Analisis Layout Usulan Analisis Data Modul Principles of Room Design 1. Analisis Layout Awal

Human-Integrated Systems D1084 pembelian obat di counter tersebut. Apalagi, rak-rak tersebut seharusnya digunakan sebagai tempat display obat-obatan yang akan dibeli pasien. Selain menghalangi display obat, pengunjung yang akan membeli pun memiliki ruang gerak yang sangat terbatas disebabkan karena keberadaan kursi tunggu tersebut. Karena ada gangguan ini, dapat diprediksi bahwa pengunjung akan lebih memilih melakukan transaksi di sisi lain counter obat yang berarti pengunjung harus bergerak lebih jauh. Selain ini, perancangan ini juga menurunkan nilai guna rak obat itu sendiri. Hal lain yang menyebabkan perancangan ruang ini dianggap belum sesuai dengan principles of room design ialah karena penempatan kursi tunggu yang letaknya tidak sesuai. Empat kursi yang di letakan di depan sebelas kursi belakang terkesan tidak efisien karena mengganggu saat 4 pasien yang duduk di ujung hendak keluar. Selain itu, kursi di seberangnya sangat tidak ergonomis karena menutupi papan pengumuman jadwal dokter apabila ada orang yang duduk pada kursi tersebut. Hal ini tentu tidak efisien dan menyia-nyiakan fungsi papan pengumuman tersebut. Selain itu, karena televisi diletakkan berhadapan hanya dengan lima belas kursi tunggu, masih tersisa tujuh kursi yang diletakan sejajar dengan televisi. Tujuh orang yang duduk pada kursi ini tidak akan dapat menonton televisi dengan nyaman karena mereka harus memutar leher mereka untuk dapat menonton. Diperkirakan, pasien pun menjadi malas menonton televisi tersebut dan tidak semua dapat menikmati hiburan yang telah disediakan itu. Padahal pihak klinik sengaja menyalakan televisi tersebut agar pasien tidak merasa bosan saat menunggu.

2. Analisis Layout Usulan

Dalam perancangan layout usulan, berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkan perancangan ruang tunggu Klinik Taman Anggrek menjadi tidak ergonomis, maka dirancanglah sebuah rancangan layout usulan yang diharapkan dapat menghilangkan segala kekurangan layout sebelumnya. Peletakan semua kursi yang tidak ergonomis pun diubah menjadi berhadapan dengan counter obat dan meja resepsionis. Perubahan yang dilakukan dapat dikategorikan sebagai perubahan total karena hampir semua peletakan peralatan-peralatan yang terdapat di ruang tunggu Klinik Taman Anggrek ini diubah. Kursi-kursi tunggu diubah hanya menjadi dua baris saja. Jarak antara satu kursi dengan kursi lainnya diatur menggunakan prinsip perancangan desain ruangan yaitu zona perorangan. Besar zona perorangan yaitu sebesar 53,3 cm, oleh karena itu berarti setiap individu memiliki ruang gerak seharusnya selebar 53,5 cm. Dalam kasus ini, lebar dudukan kursi yaitu sebesar 44 cm, sehingga diperoleh dari 53,5 cm - 43 cm 2, jarak antar kursi minimal sebesar 4,65 cm ke kanan dan 4,65 cm ke kiri atau 9,3 cm ke kursi lainnya. Namun perlu ditambahkan dengan kelonggaran dinamis apabila seseorang memakai baju yang tebal atau aksesoris, maka dalam perancangan ini diusulkan bahwa jarak antara suatu kursi dengan kursi lainnya yaitu sebesar 10 cm. Oleh karena itu, di baris belakang disusun tiga belas kursi tunggu yang berjarak 10 cm satu sama lain. Integrated Industrial Engineering Laboratory Industrial Engineering Department BINUS UNIVERSITY Human-Integrated Systems D1084 Jarak antar kursi depan dengan belakang juga diatur dengan menggunakan prinsip perancangan desain ruangan yaitu zona perorangan. Besar zona perorangan yaitu sebesar 53,3 cm, oleh karena itu berarti setiap individu memiliki ruang gerak setidaknya selebar 53,5 cm. Dalam kasus ini, panjang dudukan kursi yaitu sebesar 41 cm, sehingga diperoleh dari 53,5 cm - 42,58 cm 2, jarak antar kursi minimal sebesar 6,15 cm ke depan dan 6,15 cm ke belakang atau 12,3 cm ke kursi di depan atau di belakangnya. Namun perlu ditambahkan dengan tebal perut individu persentil P95 agar pasien dapat lewat menyamping bila akan keluar. Persentil P95 dimensi tebal perut yaitu sebesar 26,19, sehingga bila dijumlahkan diperoleh 38,49. Diberikan kelonggaran dinamis sehingga dirancang jarak antara barisan kursi depan dengan belakangnya sebesar 40 cm. Oleh karena itu, berjarak 40 cm di depan barisan kursi tersebut diletakkan sembilan kursi lain yang diatur tiga-tiga. Tiga kursi tersusun dengan jarak sebesar 10 cm sesuai dengan perhitungan jarak kursi yang telah dibahas pada paragraf sebelumnya, lalu berselang 55 cm terdapat 3 kursi lainnya dengan jarak yang sama hingga mencapai total 9 kursi tersusun sebagai baris depan. Jarak 55 cm ini diperoleh dari perhitungan perancangan dengan menggunakan zona prinsip zona perorangan, namun perlu ditambahkan dengan dimensi lebar pinggul individu dengan persentil P95 sebesar 37,25 cm agar orang tetap dapat lewat tanpa merasa kesempitan sehingga jarak tersebut menjadi 46,55 cm. Ditambahkan juga kelonggaran dinamis karena terkadang terdapat pasien yang membawa tas di samping, sehingga dalam perancangan ini dirancang jarak antar 3 kursi baris depan yaitu sebesar 55 cm. Alasan digunakan zona perorangan dalam perancangan ini adalah agar setiap orang dapat tetap bergerak tanpa bersentuhan dengan individu lainnya. Perancangan selang tiga kursi ini bukan tidak beralasan atau hanya memikirkan nilai estetika. Namun, perlu diketahui bahwa selang yang sengaja diberikan pada kursi bagian depan ini memiliki tujuan sebagai ruang bagi para pasien yang duduk di belakang untuk lewat. Apabila baris depan dan baris belakang dibuat sama persis atau tanpa selang, orang yang duduk pada baris belakang bagian tengah tentunya akan merasa kesulitan saat ia perlu keluar. Ia harus berjalan cukup jauh untuk dapat keluar dan karena penempatan kursi kadang juga dapat berubah-ubah sesuai preference pasien, apabila jarak antar kursi menjadi lebih sempit, pasien tersebut akan lebih merasa kesusahan lagi untuk dapat keluar. Oleh karena itu dirancanglah peletakan kursi memiliki selang setiap tiga kursi agar pasien dengan mudah keluar dari maupun kembali ke tempat duduknya. Peletakan kursi kini dirancang hanya sejumlah dua baris sejajar saja, sehingga peletakan televisi dan papan pengumuman jadwal dokter pun menjadi lebih ergonomis. Dengan penempatan seperti ini, seluruh pasien dapat melihat papan pengumuman dengan mudah tanpa terhalang apapun serta seluruh pasien dapat menonton televisi dengan nyaman tanpa perlu memutar leher. Penggunaan televisi dan papan pengumuman jadwal dokter pun menjadi maksimal dan tidak sia-sia karena peletakannya telah dirancang sesuai dan ergonomis. Selain itu, dengan dipindahkannya kursi-kursi tersebut, tidak ada lagi kursi yang letaknya menutupi atau menghalangi rak obat. Meja counter obat kini dapat berfungsi optimal sebagai tempat pajangan obat-obatan yang dijual atau disediakan klinik tersebut. Selain itu, pengunjung yang ingin Integrated Industrial Engineering Laboratory Industrial Engineering Department BINUS UNIVERSITY Human-Integrated Systems D1084 melakukan transaksi obat pun menjadi lebih mudah karena dapat menggunakan kedua sisi meja counter obat tanpa terhalang oleh kursi ataupun pasien lain. Selain itu, ruang jalan yang disediakan lurus tanpa berbelok juga turut memudahkan pasien yang menggunakan kursi roda untuk bergerak lurus tanpa perlu berbelok seperti yang perlu dilakukan pada desain awal layout ruang tunggu tersebut.

4.3 Modul Time and Motion Study