.

Hasil kajian di atas adalah sebagai berikut: (a) Faktor-faktor yang mempengaruhi usaha kecil dan menengah di Provinsi Sumatera Utara meliputi: pengadaan bahan baku, peningkatan skill tenaga kerja, stabilitas harga asset, jumlah produksi dan lama berusaha, (b) Mengingat begitu pentingnya peranan dan pengaruh sektor usaha terhadap pembangunan wilayah, maka untuk meningkatkan pengembangan usaha kecil dan menengah di Provinsi Sumatera Utara, perlu perhatian dari instansi terkait dalam hal penyediaan dana dan bantuan permodalan atau kredit dengan syarat tingkat bunga yang relatif rendah, (c) Perlu ditingkatkan pemberian latihan dan penyuluhan terhadap pengusaha dan pengrajin usaha kecil dan menengah baik secara langsung maupun tidak langsung terutama yang berkenaan dengan pengelolaan perusahaan, pemasaran dan kualitas produk yang dihasilkan, serta


(31)

melakukan kerjasama dalam pola hubungan bapak angkat guna menampung dan mencarikan peluang pasar serta menyalurkan produk-produk usaha kecil dan menengah tersebut, (d) Melihat banyaknya jenis usaha kecil, maka untuk pengembangannya perlu dilakukan secara selektif yaitu berdasarkan keunggulan komparatif wilayah yang tergolong kepada sektor usaha yang lebih banyak memberikan sumbangan pendapatan terhadap pengembangan wilayah Provinsi Sumatera Utara, dalam hal ini perlu disarankan untuk membenahi dan meningkatkan sarana dan prasarana serta mengembangkan sentra-sentra KUMKM di Provinsi Sumatera Utara, (e) Perlu didirikan suatu pasar khusus untuk menampung hasil-hasil komoditi KUMKM di Provinsi Sumatera Utara agar pemasaran hasil-hasil KUMKM tersebut dapat segera diketahui dan dikenal oleh masyarakat setempat dan masyarakat luar, dengan demikian dapat diperoleh pendapatan yang lebih besar, (f) Hal-hal yang diperlukan dalam pengembangan KUMKM Provinsi Sumatera Utara, yakni agar Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara: memberikan program khusus dalam rangka pengembangan usaha kecil, membentuk sentra-sentra pengembangan KUMKM, melakukan kajian yang lebih mendalam tentang program-program pengembangan KUMKM, membuat program peningkatan akses kepada sumber daya produktif, membuat program pembangunan kewirausahaan, pemasaran, pengembangan pusat informasi, pengendalian harga pasar dan pengembangan informasi komoditi.


(32)

II.2. Pengertian dan Tujuan Koperasi

Guna memahami ekonomi koperasi secara komprehensif harus dikenali terlebih dahulu definisi koperasi yang sesuai dengan konsep ekonomi dan definisi tersebut dapat berlaku secara universal. Hal ini penting sebab koperasi akan berubah tergantung dari sudut mana dipandang. Dengan definisi yang sesuai, akan mampu menentukan karakteristik koperasi yang berlaku secara universal.

Seringkali orang mendefinisikan koperasi berdasarkan prinsip koperasi. Prinsip itu memang sering memuat sejumlah nilai, norma, dan tujuan konkrit, namun prinsip tersebut merupakan prinsip pengembangan organisasi dan pedoman-pedoman kerja yang pragmatis yang hanya berhasil diterapkan pada keadaan tertentu saja. Prinsip koperasi dapat digunakan sebagai petunjuk yang berguna bagi pengembangan organisasi koperasi dan gerakan koperasi tertentu, namun prinsip itu biasanya bukan merupakan kriteria yang berguna bagi pembuatan definisi ilmiah mengenai organisasi koperasi yang berlaku secara universal. Meskipun demikian, mengingat prinsip koperasi merupakan sumber dari norma-norma hukum, seringkali prinsip koperasi berguna bagi pengertian koperasi menurut hukum (Hanel, 1989).

Koperasi adalah merupakan singkatan dari kata ko/co dan operasi/operation.

Koperasi adalah suatu kumpulan orang-orang untuk bekerja sama demi kesejahteraan bersama. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1967, koperasi indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan beranggotakan orang-orang, badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.


(33)

Menurut UU No 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian bahwa Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Menurut Hendar dan Kusnadi, (2005), bahwa koperasi adalah Badan Usaha yang beranggotakan orang seorang atau Badan Hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan.

Koperasi didefinisikan dengan mengacu kepada prinsip identitas (hakikat ganda), yaitu bahwa anggota-anggota koperasi adalah pemilik yang sekaligus juga pelanggan (pelanggan/rekanan/karyawan/pekerja) dan pada tugas-tugas yang bersifat menunjang dari perusahaan koperasi itu. Namun prinsip-prinsip identitas ini harus diterapkan dalam arti luas karena perusahaan-perusahaan koperasi itu melakukan juga usahanya dengan bukan anggota dan memperoleh dukungan tambahan dari lembaga-lembaga atau orang-orang yang tidak berkepentingan secara langsung pada pelayanannya, namun menunjang keberhasilan koperasi itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa organisasi koperasi dibentuk oleh kelompok-kelompok orang yanag mengelola perusahaan bersama yang diberi tugas untuk menunjang kegiatan ekonomi individual para anggota.

Koperasi bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya. Berdasarkan pengertian tersebut, yang dapat menjadi anggota koperasi yaitu:


(34)

2. Badan hukum koperasi yaitu koperasi primer yang bergabung minimal 3 unit menjadi koperasi sekunder.

Pada Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 (Revisi 1998) disebutkan bahwa: karateristik utama koperasi yang membedakan dengan badan usaha lain, yaitu anggota koperasi memiliki identitas ganda. Identitas ganda maksudnya anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.

Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh seluruh anggotanya, dimana setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam setiap keputusan yang diambil koperasi. Pembagian keuntungan koperasi (SHU) biasanya dihitung berdasarkan andil anggota tersebut dalam koperasi, misalnya dengan melakukan pembagian dividen berdasarkan besar pembelian atau penjualan yang dilakukan oleh anggota.

Tujuan pendirian Koperasi, menurut Undang-Undang Perkoperasian, adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Adapun Prinsip Koperasi sebagai berikut:

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka,

b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis,

c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa


(35)

d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal,

e. Kemandirian,

f. Pendidikan perkoperasian,

g. Kerja sama antar koperasi.

Sedangkan menurut UU No. 25 tahun 1992 Pasal 5 disebutkan jenis koperasi, yaitu:

1. Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang bergerak di bidang simpanan dan

pinjaman

2. Koperasi Konsumen adalah koperasi beranggotakan para konsumen dengan

menjalankan kegiatannya jual beli barang konsumsi.

3. Koperasi Produsen adalah koperasi yang beranggotakan para pengusaha kecil

(UKM) dengan menjalankan kegiatan pengadaan bahan baku dan penolong untuk anggotanya.

4. Koperasi Pemasaran adalah koperasi yang menjalankan kegiatan penjualan

produk/jasa koperasinya atau anggotanya

5. Koperasi Jasa adalah Koperasi yang bergerak di bidang usaha jasa lainnya.

Koperasi sebagai institusi terdiri dari hardware dan software. Hardware ialah

organisasi koperasi itu sendiri sedangkan software adalah the rule of the game yang

meliputi tata nilai anggota, prinsip koperasi, AD /ART, peraturan, norma dan adat

istiadat baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Selayaknya antara hardware dan


(36)

perdagangan karena software yang dibangun (the rule of the game) lebih sesuai untuk peran dan fungsi lembaga perdagangan. Menjadi pertanyaan bagi kita, apakah

organisasi dari koperasi di Indonesia telah membuat the rule of the game yang sesuai

dan melembaga bagi anggota ? Hal ini penting karena the rule of the game (software)

dari koperasi di Indonesia harus pula bersesuaian dengan UU nomor 22 dan 25 tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992.

Dengan semangat reformasi berbagai kebijakan tertulis maupun yang tidak tertulis bagi koperasi yang dinilai menghambat perkembangan koperasi sebagai lembaga ekonomi yang demokratis, telah dihapuskan atau diganti pemerintah Kabinet Reformasi Pembangunan. Keluhan masyarakat tentang sulitnya memperoleh badan hukum koperasi, segera dijawab dengan keluarnya keputusan Menteri Koperasi dan PKM dengan melakukan pendelegasian kewenangan kepada pejabat di tingkat Kabupaten/Kotamadya. Demikian pula Inpres No 4 tahun 1984 tentang Pembinaan dan Pengembangan KUD, yang selama ini dinilai menjadi hambatan utama dalam pengembangan koperasi bukan KUD di daerah pedesaan, telah dicabut dan diganti dengan Inpres Nomor 18 Tahun 1998 tentang “Peningkatan Pembinaan dan Pengembangan Perkoperasian”. Inpres itu memberi peluang yang sama bagi tumbuhnya semua jenis koperasi, baik di perdesaan maupun di perkotaan.

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yaitu dalam pasal 6 sampai dengan 8 disebutkan bahwa persyaratan untuk pembentukan koperasi adalah sebagai berikut :


(37)

1. Persyaratan pembentukan koperasi didasarkan atas bentuk koperasi yang akan dibentuk, yaitu apakah koperasi primer atau koperasi sekunder.

2. Untuk Persyaratan pembentukan koperasi primer memerlukan minimal 20 orang

anggota. Untuk persyaratan pembentukan koperasi sekunder memerlukan minimal 3 koperasi yang telah berbadan hukum.

3. Koperasi yang akan dibentuk harus berkedudukan di wilayah negara Republik

Indonesia.

4. Untuk pembentukan koperasi dilakukan dengan akta pendirian yang memuat

Anggaran Dasar.

5. Anggran Dasar Koperasi Harus memuat sekurang-kurangnya

a. Daftar nama pendiri.

b. Nama dan tempat kedudukan.

c. Maksud dan tujuan serta bidang usaha.

d. Ketentuan mengenai keanggotaan.

e. Ketentuan mengenai Rapat Anggota.

f. Ketentuan mengenai pengelola.

g. Ketentuan mengenai permodalan.

h. Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya.

i. Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha.


(38)

II.3. Pengertian UMKM

Beberapa lembaga atau instansi bahkan Undang-undang memberikan definisi Usaha Kecil Menengah (UKM), diantaranya adalah, Badan Pusat Statistik (BPS), Keputusan Menteri Keuangan No 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, dan UU No. 20 Tahun 2008. Definisi UKM yang disampaikan berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan usaha yang memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang.

Berdasarkan Keputuasan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau aset/aktiva setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari : (1) badang usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi) dan (2) perorangan (pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa).

Pada tanggal 4 Juli 2008 telah ditetapkan Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Definisi UKM yang disampaikan oleh Undang-undang ini juga berbeda dengan definisi di atas. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 ini, yang disebut dengan Usaha Kecil adalah usaha yang


(39)

memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menurut Gunawan (2007), mempunyai ciri utama: (1) pada umumnya dalam berusaha tidak memisahkan kedudukan pemilik dengan manajerial; (2) menggunakan tenaga kerja sendiri; (3) unbankable mengandalkan modal sendiri, (4) sebagian tidak berbadan hukum dan memiliki tingkat kewirausahaan yang relatif rendah. Kriteria lain menurut Bank Indonesia adalah: (1) kepemilikan oleh individu atau keluarga; (2) memanfaatkan teknologi sederhana dan padat karya; (3) rata-rata tingkat pendidikan dan keterampilan tergolong rendah; (4) sebagian tidak terdaftar secara resmi dan atau belum berbadan hukum serta; (5) tidak membayar pajak.


(40)

Selanjutnya menurut Rafinald (2006), terdapat beberapa karakteristik yang dapat menggambarkan jenis usaha mikro dan kecil dalam pembahasan ini.

Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut: Usaha Mikromemiliki karakteristik

sebagai berikut antara lain:1) jenis komoditinya berubah-ubah dan sewaktu waktu dapat berganti produk/usaha, 2) tempat usahanya tidak selalu menetap atau sewaktu-waktu dapat pindah, 3) belum adanya pencatatan keuangan usaha secara baik, 4)sumber daya manusianya rata-rata sangat rendah yakni SD-SMP, 5) pada umumnya belum mengenal perbankan dan lebih sering berhubunngan dengan tengkulak atau rentenir, 6)umumnya usaha ini tidak memilki ijin usaha. Usaha

Kecil biasanya ditandai dengan 1) Jenis barang atau komoditinya tidak gampang

berubah, 2) mempunyai kekayaan maksimal 200 Juta dan dapat menerima kredit maksimal 500 Juta, 3) lokasi atau tempat usaha umumnya sudah menetap, 4) sudah memiliki pembukuan walaupun masih sederhana artinya pencatatan administrasi keuangan perusahaan sudah mulai dipisah. 5) memiliki legalitas usaha atau perijinan lainnya, 6) sumber daya manusianya sudah lumayan baik, dari aspek tingkat pendidikan yakni rata tingkat SMU, 7) sudah mulai mengenal perbankan.

II.4 Konsep Kewirausahaan

Wirausaha adalah orang yang menciptakan cara baru dalam mengorganisasikan proses produksi. Tugas Wirausaha adalah melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda, bukan hanya sekadar dengan cara yang lebih baik.

Machfoedz (2004) berpendapat wirausahawan adalah orang yang bertanggung jawab dalam menyusun, mengelola, dan mengukur risiko suatu usaha bisnis. Dengan demikian, wirausahawan adalah inovator yang mampu memanfaatkan dan kesempatan, menjadi ide yang dapat dijual atau dipasarkan, memberi nilai tambah dengan memanfaatkan upaya, waktu, biaya, atau kecakapan dengan tujuan mendapat keuntungan.

Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik


(41)

dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Kewirausahaan adalah suatu proses kreativitas dan inovasi yang mempunyai resiko tinggi untuk menghasilkan nilai tambah bagi produk yang bermanfaat bagi masyarakat dan

mendatangkan kemakmuran bagi wirausahawan. Kewirausahaan itu dapat

dipelajari walaupun ada juga orang-orang tertentu yang mempunyai bakat dalam hal kewirausahaan.

Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM menerapkan dua strategi penumbuhan wirausaha baru yaitu Strategi Umum dan Strategi Khusus. Strategi umum diterapkan melalui upaya:

a. Peningkatan kemampuan kewirausahaan;

b. Membudayakan kewirausahaan;

c. Memberdayakan sumberdaya (learningby doing method);

d. Memberdayakan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan Lembaga Keuangan

Mikro (LKM). Adapun strategi khusus diaplikasikan melalui tiga jalur pengembangan, yakni jalur pendidikan dan pelatihan (diklat), baik formal maupun informal; jalur pengusaha; dan jalur kelompok pembina.

Sementara itu, tidak sedikit wirausaha baru mengalami kegagalan akibat kondisi lingkungan yang tidak kondusif. Sebagaimana ditengarai oleh Subroto Hadisugondo, kondisi itu antara lain tidak punya koneksi atau akses kepejabat, tidak trampil, kurang berbakat, dan tidak sabar menunggu hasil. Padahal ciri seorang wirausaha adalah otonom, memiliki independensi, kreatif, berani


(42)

Menurut Thomas Zimmerer dalam sutabri (2008), ada 8 faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan, yaitu1).Wirausahawan Sebagai Pahlawan, 2). Pendidikan Kewirausahaan, 3). Faktor ekonomi dan Kependudukan, 4). Pergeseran ke Ekonomi Jasa, 5). Kemajuan Teknologi, 6). Gaya Hidup Bebas, 7). E-Commerce dan The World-Wide-Web, 8).Peluang Internasional.

II.5 Manajemen Koperasi

Menurut Sumarsono (2006), Manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya lain yang ada dalam organisasi, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Koperasi merupakan lembaga yang harus dikelola sebagaimana layaknya lembaga bisnis. Di dalam sebuah lembaga bisnis diperlukan sebuah pengelolaan yang efektif dan efisien yang dikenal dengan manajemen. Demikian juga dalam badan usaha koperasi, manajemen merupakan satu hal yang harus ada demi terwujudnya tujuan yang diharapkan.

Prof. Ewell Paul Roy dalam Sumarsono (2006) mengatakan bahwa; manajemen koperasi melibatkan 4 (empat) unsur yaitu: anggota, pengurus, manajer, dan karyawan. Seorang manajer harus bisa menciptakan kondisi yang mendorong para karyawan agar mempertahankan produktivitas yang tinggi. Karyawan merupakan penghubung antara manajemen dan anggota pelanggan.

Sistem manajemen di lembaga koperasi harus mengarah kepada manajemen partisipatif yang di dalamnya terdapat kebersamaan, keterbukaan, sehingga setiap anggota koperasi baik yang turut dalam pengelolaan (kepengurusan usaha) ataupun yang di luar kepengurusan (anggota biasa), memiliki rasa tanggung jawab bersama dalam organisasi koperasi.


(43)

A.H. Gophar dalam Hendar dan Kusnadi (1999) menyatakan bahwa: manajemen koperasi pada dasarnya dapat ditelaah dari tiga sudut pandang, yaitu organisasi, proses, dan gaya.

Berdasarkan sudut pandang organisasi, manajemen koperasi pada prinsipnya terbentuk dan tiga unsur: anggota, pengurus, dan karyawan. Dapat dibedakan struktur atau alat perlengkapan onganisasi yang sepintas adalah sama yaitu: Rapat Anggota, Pengurus, dan Pengawas. Untuk itu, hendaknya dibedakan antara fungsi organisasi dengan fungsi manajemen. Unsur Pengawas seperti yang terdapat pada alat perlengkapan organisasi koperasi, pada hakekatnya adalah merupakan perpanjangan tangan dan anggota, untuk mendampingi Pengurus dalam melakukan fungsi kontrol sehari-hari terhadap jalannya roda organisasi dan usaha koperasi. Keberhasilan koperasi tergantung pada kerjasama ketiga unsur organisasi tersebut dalam mengembangkan organisasi dan usaha koperasi, yang dapat memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada anggota.

Berdasarkan sudut pandang proses, manajemen koperasi lebih mengutamakan

demokrasi dalam pengambilan keputusan. Istilah satu orang satu suara (one man one

vote) sudah mendarah daging dalam organisasi koperasi. Karena itu, manajemen koperasi ini sering dipandang kurang efisien, kurang efektif, dan sangat mahal.

Terakhir, ditinjau dan sudut pandang gaya manajemen (management style),

manajemen koperasi menganut gaya partisipatif (participation management), di mana


(44)

Sitio dan Tamba (2001) menyatakan bahwa; badan usaha koperasi di Indonesia memiliki manajemen koperasi yang dirunut berdasarkan perangkat organisasi koperasi, yaitu: Rapat anggota, pengurus, pengawas, dan pengelola.

Telah diuraikan sebelumnya bahwa, watak manajemen koperasi ialah gaya manajemen partisipatif. Pola umum manajemen koperasi yang partisipatif tersebut menggambarkan adanya interaksi antar unsur manajemen koperasi. Terdapat

pembagian tugas (job description) pada masing-masing unsur. Demikian pula setiap

unsur manajemen mempunyai lingkup keputusan (decision area) yang berbeda,

kendatipun masih ada lingkup keputusan yang dilakukan secara bersama (shared

decision areas).

Adapun lingkup keputusan masing-masing unsur manajemen koperasi adalah sebagai berikut menurut Sitio dan Tamba (2001) adalah:

a. Rapat Anggota merupakan pemegang kuasa tertinggi dalam menetapkan

kebijakan umum di bidang organisasi, manajemen, dan usaha koperasi. Kebijakan yang sifatnya sangat strategis dirumuskan dan ditetapkan pada forum Rapat Anggota. Umumnya, Rapat Anggota diselenggarakan sekali setahun.

b. Pengurus dipilih dan diberhentikan oleh rapat anggota. Dengan demikian,

Pengurus dapat dikatakan sebagai pemegang kuasa Rapat Anggota dalam mengoperasionalkan kebijakan-kebijakan strategis yang ditetapkan Rapat Anggota. Penguruslah yang mewujudkan arah kebijakan strategis yang menyangkut organisasi maupun usaha.

c. Pengawas mewakili anggota untuk melakukan pengawasan terhadap

pelaksanaan kebijakan yang dilaksanakan oleh Pengurus. Pengawas dipilih dan diberhentikan oleh Rapat Anggota. Oleh sebab itu, dalam struktur organisasi koperasi, posisi Pengawas dan Pengurus adalah sama.

d. Pengelola adalah tim manajemen yang diangkat dan diberhentikan oleh

Pengurus, untuk melaksanakan teknis operasional di bidang usaha. Hubungan

Pengelola usaha (managing director) dengan pengurus koperasi adalah

hubungan kerja atas dasar perikatan dalam bentuk perjanjian atau kontrak kerja.


(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Dinas Koperasi dan UKM Propinsi Sumatera Utara. Kegiatan penelitian dari pengumpulan data hingga penulisan laporan akhir dilaksanakan selama 5 (lima) bulan, dimulai sejak bulan September sampai dengan Januari 2008.

III.2 Metode Penelitian III.2.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan survey yang dilakukan pada pegurus koperasi di Propinsi Sumatera Utara. Survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan daftar pertanyaan sebagai alat pengumpulan data yang pokok dan secara umum menggunakan statistik (Singarimbun dan Effendy, 1995).

III.2.2 Jenis Penelitian


(46)

III.2.3 Sifat Penelitian

Adapun sifat penelitian ini adalah eksplanatory, yaitu penelitian yang menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. (Sugiono, 2006).

III.3 Populasi dan Sampel III.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pengurus koperasi aktif yang ada di Propinsi Sumatera Utara yang berjumlah 5.116 unit. Daftar koperasi aktif ditunjukkan pada Tabel III.1.

III.3.2 Sampel

Penentuan jumlah sampel yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini

adalah proportionate random sampling (penarikan sampel proporsional acak).

Menurut Sugiono (2004) apabila populasi mempunyai anggota yang tidak homogen

dan berstrata secara proporsional, maka proportionate stratified random sampling

(penarikan sampel proporsional acak berstruktur) yang digunakan.

Selanjutnya Arikunto (2002) menyatakan bahwa: jumlah sampel dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih Sebaliknya jika jumlah subjeknya kecil atau kurang dari 100 orang maka lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi,”.

Maka dari populasi sebanyak 5.116 orang, jumlah sampel yang diambil untuk mendukung penelitian ini adalah 10% x 5.116 = 512 orang.


(47)

Cara menentukan ukuran sampel didasarkan atas asumsi bahwa populasi berdistribusi normal. Perincian pengambilan sampel ditunjukkan pada Tabel III.2. Tabel III.1 Data Koperasi Aktif Berdasarkan Kabupaten/Kota Se-Propinsi

Sumatera Utara Tahun 2007

Jumlah NO KABUPATEN/KOTA

(Unit)

1 Kabupaten Deli Serdang 215

2 Kabupaten Karo 161

3 Kabupaten Langkat 136

4 Kabupaten Tapanuli Tengah 172

5 Kabupaten Simalungun 376

6 Kabupaten Labuhan Batu 239

7 Kabupaten Dairi 98

8 Kabupaten Tapanuli Utara 255

9 Kabupaten Tapanuli Selatan 305

10 Kabupaten Asahan 303

11 Kabupaten Nias 186

12 Kota Tebing Tinggi 130

13 Kota Binjai 122

14 Kota Pematang Siantar 158

15 Kota Tanjung Balai 90

16 Kota Sibolga 111

17 Kota Medan 931

18 Kabupaten Mandailing Natal 211

19 Kabupaten Toba Samosir 138

20 Kota Padang Sidempuan 95

21 Kabupaten H. Hasudutan 86

22 Kabupaten Nias Selatan 66

23 Kabupaten Serdang Bedagai 153

24 Kabupaten Pakpak Bharat 40

25 Kabupaten Samosir 13

26 Propinsi 326

JUMLAH 5,116


(48)

Tabel III.2 Jumlah Responden Data Koperasi Berdasarkan Kabupaten/Kota Se - Propinsi Sumatera Utara Tahun 2007

AKTIF Sampel NO KABUPATEN/KOTA

(UNIT) 10% dari yang aktif

1 Kabupaten Deli Serdang 215 22

2 Kabupaten Karo 161 16

3 Kabupaten Langkat 136 14

4 Kabupaten Tapanuli Tengah 172 17

5 Kabupaten Simalungun 376 38

6 Kabupaten Labuhan Batu 239 24

7 Kabupaten Dairi 98 10

8 Kabupaten Tapanuli Utara 255 26

9 Kabupaten Tapanuli Selatan 305 31

10 Kabupaten Asahan 303 30

11 Kabupaten Nias 186 19

12 Kota Tebing Tinggi 130 13

13 Kota Binjai 122 12

14 Kota Pematang Siantar 158 16

15 Kota Tanjung Balai 90 9

16 Kota Sibolga 111 11

17 Kota Medan 931 93

18 Kabupaten Mandailing Natal 211 21

19 Kabupaten Toba Samosir 138 14

20 Kota Padang Sidempuan 95 10

21 Kabupaten H. Hasudutan 86 9

22 Kabupaten Nias Selatan 66 7

23 Kabupaten Serdang Bedagai 153 15

24 Kabupaten Pakpak Bharat 40 4

25 Kabupaten Samosir 13 1


(49)

AKTIF Sampel NO KABUPATEN/KOTA

(UNIT) 10% dari yang aktif

JUMLAH 5,116 512

Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Propinsi Sumatera Utara, 2008 (Data diolah)

III.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Wawancara (interview), yaitu melakukan wawancara langsung dengan pengurus

Koperasi aktif di Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Utara mengenai keberadaan KUMKM.

2. Daftar pertanyaan (Questionaire) yang diberikan kepada pengurus KUMKM

Propinsi Sumatera Utara yang menjadi responden penelitian.

3. Studi dokumentasi, yaitu mengumpulkan dan mempelajari data-data, seperti

jumlah koperasi, jumlah anggota, modal usaha, Sisa Hasil Usaha (SHU), Rapat Anggota Tahunan (RAT), volume usaha, tenaga kerja, jumlah UKM, jumlah wirausaha baru, pengangguran.

III.5 Jenis Dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari wawancara (interview) dan

daftar pertanyaan (Questionaire).


(50)

III.6 Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah : Program Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari: Penciptaan Iklim Usaha KUMKM, Pengembangan Sistim Pendukung Usaha KUMKM, Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif, Pemberdayaan Usaha Skala Mikro dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi, berpengaruh terhadap perkembangan KUMKM di Provinsi Sumatera Utara.

III.6.1 Identifikasi Variabel Penelitian Hipotesis Pertama

Pada hipotesis pertama, terdapat 5 (lima) variabel bebas (independent variable)

yang digunakan, yaitu, Penciptaan Iklim Usaha K U M K M (X1), Pengembangan

Sistim Pendukung Usaha K U M K M (X2), Pengembangan Kewirausahaan dan

Keunggulan Kompetitif (X3), Pemberdayaan Usaha Skala Mikro (X4), dan

Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi (X5). Sedangkan Variabel dependen

(terikat) adalah Perkembangan KUMKM (Y).

III.6.2 Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama

Definisi operasional dari variabel-variabel hipotesis pertama adalah sebagai berikut:

1. Penciptaan Iklim Usaha K U M K M (X1)

Program pemerintah untuk membuka kesempatan berusaha yang efisien, sehat dalam persaingan dan non diskriminatif untuk perkembangan usaha KUMKM.


(51)

Untuk mengukur variabel iklim usaha KUMKM ini digunakan skala Likert.

2. Pengembangan Sistim Pendukung Usaha KUMKM (X2)

Program penyediaan lembaga pendukung untuk mempermudah, memperlancar dan memperluas akses KUMKM kepada sumber daya produktif agar mampu memanfaatkan potensi sumber daya lokal untuk pengembangan usaha KUMKM. Untuk mengukur variabel Pengembangan Sistem Pendukung Usaha digunakan skala Likert.

3. Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif (X3)

Program pengembangan jiwa dan semangat kewirausahaan serta meningkatkan daya saing KUMKM sehingga pengetahuan serta sikap wirausaha semakin berkembang dan produktivitas meningkat. Untuk mengukur variabel Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif digunakan skala Likert

4. Pemberdayaan Usaha Skala Mikro (X4)

Program pemerintah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi berskala mikro disektor informal sekaligus menciptakan lapangan kerja baru. Untuk mengukur variabel Pemberdayaan Usaha Skala Mikro digunakan skala Likert

5. Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi (X5)

Program pemerintah untuk meningkatkan kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi agar koperasi mampu tumbuh dan berkembang secara sehat dengan jati


(52)

digunakan skala Likert. 6. Perkembangan KUMKM (Y),

Perkembangan KUMKM adalah meningkatnya jumlah koperasi dan UMKM yang ditandai dengan meningkatnya jumlah koperasi, anggota, volume usaha, modal, SHU, jumlah UKM dan jumlah tenaga kerja. Untuk mengukur variabel Perkembangan KUMKM digunakan skala Likert.

Tabel III.3 Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama

No Variabel Definisi Indikator Penguk

uran 1 Penciptaan Iklim

Usaha KUKM (X1)

Program pemerintah untuk membuka kesempatan berusaha yang efisien, sehat dalam persaingan dan non diskriminatif untuk

perkembangan usaha KUMKM

1. Layanan pengesahan status badan hukum koperasi 2. Pelayanan kepengurusan

badan hukum usaha 3. Pelayanan klasifikasi usaha 4. Sistem penilaian koperasi

berprestasi

Likert

2 Pengembangan Sistim Pendukung Usaha KUKM (X2)

Program penyediaan lembaga pendukung untuk

mempermudah, memperlancar dan memperluas akses KUMKM kepada sumber daya produktif agar mampu

memanfaatkan potensi sumber daya lokal untuk pengembangan usaha KUMKM.

1. Bantuan perkuatan modal 2. Kesesuaian program dengan

peningkatan usaha 3. Program bimbingan

perencanaan dan pemasaran 4. Pinjaman kredit KUMKM 5. Sosialisasi Surat Utang

Koperasi (SUK)

Likert

3 Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif (X3)

Program pengembangan jiwa dan semangat kewirausahaan serta meningkatkan daya saing KUMKM sehingga pengetahuan serta sikap wirausaha semakin berkembang dan produktivitas meningkat

1.Penyelenggaraan (diklat), 2.Penyelenggaraan pameran hasil

produk KUMKM 3.Jasa konsultasi oleh

BDS-P/LPB kepada KUMKM 4. Desain industri

5.Bantuan pengurusan HAKI


(53)

No Variabel Definisi Indikator Penguk uran 4 Pemberdayaan

Usaha Skala Mikro (X4)

Program pemerintah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi berskala mikro disektor informal sekaligus menciptakan lapangan kerja baru.

1.Bantuan proses untuk mengakses kredit perbankan 2.Pendampingan usaha mikro 3.Bantuan perkuatan

4.Perlindungan hukum KUMKM yang di PERDA-kan

Likert

5 Peningkatan Kualitas

Kelembagaan Koperasi (X5)

Program pemerintah untuk meningkatkan kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi agar koperasi mampu tumbuh dan berkembang secara sehat dengan jati dirinya.

1. Kesesuaian sistem

pengklasifikasian Koperasi 2. Sistem Audit Dinasi Koperasi

dan UKM

Likert

6 Perkembangan KUMKM (Y)

Meningkatnya koperasi dan UMKM yang ditandai dengan meningkatnya jumlah anggota, volume usaha, modal, SHU, jumlah UKM dan jumlah tenaga kerja.

1. Peningkatan jumlah koperasi 2. Peningkatan Jumlah UMKM 3. Peningkatan Jumlah Tenaga

Kerja

4. Peningkatan volume usaha KUMKM

5. Peningkatan Modal 6. Peningkatan SHU

Likert

III.6.3 Model Analisis Data Hipotesis Pertama

H ipot e sis Pe rt a m a da la m pe ne lit ia n ini, ya it u :

H0 : b1 , b2 , b3 , b4 , b5 , = 0 (Penciptaan Iklim Usaha K U M K M, Pengembangan

Sistim Pendukung Usaha K U M K M , Pengembangan

Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif, Pemberdayaan Usaha Skala Mikro, dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi tidak berpengaruh terhadap perkembangan KUMKM).


(54)

Ha : b1 , b2 , b3 , b4 , b5 , 0 (Penciptaan Iklim Usaha K U M K M, Pengembangan

Sistim Pendukung Usaha K U M K M , Pengembangan

Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif, Pemberdayaan Usaha Skala Mikro, dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi berpengaruh terhadap perkembangan KUMKM).

Alat uji statistik yang dipergunakan untuk menganalisis hipotesis pertama

dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Linier Berganda (Multiple Regression

Analysis) untuk menguji variabel bebas (Penciptaan Iklim Usaha KUMKM,

Pengembangan Sistim Pendukung Usaha KUMKM, Pengembangan Kewirausahaan

dan Keunggulan Kompetitif, Pemberdayaan Usaha Skala Mikro, dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi) terhadap variabel terikat (perkembangan KUMKM). Analisis regresi linier berganda dipergunakan dalam penelitian ini karena variabel terikat yang dicari dipengaruhi oleh lebih dari sattu variabel bebas atau variabel penjelas.

Model persamaan regresi linier berganda:

Y = b0+B1X1+ B2X2+ B3X3+ B4X4+ B5X5+ e

di mana: Y = Perkembangan KUMKM

b0 = intersep atau konstanta

b1, b2, b3, b4, b5 = koefisien regresi variabel X


(55)

X2 = Pengembangan Sistem Pendukung Usaha KUMKM

X3 = Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan

Kompetitif

X4 = Pemberdayaan Usaha Skala Mikro

X5 = Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi

e = error atau disturbance

Pengujian hipotesis sebagai berikut: 1. Uji Simultan (uji-F)

Uji F dilakukan untuk melihat secara bersama-sama apakah ada pengaruh dari

variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5) yaitu Penciptaan Iklim Usaha KUMKM,

Pengembangan Sistim Pendukung Usaha KUMKM, Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif, Pemberdayaan Usaha Skala Mikro, dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi terhadap perkembangan KUMKM yang merupakan variabel terikat.

M ode l hipot e sis ya ng diguna k a n da la m uji F ini a da la h: H0 : b1 , b2 , b3 , b4 , b5 , = 0 (Penciptaan Iklim Usaha K U M K M, Pengembangan

Sistim Pendukung Usaha K U M K M , Pengembangan

Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif, Pemberdayaan Usaha Skala Mikro, dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap perkembangan KUMKM).


(56)

Ha : b1 , b2 , b3 , b4 , b5 , 0 (Penciptaan Iklim Usaha K U M K M, Pengembangan

Sistim Pendukung Usaha K U M K M , Pengembangan

Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif, Pemberdayaan Usaha Skala Mikro, dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap perkembangan KUMKM.

Nilai Fhitung akan dibandingkan dengan nilai Ftabel dengan kriteria pengambilan

keputusan yaitu:

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada = 5%.

H0 ditolak (Ha diterima) jika Fhitung > Ftabel pada = 5%.

2. Uji t (Uji Secara Parsial)

Uji t bertujuan untuk melihat secara parsial apakah ada pengaruh dari variabel

bebas, yaiu variabel Penciptaan Iklim Usaha K U M K M (X1), Pengembangan Sistim

Pendukung Usaha K U M K M (X2), Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan

Kompetitif (X3), Pemberdayaan Usaha Skala Mikro (X4), dan Peningkatan Kualitas

Kelembagaan Koperasi (X5) terhadap variabel Perkembangan KUMKM (Y).

H0 : bi = 0 (Penciptaan Iklim Usaha K U M K M, Pengembangan Sistim

Pendukung Usaha K U M K M , Pengembangan Kewirausahaan dan

Keunggulan Kompetitif, Pemberdayaan Usaha Skala Mikro, dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi secara parsial tidak


(57)

berpengaruh terhadap perkembangan KUMKM).

Ha : bi 0 (Penciptaan Iklim Usaha K U M K M, Pengembangan Sistim

Pendukung Usaha K U M K M , Pengembangan Kewirausahaan dan

Keunggulan Kompetitif, Pemberdayaan Usaha Skala Mikro, dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi secara parsial berpengaruh terhadap perkembangan KUMKM

Nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel. Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika -thitung ≤ thitung≤ ttabel pada = 5%.

H0 ditolak (Ha diterima) jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel pada = 5%.

III.7 Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua dalam penelitian ini: pertumbuhan wirausaha baru dan jumlah koperasi berpengaruh terhadap pengangguran.

III.7.1 Identifikasi Variabel Penelitian Hipotesis Kedua

Pada hipotesis kedua terdapat tiga variabel yaitu wirausaha baru (X1), jumlah

koperasi (X2) sebagai variabel bebas(independent variable) dan pengangguran (Y)

sebagai variabel terikat (dependent variable).

III.7.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian Hipotesis Kedua

Definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam hipotesis kedua adalah sebagai berikut:


(58)

tahun 2006-2007.

2. Jumlah koperasi (X2), adalah peningkatan jumlah koperasi selama tahun

2006-2007.

3. Pengangguran (Y), adalah persentase jumlah penganggur terbuka terhadap jumlah

angkatan kerja.

Definisi operasional variabel hipotesis kedua dapat diliihat pada tabel III.10. Tabel III.4 Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua

No Variabel Definisi Operasional Pengukuran

(1) (2) (3) (5)

1. Wirausaha baru

(X1)

Nominal Pertumbuhan wirausaha baru pada tahun

2006-2007

2 Jumlah Koperasi

(X2)

Nominal Peningkatan jumlah koperasi selama

tahun 2006-2007

3. Pengangguran (Y) persentase jumlah penganggur terbuka Persentase


(59)

III.7.3 Model Analisis Data Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua dalam penelitian ini, yaitu :

H0 : b1, b2, = 0 (Pertumbuhan wirausaha baru dan jumlah koperasi tidak

berpengaruh terhadap pengangguran).

Ha : b1, b2, ≠0 (Pertumbuhan wirausaha baru dan jumlah koperasi berpengaruh

terhadap pengangguran).

Alat uji statistik yang dipergunakan untuk menganalisis hipotesis pertama

dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Linier Berganda (Multiple Regression

Analysis) untuk menguji variabel bebas (pertumbuhan wirausaha baru dan jumlah koperasi) terhadap variabel terikat (pengangguran). Analisis regresi linier berganda dipergunakan dalam penelitian ini karena variabel terikat yang dicari dipengaruhi oleh lebih dari satu variabel bebas atau variabel penjelas.

Model persamaan regresi linier berganda:

Y = b0+B1X1+ B2X2+e

di mana: Y = Pengangguran

b0 = intersep atau konstanta

b1, b2, = koefisien regresi variabel X

X1 = Wirausaha Baru

X2 = Jumlah Koperasi

e = error atau disturbance

Pengujian hipotesis sebagai berikut: 1. Uji Simultan (uji-F)


(60)

variabel bebas (X1 danX2) yaitu pertumbuhan wirausaha baru dan jumlah koperasi

terhadap pengangguran yang merupakan variabel terikat. Model hipotesis yang digunakan dalam uji F ini adalah:

H0 : b1, b2, = 0 (Pertumbuhan wirausaha baru dan jumlah koperasi secara

bersama-sama tidak berpengaruh pengangguran).

Ha : b1, b2, ≠0 (Pertumbuhan wirausaha baru dan jumlah koperasi secara

bersama-sama berpengaruh pengangguran).

Nilai Fhitung akan dibandingkan dengan nilai Ftabel dengan kriteria pengambilan

keputusan yaitu:

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada = 5%.

H0 ditolak (Ha diterima) jika Fhitung > Ftabel pada = 5%.

2. Uji t (Uji Secara Parsial)

Uji t bertujuan untuk melihat secara parsial apakah ada pengaruh dari variabel

bebas, pertumbuhan wirausaha baru (X1) dan jumlah koperasi (X2), terhadap variabel

pengangguran (Y).

H0 : bi = 0 (Pertumbuhan wirausaha baru dan jumlah koperasi secara parsial

tidak berpengaruh terhadap pengangguran).

Ha : bi ≠ 0 (Pertumbuhan wirausaha baru dan jumlah koperasi secara parsial

berpengaruh terhadap pengangguran)

Nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel. Kriteria pengambilan keputusan:


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan sebagai berikut: 1. Pengujian hipotesis pertama, yang menggunakan analisis uji serempak, diperoleh

bahwa Program Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari; Penciptaan Iklim Usaha bagi KUMKM, Pengembangan Sistim Pendukung Usaha KUMKM, Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif, Pemberdayaan Usaha Skala Mikro, dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi secara bersama-sama berpengaruh highly signifikan terhadap perkembangan KUMKM dengan nilai Fhitung 169,310 dan Ftabel =5,79. berdasarkan pengujian variabel yang berpengaruh terhadap perkembangan KUMKM secara parsial, Penciptaan Iklim Usaha bagi KUMKM, Pengembangan Sistim Pendukung Usaha KUMKM, Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif, Pemberdayaan Usaha Skala Mikro, dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi berpengaruh terhadap perkembangan KUMKM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengembangan sistem pendukung usaha lebih dominan dibandingkan dengan variabel bebas lainnya dengan nilai thitung sebesar 9,999 dan nilai ttabel 2,000. 2. Pengujian hipotesis kedua, yang menggunakan analisis uji simultan, diperoleh

bahwa pertumbuhan wirausaha baru dan jumlah koperasi secara bersama-sama berpengaruh highly signifikan terhadap pengangguran dengan nilai Fhitung =


(2)

11,453 dan Ftabel =5,79. Berdasarkan pengujian variabel yang berpengaruh terhadap pengangguran secara parsial, pertumbuhan wirausaha baru dan jumlah koperasi berpengaruh terhadap Pengangguran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah koperasi lebih dominan dibandingkan dengan variabel wirausaha baru dengan nilai thitung sebesar -2,371 dan nilai ttabel -2,000.

V.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut maka disarankan bagi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara khususnya Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah adalah sebagai berikut:

1. Mengingat variabel pengembangan sistem pendukung usaha yang paling

berpengaruh terhadap perkembangan KUMKM, hendaknya Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Utara untuk lebih meningkatkan program dan kegiatan bantuan perkuatan permodalan maupun sarana usaha dengan kegiatan Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM), kegiatan Perempuan Keluarga Sehat Sejahtera (PERKASA) melalui kegiatan simpan pinjam dan usaha produktif yang dikelola oleh kaum perempuan, melalui kegiatan Program Sarjana Pencipta Kerja Mandiri (Prospek Mandiri), kegiatan pengembangan Koperasi Pondok Pesantren (Koppontren) dan pengembangan pasar tradisional melalui penataan usaha.

2. Mengingat pertumbuhan jumlah koperasi relatif berpengaruh didalam menyerap tenaga kerja untuk mengurangi pengangguran disarankan agar kelompok-


(3)

3. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya menambah variabel-variabel lain yang mendukung perkembangan KUMKM, seperti peran lembaga keuangan mikro, peranan LSM dalam mengawasi pelaksanaan program permberdayaan KUMKM dan sebagainya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agunan P. Samosir.2007. Analisis Faktor-Faktor Penghambat UMK Produsen Eksportir dan UMK Indirect Eksportir Di Subsektor Industri Keramik Dalam Melakukan Ekspor. Laporan penelitian Sentra Industri Kasongan, Kabupaten Bantul, Provinsi D.I. Yogyakarta, Tahun Anggaran 2000.

Anonymmus, 2006, Kajian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan

Usaha UKM di Provinsi Sumatera Utara, Jurnal Pengkajian Koperasi Dan UKM Nomor 1 Tahun I – 2006, Jakarta.

Apkasi, 2006, Pola Pembinaan Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi Dalam Rangka Otonomi Daerah, www.apkasi.or.id/modules.php

Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Rieneka Cipta, Jakarta

Azmil, 2007, Pertumbuhan Ekonomi Mampu Memperluas Kesempatan Kerja

BADAN INFOKOM SUMUT ( www.bainfokom.go.id.)

---, Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), ARTIKEL –badan informasi dan komunikasi provinsi sumaterautara, http://www.bainfokomsumut.go.id/listsambutan.php

Ghozali, Imam, (2005), Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS,

universitas Diponegoro, 2005.


(5)

Hanel Alfred.1992.Basic Aspects of Co-operative Organizations and Co-operative Self-Help Promotion in Developing Countries.Marburg Consult.Marburg.Hendar dan Kusnadi, 2005, Ekonomi Koperasi, Edisi Kedua, LP-FEUI, Jakarta

---, 1999, Ekonomi Koperasi untuk Perguruan Tinggi, Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Kementrian Negara Koperasi dan UKM (2006) Revitalisasi Koperasi dan UKM sebagai Solusi Mengatasi Pengangguran dan Kemiskinan

Kuncoro, Mudrajat 2007. “Catatan Tentang Sektor Industri & UKM 10 tahun Pasca Krisis” Makalah Seminar PSAK.

Rafinald, Neddy, 2006, Memeta Potensi dan Karakteristik UKM Bagi Penumbuhan Usaha Baru, jurnal infokop no. 29 tahun XXII, 2006

Santoso, Singgih, (2001), Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001.

Setyari, Ni Putu Wiwin , 2005, Dinamika Pengembangan UMKM Di Indonesia

Harian Suara Pembaruan..

Siagian P, Sondang, 2004, Manajemen Stratejik Bumi Aksara, Jakarta

Sumarsono, Sonny (2006), Manajemen Koperasi. Teori dan Praktek, Graha Ilmu, Jakarta.

Sitio, Arifin dan Tamba, Halomoan. 2001. Koperasi: Teori dan Praktek. Penerbit Erlangga. Jakarta.


(6)

Warjiyo, 2004, Pembiayaan Pembangunan Sektor Umkm: Perkembangan Dan Strategi Ke Depan, Infokop Nomor 25 Tahun XX, 2004

Wilopo, Improvisasi Manajemen Strategi Sektor Publik, Jurnal Administrasi Negara-Volume III\Vol.III, No.1, September 2002-Februari 2003.

Dierman , Peter (2004), “ The Economic Policy Environment for Small Rural Enterprises in Indonesia”, dalam Thomas R. Leinbach (ed.), The Indonesian Rural Economy Mobility, Work and Enterprise, Singapore: ISEAS: 95-117.

Sumber Lain:

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil Undang-Undang Nomor . 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil

Undang-undang Nomor. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Inpres No. 18 Tahun 1998 tentang Peningkatan Pembinaan dan Pengembangan

Perkoperasian

Inpres No 4 tahun 1984 tentang Pembinaan dan Pengembangan KUD

Inpres No. 18 Tahun 1998 tentang Peningkatan Pembinaan dan Pengembangan Perkoperasian.

Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Pembinaan Koperasi dan UKM