memiliki risiko tinggi untuk terjadinya infeksi bakteri yang serius. Biasanya anak tersebut hanya memperlihatkan demam dan pola makan yang buruk,
tanpa adanya tanda lokasi infeksi. Pada anak usia dibawah tiga tahun ini kebanyakan demam disebakan oleh infeksi virus, akan tetapi tidak menutup
kemungkinan untuk terjadinya infeksi bakteri yang serius yang akan
menyebabkan bakteremia, infeksi saluran kemih, pneumonia, meningitis, diare, dan osteomyelitis Smith, 2011.
Anak dengan usia antara dua bulan sampai tiga tahun memiliki risiko yang tinggi untuk terjadinya infeksi yang serius, hal ini dikarena kan kurangnya IgG
yang merupakan bahan bagi tubuh untuk membentuk sistem kekebalan tubuh yang berfungsi untuk mengatasi infeksi. Demam yang terjadi pada anak
dibawah tiga tahun pada umumnya merupakan demam yang disebabkan oleh infeksi seperti influenza, pn eumonia, dan infeksi saluran kemih. Pada anak -
anak dibawah tiga tahun didapati bakteremia dan hanya bersifat sementara tapi tidak menutup kemungkinan bias berkembang menjadi infeksi yang serius
Smith, 2011
2.1.6. Patogenesis Demam
Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan noninfeksi berinteraksi dengan mekanisme pertahananm hospes. Pada kebanyakan anak demam disebabkan
oleh agen mikrobiologi yang dapat dikenali dan menghilang sesudah masa yang pendek Arvin, 1999.
Sebagai respon terhadap pirogen eksogen berbagai macam agen infeksius, imunologis, atau agen yang berkaitan dengan toksin sel -sel darah putih
tertentu mengeluarkan zat kimia yang memiliki banyak efek melawan infeksi yang dikenal sebagai pirogen endogen. Pirogen end ogen ini juga akan bekerja
pada pusat regulasi hipotalamus yang akan menyebabkan pengeluaran prostaglandin untuk meningkatkan patokan thermostat hipotalamus yg
mengatur suhu tubuh Sherwood, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Pirogen endogen ini adalah sitokin, misalnya interleukin IL-1,β IL-1,α IL-6,
faktor nekrosis tumor TNF,α TNF -β dan interferon-α INF yang diproduksi oleh
sel-sel radang hospes. Sebagai respon terhadap sitokin tersebut maka terjadi
sintesis prostaglandin,
terutama prostaglandin E2 melalui metabolisme
asam arakidonat jalur siklooksigenase -2 COX-2 dan menimbulkan peningkatan
suhu tubuh Arvin, 1999. Hipotalamus merasa bahwa suhu normal s ebelum
demam terlalu dingin, dan organ ini memicu mekanisme-mekanisme respon
dingin untuk meningkatkan suhu baru yang
telah ditetapkan
hipotalamus. Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat
meningkatkan produksi panas, sementara vasokonstriksi kulit juga berlangsung untuk dengan cepat mengurangi pengeluaran panas. Kedua
mekanisme tersebut mendorong suhu naik. Pada permulaan demam mekanisme-mekanisme tersebut menyebabkan timbulnya rasa menggigil
mendadak Sherwood, 2001. Karena merasa kedinginan, orang yang bersangkutan mungkin memakai
selimut sebagai mekanisme volunter untuk membantu meningkatkan suhu tubuh dengan mengkonversi panas. Setelah suhu baru tercapai, suhu tubuh
kemudian diatur seperti keadaan normal sebagai respon terhadap pejanan dingin atau panas, tetapi dengan patokan yang lebih tinggi Arvin, 1999.
Pembentukan demam sebagai respon terhadap infeksi adalah sesuatu yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme termoregulasi.
Walaupun makna fisiologis dari demam masih belum jelas, b anyak pakar medis berpendapat bahwa peningk atan suhu tubuh bersifat menguntungkan,
Gambar 2.1. Patogenesis Demam Sumber: Arch Intern
Med. 1998;15817:1870-1881. doi:10.1001archinte.158.17.1870
Universitas Sumatera Utara
suhu yang lebih tinggi meningkatkan proses fagositosis dan meningkatkan kecepatan aktivitas peradangan yang bergantung pada enzim, juga
meningkatkan kebutuhan bakteri akan b esi sekaligus menurunkan konsentrasi besi dalam plasma sehingga akan mengganggu multiplikasi bakteri
Sherwood, 2001. Kecuali pada peningkatan suhu tubuh yang terlalu tinggi yang akan menyebabkan demam itu sendiri tidak bermanfaat. Produksi panas
pada demam meningkatkan pemakaian oksigen, produksi karbondioksida dan curah jantung. Dengan demikian demam dapat memperburuk insufisiensi
jantung pada penderita penyakit jantung atau anemia kronis misalnya penyakit sel sabit, insufisiensi paru pada mereka yang menderita penyakit
paru kronis, dan ketidakstabilan metabolik pada anak yang menderita diabetes mellitus atau kelainan metabolism e bawaan. Lagipula anak-anak yang
umurnya antara 6 bulan dan 5 tahun menghadapi peningkatan resiko untuk mengalami kejang demam sederhana, sedangkan mereka yang menderita
epilepsi idiopatik dapat mengalami peningkatan frekuensi kejang Arvin, 1999.
2.1.7. Tipe Demam