Pesan Kitab Suci tentang Cinta pada Sesama Orang Samaria yang Murah Hati

94 kelas IV SD

2. Pesan Kitab Suci tentang Cinta pada Sesama Orang Samaria yang Murah Hati

Luk 10:25-37 Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Ta u r a t untuk mencobai Yesus, katanya: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?”Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?”Jawab Yesus: “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun- penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Sumber: Dok. Kemdikbud 95 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian” Jawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini • Menurut kisah tersebut, apa yang harus diperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal? • Mengapa imam dan orang Lewi tidak disebut sebagai sesama? • Mengapa Orang Samaria disebut sesama bagi orang yang dirampok? • Bagaimana sikap kita terhadap sesama kita selama ini? • Apa yang dapat kita lakukan sehingga kita pantas disebut sebagai sesama bagi semua orang? 96 kelas IV SD • Cinta kasih merupakan hukum yang terutama. Hal itu merupakan isi hukum Taurat, sebagaimana dikatakan oleh ahli Taurat dalam percakapan dengan Yesus. “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Luk 10: 27. Itu merupakan satu cara untuk memperoleh hidup yang kekal. • Ahli Taurat bertanya mengenai siapakah sesama manusia? Hal ini didasarkan pada pandangan Yahudi bahwa sesama adalah mereka yang sama-sama menjunjung adat istiadat Yahudi. Dia berharap Yesus memberi jawaban yang keliru, sehingga dapat dilaporkan kepada ahli Taurat lainnya dan ditangkap. Tetapi dengan mengisahkan orang Samaria yang murah hati, pertanyaan tersebut dijawab oleh dirinya sendiri. Sesama adalah orang yang telah menunjukkan belas kasihan. • Yesus mengajak ahli Taurat tersebut untuk menemukan pola yang baru, yaitu pola cinta kasih. Di dalam pola ini, sesama lebih luas dari sekedar mereka yang memegang adat istiadat dan agama, sesama adalah semua orang tanpa memandang agama, adat istiadat, suku bangsa atau status sosial lainnya. • Kesamaan sebagai manusia di hadapan Tuhan, menjadi dasar utama bagi kepedulian serta berbagi cinta kasih. Rangkuman 97 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Yesus menekankan sikap baru dalam memahami firman kelima “Jangan membunuh”. Pemahaman baru ini kembali menempatkan cinta kasih sebagai hukum utama. Membunuh dapat diartikan sebagai membuang sesama dari persaudaraan, dengan menghilangkan nyawanya, menyebut sesama sebagai kair atau juga dengan membencinya. Bagi murid-murid Yesus, yang utama bukan tindakan tidak membunuh, tetapi mengasihi sesama sebagai saudara. Dengan mengasihi sesama, kita menghormati hidup dan melestarikan kehidupan. Karena “Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?” Mat 5:46-47.

C. Menghormati Hidup