rendah. Sedangkan pada periode sesudah go public, diketahui bahwa kondisi kinerja keuangan bisa dikatakan cukup baik. Walaupun nilainya mengalami
peningkatan, tetapi peningkatan yang dialami masih tergolong stabil karena peningkatannya tidak besar. Meningkatnya nilai leverage ini disebabkan oleh
meningkatnya nilai total hutang, tetapi perusahaan berhasil mengelola hutang tersebut sehingga menghasilkan total aktiva yang tinggi. Jadi, meningkatnya total
hutang juga diiringi dengan meningkatnya total aktiva. Dalam hal ini, mengingat bahwa sesudah go public keadaan ekonomi Indonesia sudah mulai membaik,
maka dengan leverage yang meningkat perusahaan memiliki hasil pengembalian yang tinggi.
4.3.3 Tidak terdapat perbedaan tingkat likuiditas pada sebelum dan setelah privatisasi
Secara garis besar tingkat likuiditas dapat disimpulkan tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena likuiditas sebagian berasal
dari kas yang masuk ke perusahaan daripenjualan saham yang ada maupun menerbitkan saham baru melalui IPO.
Rasio yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkanrasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar
yang akanmempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 2005: 79. Karena jika total aktiva
perusahaan sebagian besardiwujudkan dalam bentuk aktiva lancar maka perusahan akan terganggu dalam perolehanlaba. Jika jumlah aktiva lancar sangat
Universitas Sumatera Utara
besar maka hal ini menunjukkan perusahaan kurangefisien dalam pengaturan atau pengelolaan dana, karena semestinya dana tersebut.
Dariketiga komponen aktiva lancar kas, piutang, dan persediaan, persediaan biasanyadianggap merupakan asset yang paling tidak likuid.Hal ini
berkaitan dengan semakinpanjangnya tahap-tahap yang dilalui untuk sampai menjadi kas, yang berarti waktu yangdiperlukan untuk menjadi kas semakin lama,
dan juga ketidakpastian nilai persediaan.Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim, 2005: 80.
4.4.4 Tidak terdapat perbedaan tingkat efisiensi pada sebelum dansetelah privatisasi
Menurut teori property rights revenue privatization dimana sebagian besar kontrol masih berada di bawah tangan pemerintah, baik itu berupa alokasi
sumber data dan reward. Hal ini menyebabkan manajemen kurang memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efisien. Hal lain yang menghambat
perkembangan kinerja perusahaan adalah deregulasi pasar Indonesia masih jauh kalah tertinggal dengan negara-negara maju.
Hal ini bisa disebabkan karena manajemen BUMN kurang efektif dalam menggunakanaktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan penjualan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan