Angka Melek Huruf Tabel 3

RENJA 2014 23 Tabel 3.1 Perkembangan Pencapaian IPM, 2009-2011 Kota Payakumbuh NO KabKota 2009 2010 2011 2012 1 Payakumbuh 75,37 75,81 76,29 76,32 Sumber Data : BPS Sumatera Barat Tahun 2012 2. Angka Melek Huruf Tabel 2.3 Perkembangan Angka Melek Huruf Kota Payakumbuh Tahun 2008 sd 2012 No Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 1 Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis 70.598 71.501 72.320 72.320 82.557 2 Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas 72.187 73.942 73.287 81.083 82.577 3 Angka melek huruf 99.16 99.17 99.5 99.58 99,6 Sumber Data: BPS Sumatera Barat Tahun 2013 Kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan minimum yang dibutuhkan oleh penduduk untuk dapat menuju hidup yang lebih sejahtera. Kemampuan membaca dan menulis tercermin dari angka melek huruf yang dalam hal ini didefinisikan sebagai persentase penduduk 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Kemampuan baca tulis angka melek huruf di Kota Payakumbuh pada tahun 2012 sebesar 99,6 Angka melek huruf ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka melek huruf provinsi Sumatera Barat yang pada tahun 2012 yaitu 97,16 3. Angka Rata-rata Lama Sekolah Tinggi rendahnya tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung. Artinya semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang, kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan semakin besar sehingga tingkat kesejahteraan diharapkan semakin meningkat. Sedangkan pengaruh tidak langsung, akan terlihat dari pola pikir masyarakat. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkannya, maka cara berpikir mereka akan lebih maju sehingga lebih mudah menerima perubahan dan kemajuan. Kesadaran akan pentingnya pendidikan dan semakin tingginya kebutuhan pasar mengenai sumber daya manusia yang mempunyai kualitas pendidikan yang lebih tinggi, membuat masyarakat semakin berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. RENJA 2014 24 Hal ini dapat dilihat berapa lama seseorang dalam menempuh pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi yang merupakan cerminan kualitas penduduk. Untuk Kota Payakumbuh rata- rata lama sekolah penduduk yang berumur 15 tahun keatas tahun 2007 sampai tahun 2012 berkisar 9.7 Rata-rata lama sekolah penduduk Kota Payakumbuh baru sampai level Sekolah Lanjutan Atas. Jika dibandingkan dengan rata-rata lama sekolah provinsi Sumatera Barat, Kota Payakumbuh dapat dikategorikan cukup tinggi karena di atas rata-rata lama sekolah provinsi Sumatera Barat pada tahun 2011 berada pada angka 8,75, hal ini berarti rata-rata lama sekolah penduduk Sumatera Barat baru sampai level sekolah menengah pertama. Sementara output dari pencapaian pemerataan pendidikan adalah semakin tingginya tingkat rata-rata lama sekolah. Target pencapaian lama sekolah penduduk adalah selama 10,75 tahun, dan diharapkan dapat dicapai tahun 2015. Hasil analisa angka rata-rata lama sekolah penduduk Kota Payakumbuh dari tahun 2006-2012, dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.3 Rata-Rata Lama Sekolah di Kota PayakumbuhTahun 2006 s.d 2012 Kota 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Payakumbuh 9.07 9.27 9.66 9,66 9,72 9,91 - Sumber : BPS Sumatera Barat Tahun 2012

2.3. Isu-Isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi SKPD

Isu penting dalam pelaksanaan Program Kerja Dinas Pendidikan adalah Penuntasan Program wajib Belajar Tahun 2014 dan Penguatan Pelayanan Pendidikan yang merupakan tahapan kedua tema Pembangunan Pendidikan pada Rencana Strategis Renstra Depdiknas 2010 – 2015. Penekanan pada upaya peningkatan kualitas SDM termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian. Peningkatan mutu dan sumber daya manusia sebagai insan manusia dan sumberdaya pembangunan merupakan satu kesatuan yang berkelanjutan. Ini berarti bahwa sumber daya manusia yang berkualitas akan tercapai apabila pendidikan yang baik dan benar dilaksanakan sejak dini dan mampu membentuk karakter sumber daya manusia itu sendiri yang kreatif serta seimbang antara kemampuan intelektual, emosional serta spiritual. Sehingga pendidikan dalam konteks