Semangat hukum progresif tampak dalam pertimbangan hakim yang menekankan kebersalahan terdakwa sebagai penyedia pornografi pembantu tindak pidana
pornografi. Padahal disisi lain, konstruksi Pasal 29 UU Pornografi lebih ditekankan pada industry pornografi atau penyebarluasan pornografi bukan pada
pembuatan pornografi untuk diri sendiri. Hakim dalam menginterpretasikan Pasal 29 UU Pornografi jo. Pasal 56 ke-2 KUHP jelas memperluas siapa yang disebut
sebagai pembantu berdasarkan konsep medeplichtigheid pasif yang sebenarnya sudah lama tidak dipergunakan lagi dalam ilmu hukum pidana karena
bertentangan dengan prinsip kepastian hukum asas legalitas.
VI.2 Pembuatan Materi Pornografi via
Blacberry Messenger
untuk Kepentingan Sendiri
Kasus pembuatan materi pornografi dengan menggunakan fasilitas teknologi informasi untuk kepentingan sendiri sangat marak terjadi akhir-akhir
ini. Banyak kasus yang terjadi berawal dari keinginan sepasang kekasih yang menginginkan tindakan mereka direkam atau didokumentasikan untuk
kepentingan pribadi. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya Bab V, terdapat hak atas materi pornografi yang diakui secara implisit oleh UUP. Pembuatan
materi pornografi pun sejauh ditujukan untuk kepentingan pribadi tetap dinilai sebagai sesuatu yang sah dan tidak melawan hukum.
Permasalahannya ketika sebuah aplikasi jejaring sosial difungsikan sebagai alat penyimpan materi asusila maka akan sangat rentan bocor atau disalah
gunakan oleh pihak lain. Aplikasi
Blackberry Messenger
sebenarnya memberikan layanan khusus kepada pengguna yang hanya memiliki
Black Berry MessengerBBM.
Setidaknya terdapat 2 dua macam layanan telekomunikasi dalam BBM yaitu layanan dua arah antar pengguna BBM dan layanan komunitas
atau yang dikenal dengan BBM Group. Sifat informasi yang disebarkan dalam BBM layanan privasi dua arah sangat rahasia antar dua pengguna yang saling
berkomunikasi saja. Berbeda halnya dengan sifat informasi yang begitu terbuka
dan dapat diakses oleh siapa saja asalkan pengguna tersebut terdaftar sebagai anggota BBM Group.
Posisi kasus terjadi pada pasangan Nug 38 tahun dan Yul 23 tahun, pasangan ini mengakhiri hubungan pacarannya setelah 6 enam bulan. Nug
kecewa dengan kondisi tersebut dan melampiaskan kekecewaan tersebut dengan menyebarkan foto bugil dari Yul ke semua
contact BBM
sampai Yul mengetahui hal tersebut dan melaporkannya ke polisi.
103
Tindakan tersebut pada dasarnya merupakan akibat dari ketidakjelasan pengaturan UU Pornografi dalam hal
kepemilikan materi pornografi. Penting untuk dipertegas dalam hal ini pembuatan materi asusila tersebut dilakukan dengan persetujuan oleh kedua belah ataukah
tidak. Jika pembuatan materi asusila tersebut disetujui oleh kedua belah pihak maka pembuatan materi asusila dinilai sah dan tidak melawan hukum karena
ditujukan untuk kepentingan sendiri. Lain halnya jika pembuatan itu dilakukan secara sepihak dan tanpa persetujuan dari pihak lain, misalnya saja Nug mencuri
posisi Yul pada saat telanjang atau membuat materi pornografi dengan merubah tampilan foto Yul yang semula berbusana menjadi tidak berbusana.
Jika pelaku melakukan penyebaran materi asusila yang dibuat dengan persetujuan bersama maka tindakan Nug dapat dikenakan pasal 27 ayat 1 UU
ITE. Yul dapat dinilai melakukan tindakan mentransmisikan informasi elektronik yang melanggar kesusilaan. Pemenuhan unsur-unsur tindakan dengan rumusan
ketentuan hukum dapat disimak dalam tabel berikut:
103
Erry Budi Prasetyo, “Putus Cinta, Mantan Pacar sebarkan Foto Bugil”, http:m.suaramerdeka.com
, 18 Desember 2013, diunduh 11 April 2014
Tabel 6.2
Tindakan Penyebaran Materi Asusila melalui
Black Berry Messenger BBM
Unsur Subyektif – Dengan sengaja
dan melawan hukum Nug sengaja melakukan penyebaran
materi itu dengan tujuan diketahui umum
Unsur obyektif Mendistribusikan
Nug melakukan penyebaran foto bugil Yul kepada orang-orang yang ada di
dalam daftar contact BBM nya
Berdasarkan perbandingan tabel di atas dapat diketahui bahwa tindakan Nug merupakan tindak pidana pendistribusian materi asusila melalui internet.
Berbeda halnya dengan kondisi jika terbukti bahwa Nug melakukan pembuatan foto bugil tersebut secara diam-diam atau tanpa persetujuan dari Yul
atau dengan cara merubah posisi atau tampilan Yul dalam foto menjadi telanjang atau bugil. Walaupun pada saat merubah, Nug tidak menggunakan tubuh asli dari
Yul asalkan ia mengasosiasikan tubuh bugil dari orang lain tersebut ke dalam foto Yul dan menyatukannya maka ia sudah dapat dikatakan melakukan pembuatan
materi pornografi. Terhadap tindakan pembuatan materi pornografi tersebut Yul dapat dikenakan beberapa ketentuan hukum dalam UU Pornografi, yaitu:
Tabel 6.3
Ketentuan Hukum UU Pornografi pada Perbuatan Pembuatan Materi Asusila
Ketentuan hukum Tindakan yang diatur
Tindakan Nug Pasal 4 ayat 1 huruf d
Tindakan membuat
ketelanjangan Membuat foto bugil Yul
Pasal 9 Tindakan
menjadikan orang
lain obyek
Menjadikan Yul obyek pornografi
pornografi
Pasal 10
Tindakan mempertontonkan produk
pornografi Nug menyebarkan materi
pornografi ke
orang- orang
dalam daftar
contact BBM nya
Pelaku Nug dalam hal ini melakukan konkursus idealis karena ia melanggar beberapa ketentuan hukum sekaligus. Terhadap tindakan ini, Nug
dapat dikenakan pemberatan pidana. Kemudian setelah ia melakukan pembuatan itu ia lanjutkan dengan penyebarluasan materi pornografi melalui internet maka
pasal 27 ayat 1 UU ITE dapat dikenakan terhadap Nug.
VI.3 Tindakan memberikan Ancaman Menyebarkan Materi Pornografi melalui Situs Jejaring Sosial