Potensi Konflik Laten Antara Penganut Aliran Kristiani Gereja “Konvensional” dengan Gereja “Kharismatik” (Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kabupaten Karo)

(1)

Draft wawancara

A. Pengurus gereja

Nama :

Usia :

Agama :

Lama Bekerja : Tempat Tinggal :

1. Dalam kegiatan kerohanian, apakah perlu membuat surat ijin dalam melakukan kegiatan kepada pihak gereja lain?

2. Apakah penting membangun relasi antar umat yang berbeda gereja? 3. Bagaimana jemaat gereja membangun hubungan antar umat beragama? 4. Bagaimana anda melihat hubungan antar umat beragama di kabanjahe? 5. Bagaimana hubungan anda sebagai pendeta dengan pendeta dari gereja

lainnya?

6. Bagaimana anda mengatasi terjadinya konflik di tengah jemaat antar gereja? 7. Selama ini, apakah ada permasalahan dalam kehidupan keagamaan antara

jemaat HKBP dengan jemaat kharismatik?

8. Bagaimana hubungan lembaga agama dengan lembaga pemerintahan setempat?


(2)

B. Jemaat gereja HKBP

Nama :

Usia :

Agama :

Lama Bekerja : Tempat Tinggal :

1 Bagaimana pandangan anda dengan jemaat gereja kharismatik? 2 Bagaimana hubungan anda terhadap jemaat gereja kharismatik?

3 Dapatkah anda menceritakan pengalaman anda, khususnya yang berhubungan dengan pengalaman pergaulan di antara umat beragama?

4 Bagaimana anda membangun hubungan dengan jemaat gereja kharismatik? 5 Seberapa pentingkah menurut anda dalam membangun hubungan antar umat

gereja kharismatik?

6 Menurut anda bagaimana hubungan antara lembaga-lembaga agama di kota ini?

7 Dalam melakukan kegiatan kerohanian, dengan siapa saja atau dengan gereja apa saja gereja anda melakukan kolaborasi?

8 Apakah bentuk kegiatan gereja anda bertujuan untuk mengajak jemaat lain untuk beribadah ke gereja anda?

9 Apakah ada hambatan-hambatan yang dilakukan gereja setempat diluar gereja anda agar kegiatan yang ada lakukan gagal?


(3)

10 Apa saja hambatan-hambatan yang terjadi pada saat gereja anda akan melakukan kegiatan rohani?

11 Apakah ada kegiatan sosial yang dilakukan secara bersama dalam kehidupan bermasyarakat?

12 Bagaimana keterlibatan anda dalam melakukan kegiatan-kegiatan kerohanian di gereja anda?

13 Menurut anda apa yang menyebabkan konflik agama?

14 Selama ini, apakah ada permasalahan dalam berinteraksi antar jemaat HKBP dengan jemaat Kharismatik yang menimbulkan konflik?

15 Apa bila ada, bagaimana cara menyelesaikan konflik tersebut?

C. Jemaat gereja kharismatik

Nama :

Usia :

Agama :

Lama Bekerja : Tempat Tinggal :

1. Bagaimana pandangan anda dengan jemaat gereja HKBP? 2. Bagaimana hubungan anda terhadap jemaat gereja HKBP?

3. Dapatkah anda menceritakan pengalaman anda, khususnya yang berhubungan dengan pengalaman pergaulan di antara umat beragama?


(4)

5. Seberapa pentingkah menurut anda dalam membangun hubungan antar umat gereja HKBP?

6. Menurut anda bagaimana hubungan antara lembaga-lembaga agama di kota ini?

7. Dalam melakukan kegiatan kerohanian, dengan siapa saja atau dengan gereja apa saja gereja anda melakukan kolaborasi?

8. Apakah bentuk kegiatan gereja anda bertujuan untuk mengajak jemaat lain untuk beribadah ke gereja anda?

9. Apakah ada hambatan-hambatan yang dilakukan gereja setempat diluar gereja anda agar kegiatan yang ada lakukan gagal?

10.Apa saja hambatan-hambatan yang terjadi pada saat gereja anda akan melakukan kegiatan rohani?

11.Apakah ada kegiatan sosial yang dilakukan secara bersama dalam kehidupan bermasyarakat?

12.Bagaimana keterlibatan anda dalam melakukan kegiatan-kegiatan kerohanian di gereja anda?

13.Menurut anda apa yang menyebabkan konflik agama?

14.Selama ini, apakah ada permasalahan dalam berinteraksi antar jemaat kharismatik dengan jemaat HKBP yang menimbulkan konflik?


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Yesmil. 2013. Sosiologi Untuk Universitas. Bandung. PT. Refika Aditama. Ardi, bayu. 2011. Diferensiasi berdasarkan agama, diakses pada tanggal 20 januari

2015 pukul 8:18 pm

Arifin, Syamsul. 2009. Studi Agama. Malang. UMM Press.

Arikunto, Suliarsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Aritonang, Pdt. Dr. Jan S. 2005. Berbagai Aliran di dalam dan di Sekitar Gereja. Jakarta. BPK Gunung Mulia.

Bugin, Burhan. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Dwi Narwoko, J, Dkk. 2011. Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan. Jakarta.

Kencana.

Hutauruk, J. R. 2002. Aturan Dohot Paraturan. Pematang Siantar. Unit Usaha Percetakan HKBP.

Ishomuddin. 2002. Pengantar Sosiologi Agama. Jakarta Selatan. PT. Ghalia Indonesia.

Kuntoro, Ronny. 2003. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi Dan Tesis. Jakarta: CV Teruna Grafica.

Lubis, Lusiana Andriani. 2012. Pemahaman Praktis Komunikasi Antarbudaya. Medan. USU Press.

Poloma, Margaret. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta. Rajawali Pers. Scharf, Betty R. 2004. Sosiologi Agama. Jakarta. Kencana.

Simarmata, Pdt. Willem TP. 2015. Almanak HKBP 2015. Pematang Siantar. Unit Usaha Percetakan HKBP.

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Raja Grafindo Persada.


(6)

Susan, Novri. 2009. Sosiologi Konflik Dan Isu-Isu Konflik Kontemporer. Jakarta. Kenvana Prenada Media Group.

Sumber jurnal:

Alfandi, M. 2013. Prasangka: Potensi Pemicu Konflik Internal Umat Islam.

Walisongo. Vol 21. No 1. Mei 2013.

Baidi. 2010. Agama dan Multikulturalisme: Pengembangan Kerukunan Masyarakat Melalui Agama. Millah Edisi Khusus Desember 2010.

Endi Rahmat, Nuril. _____. Konflik Dan Kecemburuan Sosial Antara Etnis Tionghoa Dan Masyarakat Pandhalungan Di Daerah Besuki – Situbondo. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Jember.

Gunawan, Agung. 2013. Mengelola Konflik Dalam Agama. JTA. Vol 15. No 4. Maret 2013

Hasbullah. ____. Agama dan Konflik Sosial. Uin Sultan Syarif Kusim Riau.

Kamiruddin. 2011. Fungsi Sosiologi Agama (Studi Profane dan Sacral Menurut Emile Durkheim. Diakses pada tanggal 9 maret pukul 20:22.

Najwan, Johni. 2009.Konflik Antar Budaya Dan Antar Etnis Di Indonesia Serta Alternative Penyelesaiannya. Jurnal Hukum. No. Edisi Khusus. Vol 16. Oktober 2009: 195- 208.

Raharjo, Shadiq. 2008. Konflik Antarara NU Dan Muhammadiyah (1960-2002).

Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam. Fakultas Adab. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Jogyakarta.

Suryana, Toto. 2011. Konsep Dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama. Jurnal Pendidika Agama Islam-Ta’lim. Vol 9. No 2.

Wahyu Muqoyyidin, Andik. 2012. Potret Konflik Bernuansa Agama Di Indonesia (Signifikansi Model Revolusi Berbasis Teologi Transformatif). Analisis. Vol XII. No 2. Desember 2012.


(7)

Sumber internet:

Ciptakarya.po.go.id

icssis.files.wordpress.com/2013/09/2013-02-15.pdf, diakses pada tanggal 2 april 2015 pukul 23:13.

http://pgi.or.id/gereja-gereja-anggota-pgi/

Kamiruddin. 2011. Fungsi Sosiologi Agama (Studi Profane dan Sacral Menurut Emile Durkheim. Diakses pada tanggal 9 maret pukul 20:22.

lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/chapter_ii/06920012.pdf.diakses pada tanggal 12 maret 2015 pukul 21:45.

Repo.unsrat.ac.id/627/1/karya_ilmiah_tumengkol6.pdf. diakses pada tanggal 15 maret 2015 pukul 21:25

Sintak.unika.ac.id

www.bpjs-kesehatan.go.id


(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau gejala, juga menjawab pertanyaan sehubungan dengan status subjek penelitian. Penelitian ini sifatnya hanya sekedar mengungkapkan fakta. Hasil penelitian lebih ditekankan pada pemberian gambaran secara objektif tentang keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti akan memperoleh informasi atau data yang lebih mendalam mengenai potensi konflik laten antar pemeluk aliran gereja “konvensional” Huria Kristen Batak Protestan dengan aliran gereja kharismatik di Kota Kabanjahe Kabupaten Karo.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Kabanjahe Kabupaten Karo. Adapun yang menjadi alasan pemilihan lokasi tersebut diatas adalah Kota Kabanjahe merupakan kota yang memiliki beberapa gereja yang sangat cepat berkembang dengan aliran agama “konvensional” dan gereja dengan aliran agama “kharismatik”. Serta peneliti dapat memanfaatkan waktu, tenaga dan pikiran


(9)

serta dana atau biaya yang diperlukan untuk dimaksimalkan dalam penelitian ini karena peneliti juga berada di kota yang sama dengan lokasi penelitian.

3.3. Unit Analisis dan Informan Penelitian 3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis yang dimaksudkan dalam suatu penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 2006). Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah pendeta, penatua dan diakon serta masyarakat atau jemaat gereja GBI yang beraliran agama “kharismatik” dan jemaat gereja Huria Kristen Batak Protestan yang beraliran “konvensional” yang berada di Kota Kabanajahe.

3.3.2. Informan

Informan merupakan subjek yang memahami permasalahan peneliti sebagai pelaku maupun orang yang memahami permasalahan penilitian (bungin,2007:76). Penelitian kualitatif, hal yang menjadi bahan pertimbangan utama dalam pengumpulan data adalah pemilihan informan. Teknik penentuan informan yang digunakan oleh peneliti adalah dengan teknik bola salju (snow ball), yakni informan berikutnya ditentukan berdasarkan keterangan yang diperoleh dari informan sebelumnya yang dapat lebih menunjang tujuan penelitian yang bersangkutan.

Teknik penentuan informan diawali dengan menunjuk sejumlah informan yaitu informan yang mengetahui, memahami, dan


(10)

berpengalaman sesuai dengan objek penelitian ini. Kemudian penulis menentukan informan-informan yang lain sesuai dengan keperluan penelitian ini yakni orang yang terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Adapun karateristik informan sebagai sumber informasi bagi peneliti adalah sebagai berikut:

a. Jemaat gereja Huria Kristen Batak Protestan(HKBP) yang resmi terdaftar selama 10 tahun menjadi anggota gereja dan jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) serta yang sudah resmi terdaftar selama 5 tahun menjadi anggota gereja serta menjadi warga Kabanjahe lebih dari 15 tahun. Alasan peneliti memilih dengan kriteria diatas karena lebih memungkinkan mereka mengetahui mengenai informasi-informasi yang ada di kota Kabanjahe dari pada masyarakat serta jemaat yang baru terdaftar di kota Kabanjahe.

b. Pengurus gereja Huria Kristen Batak Protestan dan Gereja Bethel Indonesia yang terdiri dari Pendeta, Sintua, dan Diakon

Alasan peneliti memilih pendeta, sintua dan diakon sebagai informan karena merupakan orang yang mengatur tata cara berlangsungnya ibadah pada gereja Huria Kristen Batak Protestan dan gereja Gereja Bethel Indoesia di kabanjahe dan lebih mengetahui bagaimana perkembangan gereja.


(11)

3.4. Data dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penelitian sebagai upaya untuk mendapatkan dan memperoleh informasi yang diperlukan. Pada tahap penelitian ini peneliti akan melakukan observasi, wawancara, serta mencatat dokumen-dokumen yang mendukung proses penelitian. Adapun dalam sebuah penelitian dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder.

3.4.1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian atau sumber informan melalui observasi dan wawancara baik secara partisipatif maupun wawancara secara mendalam. Oleh karena itu untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah kegiatan keseharian manusia dengan mengunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indera lainnya seperti telinga, mulut dan kulit. Kemampuan seseorang ntuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera mata serta dibantu dengan panca indera lainnya. Metode observasi ini adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan (Bungin, 2007:115). Dalam teknik observasi, peneliti dapat mengetahui dengan cara melihat langsung serta ikut berpartisipasi bagaimana dalam keseharian jemaat gereja GBI yang


(12)

beraliran kharismatik dengan gereja Huria Kristen Batak Protestan yang beraliran “konvensional” yang berada di kota kabanjahe.

b. Wawancara mendalam

Wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti. Wawancara mendalam dilakukan secara intensif serta menggunakan alat bantu perekam atau tape recorder jika memang dibutuhkan untuk memudahkan penelitian mengenai keseluruhan informasi yang diberikan informan. Wawancara terhadap informan ditujukan untuk memperoleh data dan informasi secara lengkap.

3.4.2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen yaitu, dengan mengumpulkan data dan mengambil dari buku-buku referensi, dokumen, majalah, jurnal, dan bahan-bahan dari situs internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5. Interpretasi Data

Menginterpretasikan data merupakan kegiatan mengorganisasikan data dalam susunan-susunan tertentu yang menuju pada kegiatan analisis data.


(13)

Analisis data ditandai dengan pengolahan dan penafsiran data yang diperoleh dari setiap informasi baik melalui pengamatan, wawancara atau catatan lapangan lainnya yang telah ada melalui penelitian terdahulu yang kemudian dipelajari dan ditelaah. Pada tahap selanjutnya adalah penyusunan data dalam satuan-satuan yang kemudian dikategorikan. Kategori tersebut berkaitan satu sama lain dan diinterpretasikan secara kualitatif. Interpretasi data merupakan proses pengolahan data dimulai dari tahap mengedit data sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti kemudian diolah secara deskriptif berdasarkan apa yang terjadi dilapangan.

3.6. Keterbatasan Peneliti

Keterbatasan penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman peneliti untuk melakukan penelitian ilmuah. Terkait dengan keterbatasan waktu terutama pada informan membuat peneliti harus membuat jadwal berkali-kali. Terlepas dari kendala diatas peneliti menyadari keterbatasan dalam metode menyebabkan lambannya proses penelitian yang dilakukan. Terbatasnya referensi penelitian dan referensi judul yang mengulas tentang hal ini pun menjadi salah satu kendala, meskipun demikian peneliti tetap berusaha untuk melaksanakan penelitian ini semaksimal mungkin agar mendapatkan hasil yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.


(14)

BAB IV

DESKRPSI DAN HASIL ANALISIS DATA

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Keadaan geografis

Secara geografis sebelah utara kecamatan Kabanjahe berbatasan dengan Kecamatan Berastagi, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tigapanah, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Munthe.

4.1.2. Keadaan topografi

Kota Kabanjahe terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 600 sampai 1400 m diatas permukaan laut. Kota Kabanjahe ini mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar 16,40c- 23,90c dengan kelembaban udara rata-rata setinggi 84,66 persen serta mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.

4.1.3. Luas wilayah

Kabanjahe merupakan salah satu kecamatan dan sekaligus ibukota kecamatan dan ibukota kabupaten. Kabanjahe secara geografis berada di barat laut provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayahnya 44,65 km2. Kecamatan ini terdiri dari 13 desa/kelurahan. Berikut ini adalah tabel luas wilayah kota kabanjahe menurut desa/ kelurahan.


(15)

Tabel 4.1. Luas wilayah kota Kabanjahe menurut desa/kelurahan

No Desa/kelurahan Luas wilayah (km2)

Rasio terhadap luas kecamatan (%)

1 Lau simomo 2,00 4,48

2 Kandibata 5,00 11,20

3 Kacaribu 3,25 7,28

4 Lau cimba 2,00 4,48

5 Padang mas 3,00 6,72

6 Gung leto 2,00 4,48

7 Gung negeri 4,50 10,08

8 Samura 3,00 6,72

9 Ketaren 2,50 5,60

10 Kampung dalam 2,00 4,48

11 Rumah kabanjahe 5,00 11,20

12 Kaban 4,90 10,97

13 Sumber mufakat 5,50 12,32

Jumlah 44,65 100,00

Sumber: kecamatan kabanjahe dalam angka 2010

4.1.4. Jumlah Penduduk

4.1.4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk kecamatan/kota Kabanjahe adalah sebanyak 63.326 jiwa dan semuanya memiliki kewarganegaraan WNI (Warga


(16)

Negara Indonesia). Dimana jumlah laki-laki sebanyak 32.989 jiwa, sedangkan jumlah perempuannya sebanyak 32.337 jiwa. Jumlah penduduk kota kabanjahe berdasarkan jenis kelamin terlihat pada tabel 4.2 dibawah ini.

Tabel 4.2. jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

No Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)

1. Laki-laki 32.989 48,94%

2. Perempuan 32.337 51,06%

Jumlah 63.326 100%

Sumber: karo dalam angka 2010

Berdasarkan tabel 4.2 dapat kita lihat bahwa jumlah laki-laki di kota Kabanjahe sebesar 48,94% dari jumlah penduduk, sedangkan jumlah perempuan di kota Kabanjahe sebesar 51,06% dari jumlah penduduk. Tingkat perbandingan antara laki-laki dan perempuan sebanyak 1.348 jiwa dimana laki-laki lebih sedikit dari pada jumlah perempuan di kota Kabanjahe.

4.1.4.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

Semua penduduk kota kabanjahe juga telah menganut beberapa agama yang telah diakui di negara Indonesia. Agama yang paling dominan di kota kabanjahe adalah Kristen protestan. Hal ini dapat dilihat


(17)

dari banyaknya gereja bagi umat Kristen protestan yang ada di kota kabanjahe. Dimana penduduk di kota kabanjahe dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan agama yang dianutnya, yang terlihat pada tabel 4.3 dibawah ini.

Tabel 4.3 jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Frekuensi Persentase (%)

1 Islam 22.201 35,49 %

2 Protestan 32.293 51,62 %

3 Khatolik 6090 9,73 %

4 Hindu 547 0,87 %

5 Budha 412 0,66 %

6 Lainnya 1020 1,63 %

Jumlah 62.563 100 %

Sumber: karo dalam angka 2010

Berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk kota kabanjahe beragama Kristen protestan dengan jumlah 32.293 jiwa dengan persentase 51,62 % , yang beragama islam di kota Kabanjahe sebanyak 22.201 jiwa dengan 53,49), yang beragama Kristen khatolik sebanyak 6090 jiwa dengan 9,73%, dan yang beragama Hindu sebanyak 547 jiwa dengan 0,87%, sedangkan yang beragama Budha sebanyak 412 jiwa dengan 0,66% serta yang lainnya sebanyak 1020 jiwa


(18)

dengan 1,63%. Maka jumlah keseluruhan jumlah penduduk yang memiliki agama adalah sebanyak 62.563 jiwa.

4.1.5. Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana yang ada dalam sebuah wilayah adalah suatu pelengkap yang berfungsi sebagai fasilitas bagi masyarakat dalam menjalankan aktivitas dan fungsinya. Adapun yang menjadi sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan kabanjahe dapat dilihat dibawah ini.

a. Sarana pendidikan Tabel 4.4 sarana pendidikan

No Kategori Jumlah

1 PAUD/TK 35

2 SD 20

3 SMP 10

4 SMA/SMK 10

Jumlah 75

Sumber : karo dalam angka 2010

Berdasarkan data pada tabel 4.4, sarana pendidikan yang ada di kota/kecamatan Kabanjahe sudah tergolong meningkat atau berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa PAUD/TK swasta maupun negeri mencapai 35 sekolah, Sekolah Dasar (SD) swasta maupun negeri mencapai 20 sekolah dan SMP swasta maupun negeri mencapai 10 sekolah serta


(19)

SMA/SMK swasta ataupun negeri mencapai 10 sekolah. Maka jumlah keseluruhan sekolah yang ada mencapai 75 sekolah.

b. Sarana peribadatan

Dalam hal keagamaan, sarana peribadatan yang ada di kecamatan/kota Kabanjahe sangatlah banyak terlihat dari perkembangan keagamaan yang ada di kota tersebut. Sarana peribadatan terdiri dari 48 gereja protestan, 17 mesjid bagi masyarakat yang beragama islam, 12 kapel/capel yang digunakan oleh masyarakat yang beragama Kristen khatolik serta ada satu vihara bagi masyarakat yang beragama Budha. Banyaknya gereja protestan di Kabanjahe menunjukkan bahwa mayoritas penduduk yang bertempat tinggal di daerah tersebut beragama kristen protestan.

Jumlah sarana peribadatan di kecamatan Kabanjahe dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.5 sarana peribadatan

No Sarana peribadatan Jumlah

1 Gereja 48

2 Mesjid 17

3 Kapel/ capel 12

4 Pura -

5 Vihara 1

Jumlah 78


(20)

c. Sarana kesehatan

Tabel 4.6 sarana kesehatan

No Sarana kesehatan

1 Rumah sakit umum kabanjahe 2 Rumah sakit kusta lau simoom

3 Rumah sakit ester

4 Rumah sakit elovani

5 Rumah sakit flora

6 Rumah sakit yoreskita

7 Rumah sakit mandala

8 Puskemas (DKR)

9 Poskes TNI

10 Faskes polri

11 Poliklinik polres

Sumber: www.bpjs-kesehatan.go.id

Berdasarkan data tabel 4.6, kota kabanjahe memiliki 7 rumah sakit swasta ataupun negeri, satu puskesmas serta tiga poliklinik milik angkatan negara seperti poskes POLRI, faskes TNI serta poliklinik polres. Serta lebih dari dua dokter yang bekerja di setiap rumah sakit yang ada di kabanjahe.


(21)

4.2. Sejarah keberadaan gereja 4.2.1. Gereja HKBP

Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) adalah persekutuan orang Kristen dari segala suku dan golongan bangsa Indonesia dan segala bangsa diseluruh dunia yang dibabtis ke dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Secara umum gereja Huria Kristen Batak Protestan berdiri pada tanggal 7 oktober 1861. Gereja Huria Kristen Batak Protestan Kabanjahe berdiri pada tahun 1940. Gereja Huria Kristen Batak Protestan memiliki visi yaitu HKBP yang berkembang menjadi gereja yang inklusif, dialogis, dan terbuka serta mampu dan bertenaga mengembangkan kehidupan yang bermutu di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus, bersama-sama dengan semua orang di dalam masyarakat global, terutama masyarakat Kristen demi kemuliaan Allah Bapa yang mahakuasa. Serta yang menjadi misi gereja Huria Kristen Batak Protestan adalah Huria Kristen Batak Protestan berusaha meningkatkan mutu

segenap warga masyarakat, terutama warga Huria Kristen Batak Protestan, melalui pelayanan-pelayanan gereja yang bermutu agar mampu melaksanakan amanat Tuhan Yesus dalam segenap prilaku kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, maupun kehidupan bersama segenap masyarakat manusia ditingkat lokal dan nasional, di tingkat regional dan global dalam menghadapi tantangan Abad-21.

Gereja Huria Kristen Batak Protestan merupakan gereja yang berasal dari aliran Lutheran yang berada dibawah naungan PGI


(22)

(Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia) serta ada 88 anggota gereja yang menjadi anggota PGI yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.7 Anggota Persekutuan Gereja-Gereja Di Indonesia (PGI)

No. Anggota Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia 1 Huria Kristen Batak Protestan

(HKBP)

45 Gereja kristen protestan mentawai (GKPM)

2 Gereja Batak Karo Protestan (GBKP)

46 Gereja Kalimantan Evangelis (GKE)

3 Banua Niha Keriso Protestab (BNKP)

47 Gereja kristen protestanangkola (GKPA)

4 Gereja Methodist Indonesia (GMI) 48 Gereja protestanminahasa (KGPM) 5 Gereja Kristen Indonesia sumut 49 Gereja mission batak (GMB) 6 Gereja Masehi Injili Sangihe

Talaud (GMIST)

50 Gereja angowuloa masehi Indonesia nias (gereja AMIN)

7 Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM)

51 Orahua Niha Keriso Protestan (ONKP)

8 Gereja Masehi Injili Bolaang Mongondow (GMIMB)

52 Gereja Protestan Indonesia Luwu (GPIL)

9 Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST)

53 Gereja Kebangunan Kalam Allah (GKKA)

10 GEREJA TORAJA 54 Protestan Maluku (GPM)

11 GEREJA TORAJA MAMASA 55 Gereja Kristen Anugrah (BKA) 12 Gereja Kristen Sulawesi Selatan

(GKSS)

56 Gereja Sumatera Bagian Selatan (GKSBS)

13 Gereja Protestan di Sulawesi Tenggara (GEPSULTRA)

57 Gereja Protestan Kalimanan Barat (GPKB Pontianak)


(23)

(GMIH) Graham Bethel Indonesia 15 Gereja Kristen Kalam Kudus

(GKKK)

59 Gereja Kristen Injili Indonesia (GKII)

16 GKI Di Tanah Papua 60 Gereja Kristen Sumba (GKS) 17 Gereja Masehi Injili di Timor

(GMIT)

61 Gereja Kristen Injili Di Indonesia (GEKISIA)

18 Gereja Masehi Injili Indonesia (GEMINDO)

62 Gereja Kristen Luther Indonesia (GKLI)

19 Gereja Kristen Protestan Di Bali (GKPB)

63 Gereja Protestan Persekutuan (GPP)

20 Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW)

64 Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI)

21 GEREJA KRISTEN PERJANJIAN BARU

65 Gereja Tuhan Di Indonesia (GTDI)

22 Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ) 66 Gereja Kristen Indonesia Di Sulawesi Selatan ( GKI-SULSEL) 23 Gereja Kristen Jawa (GKJ) 67 Gereja Kristen Indonesia

24 Gereja Kristen Pasundan (GKP) 68 GEREJA ISA ALMASIH

25 GEREJA KRISTUS 69 Gereja REHOBOTH

26 Gereja Protestan di Bagian Barat (GPIG)

70 Gereja Protestan Indonesia (GPI) Di Papua

27 Gereja Protestan di Indonesia (GPI)

71 Gereja Kristen Protestan Pak Pak Dairi (GKPPD)

28 Gereja Angowuloa Fa Awosa Kho Yesus (AFY)

72 Gereja Keesaan Injili Indonesia (GEKINDO)

29 Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI)

73 Gereja Masehi Protestan Umum (GMPU)

30 Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS)

74 Gereja Protestan di Sulawesi Selatan (GPSS)


(24)

31 Gereja Kristen Pemancar Injil (GKPI)

75 Gereja Kristen Oikumene di Indonesia (GKO)

32 Gereja Bethel Indonesia Sepenuh (Gbis)

76 Gereja Sahabat Indonesia (GSI)

33 Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS)

77 Gereja Utusan Pantekosta di Indonesia (GUPDI)

34 Huria Kristen Indonesia (HKI) 78 Gereja Kristus Yesus (GKY) 35 Gereja Kristen Luwuk Banggai

(GKLB)

79 Gereja Masehi Injili Di Talaud (GERMITA)

36 Gereja Kristus Tuhan (GKT) 80 GERAJA KRISTEN ABDIEL 37 Gereja Protestan Indonesia

Donggala (GPID)

81 Gereja Kristus Rahmani Indonesia (GKRI)

38 Gereja Punguan Kristen Batak (GPKB)

82 Gereja Sidang-Sidang Jemaat Allah (GSJA)

39 Gereja Protestan Indonesia Gorontalo (GPIG)

83 Gereja Protestan Indonesia di Banggai Kepulauan (GPIBK) 40 Gereja Kristen Jawa Tengah Utara

(GKJTU)

84 Gereja Kristen Protestan Injili Indonesia (GKPII)

41 Gereja Kristen Kalimantan Barat (GKKB)

85 Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII)

42 Gereja Gerakan Pantekosta (GGP) 86 Gereja Protestan Soteria di Indonesia (GKSI)

43 Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI)

87 Gereja Kriten Sangkakala Indonesia (GKSI)

44 Gereja Protestan Indonesia di Buol Toil-Toli (GPIBT)

88 Kerukunan Gereja Masehi Protestan Indonesia (KGMPI)


(25)

Jemaat Huria Kristen Batak Protestan mengadakan kebaktian minggu setiap hari minggu bertempat di gedung gereja serta jemaat juga mengadakan kebaktian doa keluarga, lingkungan, kelompok, kategorial, dan yang lain yang sesuai dengan kebutuhannya. Gereja juga dapat mengadakan kebaktian kebangunan rohani (KKR) yang diikuti oleh warga jemaat adat masyarakat di tempat yang ditentukan oleh gereja. Yang menjadi maksud dan tujuan gereja Huria Kristen Batak Protestan adalah:

1. Memberitakan dan menghayati Firman Tuhan

2. Memelihara kemurnian pemberitaan dan pengajaran firman Tuhan. 3. Menyediakan dirinya agar menjadi kemuliaan Allah Bapa, Anak,

dan Roh Kudus.

4. Memantapkan dan menguatkan keberadaan HKBP.

Serta yang menjadi tugas gereja Huria Kristen Batak Protestan adalah mengembangkan kerajaan Allah melalui kegiatan persekutuan, kesaksian dan pelayanan.

Huria Kristen Batak Protestan di tanah karo hanya ada 3 gereja, satu di kecamatan Tigapanah, Kabanjahe serta yang satu lagi di kecamatan Berastagi. Gereja Huria Kristen Batak Protestan kabanjahe memiliki jemaat sekitar 509 kepala keluarga, anak remaja 100 orang serta abak sekolah minggu berjumlah 300 orang. Naposobulungnya hanya 50 orang, hal ini dikarenakan sebagian naposobulung gereja ini sudah bekerja dan


(26)

sedang bersekolah di luar dari kota Kabanjahe. Hamba Tuhan yang bekerja di gereja Huria Kristen Batak Protestan Kabanjahe ini adalah sebagai berikut yaitu dua orang pendeta (satu pendeta tua dan satu lagi pendeta muda), satu bible pro serta satu diakones.


(27)

Lampiran 1: bagan organisasi HKBP HKBP HATOPAN DISTRIK RESSORT HURIA B.Audit Sek. Jendral Kepala Dep. kononia Kepala Dep. marturia Kepala dep. diakonia Ephorus Balitba-ng HKBP biro biro biro

Badan usaha HKBP

biro Yaya

-san BPP HKBP yayasan Bendahar-a hBendahar-atopBendahar-an Sinode Distrik Praeses MPSD Kabid.di akonia Kabid.ma rturia Kabid. Koinonia Rapot resort Pandita resort

Majelis resort Sekretaris resort Rapot huria

Raport parhalado Uluan ni huria

Rapot partohonan Majelis perbendaharaan dan Adm Ketua dewan koinonia Ketua dewan diakonia Ketua dewan marturia Seksi diako-nia sosial Seksi sending Seksi siko-lah minggu Seksi pendidikan Seksi re-maja Seksi kesehatan Seksi musik Seksi napo-sobulung Seksi ke-masyarakatan Seksi lansia Seksi ama Seksi paro-mpuan Sinode Gondang Rapot pan-dita HKBP MPS


(28)

4.2.2. Gereja Bethel Indonesia

Gereja bethel Indonesia di Kabanjahe Tanah karo pada awalnya muncul pada tahun 2007. Seiring perkembangan serta kebutuhan masyarakat yang rindu akan suasana gereja khasrismatik maka gereja Bethel di Kabanjahe berkembang menjadi 4 cabang yaitu Gereja Bethel Indinesia Rg Mart, Gereja Bethel Indonesia Pagi Sore, Gereja Bethel Indonesia Konsio dan Gereja Bethel Indonesia Ketaren. Awalnya jemaat di Gereja Bethel Indonesia Rg Mart ini mencapai 200 orang tetapi setelah perpecahan dan membangun satu gereja lagi di daerah sekitarnya maka jemaatnya dibagi menjadi dua yaitu Gereja Bethel Indonesia Rg Mart dan Gereja Bethel Indonesia Pagi Sore. Jumlah jemaat yang menetap di Gereja Bethel Indonesia Rg Mart ini hanya mencapai 115 jemaat yaitu 60 jemaat dewasa, 20 jemaat pemuda/I nya dan 35 jemaat anak.

Pusat Gereja Bethel Indonesia pada awalnya berada di Medan Plaza namun karena terjadi sebuah kebakaran yang menimpa tempat tersebut maka Gereja Bethel Indonesia Sumatera Resort di pindahkan ke jalan Jamin Ginting KM 13.5 Simpang Selayang Medan. Yang menjadi visi Gereja Bethel Indonesia adalah terlaksana amanat agung keseluruh dunia (Matius 28) dan yang menjadi misi Gereja Bethel Indonesia adalah pemulihan pondok daud ( Kis 15:15-17). Gereja Bethel Indonesia berasal dari aliran kharismatik yang berada dibawah naungan PGI (Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia) dan Gereja Bethel Indonesia juga merupakan anggota dari PGPI (Persekutuan Gereja-Gereja Pentakosta Indonesia) dan


(29)

dapat dilihat pada tabel 4.8 anggota persekutuan gereja-gereja dibawah ini.

Tabel 4.8 Anggota Persekutuan Gereja-Gereja Pantekosta Indonesia (PGPI)

No Anggota Persekutuan Gereja - Gereja Pantekosta Indonesia (PGPI) 1 Gereja Pantekosta di Indonesia 42 Gereja Kristus

2 Gereja Bethel Indonesia 43 Gereja Pantekosta Maluku 3 Gereja Sidang Pantekosta di

Indonesia

44 Gereja Pantekosta Serikat

Indonesia

4 Gereja tuhan di Indonesia 45 Gereja Suara Ketebusan Maluku 5 Gereja Kasih Anugrah 46 Gereja Siloam Injili di Indonesia 6 Gereja Sejahtera Indonesia 47 Gereja Bethel Rohulkudus

7 Gereja Kristen Pantekosta

Yerusalem

48 Gereja Pusat Pantekosta Indonesia

8 Gereja Anugrah Bethesda 49 Gereja Bethesda

9 Gereja Berea Sungrak Indonesia 50 Gereja Pantakosta di Indonesia 10 Gereja Elim Indonesia 51 Gereja Pentakosta Bekasi 11 Gereja Segala Bangsa 52 Gereja Bethany di Indonesia 12 Gereja Pantekosta Elim 53 Gereja Bethel Tabernakel 13 Gereja Pentakosta Sumatera Utara

Pinksterkerk

54 Gereja Kristen Kegerakan

Pantekosta Minahasa

14 Gereja Baitlahim 55 Gereja Elim Tabernakel

15 Gereja Terang Dunia 56 Gereja Pantekosta Immanuel 16 Gereja Sungai Yordan 57 Gereja Bethany Indonesia 17 Gereja Pantekosta Indonesia 58 Gereja Persekutuan Kristen

18 Gereja Pantekosta Jakarta

Indonesia

59 Gereja Pantekosta Kudus Indonesia


(30)

20 Gereja Sidang Jemaat Pantekosta di Indonesia

61 Gereja Pantekosta Kharismatika di Indonesia

21 Gereja Rehoboth 62 Gereja Yesus Kristus Tuhan

22 Gereja Sidang Rohulkudus

Indonesia

63 Gereja Kristen Pantekosta

Bandung

23 Gereja Pantekosta Rachmat 64 Gereja Kemah Tabernakel 24 Gereja Kristus Injil 65 Gereja Sidang Tuhan 25 Gereja Injil Kristus 66 Gereja Pentakosta Haleluya 26 Gereja Pantekosta Isa Almasih 67 Gereja Nazareth Pantekosta 27 Gereja Penyebaran Injil 68 Gereja Kristen Tabernakel

28 Gereja persekutuan Kristen 69 Gereja Pantekosta

29 Gereja Keluarga Tabernakel 70 Gereja Pantekosta Irian Jaya 30 Gereja Pimpinan Rohulkudus 71 Gereja Terang Kristus

31 Gereja Bethel Pentakosta

Indonesia

72 Gereja Persekutuan Kristen Oikumene

32 Gereja Allah di Indonesia 73 Gereja Pantekosta Tubuh Kristus 33 Gereja Pantekosta Tabernakel 74 Gereja Injil Sepenuh Indonesia 34 Gereja Kristus Apostoloik 75 Gereja Pantekosta Karang Anyer 35 Gereja Pekabaran Injil Jalan Suci 76 Gereja Pantekosta

36 Gereja Gerakan Pantekosta 77 Gereja Bethel Maranatha

37 Gereja Kristen Maranatha

Indonesia

78 Gereja Pentakosta Sion Indonesia

38 Gereja Pantekosta Di Tanah Papua 79 Gereja Utusan Pantekosta di Indonesia

39 Gereja Tabernakel Indonesia 80 Gereja Kristen Pantekosta 40 Gereja Bethel Pantekosta 81 Gereja Pantekosta Jakarta 41 Gereja Pantekosta Internasional

Indonesia

82 Gereja Kristus Apostoloik


(31)

Tata gereja yang dilaksanakan oleh gereja bethel Indonesia adalah meliputi: salam pembuka yang dimulai oleh pendeta yang melayani di gereja tersebut, doa pembuka, menyanyikan dua buah lagu untuk penyembahan (lagu lambat), dua buah lagu untuk pujian (lagu cepat), persembahan, khotbah, persembahan, pengumuman atau warta jemaat, satu lagu pujian, doa syafaat, serta diakhiri dengan doa berkat.

4.2.2. Fasilitas Gereja

Gereja Huria Kristen Batak Protestan memiliki satu PAUD dan satu TK yaitu disebut dengan PAUD Jerikho. TK Jerikho berdiri sudah lebih dari lima tahunsedangkan PAUD Jerikho yang masih berdiri selama 3 tahun belakangan ini. Yang menjadi pengajar di PAUD serta TK Jerikho ini yaitu jemaat Huria Kristen Batak Protestan sendiri tanpa ada guru yang dari luar gereja itu sendiri.

4.3. Profil informan

1. Pdm. Ratman Sibuea (Lk, 37 tahun)

Ratman sibuea merupakan salah satu gembala gereja Gereja Bethel Indonesia Rg Mart Kabanjahe yang tinggal di daerah Tanjung Selamat Medan. Dia sudah melayani selama 5 tahun tertulis mulai juni 2010 hingga sekarang. Sebelumnya dia melayani di Gereja Bethel Indonesia yang berada di kota Medan. Setelah masa jabatannya habis di kota Medan, dia pindah ke kota Kabanjahe dan menjadi seorang gembala di


(32)

Gereja Bethel Indonesia Rg Mart Kabanjahe. Ayah yang sekaligus bekerja sebagai pendeta ini memiliki seorang anak laki-laki dan seorang putri yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Istrinya yang bekerja sebagai ibu rumah tangga harus mengurus anaknya seorang diri dan rela ditinggal olehnya selama tiga hari dalam seminggu untuk melayani jemaatnya di kota Kabanjahe. Hal itu sudah menjadi resiko yang harus dia tanggung setelah menjadi seorang gembala.

Dia mengatakan bahwa dalam pergaulannya jemaat gereja kharismatik dan jemaat gereja HKBP berhubngan dengan baik tetapi tidak dapat kita pungkiri bahwa sering terjadinya kesalahpahaman antara kedua jemaat ini. Kesalahpahaman yang terjadi bisa berupa miss komunikasi tentang ajaran-ajaran gereja masing-masing.

2. Herny Diana Surbakti (Pr, 44 tahun)

Herny Diana adalah seorang PNS kota Kabanajahe yang bekerja di kantor camat kabanjahe dan tinggal di jalan veteran Gg.Bakti no.10 Kabanjahe. Dia juga adalah seorang jemaat tetap selama 5 tahun di gereja Gereja Bethel Indonesia Rg Mart. Ibu tiga anak ini juga bertugas dalam pelayanan diakones. Keaktifannya dalam mengikuti setiap kegiatan yang dilakukan gereja serta keramahannya yang membuat dia terpilih menjadi salah satu diakones di gereja Gereja Bethel Indonesia Rg Mart ini. Awalnya dia terdaftar sebagai jemaat tetap di salah satu gereja yang ada di kabanjahe, karena ketidak nyamanannya akan gereja lamanya akhirnya


(33)

dia memutuskan untuk pindah ke gereja yang beraliran kharismatik tersebut. Kerap sekali dia mengikuti kebaktian yang diadakan gereja Gereja Bethel Indonesia tanpa didampingi oleh suaminya. Hal ini dikarenakan suaminya yang bermarga Perangin-angin ini merupakan jemaat dari gereja konvenional atau gereja kesukuan. Walaupun begitu tidak menutup kemungkinan dia membawa ketiga anaknya untuk beribadah ke gerejanya. Baginya gereja kharismatik sangat mengerti akan dirinya karena di gereja inilah dia mendapatkan kenyamanan untuk beribadah. Pada saat beribadah di gereja konvensional dia tidak merasakan hal seperti yang didapatkannya pada gerejanya saat ini.

3. Yusniarti Eva Natalia Purba (Pr, 28 tahun)

Yusni begitulah informan ini kerap dipanggil di gereja ataupun di lingkungan tempat tinggalnya. Dia tinggal di jalan veteran Gg. Merpati no.5. Wanita berusia dua puluh delapan tahun ini adalah salah satu jemaat tetap di gereja Gereja Bethel Indonesia Rg Mart kabanjahe yang selama lima tahun ini aktif dalam pelayanan-pelayanan yang diadakan gereja ini. Dia melayani dalam bidang atau departemen musik dan bekerja secara

full time di gereja Gereja Bethel Indonesia Rg Mart kabanjahe. Sebelumnya dia terdaftar di salah satu gereja suku yang ada di kabanjahe. Dia pindah ke gereja bethel ini karena dia merasa lebih diterima serta lebih mendapatkan pengetahuan mengenai agama di gereja ini.


(34)

Menurutnya jemaat dari gereja lamanya tidak begitu ramah sehingga membuatnya tidak nyaman berada dan beribadah di gereja tersebut. 4. Olive Tarigan (Pr, 35 tahun)

Pemudi yang berusia 35 tahun ini merupakan penduduk asli kota Kabanjahe yang tinggal di jalan veteran yang tidak jauh dari tempat dia gerejanya. Dia merupakan salah satu pemudi Gereja Bethel Indonesia yang awalnya terdaftar pada gereja kesukuan yang ada di kabanjahe serta ayahnya yang berprofesi sebagai penatua di gereja lamanya. Dia pindah gereja pada saat berusia 29 tahun. Selama belum beribadah ke gereja bethel Indonesia ini dia merasa kurang mendapat berkat dan merasa bosan setiap kali datang beribadah ke gereja yang sudah menerimanya sejak dia masih kecil. Selama 6 tahun berada di gereja bethel dia merasa sudah mendapat berkat dan merasa sangat diterima di gereja ini. Baginya jika beribadah ke gereja dan tidak mendapat berkat sama saja seperti tidak datang ke gereja untuk beribadah. Dia mengatakan bahwa pergaulannya kepada teman-teman semasa di gereja lamanya masih berjalan seperti biasa walaupun dia sudah tidak menjadi anggota di gereja lamanya. Tidak ada lagi diskusi-diskusi mengenai agama bersama teman-temannya semenjak dia berpindah gereja. Menurutnya teman-teman lamanya tidak mengerti terhadap cara beribadah gereja kharismatik.


(35)

Ibu panjaitan merupakan salah seorang pendeta di gereja Huria Kristen Batak Protestan kabanjahe yang berada di jalan Irian. Sebelum menjadi pendeta dia merupakan seorang guru biblevrouw. Informan ini memiliki dua orang anak perempuan. Ibu yang berusia 65 tahun ini sudah lama berprofesi sebagai pendeta di kota Kabanjahe tetapi dia bukanlah warga asli kota Kabanjahe. Dia semula adalah warga kota Medan.

Selama dia menjadi seorang pendeta di gereja Huria Kristen Batak Protestan, dia selalu mengingatkan kepada jemaatnya agar selalu rajin beribadah kegerejanya dan bukan beribadah ke gereja-gereja lainnya. Dia akan memperingatkan jemaatnya jika jemaatnya kedapatan beribadah ke gereja kharismatik walaupun hanya untuk mencari suasana baru. Serta dia tidak setuju dengan adanya jemaatnya yang mau jajan rohani ke gereja-gereja lain karena dia berpikiran bahwa jika ada jemaatnya yang pergi ke gereja lain berarti cara beribadah di gerejanya masih kurang bagus tetapi tidak bisa disamakan dengan cara beribadah orang kharismatik.

6. Janus Sihombing (Lk,60 tahun)

Bapak sihombing merupakan salah satu jemaat gereja Huria Kristen Batak Protestan yang tinggal di jalan jamin ginting Gg. Aman. Dia terdaftar menjadi anggota di gereja Huria Kristen Batak Protestan karena kedua orangtuanya juga merupakan anggota tetap gereja Huria Kristen Batak Protestan yang berada di daerah Samosir. Dia memiliki satu istri dan tiga orang anak perempuan dan satu anak laki-laki serta empat cucu. Saat ini dia hanya tiggal berdua dengan istrinya karena anak-anak mereka


(36)

sudah menikah dan merantau ke luar kota. Ayah empat anak ini mengakui bahwa sudah sangat nyaman beribadah ke gereja Huria Kristen Batak Protestan karena sejak dia dilahirkan dia sudah dibawa kedua orangtuanya untuk beribadah di gereja itu. Anak-anaknya juga terdaftar di gereja Huria Kristen Batak Protestan walaupun tidak berada di kota yang sama dengan orangtuanya.

Bapak yang berumur 60 tahun ini mengatakan bahwa tidak perlu ada berhubungan dengan jemaat dari gereja kharismatik karena baginya jemaat kharismatik hanya mengganggu baginya. Alasan ini muncul karena ketidaksukaannya kepada jemaat kharismatik yang datang ke daerah tempat tinggalnya untuk menyebarkan injil. Serta baginya jemaat kharismatik sangat berlebihan dalam menyebarka injil dan sangat berlebihan juga dalam menyampaikan doa. Dia juga mengatakan bahwa setiap kali ada kesempatan bertemu dengan jemaat kharismatik selalu saja membuat mereka beradu pendapat dan hal ini jugalah yang membuatnya tidak menyukai jemaat kharismatik pada umumnya.

7. Junita (Pr, 38 tahun)

Juni begitulah informan ini kerap dipanggil. Ibu tiga anak yang berprofesi sebagai bidan yang tinggal di jalan Jamin Ginting. Informan ini sudah lama menjadi anggota gereja Huria Kkristen Batak Protestan. Kedua orang tuanya juga merupakan anggota gereja Huria Kristen Batak Protestan di kampungnya. Walaupun kerap sekali berpindah tempat untuk


(37)

bersekolah dan bekerja tidak membuatnya meninggalkan gereja Huria Kristen Batak Protestan. Kemanapun dia pergi tidak menjadi penghalang baginya untuk beribadah ke gereja Huria Kristen Batak Protestan. Dia selalu mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan gereja Huria Kristen Batak Protestan baik pada saat dia belum menikah maupun sampai dia memiliki tiga orang anak.

Informan mengatakan tidak ada masalahnya untuk berhubungan dengan jemaat dari gereja manapun khususnya dari gereja kharismatik. Tetapi dia mengatakan bahwa tidak mau terlalu dekat dengan jemaat gereja kharismatik karena dia merasa tidak begitu nyaman berada dikeliling jemaat gereja Huria Kristen Batak Protestan. Selain itu, menurut informan jemaat kharismatik terlalu berlebihan dalam hal beribadah.

8. M. Perangin-angin (Lk, 50 tahun)

Informan yang merupakan seorang ayah dari seorang anak laki-laki dan dua anak perempuan. Dia adalah seorang PNS yang bekerja di kantor bupati Tanah Karo. Sejak menikah informan mulai menjadi jemaat tetap di gereja Huria Kristen Batak Protestan kabanjahe. Hal ini dikarenakan bahwa istri yang dinikahinya merupakan jemaat dari gereja Huria Kristen Batak Protestan. Awalnya informan berasal dari gereja kesukuan yang ada di kabanjahe. Menurut penuturannya dia sudah lebih dari dua puluh


(38)

tahun menjadi anggota tetap gereja ini sejak pernikahannya. Dia juga menjabat sebagai salah satu penatua di gereja tersebut.

Informan mengatakan bahwa gereja kharismatik dapat berkembang di kabanjahe karena para jemaat yang sangat peduli terhadap masyarakat yang ingin beribadah ke gereja kharimatik itu. Bukan mengatakan bahwa gereja Huria Kristen Batak Protestan tidak peduli terhadap jemaatnya tetapi tujuan utama gereja Huria Kristen Batak Protestan ini tidaklah seperti gereja kharismatik yang sangat mudah menerima jemaat dari gereja mana pun supaya bisa masuk dan menarik masyarakat tersebut menjadi anggota gerejanya.

9. R br Situmorang (mak Harto) (Pr, 55 tahun)

Informan kerap sekali dipanggil dengan mak Harto ini merupakan salah satu jemaat tetap gereja Huria Kristen Batak Protestan yang semula beragama Kristen khatolik. Dia mulai masuk ke gereja Huria Kristen Batak Protestan pada saat masih anak-anak. Dia sudah berani menggambil keputusan untuk pindah gereja saat masih berusia sembilan tahun. Pada awalnya semua keluarganya termasuk kedua orang tuanya menentang tindakannya tersebut. Kekerasan hatinya membuat orangtuanya akhirnya menyetujui kepindahannya tersebut. Ibu empat anak ini mengatakan bahwa hanya di gereja Huria Kristen Batak Protestan dia bisa beribadah dengan serius dan hanya di gereja itulah hatinya dapat menerima semua tentang agama. Dia juga mendapatkan


(39)

seorang suami beragama dan yang beribadah ke gereja Huria Kristen Batak Protestan. Hal itu juga yang membuatnya semakin bertahan beribadah sampai sekarang ke gereja Huria Kristen Batak Protestan di kota kabanjahe.

Mak Harto juga salah satu informan yang mengatakan bahwa bahwa tidak perlu adanya hubungan antara jemaat Huria Kristen Batak Protestan dengan jemaat yang beraliran kharismatik Gereja Bethel Indonesia maupun jemaat kharismatik yang lainnya. Dia mengatakan bahwa menjadi seorang pendeta kharismatik itu hanya membutuhkan kepintaran menghafal ayat-ayat yang ada di alkitab. Berbeda dengan pendeta dari gereja konvensional maupun gereja Huria Kristen Batak Protestan yang harus menjalani perkuliahan di bagian teologia agar bisa menjadi pendeta.

4.4. Interpretasi Data

4.4.1. Perpindahan Jemaat serta Daya Tarik Gereja Yang Beraliran Kharismatik

Sejak kemunculan gereja kharismatik membuat jemat dari gereja lain khususnya gereja konvensional ingin beribadah ke gereja ini. Tata ibadah yang sangat berbeda membuat jemaat lain penasaran akan tata ibadah gereja kharismatik serta gereja kharismatik memiliki daya tari tersendiri bagi jemaatnya sehingga dengan suka rela meninggalkan gereja lamanya untuk bergabung dengan gereja ini. Perpindahan ini sendiri dipengaruhi oleh


(40)

ketidakpuasan jemaat akan peribadatan yang ada di gereja konvensional khususnya di gereja HKBP maupun GBKP. Gereja yang beraliran kharismatik ini lebih menekankan pada engalaman rohani saja.

Melalui hasil wawancara dilokasi penelitian dengan para informan, diperoleh data bahwa terdapat suatu jawaban atau pandangan yang sama dari para informan mengenai daya tarik yang dimiliki oleh gereja kharismatik. Seperti pernyataan yang diungkapkan informan yang bernama Olive Tarigan (35 tahun):

…..“Gereja kharismatik ini memang memiliki daya tarik si cukup mejile. Ternen arah mbaru dengan gereja enda lit bas kabanjahe enda enggo enterem jemaatna arah jemaat gereja sidebanna bagi arah gereja HKBP, gereja GBKP ntah pe gereja sidebanna. Kesan si tantangna ku dat sangana aku ngikuti kebaktien bas gereja enda erbahanca jenda ateku lalap ergereja. Jemaat gereja ntah pe pengurus gereja enda mehuli kel man jemaat si mbaru denga. Tantangna kel lanai ku eteh kuja ateku erkebaktien perbahan sangana aku erkebaktien bas gerejaku sindekah lanai kuakap nyaman bagepe bagi lanai ku akap lit je Tuhan. Situhuna sanga aku reh ku gereja kharismatik enda aku ragu perbahan la lit ise pe kutandai je tapi pas kenca aku seh bas gereja mis reh kalak si ngalo-ngalo aku sierbahanca aku betah bas gereja enda. Lalit perbedaan antara jemaat simbaru ntah pe si ndekah bas gereja enda. Kerina bali perbahanenna man tiap-tiap jemaat. Enca pe kebaktien bas gereja enda beda kel ras kebatien i gerejangku perbahan gereja enda make alat musik si enggo mejile bagi gitar, drum ras pe piano. Adi bas gereja si ndekah piano ngenca ipakena. Bas gereja enda la melungen janah pe aku lebih ndatken kesah sibadia. (“Gereja kharismatik ini memang memiliki daya tarik yang cukup bagus. Terlihat dari baru munculnya gereja ini dan sudah memiliki jemaat tetap yang datang dari gereja konvensional seperti gereja HKBP, GBKP maupun gereja-gereja konvensional lainnya yang ada di kota kabanjahe. Kesan pertama yang saya dapatkan saat saya datang beribadah ke gereja ini membuat saya ingin selalu beribadah di gereja ini. Jemaat gereja ini maupun pengurus gereja ini sangat ramah dan sangat “welcome” kepada jemaat


(41)

pendatang baru. Awalnya saya tidak tahu lagi mau beribadah ke gereja mana, karena pada saat saya beribadah ke gereja saya, saya merasa tidak nyaman dan saya merasa tidak lagi adanya Tuhan disana. Pertama saya datang ke gereja kharismatik awalnya saya merasa ragu karena tidak ada yang saya kenal disana, tetapi ketika saya memasuki gereja ini saya langsung disambut dan mereka berusaha membuat saya nyaman berada di gereja itu. Ternyata bukan hanya jemaat baru saja yang disambut melainkan jemaat yang sudah lama. Tidak ada perbedaan antara jemaat baru dan lama maupun jemaat yang muda maupun jemaat yang tua. Perlakuan para pengurus gereja maupun pendeta sama kesetiap umatnya. Selain itu tata ibadahnya juga membuat saya ingin lebih lama untuk beribadah di gereja ini. Berbeda dengan gereja lama saya yang hanya menggunakan alat musik piano, dan gereja ini sudah menggunakan alat musik seperti drum, gitar maupun piano. Tidak ada keheningan pada saat beribadah dan hal itu membuat saya merasa lebih terberkati”.)

Hal ini senada dengan jawaban yang disampaikan informan yang bernama yusniarti:

…. “Pertama kali saya beribadah ke gereja kharismatik saya langsung merasa bahwa saya diterima dan sangat berbeda pada saat saya beribadah ke gereja lama saya. Disana saya tidak merasakan kenyamanan seperti kesan yang diberikan pada saat pertama kali saya beribadah ke gereja kharismatik. Jemaat gereja maupun pengurus gereja sangat ramah dan “welcome” kepada jemaat yang baru pertama kali datang. Digereja ini tidak ada perbedaan antara jemaat lama dan jemaat baru serta gereja ini tidak memiliki batasan-batasan seperti yang ada digereja lama saya. Adat istiadat juga tidak berperan didalam gereja ini sehingga saya bisa lebih ekspresif dalam mengikuti kebaktian. Awalnya saya hanya mencoba-coba datang beribadah ke gereja kharismatik dan kesan yang saya dapat adalah kesan bahwa jemaat gereja ini sangat ramah. Kesan pertama inilah yang membuat saya bertahan hingga sekarang, dan saya rela keluar dari gereja lama saya untuk bergabung dengan gereja kharismatik ini”

Hal ini juga senada dengan yang disampaikan informan yang bernama herny Diana (44):


(42)

Gereja yang lebih mengutamakan pengalaman rohani ini tidak menggabungkan adat istiadat ke dalamnya sehingga membuat setiap jemaatnya lebih merasakan kenyamanan. Menurut saya gereja ini lebih bisa menerima perkembangan zaman terlihat dari cara beribadah yang lebih enerjik dibandingkan dengan gereja konvensional. Dari cara berpakaian juga gereja ini lebih bebas sehingga kita tidak hanya menggunakan rok saja melainkan bisa memakai celana jeans. Hal seperti ini yang kadang bisa membuat senang para remaja yang malas memakai rok. Gereja yang memiliki jemaat yang sangat “welcome” terhadap jemaat baru membuat jemaatnya tidak canggung untuk datang lagi beribadah serta mendapatkan kenyamanan.

Dari hasil wawancara diatas terlihat bahwa gereja kharismatik memang memiliki daya tarik yang dapat mengajak dan menarik jemaat gereja lain untuk beribadah di gereja ini. Jemaat gereja dan pengurus gereja kharismatik ini sangat ramah, peduli serta sangat “welcome” kepada jemaatnya baik jemaat baru mauun jemaat lama. Kepedulian pendeta maupun pengurus gereja kepada jemaat yang memiliki masalah baik maslah dalam rumah tangga maupun maslah di tempat jemaatnya bekerja. Para pengurus gereja dan pendeta dengan senang hati datang berkunjung ke rumah jemaat hanya untuk mendoakan jemaatnya yang lagi dalam masalah. Selain itu, dengan adanya alat musik yang mengiringi kebaktian gereja ini membuat kebaktian yang berlangsung tidak monoton. keberadaan pengurus gereja dan fasilitas gereja inilah yang membuat jemaat dari gereja lain mau menjadi jemaat tetap gereja ini.

Adapun hal-hal yang menjadikan gereja yang beraliran kharismatik ini memiliki daya tarik adalah:

1. Jemaat gereja yang lebih fleksibel yang artinya jemaat gereja yang lebih mudah menerima perkembangan zaman serta gereja ini tidak


(43)

memiliki batasan-batasan yang ditetapkan oleh gereja bagi setiap jemaatnya.

2. Gereja yang tidak terikat akan tradisi atau budaya yang memungkinkan jadi penghalang bagi jemaatnya untuk beribadah. 3. Serta gereja yang lebiih mengutamakan pengalaman rohani

dibandingkan pendidikan mengenai agama. 4.4.2. Tata Ibadah Yang Monoton

Tata ibadah biasa disebut dengan liturgi yang sudah terpola pada suatu gereja, seperti doa pembuka, nyanyian yang dinyanyikan bersama-sama, pembacaan alkitab, pembacaan hukum Tuhan. Pengakuan dosa, pengakuan iman rasuli, persembahan serta doa penutup. Hal seperti inilah yang diungkapkan oleh informan Yusniarti (28 tahun):

...” Tata ibadah yang monoton membuat saya merasa sangat bosan serta merasa tidak mendapat berjat sehingga membuat saya untuk beralih dari gereja saya yang lama ke gereja kharismatik. Gereja kharismatik yang spontan membuat saya sangat bisa menikmati dan merasa sudah mendapat berkat serta lagu pujiannya yang sangat enerjik membuat saya bersemangat setiap kali beribadah ke gereja ini.acara-acara yang ada di gereja kesukuan ini juga sudah mengikuti aturan yang terpola tidak seperti kegiatan yang dilakukan di gereja bethel yang kita dapat bebas berekspresi tanpa ada aturan dan larangan.

Hal senada juga diucapkan oleh informan yang bernama herny Diana (44 tahun):

…”tata ibadah siilakoken ibas gerejaku sindekah erbahanca ate medu bagepe madat kel banna mataku janah pe medem ateku paksana kebaktien enda mulai. Mbarenda sangana bas gerejaku si ndekah, enggo pe aku ikut kebatien tapi lalap bagi lit sikurangna ku akap. Enca aku pindah ku gereja kharismatik


(44)

enda erbahanca aku lebih ngenanami kai ertina erkebaktien janah pe ku gejapken pasu-pasu dibata (tata cara ibadah yang seperti dilakukan oleh gereja saya yang lama membuat saya merasa jenuh dan mulai mengantuk setiap kali mulai beribadah. Dulu saat saya beribadah di gereja lama saya, saya merasa ada yang kurang walupun saya sudah melakukan kebaktian. Kepindahan saya ke gereja kharismatik ternyata mambuat saya lebih merasakan berkat Tuhan dan lebih mendapat arti beribadah).

Hal ini senada juga dengan apa yang dikatakan oleh informan yang bernama Olive Tarigan (35 tahun):

….”ende-endeen pujin si iendeken I bas gerejaku si ndekah i buat bas buku ende-endeen nari erbahanca mis ateku medem janah pe tata ibadahna si enggo terpola erbahanca aku bosan. Tata ibadah sibage-bage saja erbahanca aku mutusken gelah pindah ku gereja si lebih meriah bagepe paksana rende ndanci sambil ertepuk. Aturen gereja konvensional pe ketat kel bage pe mpersada ras adat istiadat si lit bas kabanjahe. (Lagu pujian yang dinyanyikan di gereja lama saya diambil dari kidung agung membuat saya merasa ingin sekali tidur karna sebagian dari lagu yang dinyanyikan sangat cocok untuk tidur serta tata ibadahnya yang sangat terpola membuat saya merasa bosan. Tata ibadah yang monoton ini membuat saya beralih ke gereja yang memiliki tata ibadah yang lebih bersifat enerjik dan saat bernyanyipun kita bisa sambil bertepu tangan. Lagi pula gereja konvensional memiliki aturan yang sangat ketat dan karena masih menyatukan dengan adat istiadat yang berlaku.).

Petikan wawancara dari ketiga informan diatas menunjukkan bahwa tata cara ibadah gereja konvensional memang terbilang monoton sehingga membuat jemaatnya merasa bosan dan ingin mencari suasana baru dalam beribadah. Mereka pun akhirnya menemukan gereja yang cocok bagi mereka yang pada awalnya tidak mendapatkan berkat saat beribadah ke gereja konvensional tersebut.


(45)

4.4.3. Hubungan Interaksi Antar Jemaat Gereja Huria Kristen Batak Protestan dengan Jemaat Gereja Kharismatik

Interaksionis simbolik adalah suatu aktivitas yang menunjuk pada sifatkhas dari interaksi antar manusia. Kekhasannya adalah manusia saling menerjemahkan dan saling mendefenisikan tindakannya. Bukan hanya reaksi belaka dari tindakan orang lain, tapi didasarkan atas makna yang diberikan tehadap tindakan orang lain. Bagi Blumer interaksionis simbolik bertumpu pada tiga premis yaitu:

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.

2. Makna tersebut berasal dari “interaksi sosial seseorang dengan orang lain”.

3. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial berlangsung.

Menurut Blumer (Poloma, 2010), bagi seseorang makna dari sesuatu berasal dari cara-cara orang lain bertindak terhadapnya dalam akan melahirkan batasan bagi orang lain.

Melalui hasil wawancara dilokasi penelitian dengan para informan, diperoleh data bahwa terdapat suatu jawaban atau pandangan yang sama dari para informan mengenai daya tarik yang dimiliki oleh gereja kharismatik. Seperti pernyataan yang diungkapkan informan yang kerap kali dipanggil dengan mak Harto (55 tahun):


(46)

… “Bagi saya berhubungan dengan jemaat gereja kharismatik tidaklah perlu. Menurut saya jemaat gereja kharismatik itu adalah jemaat yang dulunya tercatat sebagai jemaat tetap gereja konvensional (baik itu HKBP maupun GBKP). Mereka yang pindah ke gereja kharismatik karna kurang diterima sehingga mereka tidak merasakan kenyamanan untuk beribadah di gereja tersebut. Selain itu menjadi seoarang pendeta gereja kharismatik hanya membutuhkan kepintaran dalam berbicara dan menghafal. Dia juga mengatakan bahwa dia pernah berdebat dengan salah satu jemaat gereja kharismatik dan mengatakan bahwa menjadi seoarang pendeta di kharismatik tidak perlu sekolah karena tuhan sendiri pun tidak pernah bersekolah dan tuhan bisa menyebarkan injil. Tidak seperti gereja di HKBP atau gereja konvensional lainnya yang harus sekolah untuk menjadi seorang pendeta dan hal itu membuang-buang waktu saja. Hal inilah yang menyebabkan ketidaksukaan informan kepada jemaat gereja kharismatik.”

Hal ini senada juga dengan apa yang dikatakan oleh informan yang kerap sekali dipanggil dengan Janus Sihombing (60 tahun):

….. “Menurut saya tidak ada salahnya untuk membangun sebuah hubungan ke jemaat gereja kharismatik, tetapi saya pribadi dari dulu tidak menyukai yang namanya gereja kharismatik maupun jemaatnya. Jemaat kharismatik itukan pada awalnya merupakan jemaat dari gereja konvensional yang ada di kabanjahe ini. Dan secara tidak sengaja beberapa tahun yang lalu saya mendengar pembicaraan dua orang yang mengatakan bahwa mereka sebenarnya tidak suka dengan kebaktian yang dilakukan gereja konvensional. Padahal kedua orang itu awalnya adalah jemaat dari gereja konvensional. Saya tidak tahu apa yang dikatakan oleh pendeta dari gereja kharismatik sehingga dua orang itu dengan cepatnya tidak menyukai gereja yang menerimanya dulu. Hal seperti itu sebenarnya tidak pantas diucapkan oleh mereka. Mereka pasti akan selalu berhubungan baik ke gereja konvensional maupun jemaat gereja konvensional yang ada.”

Pernyataan diatas juga didukung oleh Herny Diana (44) yang mengatakan bahwa:


(47)

….“Situhuna pengakapku lalit perluna berhubungan ras jemaat gereja HKBP perbahan aku pe labo pernah erhubungan ras jemaat gereja ena. Ibas ingan erdahinku bage pe bas inganku tading labo kap lit kuidah jemaat gereja HKBP. Keluargaku pe labo lit ergereja ku gereja HKBP. Jadi man kadeku ka erhubungan ras kalak e bagepe la lit pentingna erhubungen ras jemaat HKBP”. (sebenarnya bagi saya tidak perlu berhubungan dengan jemaat gereja HKBP karena saya juga tidak akan pernah berhubungan dengan mereka. Disekitar tempat bekerja dan sekitar tempat tinggal, saya tidak ada menemukan jemaat dari gereja HKBP. Jadi buat apa saya berhubungan dengan mereka dan apa pentingnya juga berhubungan dengan mereka).

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan dapat dilihat bahwa hubungan yang terjadi antara jemaat gereja kharismatik dengan jemaat gereja HKBP tidak begitu bagus. Hal ini terlihat dari ketidaksukaan informan dari gereja HKBP terhadap jemaat gereja kharismatik begitu juga sebaliknya bahwa jemaat gereja kharismatik yang tidak ada lagi hubungannya dengan jemaat gereja konvensional. Hal seperti ini yang menyebabkan adanya batasan-batasan bertindak antara jemaat gereja. Sama seperti yang diungkapkan oleh Blumer yaitu bagi seseorang makna dari sesuatu berasal dari cara-cara orang lain bertindak terhadapnya dalam akan melahirkan batasan bagi orang lain.

4.4.4. Kegiatan Gereja Yang Bertujuan Untuk Menarik Anggota Gereja Lain

Kegiatan dari gereja kharismatik biasanya melakukan KKR. Bermacam-macam tujuan dilakukannya kegiatan KKR ini. Pada umumnya kegiata KKR ini


(48)

dilakukan agar kebaktian tidak terasa monoton dan dapat bergabung dengan jemaat dari gereja lainnya diluar gereja bethel ini. Serta secara tidak langusng untuk mengenalkan pada masyarakat umum tentang gereja ini.

Melalui hasil wawancara dilokasi penelitian dengan para informan, diperoleh data bahwa terdapat suatu jawaban atau pandangan yang sama dari para informan mengenai kegiatan yang dilakukan oleh jemaat gereja kharismatik untuk menarik anggota dari gereja lain. Seperti pernyataan yang diungkapkan informan yang bermarga Perangin-angin (50):

….“Keberadaan gereja bethel indonesia bas kabanjahe enda kurang denga i senangi khususna aku pribadi. Adi pengakapku gereja si beraliran kharismatik enda seh kel ngganggu jemaat sideban. Hal sibagenda erbahanca ras danci si pernehen arah jemaat gereja si nggit keliling kota kabanjahe gelah ndatken jemaat simbaru. Setiap aku jumpa ras jemaat gereja kharismatik enda baik sengaja ntah pe la sengaja i darat lingkungan inganku tading, jemaatna reh gelah petandaken gerejana. Pertemun sibageda usuren i ujungi perdebaten. Ketidaksukaanku man jemaat gereja kharismatik enggo seh kel bagesna”. (Keberadaan Gereja Bethel Indonesia di kabanjahe masih sangat kurang disenangi khususnya saya. Menurut saya gereja yang beraliran kharismatik ini sangat mengganggu jemaat lain. Hal ini disebabkan dan terlihat dari jemaat gereja yang mau berkeliling kota kabanjahe untuk mendapatkan jemaat baru. Setiap saya bertemu dengan jemaat kharismatik baik secara sengaja maupun tidak sengaja di luar lingkungan temapt tinggal saya, mereka datang untuk kembali mepromosikan gerejanya. Pertemuan seperti ini sering sekali diakhiri dengan perdebatan. Ketidaksukaan saya kepada jemaat gereja kharismatik sudah begitu mendalam).

Hal ini senada dengan jawaban yang disampaikan informan yang bernama Junita (38):


(49)

Menurut saya gereja kharismatik itu tidak terlalu bagus. Saya sering melihat mereka dan bahkan pernah datang berkunjung kerumah saya yang pada awalnya hanya berbincang-bincang mengenai agama. Terkadang pertanyaan yang diajukan jemaat gereja kharismatik itu hanya untuk menguji iman saya tentang agama. Sebenarnya yang saya tahu alasan mereka untuk menguji saya hanya untuk mengatakan bahwa selama saya beribadah ke gereja saya hanyalah sia-sia, dan dari situlah jemaat gereja kharismatik ini mulai merayu dan mengatakan bahwa jika saya datang beribadah ke gerejanya pasti saya akan mendapat berkat. Memang jelas terlihat bahwa gereja bethel Indonesia ini merupakan gereja yang bertujuan untuk mengajak para jemaat dari gereja lain untuk menjadi jemaat gerejanya. Sebenarnya hal seperti itu tidak patut untuk ditiru bagi gereja-gereja lainnya, biarlah masyarakat memilih kemana dia mau beribadah sesuai dengan hati mereka.

Hal ini juga senada dengan jawaban yang disampaikan informan yang berprofesi sebagai pendeta di Gereja Bethel Indonesia yaitu Ratman (37) :

…”Kegiatan KKR gereja kharismatik dilakukan untuk lebih mendalami alkitab tetapi dengan bersama-sama dengan para jemaat gereja lainnya dan sekalian memperkenalkan gereja kharismatik. Saya sering diudang untuk menghadiri sebuah kebaktian dan menjadi pengkotbah yang dilakukan setiap hari jumat oleh salah satu sekolah di kabanjahe. Dalam kotbah saya, saya sering dan hampir tidak pernah lupa untuk mempromosikan gereja kharismatik dan mengajak para remaja untuk datang beribadah. Serta gereja ini juga memang memiliki tujuan untuk mengajak para jemaat baik jemaat gereja kharismatik sendiri maupun jemaat dari gereja lain untuk datang beribadah dan lebih mengenal apa itu gereja kharismatik. Selain itu jika memungkinkan agar masyarakat kabanjahe bisa menjadi jemaat kami. Berhubung karena jemaat kami belum begitu banyak dan agar lebih banyak masyarakat yang diselamatkan dari gereja-gereja yang mengaku mengenal Tuhan dengan baik. Maksudnya gereja yang jemaatnya tidak mendapatkan berkat walaupun sudah beribadah”.

Dari hasil wawancara dengan para informan terlihat bahwa gereja bethel Indonesia yang beraliran kharismatik ini memang memiliki tujuan untuk mengajak masyarakat agar datang beribadah dan menjadi jemaat tetap gereja ini. Hal ini disebabkan masih kurangnya jemaat gereja ini sehingga setiap


(50)

jemaat bisa mendapatkan jemaat baru. Dilakukan berbagai macam cara dan bermacam kegiatan agar masyarakat kabanjahe bisa lebih mengenal gereja ini. 4.4.5. Stereotip masyarakat konvensional tentang aliran kharismatik

Stereotip adalah sebuah pendapat yang ditarik tanpa dapat menjadi sebuah gambaran yang tepat, karena pandangan kita terhadap objeknya lebih banyak disesuaikan dengan latar belakang kita sehingga kemudian hadir sebuah kejanggalan.Sebagian orang menganggap segala bentuk stereotip negatif. Stereotip jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki sedikit dasar yang benar atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang. Stereotip dapat mempersempit persepsi jemaat gereja konvensional sehingga dapat mencemarkan komunikasi antar gereja yang beraliran kharismatik dikarenakan stereotip cenderung untuk menyamarkan ciri-ciri gereja beraliran kharismatik.

Melalui hasil wawancara dilokasi penelitian dengan para informan, diperoleh data bahwa terdapat suatu jawaban atau pandangan yang sama dari para informan mengenai pandangan masyarakat konvensional tentang aliran kharismatik. Seperti pernyataan yang diungkapkan informan yang bermarga Perangin-angin (50):

… “ pada umumna aliren kharismatik la lit kebiarenna. Pang bas sharing man pendeta ntah pe man jemaat sidebanna, pang mpebarken berita simeriah man kerina kalak, ras pe semangat kel bas pelayanen. Aliren kharismatik enda pe meterkel erkembang perban ajaren agamna simenukah mbegikensa bage pe tata ibadahna lenih enerjik perbahan aliren enda lebih mengedepanken pujin ras penyembahen” (Pada umumnya aliran kharismatik lebih berani. Lebih berani dalam melakukan


(51)

sharing, lebih berani dalam memberitakan injil dan lebih semangat dalam melayani. Aliran kharismatik juga tumbuh begitu cepat karena ajaran agamanya yang lebih menarik untuk didengar serta tata ibadahnya yang lebih enerjik karena lebih mengutamakan pujian dan penyembahan. Aliran kharismatik sudah berhasil merebut orang-orang yang beragama untuk masuk ke gereja.)

Hal ini senada dengan jawaban yang disampaikan informan yang bernama mak Harto (55):

Aliran kharismatik pada umumnya lebih fanatik dalam artian lebih mengenggap bahwa ajaran merekalah yang sebenarnya paling baik dari pada aliran kristiani yang lainnya. Selain itu aliran kharismatik terlalu berlebihan dalam berdoa sehingga mengeluarkan air mata dan menyebutkan bahasa-bahasa roh yang tidak dimengerti orang lain. Jemaat dari aliran kharismatik itu sebenarnya berasal dari gereja-gereja kesukuan yang merasa tidak nyaman beribadah sehingga mereka keluar dan masuk ke gereja yang beraliran kharismatik. Aliran kharismatik juga telah mencuri jemaat dari gereja-gereja konvensional serta aliran kharismatik sudah menghilangkan adat istiadat yang ada di kabanjahe ini. Tata ibadah aliran kharismatik yang dilakukan seperti konser- konser artis sampai melompat-lompat dan bertepuk tangan dan Aliran kharismatik yang ada di kabanjahe ini terlihat lebih bersukacita dibandingkan jemaat gereja lainnya. Pendeta aliran kharismatik juga tidak sekolah dan hanya mengandalkan pengalaman rohani dibandingkan persekolahan karena aliran kharismatik juga berkata Tuhan juga tidak sekolah untuk menyebarkan firman. Alian kharismatik juga sering mengadakan persepuluhan dalam artian lebih banyak persepuluhan maka rejekinya juga seakin banyak.

Hal ini juga senada dengan jawaban yang disampaikan informan yang berprofesi sebagai pendeta di Gereja Huria Kristen Batak Protestan yaitu HF Panjaitan. STh (65):

…. “Aliran kharismatik pintar dalam hal merekrut jemaat dari gereja lain sehingga jemaat dari gereja-gereja konvensional lainnya mudah terpengaruh serta jemaat gereja konvensional


(52)

juga mau untuk beribadah hanya untuk jajan rohani. Aliran kharismatik juga menghilangkan adat istiadat atau budaya dimana mereka tinggal dan sangat mengharamkan budaya itu dan sangat berbeda dengan aliran kristiani lainnya. Aliran kharismatik lebih mengutamakan pujian dan penyembahan dalam hal beribadah serta mereka lebih bersemangat dan terkesan berlebihan dalam menyanyikan lagu pujian hingga bertepuk tangan dan melompat-lompat. Pertumbuhan aliran kharismatik juga lumayan cepat terlihat dari sudah banyaknya jemaat-jemaat aliran ini.”

Informan janus sihombing (60) juga mengatakan bahwa:

…”Aliran kharismatik itu ibadah seperti mengadakan konser-konser sehingga pada Kebaktian pun mereka bertepuk tangan dan ada juga yang sampai melompat-lompat untuk memuji Tuhan. Aliran kharismatik juga menghilangkan adat istiadat yang selama ini sudah dipegang oleh warga kabanjahe selain itu aliran kharismatik juga mau datang kerumah-rumah untuk mengajuk jemaat untuk datang ke gerejenya dan mengatakan bahwa agar lebih menerima berkat. Aliran kharismatik juga tumbuh cepat seperti ajaran agamanya yang lebih enak untuk didengar serta cara beribadahnya lebih enerjik karena lebih mengutamakan pujian dan penyembahan. Pendeta aliran kharismatik sangat pintar. Hal ini dapat terlihat dari pengahafalan akan semua ayat-ayat alkitab yang ada.”

Dari hasil wawancara dengan para informan terlihat bahwa pandangan dari jemaat konvensional lebih pada bentuk stereotip yang negatif karena semua dari pernyataan informan lebih pada penafsiran yang mereka dapat tanpa langsung bertanya kepada kelompok atau aliran kharismatik dan lebih disesuaikan dengan latar belakangnya sehingga adanya kejanggalan-kejanggalan yang terjadi. Mereka juga mengarang tentang bagaimana sebenarnya gereja kharismatik karena mereka kurang setuju dengan kedatangan aliran kharismatik.


(53)

4.4.6. Penyebab terjadinya konflik

a. Perbedaan doktrin dan sikap mental

Penilaian doktrin yang dibuat jemaat bahwa nilai tertinggi selalu diberikan kepada gerejanya sendiri dan ajaran gerejanya sendiri sedangkan gereja lain dinilai menurut patokannya itu. Melalui hasil wawancara dilokasi penelitian dengan para informan, diperoleh data bahwa terdapat suatu jawaban atau pandangan yang sama dari para informan mengenai perbedaan doktrin dan sikap mental antara gereka bethel dengan gereja Huria Kristen Batak Protestan. Seperti pernyataan yang diungkapkan informan yang berprofesi sebagai pendeta muda gereja bethel yaitu Ratman sibuea (37):

“Aliran gereja konvensional pada umumnya sama saja berbeda dengan ajaran gereja bethel. Ajaran gereja bethel lebih bersifat ceria, enerjik dan bebas. Dasar doktrin dari gereja bethel adalah alkitab sebagai inspirasi allah, trinitas, hukum moral (apa yang mengikat seluruh umat manusia sebagai aturan hidup), keselamatan melalui penebusan yesus, kebutuhan pertobatan dan iman kepada yesus, kesucian (yang rela mengabdi kehendak seseorang kepada kebaikan tertinggi allah dan kerajaan-Nya), kesucian yang terus menerus tumbuh dan berkembang sebagai pengetahuan seseorang yang tumbuh dan berkembang, kesempurnaan kekristenan artinya bahwa seseorang dapat sungguh-sungguh dikirim perbudakan kepada dosa, baptisan dalam roh kudus dan karunia rohani, penyembuhan ilahi, spiritualitas kristiani (yaitu persatuan dengan allah), bahwa iblis adalah pengatur dunia dan dewa dari abad ini, tetapi allah telah memberikan kepada kita kekuatan dan kekuasaan mengalahkannya, keselamatan bersifat kekal (walaupun seseorang kehilangan keselamatan mereka, kebaikan terbaik adalah kebenaran orang percaya akan ketekunannya, ikatan spiritual dalam gereja yang universal, sakramen (baptisan dengan air dan persatuan dengan roh, termasuk kehadiran roti dan anggur), serta kedatangan kedua dari yesus. Sangat berbeda


(54)

jika dibandingkan dengan doktrin gereja konvensional yang hanya pada sola gratia, sola fide dan sola scriptura.”

Hal ini senada dengan jawaban yang disampaikan informan yang bernama olive tarigan (35):

…. “ gereja bethel enda lit ajaren ntah pe doktrin gereja lebih ku pada penyembahan ilahi, pembaptisen arah kesah si badia bage pe karunia roh rasp e sakramen (baptisen arah lau rasp e persadan kuasa termasuk kerehen roti bagepe lau anggur. La bagi gereja konvensional si ku eteh hanya bas ajaren sola gratia, sola fide bage pe sola scriptura”. (Gereja bethel Indonesia memiliki doktrin atau ajaran gereja yang lebih pada penyembuhan ilahi, pembaptisan dalam roh kudus dan karunia roh serta sakramen (baptisan dengan air dan persatuan roh termasuk kehadiran roti dan anggur). Tidak seperti gereja konvensional yang saya tahu hanya pada ajaran sola gratia, sola fide dan sola scriptura).

Dari hasil wawancara dengan para informan terlihat bahwa jemaat gereja bethel Indonesia yang beraliran kharismatik ini lebih menilai berdasarkan apa yang ada pada gerejanya yang lebih percaya akan penyembuhan ilahi, pembaptisan dalam roh kudus yang tidak ada pada gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) dan gereja kesukuan pada umumnya. Selain itu dapat juga terlihat dari informan mengenai penilaian doktrin dari gereja konvensional yaitu gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan). Seperti pernyataan yang diungkapkan informan yang sering dipanggil dengan mak Harto (55):

….”Gereja kharismatik mengatakan bahwa ajaran mengenai keselamatan itu berasal dari dalam diri sendiri karena keselamatan bagi jemaat gereja kharismatik adalah perbuatan baik dan ketekunan seseorang akan agamanya. Tetapi menurut saya keselamatan itu anugerah dari Tuhan dan bukan melalui perbuatan baik. Manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Kalaupun bisa seperti itu sangat gampanglah bagi kita untuk masuk surga.”


(55)

Hal ini senada dengan jawaban yang disampaikan informan yang bernama junita (38):

….”kadang ajaran gereja kharismatik sangat tidak sesuai menurut saya. Hal ini disebabkan karena bagi jemaat kharismatik kedatangan Tuhan untuk kedua kalinya harus disambut dengan pujian dan penyembahan yang meriah seperti yang dilakukan mereka saat ini di acara kebaktian. tetapi bagi saya tidak sepenuhnya melalui pujian dan penyembahan saja, kalau hati mereka tidak terbuka buat apa memuju dan menyembah dengan enerjik. Itu hanya akan membuang-buang waktu. Sebaiknya kita sebagai jemaat gereja hanya menyiapkan hati kita untuk menerima Tuhan untuk yang kedua kalinya.

Dari hasil wawancara dengan para informan terlihat bahwa jemaat gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) juga menilai berdasarkan apa yang ada pada gerejanya sama seperti jemaat gereja bethel yang menilai gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) berdasarkan ajaran mereka.

b. Perbedaan tingkat kebudayaan

Budaya disini digolongkan menjadi dua yaitu budaya tradisional dan budaya modern. Perbedaan budaya ini juga dapat menimbulkan terjadinya konflik pada kelompok atau jemaat gereja. Melalui hasil wawancara dilokasi penelitian dengan para informan, diperoleh data bahwa terdapat suatu jawaban atau pandangan yang sama dari para informan mengenai perbedaan tingkat budaya yang mengakibatkan terjadinya konflik. Seperti pernyataan yang diungkapkan informan yang bernama yusniarti (28):

….”gereja HBKP adalah gereja yang masih mengutamakan budaya atau adat sitiadat yang berlaku pada suku batak. Hal ini terlihat pada setiap kegiatan-kegiatan rohani yang dilakukan pada gereja seperti pernikahan, kematian, dan kegiatan lainnya


(56)

masih melibatkan adat istiadat. Selain itu gedung gerejanya juga masih berbentuk atau dengan model yang tradisional tidak seperti gereja bethel yang sudah lebih modern di gedung bertingkat dan ada juga yang berada di mall.

Hal ini senada dengan jawaban yang disampaikan informan yang bernama Olive Tarigan (35):

….”Gereja si tradisional eme gereja konvensional, danci sin en arah kegiaten si lalap ilakukenna jarang nadingken budayana. Bage pe gedung bangunenna pe masih bagi gereja pada umumna. La bagi gereja bethel enda si enggo lebih modern bage pe ternen arah gedung-gedungna enggo bertingkat ntah pe bas rumah took (ruko). Gereja bethel end ape mengkuti aliren arah Negara Amerika Latin nari. (gereja yang tradisional adalah gereja konvensional, terlihat dari setiap kegiatan yang dilakukan jarang meninggalkan adat budayanya. Serta gedung gerejanya juga masih seperti gereja pada umumnya. Tidak seperti gereja bethel yang sudah lebih modern dan terlihat dari gedung gereja yang sudah pada gedung-gedung bertingkat atau di rumah toko (ruko). Terlihat juga dari ibadah-ibadah yang dilakukan gereja kharismatik yang lebih modern karena mengikuti aliran dari Negara Amerika Latin).

Dari hasil wawancara dengan para informan terlihat bahwa perbedaan tingkat budaya mempengaruhi kemungkinan terjadinya konflik antar jemaat gereja konvensional dengan jemaat gereja kharismatik. penilaian setiap jemaat masih berdasarkan pandangan masing-masing sehingga setiap jemaat masih merasa kurang akan berbagai aliran dalam gereja.


(57)

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan dengan hasil analisis wawancara dan keterangan pada bab sebelumnya, maka dapat diartikan kesimpulan adalah hubungan interaksi antar jemaat gereja kharismatik dengan jemaat gereja HKBP yang masih kurang karena tidak adanya keinginan dari setiap jemaat untuk membangun hubungan serta beberapa jemaat yang membuat batasan-batasan dalam berhubungan dengan jemaat gereja lainnya. Adanya perbedaan mengenai tata ibadah atau ajaran dalam beberapa agama gereja.

Kegiatan-kegiatan kerohanian yang dilakukan jemaat gereja kharismatik bertujuan untuk mendapatkan dan mengajak jemaat dari gereja lain untuk menjadi jemaat tetap gereja kharismatik. Kehadiran Gereja Bethel Indonesia yang beraliran kharismatik di kota Kabanjahe masih tidak disenangi oleh jemaat dari gereja kesukuan khususnya jemaat gereja Huria Kristen Batak Protestan karena adanya perbedaan ajaran agama sehingga perbedaan ini menimbulkan prasangka buruk bagi kedua jemaat gereja. Dalam hal tata ibadah kedua gereja ini juga sangat berbeda dan dapat terlihat bahwa gereja kharismatik lebih modern terlihat dari penggunaan alat musik seperti gitar, drum dan piano serta menyanyikan pujian dengan disertai tepuk tangan yang meriah berbeda halnya dengan tata ibadah di gereja konvensional yang lebih


(58)

monoton yang menyukai keheningan pada saat beribadah derta hanya menggunakan alat musik organ atau piano saja.

Keramahan dan kepedulian jemaat gereja kharismatik membuat masyarakat mau mengikuti kebaktian serta banyaknya hal positif di dalam aliran ini yang ikut menjadi daya tarik dan alasan yang membuat para jemaat mau baribadah kedalamnya. Adat istiadat dalam gereja yang beraliran kharismatik ini tidak digunakan lagi sebagai dasar dalam gereja dan sangat berbeda dengan gereja Huria Kristen Batak Protestan masih memakai adat istiadat sebagai dasar gereja. Selain itu gereja kharismatik mengutamakan pengalaman rohani dibandingkan dengan pendidikan tentang agama sedangkan gereja Huria Kristen Batak Protestan mengutamakan pendidikan tentang agama.

5.2. Saran

Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, ada bebeapa saran yang dapat diberika mengenai potensi konflik laten jemaat aliran kristiani gereja HKBP dengan jemat gereja GBI adalah sebagai berikut:

a. Perlu terjalinnya sebuah hubungan antara jemaat gereja HKBP dengan jemaat gereja GBI di kehidupan sehari-hari.

b. Perlunya mewujudkan kesadaran akan kemajemukan serta internalisasi ajaran agama dan sosialisasi wawasan multicultural.


(59)

c. Perlu adanya dukungan dari setiap pengurus gereja kepada jemaat untuk lebih bisa menerima jemaat-jemaat lain diluar gerejanya dan mengadakan dialot atau temu ilmiah antar umat gereja.

d. Perkembangan zaman memang bisa menjadi pembaharuan bagi gereja tetapi tidak dengan menghilangkan arti dari budaya yang ada ditengah masyarakat kabanjahe.

e. Perlu membentuk sebuah komunitas atau perkumpulan bersama bagi setiap gereja agar setiap jemaat gereja di kabanjahe lebih mengenal satu sama lain.

f. Menyamakan persepsi dalam membangun kerukunan umat gereja ataupun umat beragama di kabanjahe.

g. Serta untuk mengatasi konflik antar umat beragama khususnya jemaat gereja HKBP dan GBI perlu adanya sikap toleransi, saling menghargai dan penambahan wawasan oleh aparat keamanan.

h. Adanya saling pengertian dan pemahaman yang mendalam akan keberadan masing-masing jemaat gereja memegang moralitas dan etikanya masing-masing maka kerukunan, perdamaian dan persaudaraan akan terwujud di tengah-tengah masyarakat.

i. serta masih perlu adanya keberanian untuk berpendapat dan kerja sama yang baik antar jemaat gereja untuk mencapai suatu padangan tentang perkembangan aliran kristiani yang akan menguntungkan kedua belah pihak.


(60)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Konflik

Konflik merupaka gejala sosial yang hadir dalam kehidupan sosial, sehingga konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Coser mendefenisikan konflik sebagai bentuk interaksi dimana tempat dan waktu serta intensitas dan lain sebagainya tunduk pada perubahan sebagaimana isi segitiga yang bisa berubah. Selain itu konflik juga dapat diartikan sebagai percekcokan, perselisihan, dan pertentangan. Dalam pengertian yang lain, konflik merupakan suatu proses sosial yang berlangsung dengan melibatkan orang-orang atau kelompok-kelompok yang saling menentang dengan ancaman keras.

Konflik memiliki tiga jenis atau posisi pelaku yang berkonflik yaitu: 1. Konflik vertikal

Merupakan konflik antar komponen masyarakat didalamnya satu struktur yang memiliki hierarki. Contohnya, konflik yang terjadi antara atasan dan bawahan.

2. Konflik horizontal

Merupakan konflik yang terjadi antar individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang relatif sama. Contohnya konflik yang terjadi antar agama yaitu seperti agama islam dengan agama Kristen.


(61)

Konflik antar suku khususnya suku jawa dan suku yang ada di luar pulau jawa.

3. Konflik diagonal

Konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan alokasi sumber daya keseluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan yang ekstrim. Contohnya konflik yang terjadi di aceh.

Selain kita mengetahui jenis konflik kita juga perlu mengetahui beberapa tipe konflik yang menggambarkan persoalan sikap, perilaku, dan situasi yang ada. Maka tipe-tipe konflik terdiri dari:

1. Tanpa konflik

Menggambarkan situasi yang relative stabil, hubungan-hubungan antar kelompok bisa saling memenuhi dan damai. Tipe ini bukan berarti tidak memiliki konflik yang berarti dalam masyarakat, akan tetapi ada beberapa kemungkinan atas situasi ini. Pertama, masyarakat mampu menciptakan struktur sosial yang bersifat mencegah kearah konflik kekerasan. Kedua, sifat budaya yang memungkinkan anggota masyarakat manjauhi permusuhan dan kekerasan.

2. Konflik laten adalah suatu keadaan yang di dalamnya terdapat banyak persoalan, sifatnya tersembunyi dan perlu diangkat ke permukaan agar bisa ditangani.

3. Konflik terbuka adalah situasi ketika konflik sosial telah muncul ke permukaan yang berakar dalam dan sangat nyata, dan memerlukan


(1)

7. Saudara-saudara saya tercinta, yang selalu memberikan doa dan nasehat kepada saya, terkhusus kakak saya Siska Riana Tarigan, S.Sos, Junita Tarigan, S.S, dan abang saya Eddy Franata Tarigan, Amd (akhirnya aku juga menyusul kalian). Adik sepupu saya, Avinda Deviana Tariganserta keponakannya biud Dirk Jovan Daniel Pandegirot.

8. Sahabat-sahabat kecil saya yang selalu mendukung dari jauh, Tiur Tuani Rumapea, Juliana Triputri Sagala dan Sabrika Ginting.

9. Sahabat-sahabat sosiologi tercinta, yang mulai dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan ini selalu menemani saya dalam suka maupun duka, Kathy Sabrina Togatorop, Fransisca Sinaga, S.Sos, Devi Sihotang, S.Sos, Carlina Abrianingsih Panjaitan S.Sos dan Vera Novelina Sirait, atas semua dukungan dan bantuan kalian selama ini, serta kebersamaan kita yang tidak terlupakan. Semoga persahabatan kita tidak hanya sampai disini dan semoga kita selalu menjadi sebuah kisah unik untuk masa depan.

10. Teman-teman Sosiologi seperjuangan lainnya, Erawati Siagian,Emilia Simangunsong, Silvia Purba, Angel Manihuruk, Hendrikson Siahaan, Jhon Sardo, Repita Simamora, Yusni Malau, Defasari Simbolon, dan teman-teman sosiologi lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah banyak membantu penulis dalam berdiskusi hingga penulis dapat menyelesaikan penelitian.

11. Para Responden yang telah banyak membantu memberikan informasi yang sangat dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini, serta atas waktu dan kesediaan para responden.


(2)

Penulis merasa bahwa dalam penulisan skripsi masih terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya membangun demi perbaikan tulisan ini.Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, harapan saya agar tulisan ini dapat berguna bagi pembacanya, dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan,Desember2015 (Penulis)

Elsa Elonika Tarigan NIM :1110901034


(3)

DAFTAR ISI

halaman

Abstrak ………..… i

Kata Pengantar ……… iii

Daftar isi ……… vi

Daftar Tabel ………..……….…… viii

Daftar Lampiran ……… ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat penelitian ... 9

1.4.1 Manfaat teoritis ... 9

1.4.2 Manfaat praktis ... 10

1.5 Defenisi konsep ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konflik ……… 12

2.2 Agama………. 16

2.3 Interaksionis simbolik ……… 17

2.4 Stereotipe ……….. 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian ... 23


(4)

3.3 Unit analisis dan informan penelitian ... 24

3.3.1 Unit analisis ... 24

3.3.2 Informan penelitian ... 24

3.4 Teknik pengumpulan data ... 25

3.4.1 Data primer ... 25

3.4.2 Data sekunder ... 27

3.5 Interpretasi data ... 27

3.6 Keterbatasan peneliti ... 28

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi lokasi penelitian ... 29

4.1.1 Keadaan geografis ... 29

4.1.2 Keadaan topografi ... 29

4.1.3 Luas wilayah ... 29

4.1.4 Jumlah penduduk ... 30

4.1.5 Sarana dan prasarana ... 32

4.2. Sejarah keberadaan gereja ... 34

4.3. Profil informan ... 43

4.4. Interpretasi data ... 51

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ……… 68

5.2 Saran ……….. 69

Daftar Pustaka... 71 LAMPIRAN


(5)

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 4.1 luas wilayah kota kabanjahe menurut desa/kelurahan ………… 30

Tabel 4.2 komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin ………. 30

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ……… 31

Tabel 4.4 Sarana Pendidikan ……… 32

Tabel 4.5 Sarana peribadatan ………... 33

Tabel 4.6 Sarana Kesehatan ………. 34

Tabel 4.7 Anggota perseketuan gereja-gereja di Indonesia (PGI) ………. 36


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1. Bagan organisasi HKBP ……… 39


Dokumen yang terkait

Starategi Pertumbuhan Gereja (Studi Kasus Pada Gereja Karismatik GBI Medan Plaza Di Jln. Iskanda Muda Medan)

19 251 108

Potensi Konflik Laten Antara Penganut Aliran Kristiani Gereja “Konvensional” dengan Gereja “Kharismatik” (Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kabupaten Karo)

5 61 95

Makna Sinamot dalam Penghargaan Keluarga Isteri pada Sistem Perkawinan Suku Batak Toba (studi kasus pada masyarakat Batak Toba Kristen Gereja HKBP dengan Gereja Kharismatik Di Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi)

14 165 80

Potensi Konflik Laten Antara Penganut Aliran Kristiani Gereja “Konvensional” dengan Gereja “Kharismatik” (Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kabupaten Karo)

0 1 11

Potensi Konflik Laten Antara Penganut Aliran Kristiani Gereja “Konvensional” dengan Gereja “Kharismatik” (Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kabupaten Karo)

0 0 2

Potensi Konflik Laten Antara Penganut Aliran Kristiani Gereja “Konvensional” dengan Gereja “Kharismatik” (Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kabupaten Karo)

0 0 12

Potensi Konflik Laten Antara Penganut Aliran Kristiani Gereja “Konvensional” dengan Gereja “Kharismatik” (Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kabupaten Karo)

0 0 11

Potensi Konflik Laten Antara Penganut Aliran Kristiani Gereja “Konvensional” dengan Gereja “Kharismatik” (Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kabupaten Karo)

0 0 3

Potensi Konflik Laten Antara Penganut Aliran Kristiani Gereja “Konvensional” dengan Gereja “Kharismatik” (Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kabupaten Karo)

0 0 4

STUDI TERHADAP KOMUNITAS GEREJA HKBP KOTA PEKANBARU

0 2 18