Analisis Kuantitatif Bakteri Escherichia Coli Pada Air Minum Menggunakan Metode MPN (Most Probable Number) Dari Kabupaten Tobasa

(1)

Lampiran 1. Alat dan Bahan

Inkubator Timbangan Analitik


(2)

Lampiran 2 Tabel MPN

Tabel perkiraan terdekat jumlah (MPN) Koliform, untuk kombinasi porsi: 5 x 10mL, 5 x 1 mL, 5 x 0 mL dengan 95% batas kepercayaan.

Jumlah tabung yang positif

MPN/100mL

95% batas kepercayaan

5 tabung 10mL 5 tabung 1mL 5 tabung 0,1 mL Lebih rendah Lebih tinggi

0 0 0 <1,8 - 6,8

0 0 1 1,8 0,090 6,8

0 1 0 1,8 0,090 6,9

0 1 1 3,6 0,70 10

0 2 0 3,7 0,70 10

0 2 1 5,5 1,8 15

0 3 0 5,6 1,8 15

1 0 0 2,0 0,10 10

1 0 1 4,0 0,70 10

1 0 2 6,0 1,8 15

1 1 0 4,0 0,71 12

1 1 1 6,1 1,8 15

1 1 2 8,1 3,4 22

1 2 0 6,1 1,8 15

1 2 1 8,2 3,4 22

1 3 0 8,3 3,4 22


(3)

1 4 0 10 3,5 22

2 0 0 4,5 0,79 15

2 0 1 1,8 1,8 15

2 0 2 9,1 3,4 22

2 1 0 6,8 1,8 17

2 1 1 9,2 3,4 22

2 1 2 12 4,1 26

2 2 0 9,3 3,4 22

2 2 1 12 4,1 26

2 2 2 14 5,9 36

2 3 0 12 4,1 26

2 3 1 14 5,9 36

2 4 0 15 5,9 36

3 0 0 7,8 2,1 22

3 0 1 11 3,5 23

3 0 2 13 5,6 35

3 1 0 11 3,5 26

3 1 1 14 5,6 36

3 1 2 17 6,0 36

3 2 0 14 5,7 36

3 2 1 17 6,8 40

3 2 2 20 6,8 40


(4)

3 3 1 21 6,8 40

3 3 2 24 9,8 70

3 4 0 21 6,8 40

3 4 1 24 9,8 70

3 5 0 25 9,8 70

4 0 0 13 4,1 35

4 0 1 17 5,9 36

4 0 2 21 6,8 40

4 0 3 25 9,8 70

4 1 0 17 6,0 40

4 1 1 21 6,8 42

4 1 2 26 9,8 70

4 1 3 31 10 70

4 2 0 22 6,8 50

4 2 1 26 9,8 70

4 2 2 32 10 70

4 2 3 38 14 100

4 3 0 27 9,9 70

4 3 1 33 10 70

4 3 2 39 14 100

4 4 0 34 14 100

4 4 1 40 14 100


(5)

4 5 0 41 14 100

4 5 1 48 15 120

5 0 0 23 6,8 70

5 0 1 31 10 70

5 0 2 43 14 100

5 0 3 58 22 150

5 1 0 33 10 100

5 1 1 46 14 120

5 1 2 63 22 150

5 1 3 84 34 220

5 2 0 49 15 150

5 2 1 70 22 170

5 2 2 94 34 230

5 2 3 120 36 250

5 2 4 150 58 400

5 3 0 79 22 220

5 3 1 110 34 250

5 3 2 140 52 400

5 3 3 170 70 400

5 3 4 210 70 400

5 4 0 130 36 400

5 4 1 170 58 400


(6)

5 4 3 380 100 710

5 4 4 350 100 710

5 4 5 430 150 1100

5 5 0 240 70 710

5 5 1 350 100 710

5 5 2 540 150 1700

5 5 3 920 220 2600

5 5 4 1600 400 4600


(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Cappucino, J. (1931). Manual Laboratorium Mikrobiologi, Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal. 327-328.

Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan I, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 74-76.

Entjang, I. (2001). Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Hal. 82-83.

Novel, S.S., wulandari, A.P., dan Safitri, R.D. (2010), Praktikum Mikrobiologi Dasar, Jakarta: Trans Info Media. Hal. 120.

Nugroho, Astri. (2006). Bioindikator Kualitas Air, Jakarta: Universitas Trisakti. Hal. 18-19, 21-23.

Nurwantoro, D. (1997). Mikrobiologi Pangan Hewani-Nabati, Yogyakarta: Kanisius. Hal. 63 dan 69.

Pelczar, J. (1988). Dasar-Dasar Mikrobiologi, Jakarta: UI-Press. Hal. 447-448, 867-868.

Rumondor, P.P, Porotu’o, J., dan Waworuntu, O. (2014). Indentifikasi Bakteri Pada Depot Air Minum Isi Ulang Di Kota Manado, jurnal e-Biomedik(eBM), Volume 2, Nomor 2,. Manado: Universitas Sam Ratulangi. Hal. 1-2.

Sumantri, A. (2010). Kesehatan Lingkungan, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Hal. 34-36.

Suriawiria, U. (1996). Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Buangan Secara Biologis, Bandung: Alumni. Hal. 5-6, 75-74, 79-80.

Sutrisno, T. (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hal. 10-11, 20-23.

Waluyo, Lud. (2009). Mikrobiologi Lingkungan, Malang: UUM Press. Hal. 116-118, 136-137.

Wardhana, A. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta: Andi. Hal. 74-75.

Volk, W.A., dan M.F Wheeler. (1989). Mikrobiologi Dasar, Edisi Kelima, Jilid Dua, Jakarta: Erlangga. Hal. 259-260.


(12)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tempat

Analisa bakteri Escherichia Coli pada air minum dilakukan di Laboratorium Biologi Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) yang bertempat di Jalan K. H. Wahid Hasyim No.15 Medan.

3.2 Sampel, Alat, dan Bahan 3.2.1 Sampel

Sampel dengan kode 180/B/AM adalah air minum dari Kabupaten Tobasa. 3.2.2 Alat

1. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan media terdiri dari autoklaf, beaker glass, hot plate, magnetic stirrer, neraca analitis, pipet volume, petri dan spatula.

2. Peralatan yang digunakan untuk pengujian terdiri dari bola karet, inkubator 350C, inkubator 440C, jarum ose, lampu Bunsen, oven, pipet volume, rak tabung, tabung durham dan tabung reaksi.

3.2.3 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari aquadest, Media Lactose Broth, Media Tryptone.


(13)

3.3 Prosedur

3.3.1 Pembuatan Media

1. Pembuatan Media Lactose Broth Single

Ditimbang seksama media Lactose Broth sebanyak 13 g. Dimasukkan kedalam beker glass, dilarutkan kedalam akuades sebanyak 1 liter. Dimasukkan magnetic stirrer. Dipanaskan diatas hot plate sampai homogen. Dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi tabung durham masing-masing 10 mL. Disterilkan di dalam autoklaf dengan tekanan 1 atm pada suhu 121ºC selama 15 menit, setelah dingin disimpan di tempat yang bersih dan kering.

2. Pembuatan Media Lactose Broth Double

Ditimbang seksama media Lactose Broth sebanyak 26 g. Dimasukkan kedalam beker glass, dilarutkan kedalam akuades sebanyak 500 mL. Dimasukkan magnetic stirrer. Dipanaskan diatas hot plate sampai homogen. Dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi tabung durham masing-masing 5 mL. Disterilkan di dalam autoklaf dengan tekanan 1 atm pada suhu 121ºC selama 15 menit, setelah dingin disimpan di tempat yang bersih dan kering.

3. Pembuatan Media Tryptone

Ditimbang seksama media Tryptone sebanyak 15 g. Dimasukkan kedalam beker glass, dilarutkan kedalam akuades sebanyak 1 liter. Dimasukkan magnetic stirrer. Dipanaskan diatas hot plate sampai homogen. Dimasukkan kedalam tabung reaksi masing-masing 10 mL. Disterilkan di dalam autoklaf dengan tekanan 1 atm pada suhu 121ºC selama 15 menit, setelah dingin disimpan di tempat yang bersih dan kering.


(14)

3.4 Uji Pendugaan

a. Disiapkan sebanyak 5 tabung reaksi yang berisi media Lactose Broth double dan sebanyak 10 tabung reaksi yang telah berisi media Lactose Broth single.

b. Tabung kemudian disusun pada rak tabung, masing-masing diberi tanda sebagai berikut :

• Nomor Sampel • Volume Sampel

c. Sampel dikocok terlebih dahulu agar homogen.

d. Dimasukkan sampel dengan cara dipipet sebanyak 10 mL kedalam tabung berisi Lactose Broth tebal. Kemudian 1 mL kedalam tabung Lactose Broth tipis sebanyak 5 tabung, dan sisanya 0,1 mL atau 2 tetes.

e. Dimasukkan seluruh tabung kedalam inkubator pada suhu 35ºC selama 2 × 24 jam.

f. Selanjutnya, diamati pembentukan gas yang terjadi di dalam tabung durham.

g. Dicatat tabung yang dinyatakan positif dengan terbentuknya gas. Selanjutnya dilakukan uji penegasan.

3.5 Uji Penegasan

1. Tabung yang dinyatakan positif pada uji pendugaan, diinokulasikan kedalam tabung yang berisi media Tryptone masing-masing satu ose dan dilakukan secara aseptis.


(15)

3. Selanjutnya setelah 48 jam, ditambahkan larutan kovaks sebanyak 0,5 mL dan dinyatakan positif jika terbentuk cincin merah.

4. Pembacaan hasil dilakukan dengan menghitung jumlah tabung yang positif. Angka yang diperoleh dicocokkan dengan tabel MPN.

3.6 Persyaratan

Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk parameter bakteri Escherichia Coli pada air minum adalah 0 koloni/100mL.


(16)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Bakteri Escherichia Coli

Nomor Sampel

Pendugaan Penegasan MPN/100 mL

Keterangan

180/B/AM 0-0-0 0-0-0 <1,8 Memenuhi persyaratan PERMENKES RI NO.429/MENKES/PER/IV

/2010

4.2 Pembahasan

Pada analisa bakteri Escherichia coli pada sampel 180/B/AB memenuhi syarat dan tidak melebihi batas baku mutu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk parameter bakteri Escherichia Coli pada air minum adalah 0 koloni/100mL.

Bakteri ini berbentuk batang, Gram negatif, fakultatif aerob, tumbuh baik pada media sederhana. Dapat melakukan fermentasi lactose dan fermentasi glukosa, serta menghasilkan gas. Escherichia Coli merupakan flora normal, hidup komensal didalam colon manusia dan diduga membantu pembuatan vitamin K yang penting untuk pembekuan darah. Escherichia Coli digunakan untuk menilai tentang baik tidaknya persediaan air untuk keperluan rumah tangga sering kali


(17)

menyebabkan terjadinya epidemic penyakit-penyakit saluran pencernaan (Entjang, 2001).

Uji perkiraan yang dilakukan untuk mengetahui adanya Escherichia Coli yaitu dengan cara disiapkan tabung yang mengandung laktosa diinokulasi bersama sampel air. Tabung ini juga berisi tabung kecil yang terbalik (tabung durham) untuk menangkap gas yang terjadi dan indikator asam basa untuk memperlihatkan apakah terbentuk asam. Karena E. coli dapat memfermentasikan laktosa, adanya asam dan gas dalam tabung yang terinokulasi setelah 48 jam inkubasi pada suhu

35o C adalah suatu bukti perkiraan adanya E. coli dan demikian tekontaminasi kotoran. Jika laktosa tidak difermentasi, diasumsikan bahwa E. coli tidak ada dan berarti air itu bebas dari kontaminasi kotoran.


(18)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk parameter bakteri Escherichia Coli pada air minum adalah 0 koloni/100mL. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sampel dengan kode 180/B/AB memenuhi syarat dan tidak melebihi batas yang telah ditentukan.

5.2 Saran

Sebaiknya pada uji penegasan untuk bakteri Escherichia Coli digunakan media selektif EMBA atau EC Broth yang sesuai dengan metode yang telah ditetapkan oleh beberapa literatur.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting fungsinya bagi kehidupan umat manusia dan mahkluk hidup lainnya. Air yang dibutuhkan manusia meliputi air layak pakai yang bersih dan sehat untuk keperluan memasak, mencuci, dan mandi serta air yang layak konsumsi untuk keperluan minum. Air juga dapat berperan sebagai media penularan penyakit (Rumondor, 2014).

Air mungkin saja terlihat jernih, tidak berbau, dan tidak berasa, tetapi tidak aman untuk diminum. Air yang baik dan aman untuk diminum ialah air yang bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit dan zat kimia yang merusak kesehatan. Pencemaran air oleh mikroorganisme atau zat-zat kimia berarti air tersebut mengalami polusi dan tidak dapat diminum (Pelczar,1988).

Tubuh manusia sebagian terdiri dari air, kira-kira 60-70% dari berat badannya. Untuk kelangsungan hidupnya, tubuh manusia membutuhkan air yang jumlahnya antara lain tergantung berat badan. Untuk orang dewasa kira-kira memerlukan air 2.200 gram setiap harinya. Kegunaan air bagi tubuh masnuisa antara lain untuk: proses pencernaan, metabolisme, mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh, dan menjaga jangan sampai tubuh kekeringan. Apabila tubuh kehilangan banyak air, maka akan mengakibatkan kematian (Sutrisno, 2004).

Dalam perhatian kita tentang kemurnian air, penting untuk disadari bahwa air dapat mengandung bahan kimia yang beracun atau organisme patogen tetapi masih jernih dan cemerlang. Dalam keadaan seperti itu, air dikatakan sebagai air


(20)

terkontaminasi. Sedangkan air layak untuk diminum bebas dari yang dikatakan berbahaya baru bisa dikatakan sebagai air minum (Wheeler., V, 1989).

2.2 Air Minum

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif. Parameter wajib penentuan kualitas air minum secara mikrobiologi adalah total bakteri Coliform dan Escherichia coli(Rumondor, 2014).

Air minum dapat diartikan sebagai air yang bebas dari mikroba yang berbahaya dan ketidakmurnian secara kimiawi. Air minum harus lebih bersih dan jernih, tidak berwarna dan tidak berbau serta tidak mengandung bahan tersuspensi. Apabila air mengandung zat-zat organik, maka dapat dipastikan air tersebut mengandung mikroba. Jenis dan jumlah mikroba dalam air tergantung dari lingkungannya. Air yang tercemar oleh kotoran hewan/manusia dimungkinkan juga tercemar oleh bakteri-bakteri patogen yang berasal dari saluran pencernaan, misalnya Salmonella, Vibrio, EPEC, Shigella, dan Clostridium perfringens (Nurwantoro, 1997).

2.2.1 Syarat-syarat Air Minum

Pada umumnya ditentukan pada beberapa standar yaitu kondisi negara masing-masing, perkembangan ilmu pengetahuan, dan perkembangan teknologi. Dari segi kualitas Air minum harus memenuhi :

a) Syarat Fisik, meliputi air tak boleh berwarna, tak berasa, tak berbau, suhu air hendaknya dibawah sela udara, dan harus jernih. Syarat-syarat


(21)

kekeruhan dan warna harus dipenuhi oleh setiap jenis air minum di mana dilakukan penyaringan dalam pengolahannya.

b) Syarat kimia, yaitu air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas telah ditentukan.

c) Syarat bakteriologik, yaitu air minum tidak boleh mengandung bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukannya yaitu 1 Coli/100mL air. Bakteri patogen yang mungkin ada di dalam air antara lain bakteri tipsum, vibrio colerae, bakteri dysentriae, entamoeba bystolotica dan bakteri enteritis (penyakit perut). Air yang mengandung Coli dianggap telah terkontaminasi (berhubungan) dengan kotoran manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologik, tidak langsung diperiksa apakah air itu mengandung bakteri patogen, tetapi diperiksa dengan indikator golongan Coli (Sutrisno, 2004).

Tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui :

1. Adanya perubahan suhu air,

2. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen, 3. Adanya perubahan warna, bau dan rasa air,

4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut, 5. Adanya mikroorganisme


(22)

Adanya tanda atau perubahan seperti tersebut di atas menunjukkan bahwa air telah tercemar (Wardana,. W, 1995).

2.3 Sumber Air

2.3.1 Air Permukaaan

Air permukaan yang mengalir di permukaan bumi akan membentuk air permukaan. Air ini umumnya mendapat pengotoran selama pengalirannya. Pengotoran tersebut misalnya oleh lupur, batang-batang kayu, daun0daun, kotoran industri dan lain sebagainya. Dengan adanya pengotoran ini menyebabkan kualitas air permukaan menjadi berbeda-beda. Pengotoran ini dapat secara fisik, kimia dan bakteriologi (biologi). Setelah mengalami pengotoran, pada suatu saat air permukaan akan mengalami pembersihan. Secara umum air permukaan dibagi menjadi air sungai dan air rawa atau danau. Air sungai pada umunya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Dalam penggunaannya sebagai air munum harus melalui proses yang panjang. Sedangkan air danau kebanyakan berwanra yang disebabkan oleh zat-zat organik yang telah membusuk. Untuk pengambilan air rawa sebaiknya pada kedalaman yang tengah agar endapan Fe dan Mn tidak terbawa, demikian juga dengan alga dan lumut yang ada dipermukaan (Waluyo, 2009).

2.3.2 Air Tanah

Air tanah secara umum terbagi menjadi : - Air tanah dangkal

Air tanah dangkal terjadi akibat proses penyerapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian juga dengan sebagai bakteri, sehingga air


(23)

tanah dangkal terlihat jernih tetapi banyak mengandung zat-zat kimia (garam-garam terlarut) karena melalui lapisan.

- Air Tanah Dalam

Air tanah dalam terdapat pada lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam lebih sulit daripada air tanah dangkal. Suatu lapisan rapat air biasanya didapatkan air tanah dangkal. Suatu lapis rapat air biasanya didapatkan pada kedalaman 100-300 meter. Bila tekanan air tanah dalam besar, maka air dapat menyembur keluar dan dalam keadaan ini dinamakan air artesis. Pada umumnya kualitas air tahan dalam lebih baik daripada air tanah dangkal.

- Mata Air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari air tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan memiliki kualitas yang sama dengan air tanah dalam. Berdasarkan munculnya ke permukaan tanah dibagi menjadi 1). Rembesan, dimana air keluar dari lereng-lereng, 2). Umbul, dimana air ke luar ke permukaan pada suatu daratan.

2.3.3 Air Atmosfir/Air Hujan

Air atmosfir dalam keadaan murni, sangat bersih, tetapi sering terjadi pengotoran karena industri, debu dan lain sebagainya. Oleh karena itu, untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih banyak mengandung kotoran. Air hujan bersifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini mempercepat terjadinya karatan (korosi).


(24)

2.3.4 Air Laut

Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung berbagai garam, misalnyan NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut lebih kurang 3%. Oleh karena itu, air laut tanpa diolah terlebih dahulu tidak memenuhi syarat untuk air minum (Waluyo, 2009).

2.4 Sumber Pencemaran Air

Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat dikategorikan menjandi dua yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA sampah, rumah tangga, dan sebagainya. Sumber tak langsung ialah kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah atau atmosfir berupa hujan. Pada dasarnya sumber pencemaran air berasal dari industri, rumah tangga dan petanian. Tanah dan air tanah mengandung sisa dari aktivitas pertanian misalnya, pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfir juga berasal dari aktivitas manusia, yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam (Sumantri, 2010).

Air merupakan substrat yang paling parah akibat pencemaran. Berbagai sumber pencemaran air berasal dari :

a) Sumber domestik (rumah tangga), perkampungan, kota, pasar, jalan dan sebagainya.

b) Sumber non domestik (pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan serta sumber-sumber lainnya).

Banyak memasuki badan air, secara langsung ataupu tidak langsung pencemar tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas air, baik untuk keperluan air minum, air industri ataupun keperluan lainnya. Berbagai cara dan usaha telah


(25)

banyak dilakukan agar kehaidran pencemaran terhadap air dapat dihindari, dikurangi atau minimal dapat dikendalikan. Akibat semakin tingginya kadar buangan dosmetik memasuki badan air di negara yang sedang berkembang, maka tidak mengehrankan kalau berbagai jenis penyakit secara epidemik ataupun endemik berjangkit dan merupakan masalah rutin di mana-mana (Suriawiria, 1996).

Air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat harus memenuhi standar yang ditetapkan dan harus ada jaminan bahwa air yang dikonsumsi aman untuk kesehatab. Karena cukup banyak hal yang dapat menyebabkan bahaya bagi kesehatan pada air tersebut, misalnya pencemaran. Banyak persoalan yang muncul dalam perlindungan air baku, air bersih, dan air minum; antara lain pemeliharaan, sistem distribusi, perlakuan terhadap air bahan baku, pengawasan, pelatihan tugas dan pendidikan bagi konsumen. Sumber air harus dilingdungi dari manusia (Waluyo, 2009).

Kontaminan yang mencemari air digolongkan ke dalam tiga kategori: kimiawi, fisik, dan hayati. Kontaminan-kontaminan tertentu dalam setiap kategori ini dapat mempunyai pengeruh nyata terhadap kualitas air. Karena mempunyai potensi untuk berlaku sebagai pembawa mikroorganisme patogenik, air dapat membehayakan kesehatan dan kehidupan (Pelczar, 1988).

2.5 Bakteri

Bakteri termasuk kelompok utama dalam prokariot. Proses reproduksinya dengan pembelahan sel. Bakteri Escherichia coli berbentuk batang dengan panjang 1-3 µm dan lebar 0,4-0,7 µm. Bersifat Gram negatif, tidak berkapsula dan


(26)

dapat bergerak aktif. Escherichia coliumumnya diketahui terdapat secara normal dalam alat pencernaan manusia dan hewan (Nurwantoro, 1997).

Golongan Bakteri Coli merupakan indikator alami baik di dalam air yang tampak jernih maupun air kotor, yang memiliki karakteristik sebagai berikut berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, pada temperatur 37°C dapat memfermentasikan laktosa dengan membentuk asam dan dalam 48 jam dapat membentuk gas. Bakteri coli terdiri dari 3 kelompok, yaitu :

a) Kelompok Escherichia, misalnya Escherichia coli, Escherichia freundii dan Escherichia intermedia.

b) Kelompok Aerobacter, misalnya Aerobacter aerogenes, A. cloacea. c) Kelompok Klebsiela,misalnya Klebsiela pneumoniae.

Dari ketiga kelompok tersebut, kelompok Escherichia khususnya Escherichia coli merupakan bakteri yang paling tidak dikehendaki kehadirannya di dalam air minum maupun makanan. Aerobacter dan Klebsiela yang biasa disebut golongan perantara, mempunyai sifat seperti Coli Fecal, tetapi tidak dapat hidup pada suhu di atas 37°C dan lebih sering dijumpai di dalam tanah dan air daripada di dalam saluran pencernaan makanan manusia (Nugroho, 2006).

Beberapa spesies atau kelompok bakteri telah dievaluasi untuk menentukan sesuai tidaknya untuk digunakan sebagai organisme indikator. Di antara organisme-organisme yang dipelajari, yang hampir memenuhi semua persyaratan suatu organisme indikator yang ideal ialah Escherichia coli dan kelompok bakteri koli lainnya. Bakteri-bakteri tersebut dianggap sebagai indikator polusi tinja yang dapat diandalkan. Escherichia coli adalah penghuni normal


(27)

saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas, biasanya tidak patogenik (Pelczar, 1988).

Pangan yang sering terkontaminasi bakteri ini adalah susu, air minum, daging, keju, dan lain-lain. Pencegahannya antara lain pangen perlu didinginkan dengan cepat dalam jumlah yang sedikit, pangan perlu dimasak dengan baik, menjaga higiene, mencegah air dari kontaminasi oleh tinja/kotoran, atau air perlu diberi perlakuan khlorinasi (Nurwantoro, 1997).

2.6 Analisis Bakteri Coli dengan Metode MPN

Metode most probable number (MPN) menggunakan pendekatan “pengenceran berganda hingga punah” telah dibuktikan sangat baik untuk memperkirakan populasi mikroba, terurama jika mikroba ada dalam jumlah yang sangat sedikit dalam makanan atau sampel air. Selain E. Coli, saat ini metode MPN juga dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah mikroba salmonella, Staphylococcus dan fecal coliform lainnya (Nugroho, 2006).

MPN adalah suatu metode untuk menaksir populasi mikrobial di lahan, perairan, dan produk agrikultur. Metode ini digunakan untuk menaksir populasi mikrobial berdasarkan pada ukuran kualitatif spesifik dari jasad renik yang sedang terhitung. Menetapkan adanya bakteri koliform dalam contoh air dan memperoleh indeks berdasarkan tabel MPN untuk menyatakan perkiraan jumlah coliform dalam sampel. Prinsip pengerjaan dengan melakukan Uji Pendugaan (Presumtive Test) dengan menggunakan set tabung 3-3-3 atau 5-5-5 kaldu laktosa, dilanjutkan dngan uji penguat (Confirmed Test), dan terakhir dilakukan uji pelengkap (Completed Test) (Novel, dkk., 2010).


(28)

Menurut Novel, dkk., (2010) ada 3 pengujian yang dilakukan dalam pengujian kualitatif Bakteri Coli, yaitu sebagai berikut :

a) Tes Pendugaan (Presumtif Test)

Medium yang digunakan adalah kaldu laktosa. Bakteri coliform menggunakan laksota sebagai sumber karbonnya. Tes ini dikatakan positif jika indikator berubah warna setelah diinkubasi 37°C selama 48 jam dan adanya gas yang muncul pada Tabung Durham.

b) Tes Konfirmasi (Confirmed Test)

Merupakan test lanjutan dari tes pendugaan. Untuk memastikan kehadiran bakteri koliform, tabung kaldu laktosa yang positif masing-masing diambil sebanyak 1 ose dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang mengandung medium BGLB. Untuk menetapkan adanya Coliform, medium yang telah diinokulasi, diinkubasi pada suhu 37°C. Untuk menetapkan adanya Fekal Coli, medium BGLB yang telah diinokulasi diikubasi pada suhu 44,5°C. Sedangkan untuk menetapkan kehadiran E. Coli, maka tabung kaldu laktosa yang positif dapat diinokulasikan pada medium spesifik EC atau EMB. Setelah 24 jam, kekeruhan dan ada tidaknya gas dalam tabung Durham diamati pada medium BGLB, kemudian hasil yang didapat dibandingkan dengan tabel MPN. Sedangkan cawan petri yang berisi medium EC dan EMB akan menunjukkan koloni spesifik.

c) Tes Penentu atau Pelengkap (Completed Test)

Siapkan sejumlah tabung medium laktosa Broth lengkap dengan tabung Durham dan medium Na Miring. Koloni-koloni yang berwarna hijau metalik diinokulasikan dalam medium Laktosa dan medium NA miring. Inkubasi


(29)

tabung-tabung berisi medium tersebut selama 24-48 jam. Amati terbentuknya gas dan pertumbuhan bakteri tersebut pada medium laktosa. Bila hasilnya positif, lakukan uji identifikasi dengan menggunakan kultur segar yang tumbuh pada medium NA. Uji identifikasi yang perlu dilakukan adalah pewarnaan Gram dan spora. Jika hasilnya menunjukkan terbentuknya gas pada medium laktosa, Gram negatif, basillus, dan tidak berspora, maka dapat dipastikan bahwa sampel yang diuji mengandung E. Coli.


(30)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Air adalah materi esensial (yang paling penting) di dalam kehidupan. Tidak ada satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Sel hidup misalnya, baik tumbuh-tumbuhan ataupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air, yaitu lebih 75% isi sel tumbuh-tumbuhan atau lebih dari 67% isi sel hewan, tersusun oleh air. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Tiga per empat bagian tubuh manusia terdiri dari air. Manusia tidak dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Air juga merupakan zat yang paling parah akibat pencemaran. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan disebarkan melalui air. Penyakit-penyakit tersebut merupakan akibat semakin tingginya kadar pencemar yang memasuki air (Suriawiria, 1996).

Air minum untuk sebagian besar daerah tempat tinggal dan kota diperoleh dari sumber permukaan seperti sungai, kali dan danau. Persediaan air alamiah semacam itu, terutama kali dan sungai kemungkinan besar tercemar oleh sampah domestik, pertanian, dan industri. Penyakit asal air terjadi karena meminum air tercemar. Sebenarnya sumber infeksi itu bukanlah airnya, melainkan tinja yang berasal dari manusia atau hewan yang telah mencemari air tersebut. Tinja tersebut mengandung patogen-patogen enterik bila berasal dari orang sakit atau penular penyakit. Bila air yang mengandung patogen tersebut mencemari makanan, maka infeksi ini dapat pula merupakan infeksi asal-makanan (Pelczar, 1988).


(31)

Pemindahan organisme-organisme penyakit asal air dapat terjadi secara lebih langsung daripada ini. Misalnya pemindahan organisme dapat terjadi dari ekskreta penderita ke mulut orang lain lewat tangan atau benda-benda yang secara potensial tercemari mikroorganisme patogenik. Benda tercemar ini mungkin pula dicemari oleh serangga, seperti lalat rumah umum yang sebelumnya telah hinggap pada kotoran (Pelczar, 1988).

Air minum dapat diartikan sebagai air yang bebas dari mikroba yang berbahaya dan ketidakmurnian secara kimiawi. Air minum harus bersih dan jernih, tidak berwarna dan tidak berbau serta tidak mengandung bahan tersuspensi. Apabila air mengandung zat-zat organik, maka dapat dipastikan air tersebut mengandung mikroba. Jenis dan jumlah mikroba dalam air tergantung dari lingungannya. Mikroba yang paling umum digunakan sebagai petunjuk adanya pencemaran oleh kotoran hewan atau manusia (tinja) adalah bakteri Escherichia coli dan coliform (Nurwantoro, 1997).

Penyebaran kotoran yang tidak terkontrol dalam lingkungan perairan dapat menyebar pada lingkungan tanah, dan bahkan terbawa pada bahan makanan bagi manusia. Lingkungan tercemar oleh bakteri coliform menentukan apakah kualitas bahan berupa air, tanah, atau bahan makanan layak untuk dikonsumsi atau tidak. Untuk mengujinya dapat menggunakan suatu test dengan metode jumlah perkiraan terdekat atau Most Probable Number (MPN) (Suriawiria, 1996).

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penulis tertarik untuk memilih judul “Analisa Kuantitatif Bakteri Escherichia coli pada Air Minum menggunakan metode MPN (Most Probable Number)”, agar dapat diketahui apakah memenuhi


(32)

persyaratan yang telah ditetapkan PERMENKES NO. 492 Tahun 2010 yaitu jumlah koliform dan E.Coli dalam air minum adalah 0 mg/L.

1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan

Adapun tujuan dari analisa kuantitatif bakteri Escherichia coli pada air minum adalah untuk mengetahui jumlah bakteri Escherichia coli yang akan dianalisa dengan metode Most Probable Number (MPN) memenuhi persyaratan atau tidak.

1.2.2 Manfaat

Sebagai sumber informasi apakah air minum yang dikonsumsi tersebut sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.


(33)

ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR MINUM MENGGUNAKAN METODE MPN(MOST PROBABLE NUMBER)

DARI KABUPATEN TOBASA ABSTRAK

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif. Bakteri pathogen air minum adalah bakteri Escherichia coli, ini cukup membahayakan bagi kesehatan.

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui air minum yang di analisis tidak mengandung bakteri Escherichia coli dan memenuhi persyaratan yang sesuai dengan baku mutu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010.

Analisa bakteri pada Escherichia coli pada sampel 180/B/AB memenuhi syarat dan tidak melebihi batas baku mutu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk parameter bakteri Escherichia coli pada air minum adalah 0 koloni/100mL. Kata kunci : Air Minum, Escherichia coli, Metode MPN.


(34)

ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICHIA COLI

PADA AIR MINUM MENGGUNAKAN METODE

MPN (MOST PROBABLE NUMBER) DARI

KABUPATEN TOBASA

TUGAS AKHIR

OLEH:

SAFITA DILA NATASYA

NIM 132410033

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(35)

(36)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir berjudul “Analisis Kuantitatif Bakteri Escherichia Coli Pada Air Minum Menggunakan Metode MPN (Most Probable Number) Dari Kabupaten Tobasa”.

Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagaimana mestinya dan pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh pengertian hingga Tugas Akhir ini selesai.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

4. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, S.U., Apt., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis dalam hal Akademis setiap semester.

5. Ibu Rumanti Siahaan, SKM., M.Kes., selaku pembimbing lapangan beserta seluruh Staf dan Pegawai Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Medan.


(37)

6. Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa.

7. Kakak dan abang 2011, 2012 serta adik-adik stambuk 2014 yang tidak disebutkan namanya dan juga Sabahat tercinta penulis yang telah memberikan dukungan, semangat, keceriaan, dan saling bertukar pikiran, khususnya buat Chris, Dwi, Estika, Lannora, Novita, Uta, Wirda, Nova dan yang tersayang Ridho juga teman-teman Mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2013 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberi dukungan dan masukan selama penulisan Tugas Akhir ini.

Terakhir dan teristimewa, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Papa Syafran dan Mama Juwita, beserta Abangku Iping Rahmat Saputra dan Adik-adikku Safira Dara Natasya, Wira Auna Ghina dan Raja Farhan Zumari, yang telah memberikan doa, motivasi, restu serta materi yang tak ternilai harganya, dan pengorbanan yang tidak mampu dibalas dengan apapun dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa isi dari Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan, maka dari itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Akhir kata, penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan.

Medan, Mei 2016 Penulis,

Safita Dila Natasya NIM 132410033


(38)

ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR MINUM MENGGUNAKAN METODE MPN(MOST PROBABLE NUMBER)

DARI KABUPATEN TOBASA ABSTRAK

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif. Bakteri pathogen air minum adalah bakteri Escherichia coli, ini cukup membahayakan bagi kesehatan.

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui air minum yang di analisis tidak mengandung bakteri Escherichia coli dan memenuhi persyaratan yang sesuai dengan baku mutu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010.

Analisa bakteri pada Escherichia coli pada sampel 180/B/AB memenuhi syarat dan tidak melebihi batas baku mutu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk parameter bakteri Escherichia coli pada air minum adalah 0 koloni/100mL. Kata kunci : Air Minum, Escherichia coli, Metode MPN.


(39)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 3

1.2.1 Tujuan ... 3

1.2.2 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Air ... 4

2.2 Air Minum ... 4

2.2.1 Syarat-Syarat Air Minum ... 5

2.3 Sumber Air ... 7

2.3.1 Air Permukaan ... 7

2.3.2 Air Tanah ... 7

2.3.3 Air Atmosfir/Air Hujan ... 8

2.3.4 Air Laut ... 9


(40)

2.5 Bakteri ... 11

2.6 Analisis Bakteri Coli dengan Metode MPN ... 12

BAB III METODE PENELITIAN ... 15

3.1 Tempat ... 15

3.2 Sampel, Alat dan Bahan ... 15

3.2.1 Sampel ... 15

3.2.2 Alat ... 15

3.2.3 Bahan ... 15

3.3 Prosedur ... 16

3.3.1 Pembuatan Media ... 16

3.4 Uji Pendugaan ... 17

3.5 Uji Penegasan ... 18

3.6 Persyaratan ... 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

4.1 Hasil ... 19

4.2 Pembahasan ... 19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 21

5.1 Kesimpulan ... 21

5.2 Saran ... 21


(41)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman


(42)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1 Gambar Alat dan Bahan ... 23 2 Tabel MPN ... 24 3 Peraturan Menteri Kesehatan ... 27


(1)

6. Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa.

7. Kakak dan abang 2011, 2012 serta adik-adik stambuk 2014 yang tidak disebutkan namanya dan juga Sabahat tercinta penulis yang telah memberikan dukungan, semangat, keceriaan, dan saling bertukar pikiran, khususnya buat Chris, Dwi, Estika, Lannora, Novita, Uta, Wirda, Nova dan yang tersayang Ridho juga teman-teman Mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2013 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberi dukungan dan masukan selama penulisan Tugas Akhir ini.

Terakhir dan teristimewa, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Papa Syafran dan Mama Juwita, beserta Abangku Iping Rahmat Saputra dan Adik-adikku Safira Dara Natasya, Wira Auna Ghina dan Raja Farhan Zumari, yang telah memberikan doa, motivasi, restu serta materi yang tak ternilai harganya, dan pengorbanan yang tidak mampu dibalas dengan apapun dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa isi dari Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan, maka dari itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Akhir kata, penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang


(2)

ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR MINUM MENGGUNAKAN METODE MPN(MOST PROBABLE NUMBER)

DARI KABUPATEN TOBASA ABSTRAK

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif. Bakteri pathogen air minum adalah bakteri Escherichia coli, ini cukup membahayakan bagi kesehatan.

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui air minum yang di analisis tidak mengandung bakteri Escherichia coli dan memenuhi persyaratan yang sesuai dengan baku mutu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010.

Analisa bakteri pada Escherichia coli pada sampel 180/B/AB memenuhi syarat dan tidak melebihi batas baku mutu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk parameter bakteri Escherichia coli pada air minum adalah 0 koloni/100mL. Kata kunci : Air Minum, Escherichia coli, Metode MPN.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 3

1.2.1 Tujuan ... 3

1.2.2 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Air ... 4

2.2 Air Minum ... 4

2.2.1 Syarat-Syarat Air Minum ... 5

2.3 Sumber Air ... 7


(4)

2.5 Bakteri ... 11

2.6 Analisis Bakteri Coli dengan Metode MPN ... 12

BAB III METODE PENELITIAN ... 15

3.1 Tempat ... 15

3.2 Sampel, Alat dan Bahan ... 15

3.2.1 Sampel ... 15

3.2.2 Alat ... 15

3.2.3 Bahan ... 15

3.3 Prosedur ... 16

3.3.1 Pembuatan Media ... 16

3.4 Uji Pendugaan ... 17

3.5 Uji Penegasan ... 18

3.6 Persyaratan ... 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

4.1 Hasil ... 19

4.2 Pembahasan ... 19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 21

5.1 Kesimpulan ... 21

5.2 Saran ... 21


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1 Gambar Alat dan Bahan ... 23 2 Tabel MPN ... 24 3 Peraturan Menteri Kesehatan ... 27