Konigswald tahun 1936. Meganthropus Paleojavanicus adalah manusia purba yang tertua di
Indonesia. Meganthropus Paleojavanicus berasal dari kata-kata berikut ini: Megayang artinya adalah besar. Anthropus yang artinya adalah manusia.
Paleoyang artinya adalah paling tuatertua. Javanicusyang artinya adalah Jawa.
Jadi Meganthropus Paleojavanicus artinya adalah manusia bertubuh besar yang paling tua dari Pulau Jawa. Meganthropus Paleojavanicus
diperkirakan hidup pada dua juta tahun yang lalu.
b. Pithekantropus Mojokertensis Ditemukan di daerah perning Mojokerto tahun 1936.
Pada tahun 1936, Tjokrohandoyo yang bekerja di bawah pimpinan ahli purbakala Duyfjes menemukan fosil tengkorak anak-anak di Kepuh Klagen
sebelah utara Perning Mojokerto. Fosil tersebut ditemukan pada lapisan Pucangan
Pleistosen bawah
dan dinamakan
Pithecanthropus Mojokertensis. Manusia purba ini tergolong jenis Pithecanthropus yang
paling tua.
c. Pithekantropus Erectus Ditemukan didaerah Trinil lembah Bengawan Solo Ngawi oleh Eugine Duboise tahu 1890.
Pada tahun 1890, seorang ahli purbakala Belanda Eugene Dubois menemukan fosil manusia purba di desa Trinil Ngawi, Jawa Timur.
Daerah tersebut terletak di Lembah Sungai Bengawan Solo. Hasil temuan tersebut setelah diteliti dan direkonstruksi ternyata berbentuk kerangka
menyerupai kera sehingga dinamakan Pithecanthropus Erectus yang berarti manusia kera berjalan tegak.
d. Homo Soloensis ditemukan di lembah Bengawan Solo di Ngandong oleh Ter Haar dan Ir. Openoreth tahun 1931 – 1934.
Pada tahun 1931-1934, ahli purbakala yang bernama Ter Haardan Ir. Oppenorth menemukan fosil-fosil manusia purba di lembah Sungai
Bengawan Solo di dekat Sungai Ngandong. Fosil-fosil tersebut selanjutnya diselidiki oleh seorang ahli paleontologi GH.R Von Koenigswald. Dari hasil
penelitian tersebut, diketahui bahwa ternyata manusia purba jenis Homo Soloensis lebih tinggi tingkatannya daripada Pithecanthropus Erectus. Jenis
manusia purba dari Lembah Bengawan Solo tersebut dinamakan Homo Soloensis atau manusia purba dari Solo.
e. Homo Wajakensis Ditemukan di daerah Wajak Tulungagung oleh Van Reischoten tahun 1889.
Fosil manusia purba jenis homo adalah jenis manusia modern. Pada
tahun 1889, Van Reitshoven menemukan fosil manusia purba jenis Homo di daerah Wajak dekat Campur Darat, Tulungagung Jawa Timur. Temuan ini
diselidiki pertama kali oleh Eugene Dubois yang berupa ruas leher dan tengkoraknya, rahang atas bawah, tulang kering, serta tulang paha.
Penemuan fosil manusia purba di daerah Wajak ini dinamakan Homo Wajakensis atau manusia dari Wajak. Homo Wajakensis ini mempunyai
tingkatan lebih tinggi daripada Pithecarithropus Erectus dan tergolong dalam jenis Homo Sapiens.
Ciri – ciri Manusia Pra Aksara :
3. Kehidupan masyarakat pada zaman Praaksara
a. Masa berburu dan mengumpulkan makanan Pada masa ini secara fisik manusia masih terbatas usahanya dalam menghadapi
kondisi alam. Tingkat berpikir manusia yang masih rendah menyebabkan hidupnya berpindah-pindah tempat dan menggantungkan hidupnya kepada alam dengan cara
berburu dan mengumpulkan makanan. Alat yg dipergunakan terbuat dari kayu, batu dan tulang yaitu : Kapak perimbas, Alat serpih, Kapak genggam, Mata tombak,
Tangkai tombak b. Masa bercocok tanam
Pada masa ini kemampuan berpikir manusia mulai berkembang. Sehingga timbul upaya menyiapkan persediaan bahan makanan yang cukup dalam suatu masa
tertentu. Dalam upaya tersebut maka manusia bercocok tanam dan tidak lagi tergantung kepada alam. Mereka yang dahulu hidup berpindah-pindah berubah
menjadi menetap sedenter digoa-goa. Peralatan berubah menjadi batu halus, tanah liat logam. Kepercayaan berkembang. Mengenal seni lukisan didinding goa.
Hidup berkelompok yg berkembang menjadi desa dan ada pemimpinnya
Peralatan pada masa bercocok tanam masuk pada zaman mesolithikum zaman
Meganthropus Palaeo Jaavanicus
Pithe Canthropus Erectus
Homo
Berbadan tegap dengan tonjolan di
belakang kepala
Bertulang pipi tebal Tidak berdagu
Gigi dan rahang besar dan kuat
Tinggi tubuhnya 165-180 cm
Berbadan tegap
Hidung lebar tidak berdagu
Volumea otak antara 750 cc-1300 cc
Tinggi tubuh sekitar 130-210 cm
Otot kenyal, gigi dan rahang sudah
menyusut sudah merdagu
Volume otak 1000-1300 cc
batu pertengahan dan neolithikum zaman batu muda. Namun demikian alat-alat yang dihasilkan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan atau zaman
palaeolithikum tidak ditinggalkan. Alat-alat itu masih dipertahankan dan dikembangkan, seperti alat-alat dari batu sudah tidak kasar lagi tapi sudah lebih
halus karena ada proses pengasahan. Berikut ini alat-alat atau benda-benda yang dihasilkan pada masa bercocok tanam : Kjokkenmoddinger sampah-sampah dapur,
abris sous rosche tempat berupa gua-gua yang menyerupai ceruk-ceruk di dalam batu karang. Peralatan yang ditemukan berupa ujung panah, flakes, batu-batu
penggiling, dan kapak-kapak yang sudah diasah. Alat-alat itu terbuat dari batu. Ditemukan juga alat-alat dari tulang dan tanduk rusa.
c. Masa perundagian
Pada masa ini masyarakat sudah mengenal teknik-teknik pengolahan logam. Pengolahan logam memerlukan suatu tempat serta keahlian khusus. Tempat untuk
mengolah logam dikenal dengan nama perundagian dan orang yang ahli mengerjakannya dikenal dengan sebutan Undagi. Ada dua teknik pencetakan logam
yaitu bivolvedan a cire perdue. Teknik bivolve dilakukan dengan cara menggunakan cetakan-cetakan batu yang dapat dipergunakan berulang kali. Cetakan terdiri dari
dua bagian kadang-kadang lebih, khususnya untuk benda-benda besar diikat. Kedalam rongga cetakan itu dituangkan perunggu cair. Kemudian cetakan itu dibuka
setelah logamnya mengering.
Teknik a cire perdue dikenal pula dengan istilah cetak lilin. Cara yang dilakukan yaitu dengan membuat cetakan model benda dari lilin. Cetakan tersebut
kemudian dibungkus dengan tanah liat. Setelah itu tanah liat yang berisi lilin itu dibakar. Lilin akan mencair dan keluar dari lubang yang telah dibuat. Maka
terjadilah benda tanah liat bakar yang berongga. Bentuk rongga itu sama dengan bentuk lilin yang telah cair. Setelah cairan logam dingin, cetakan tanah liat dipecah
dan terlihatlah cairan logam yang telah membeku membentuk suatu barang sesuai dengan rongga yang ada dalam tanah liat. Pada masa perundagian dihasilkan
benda-benda yang terbuat dari perunggu
F. METODE PEMBELAJARAN
1. Pendekatan : Scientific Learning Pendekatana Keilmiahan 2. Model
: Discovery Learning 3. Metode
: Diskusi dan penugasan